بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 69
Makna Prediksi
Para Malaikat Tentang Munculnya Pembuat Kerusakan dan Penumpah Darah Dalam Kisah
Monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” di Akhir Zaman & Hikmah Surah Al-Falaq
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai berbagai hikmah dalam melakukan dialog dengan golongan Ahli Kitab
-- sehubungan dengan makna sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai
makna pematahan salib yang dilakukan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir
Zaman ini, yang erat hubungannya dengan makna “pembagian harta ruhani Al-Quran” yang berlimpah-ruah oleh Al-Masih Mau’ud a.s. tetapi umat Islam menolaknya, sehingga akibatnya umat Islam tidak mampu membendung gerakan Kristenisasi di
berbagai perjuru dunia yang
dilakukan oleh “Dajjal” – si pendusta yang matanya buta sebelah --
yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf
[61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir
Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih
yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian melalui
“senjata pena” yakni da’wah lisan dan tulisan, bukan melalui peperangan
secara fisik, sehingga tidak akan terjadi tertumpahnya darah di kalangan para pengikut agama Non-Muslim.
Kisah Monumental “Adam, Malaikat
dan Iblis” yang Senantiasa Berulang
Justru yang terjadi sebaliknya,
yakni di kalangan pengikut Al-Masih Mau’ud a.s. itulah yang akan terjadi tertumpahnya darah mereka, akibat kezaliman para penentang Al-Masih
Mau’ud a.s., sebagaimana yang
dikemukakan para malaikat kepada
Allah Swt. ketika Dia menyatakan kehendak-Nya
akan menjadikan seorang “Khalifah Allah”
di muka bumi, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ
فِی الۡاَرۡضِ
خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ
فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ
الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا
لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman
kepada para malaikat: اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً -- “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”, قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang
yang akan membuat kerusakan di
dalamnya dan akan menumpahkan darah,
وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ -- padahal kami
senantiasa bertasbih dengan pujian
Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ -- Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqarah
[2]:31).
Qāla
adalah perkataan bahasa Arab yang lazim dan berarti "ia
berkata". Tetapi kadang-kadang
dipakai dalam arti kiasan bila yang
dimaksudkannya bukan pernyataan kata
kerja, melainkan keadaan yang
sesuai dengan arti kata kerja itu.
Ungkapan, Imtala’a al-haudhu wa qāla qathni (Kolam itu menjadi penuh dan ia berkata: “Aku sudah penuh”) tidak berarti bahwa
kolam itu benar-benar berkata demikian, hanya keadaannya mengandung arti bahwa kolam itu sudah penuh.
Percakapan antara Allah Swt. dan para malaikat
dalam ayat tersebut tidak perlu diartikan
secara harfiah sebagai sungguh-sungguh telah terjadi. Seperti dinyatakan di
atas, kata qāla kadang-kadang
dipakai dalam arti kiasan, untuk
mengemukakan hal yang sebenarnya bukan
suatu ungkapan lisan, melainkan hanya
keadaan yang sama dengan ungkapan lisan. Maka ayat ini hanya
berarti bahwa para malaikat itu
dengan keadaan mereka
menyiratkan jawaban yang di
sini dikaitkan kepada kata-kata yang diucapkan
mereka.
Malā’ikah
(malaikat-malaikat) yang adalah jamak dari malak diserap dari malaka,
yang berarti: ia mengendalikan, mengawasi; atau dari alaka, artinya ia me-ngirimkan. Para malaikat disebut demikian sebab mereka mengendalikan kekuatan-kekuatan alam atau mereka membawa wahyu Ilahi kepada utusan-utusan (rasul-rasul) Allah dan pembaharu-pembaharu samawi.
Makna ayat: قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang
yang akan membuat kerusakan di
dalamnya dan akan menumpahkan darah,
وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ -- padahal kami
senantiasa bertasbih dengan pujian
Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?”
Makna “Prediksi” Para
Malaikat & Keunggulan Adam (Khalifah Allah) Dibanding Para Malaikat
Para malaikat tidak mengemukakan keberatan terhadap rencana Ilahi atau mengaku
diri mereka lebih unggul dari Adam a.s. yang merupakan “khalifah Allah” pada zamannya.
Pertanyaan mereka
didorong oleh pengumuman Allah Swt. mengenai
rencana-Nya untuk mengangkat (menjadikan)
seorang khalifah.
Wujud khalifah diperlukan bila tertib (ketertiban) harus ditegakkan dan hukum harus dilaksanakan. Keberatan
semu para malaikat tersebut menyiratkan
bahwa akan ada orang-orang di bumi –
yakni para penentang Khalifah Allah -- yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah.
Karena manusia dianugerahi kekuatan-kekuatan besar untuk berbuat baik dan jahat, para malaikat
menyebut segi gelap tabiat manusia,
tetapi Allah Swt. mengetahui bahwa dengan adanya penentangan seperti itu manusia
dapat mencapai tingkat akhlak yang sangat tinggi, sehingga ia dapat menjadi
cermin (bayangan) Sifat-sifat Ilahi. Jawaban
Allah Swt. اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ -- "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" menyebutkan segi terang tabiat manusia.
Pertanyaan -- yang seakan-akan memprotes -- para
malaikat bukan sebagai celaan terhadap perbuatan Allah Swt. – sebab
para malaikat diciptakan untuk patuh-taat kepada apa pun kehendak Allah Swt. (QS.66:7)
-- melainkan sekedar mencari ilmu
yang lebih tinggi mengenai sifat dan hikmah
penciptaan khalifah tersebut.
Itulah makna pernyataan para malaikat dalam
kata nusabbihu dan nuqaddisu: وَ نَحۡنُ
نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ -- padahal kami
senantiasa bertasbih dengan pujian
Engkau dan kami senantiasa mensucikan Engkau?” Sementara tasbih dipakai bertalian
dengan Sifat-sifat Allah Swt. maka taqdis
dipergunakan mengenai tindakan-tindakan-Nya.
Terhadap “keberatan semu” para malaikat
tersebut, dalam ayat-ayat selanjutnya Allah Swt. membuktikan “keunggulan” yang dimiliki Adam yang telah diajari Al-Asmā-ul-husna-Nya, sehingga ketika
Allah Swt. memerintahkan kepada
mereka untuk “sujud” (patuh-taat) kepada
Adam, mereka semua mematuhinya, kecuali iblis
yang takabbur karena mengganggap
dirinya lebih mulia daripada Adam
(Khalifah Allah), sehingga akibatnya ia diusir Allah Swt. dari surga
keridhaan-Nya (QS.2:32-35;
QS.7:12-14).
Jadi, pada hakikatnya kisah “Adam, Malaikat dan Iblis” yang dikemukakan
dalam Al-Quran merupakan “kisah
monumental” yang senantiasa terulang
terjadi di berbagai zaman kenabian (QS.7:35-37), termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf
[61]:10).
Pentingnya Melakukan Da’wah Lisan dan Da’wah Tulisan
(Senjata Pena) dengan Cara-cara yang Penuh Hikmah
Dalam mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman mewlalui da’wah lisan dan tulisan yakni “pedang pena” -- bukan senjata
fisik yang menimbulkan kerusakan dan
penumpahan darah sebagaimana “prediksi” para malaikat
(QS.2:31) -- maka merupakan kewajiban
umat Islam untuk melakukan da’wah
Islam terhadap saudara-saudara Non-Muslim
dengan cara-cara yang terbaik sebagaimana yang telah dan sedang dibahas, firman-Nya:
اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ
ہِیَ اَحۡسَنُ السَّیِّئَۃَ ؕ نَحۡنُ
اَعۡلَمُ بِمَا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ وَ قُلۡ رَّبِّ
اَعُوۡذُ بِکَ مِنۡ ہَمَزٰتِ الشَّیٰطِیۡنِ ﴿ۙ﴾ وَ اَعُوۡذُ
بِکَ رَبِّ اَنۡ یَّحۡضُرُوۡنِ ﴿﴾
Tolaklah keburukan
dengan yang lebih baik, Kami
lebih mengetahui mengenai yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), aku
berlindung kepada Engkau dari hasutan-hasutan
syaitan, dan aku berlindung kepada
Engkau, ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
supaya mereka jangan menghampiriku." (Al-Mu’minūn
[23]:97-99).
Senada
dengan ayat-ayat tersebut, dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا
مِّمَّنۡ دَعَاۤ
اِلَی اللّٰہِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَسۡتَوِی
الۡحَسَنَۃُ وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ
اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ ہِیَ
اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾ وَ مَا
یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا
ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡحَظٍّ
عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang mengajak manusia
kepada Allah dan beramal saleh serta berkata: اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri.” وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ وَ
لَا السَّیِّئَۃُ -- Dan tidak
sama kebaikan dan keburukan. اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ
ہِیَ اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ
بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ
-- Tolaklah
keburukan itu dengan cara yang
sebaik-baiknya maka tiba-tiba
ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. وَ مَا
یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا
ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡحَظٍّ
عَظِیۡمٍ -- Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu
kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang yang memiliki bagian besar
dalam kebaikan. (Al-Fushshilat [41]:34-36).
Berbagai “Gangguan Syaitan” Dalam
Melakukan Da’wat Ilallāh & Hikmah Surah Al-Falaq
Karena anjuran kepada kebenaran sudah pasti diikuti oleh kesulitan-kesulitan bagi penganjurnya, ayat ini menasihatkan kepada
si penganjur supaya bersabar dan bertabah hati menanggung segala kesulitan, dan malahan supaya membalas keburukan yang diterima dari penganiaya-penganiaya dengan
kebaikan, yang disebut berbuat ihsan.
Dalam
ayat-ayat tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. diperintahkan bahwa selama beliau saw. tinggal bersama-sama
dengan orang-orang kafir di Mekkah,
beliau saw. hendaknya menanggung dengan sabar
segala caci-maki dan penindasan yang ditimpakan kepada beliau
saw. dan membalas kejahatan itu dengan kebaikan.
Kata-kata "syaitan" menunjuk kepada orang-orang terkemuka di antara musuh-musuh
Nabi Besar Muhammad saw., dan kata "hasutan-hasutan"
maksudnya gerakan untuk memburuk-burukkan dan memfitnah, menghasut orang-orang untuk melawan
beliau saw. (QS.6:112-113; Qs.8:49; QS.22:53), selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
وَ مَا
یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا
ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡحَظٍّ
عَظِیۡمٍ ﴿﴾ وَ اِمَّا یَنۡزَغَنَّکَ مِنَ الشَّیۡطٰنِ نَزۡغٌ
فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰہِ ؕ اِنَّہٗ ہُوَ
السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan
sekali-kali tidak dianugerahi itu
kecuali orang-orang yang sabar, dan
sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang yang memiliki bagian besar
dalam kebaikan. Dan jika godaan
dari syaitan menggoda engkau maka mohonlah
perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Fushshilat
[41]:36-37).
Mengisyaratkan
kepada adanya gangguan-gangguan syaitan-syaitan
dari kalangan manusia dalam melakukan Da’wat Ilallah tersebut Allah Swt. berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ قُلۡ اَعُوۡذُ بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾ مِنۡ شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ شَرِّ غَاسِقٍ
اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ شَرِّ
النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ﴿﴾ وَ مِنۡ شَرِّ
حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan)
Yang Memiliki fajar, dari keburukan makhluk yang Dia ciptakan, dan
dari keburukan kegelapan malam apabila
meliputi, dan dari
keburukan orang-orang yang meniupkan
ke dalam buhul, dan dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki” (Al-Falaq [113]:1-6).
Falaq
berarti: fajar; neraka; seluruh makhluk (Lexicon Lane). Maka seorang Muslim diperintahkan agar
berdoa:
(1) bila malam kegelapan yang meliputi Islam
telah lewat (QS.32:6) dan fajar hari
depan yang gemilang telah menyingsing, hendaklah mataharinya bersinar terus hingga mencapai puncaknya pada tengah
hari;
(2) semoga
melindunginya dari kejahatan
yang ditimbulkan oleh segala sesuatu
yang telah dicipatakan-Nya, baik yang
nyata maupun yang tersembunyi, termasuk pengaruh buruk turun-temurun, lingkungan
jahat, pendidikan tidak sempurna, dan sebagainya, dan
(3) supaya
Allah Swt. menyelamatkannya dari siksaan
neraka di dunia ini maupun di akhirat.
Ayat
ini mungkin mengisyaratkan kepada keburukan-keburukan
masa, ketika cahaya kebenaran
padam, serta kegelapan dosa dan keburukan tersebar di seluruh permukaan
bumi (QS.30:42). Atau, boleh jadi ayat ini menunjuk kepada keburukan-keburukan saat ketika orang sedang dirundung derita dan kemalangan,
maka hanya kegelapan belaka yang
nampak di sekitarnya serta sinar harapan
terakhir pun menghilang.
Makna
Orang-orang yang “Meniup-niup Buhul”
Isyarat
dalam ayat وَ مِنۡ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی
الۡعُقَدِ ۙ -- “dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul” ini rupanya
ditujukan kepada mereka yang membisik-bisikkan kisikan-kisikan jahat dan menyebabkan ikatan-ikatan serta persahabatan-persahabatan
yang tulus jadi berantakan dan menimbulkan pikiran
pada orang-orang semangat melawan kekuasaan yang sah atau melanggar sumpah kesetiakawanan, lalu
dengan demikian berusaha menimbulkan keresahan
dan perpecahan di kalangan umat Islam dan menimbulkan di antara
mereka kecenderungan-kecenderungan
pecah belah.
Surah Al-Falaq membahas segi
duniawi kehidupan manusia, sedang surah berikutnya (An-Nās) membahas segi
ruhaninya. Manusia dihadapkan kepada macam-macam bahaya dan kesulitan
dalam kehidupan ini. Ketika ia di tengah kesibukan melaksanakan sesuatu yang
sungguh penting -- terutama ketika ia mewajibkan atas dirinya menyebarkan cahaya kebenaran -- maka kekuatan-kekuatan
kegelapan mengerubutinya dari segala penjuru; dan ketika ia rupa-rupanya
akan berhasil, orang-orang yang
mempunyai rencana-rencana jahat
menghalangi jalannya dan menimbulkan
segala macam rintangan dan kesulitan baginya.
Tetapi bila ia pada akhirnya berada di mahkota keberhasilan, maka orang-orang berwatak dengki berusaha meluputkan dia dari meraih buah usahanya: وَ مِنۡ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ -- “dan
dari keburukan orang yang dengki apabila ia mendengki.” Sebagai penjagaan terhadap segala macam rintangan, kesulitan dan bahaya
dalam menempuh jalan hidupnya,
orang-orang beriman diperintahkan
agar memohon pertolongan dan bantuan dari Rabbul-Falaq supaya Dia memberinya nur ketika kegelapan mengepung dari semua jurusan, dan supaya melindunginya dari rencana-rencana jahat
tukang-tukang fitnah dan dari persekongkolan jahat para pendengki,
sebagaimana dijanjikan iblis kepada
Allah Swt. ketika ia diusir dari “surga keridhaan-Nya” karena menolak “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) bersama para malaikat
ketika Allah Swt. memerintahkannya (QS.7:12-18).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 5 Juni 2015
Assalamualaikum.Wr.Wb.
BalasHapusSAYA IBUERNADITA SEORANG PENJUAL GORENGAN
INGIN BERBAGI CERITA KEPADA ANDA BAHWA SAYA INI DULUNYA ORANG YANG PALING MENDERITA DI DUNIA.SETIAP HARI SAYA SELALU MENGELUH TENTANG MASALAH KELUARGA SAYA, BAHKAN KAMI PERNAH TIDAK MAKAN DALAM 1 HARI , 1 MALAM, KE ESOKAN HARI NYA ADA TETANGGA KAMI YG MEMBAWAKAN MAKANAN DAN TIDAK DISENGAJA DIA JUGA BERCERITA TENTANG MASALAH HIDUPNYA DULU DAN AKHIRNYA DIA MEMBERIKAN NO AKI KAYANA SAKTI ..TIDAK BERPIKIR PANJANG SAYA LANSUNG MENGHUBUNGI AKI KAYANA SAKTI DAN ALHAMDULILLAH BELIAU SANGAT MEMBANTU SAYA, DAN SAYA SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA AKI KAYANA SAKTI ATAS BANTUANNYA YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA GHOIB, SYUKUR ALHAMDULILLAH TERNYATA ITU BENAR-BENAR TEMBUS DAN KINI SAYA SANGAT BAHAGIA MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA YG SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ,,DAN KAMI JUGA SUDAH BERENCANA INGIN MEMBUKA TOKO SENDIRI, DAN SEMUA UTANG-UTANG SAYA YANG ADA DI BANK ALHAMDULILLAH JUGA SUDAH BISA TERLUNASI, ITU SEMUA BERKAT BANTUAN AKI KAYANA SAKTI, DAN KAMI SEKELUARGA AKAN SELALU MEN DOAKAN AKI SEMOGA DI BERIKAN REJEKI YANG BERLIMPAH, SEHAT SELALU DAN PANJANG UMUR,,…
BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA YG MEMERLUKAN BANTUAN AKI KAYANA SAKTI SILAHKAN HUB/SMS DI NOMOR (0823-3664-2456 ) SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKANNYA SENDIRI TERIMAH KASIH…