Sabtu, 06 Juni 2015

Makna Perumpamaan "Empat Burung" Nabi Ibrahim a.s. & "Petir dari Langit" yang Akan Memusnahkan "Kebun" Kepunyaan Pemilik "Dua Kebun" yang Takabbur dan Kikir







بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 68

Makna PerumpamaanEmpat Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.   &  Petir dari Langit  yang Akan Memusnahkan “Kebun” Pemilik “Dua Kebun” yang Takabbur dan Kikir

 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai janji Allah Swt. kepada  Nabi Ibrahim a.s.  berkenaan dengan perumpamaan  4 ekor burung  (QS.2:261), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ  -- Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ  --  Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku ithminan (tenteram).” قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ  --    Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu condongkanlah (jinakkanlah)  mereka kepada engkau,  ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا  -- kemudian letakkanlah setiap  burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada engkau dengan cepat, وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).

Takwil “4 Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.

        Dalam takwil mimpi atau rukya, salah satu makna “burung” adalah keturunan. Jadi, melalui mimpi  atau rukya  yang diperlihatkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. beliau diberitahu mengenai akan terjadinya 4 kali kebangkitan di kalangan keturunan beliau.
       Sebagaimana kepada Bani Israil Allah Swt. telah menganugerahkan dua kali kemajuan ruhani dan jasmani  yakni (1) melalui pengutusan Nabi Musa a.s. dan (2)  melalui pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; demikian pula janji Allah Swt.  kepada Nabi Ibrahim a.s. tersebut berlaku pula bagi keturunan beliau dari kalangan  Bani Isma’il (umat Islam), yaitu (1) melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., dan (2) melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yakni pengutusan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4).
     Kedua pewarisan   kebun  duniawi (kesuksesan duniawi) yang dianugerahkan Allah Swt. kepada umat Islam keadaannya lebih baik daripada kebun duniawi  (kesuksesan duniawi) yang pernah dianugerahkan kepada  Bani Israil   --  terutama sekali “kebun” (jannah) di alam akhirat  -- sebab  martabat ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. jauh lebih tinggi daripada martabat ruhani Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.7:144; QS.18:61-83; QS.53:1-19), karena Nabi Musa a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah Rasul Allah yang diutus hanya untuk kalangan Bani Israil saja (QS.2:88-89; QS.3:46-50; QS.61:6-7; sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. mau pun Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) adalah rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:158-159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
     Berikut ini  adalah perumpamaan mengenai  4 kali kemajuan (kebangkitan) ruhani  yang terjadi di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., yakni 2 kali di kalangan Bani Israil dan 2 kali di kalangan Bani Ismail (umat Islam)    --  yang dimisalkan 4 ekor burung  --  firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ  -- Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ  --  Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku ithminan (tenteram).” قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ  --    Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu condongkanlah (jinakkanlah)  mereka kepada engkau,  ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا  -- kemudian letakkanlah setiap  burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada engkau dengan cepat, وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).

Bukan Dipotong-potong Melainkan “Dijinakkan

    Perbedaan antara iman dan ithminan (hati dalam keadaan tenteram) dalam ayat  قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ  --  Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku ithminan (tenteram)  ialah, dalam keadaan pertama, orang hanya percaya (iman) bahwa  Allah Swt.    dapat berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan)  orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya.
   Nabi Ibrahim a.s.   sungguh beriman bahwa Allah Swt.  dapat menghidupkan yang sudah mati, tetapi apa yang diinginkan Nabi Ibrahim a.s. ialah kepuasan pribadi untuk mengetahui apakah Allah Swt.  akan berbuat demikian untuk keturunan beliau. Menunjuk kepada ayat yang   dalam bahasan, Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda: “Kita lebih layak menaruh syak (keraguan) daripada  Ibrahim” (Muslim).
        Kata syak dalam sabda beliau saw. tersebut bukan berarti ragu-ragu tetapi berarti keinginan keras yang tersembunyi, menunggu dengan penuh harapan akan sempurnanya keinginan itu, sebab, Nabi Besar Muhammad saw.   tidak pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt..    Hal itu menunjukkan bahwa pertanyaan  Nabi Ibrahim a.s.  tidak terdorong oleh keraguan, tetapi hanya oleh kedambaan yang sangat:  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی --  “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?”
       Shurtu al ghushna ilayya berarti  “saya mencondongkan dahan itu kepadaku sendiri” (Lexicon Lane). Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna dalam artian mencondongkan atau melekatkan dan bukan memotong, sebagaimana  pendapat umumnya pendapat penafsir ayat tersebut.
        Juz’ berarti suku, sebagian atau sesuatu. Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan  maka kata “bagian” (juz’) akan berarti tiap-tiap anggotanya. Ayat ini  mengceritakan    suatu kasyaf pengalaman  (penglihatan)  ruhani  Nabi Ibrahim a.s.. Dengan “mengambil empat ekor burung”,  maknanya ialah keturunan beliau akan bangkit dan jatuh empat kali, peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani Israil dan terulang lagi dua kali di tengah-tengah para pengikut Nabi Besar Muhammad saw.  yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.   melalui Nabi Isma’il a.s. (Bani Isma’il).
         Kekuasaan  kaum Yahudi -- yang adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.  melalui Nabi Ishaq a.s.   — hancur dua kali (QS.17:5-9), pertama kali oleh serbuan Nebukadnezar dan yang kedua kali oleh Titus (QS.17:5-8. Encyclopaedia Britannica pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt.  membangkitkan kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang memeluk agama Kristen, walau pun sudah menyimpang dari ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.5:117-119).
        Demikian pula kekuatan Islam, mula-mula dengan hebat digoncang ketika Bagdad – yang merupakan Kekhalifahan  Bani ‘Abbas  -- jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Mongol dan Tartar pasukan  Hulaku Khan, -- keturunan Jenghis Khan -- pada th. 1258 M.,  tetapi  segera dapat pulih kembali sesudah pukulan yang meremukkan itu para pemenang berubah menjadi golongan yang kalah dan cucu Hulaku Khan    perebut Bagdad, masuk Islam.
        Keruntuhan kedua datang kemudian, ketika kemunduran umum dan menyeluruh dialami oleh kaum Muslimin dalam bidang ruhani dan bidang politik, setelah mengalami kejayaan yang pertama selama 3 abad (QS.32:6), akibat bangkitnya Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’ju) setelah mengalami masa “pemenjaraan” selama 1000 tahun (Wahyu 20:7-10; QS.18:95-102; QS.21:96-97).
     Kebangkitan Islam yang kedua  di Akhir Zaman ini sedang dilaksanakan oleh  Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  yakni pengutusan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [161]:10).

Makna “Petir dari Langit

       Kembali kepada pembahasan  firman-Nya mengenai dialog antara  seorang laki-laki dengan pemilik “kebun” yang takabbur dan  kikir, selanjutnya  Allah  Swt. berfirman tentang lawan bicara “pemilik  kebun”:
فَعَسٰی رَبِّیۡۤ  اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ  وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ  فَتُصۡبِحَ  صَعِیۡدًا  زَلَقًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ یُصۡبِحَ  مَآؤُہَا غَوۡرًا  فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ  لَہٗ  طَلَبًا ﴿﴾  وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ  فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ  اَنۡفَقَ فِیۡہَا وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ   اَحَدًا ﴿﴾  وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ  فِئَۃٌ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ  دُوۡنِ  اللّٰہِ  وَ مَا  کَانَ  مُنۡتَصِرًا  ﴿ؕ﴾     ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا  وَّ  خَیۡرٌ  عُقۡبًا ﴿﴾
Maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan menganugerahkan kepadaku sesuatu yang lebih baik daripada kebun  engkau  وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ  فَتُصۡبِحَ  صَعِیۡدًا  زَلَقًا   -- dan mengirimkan atasnya petir dari langit  se­hingga menjadi dataran yang licin tandas,   اَوۡ یُصۡبِحَ  مَآؤُہَا غَوۡرًا  فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ  لَہٗ  طَلَبًا  --   atau airnya dijadikan surut ke dalam tanah  lalu engkau tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ --   Dan dihancurkan semua buahnya,  فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ  اَنۡفَقَ فِیۡہَا      --  lalu ia mulai membolak­balikkan (meremas-remas) kedua tangannya me­nyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu, وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا   -- sedang seluruhnya telah roboh atas para­-paranya (atapnya).  وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ   اَحَدًا --  Dan ia berkata:   Aduhai alangkah baiknya jika aku tidak mempersekutukan siapa pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).”  وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ  فِئَۃٌ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ  دُوۡنِ  اللّٰہِ   --   Dan tidak ada baginya satu golongan untuk menolongnya selain Allah, وَ مَا  کَانَ  مُنۡتَصِرًا    -- dan tidak pula ia dapat mem­bela diri. ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا  وَّ  خَیۡرٌ  عُقۡبًا  --   Dalam keadaan yang demikian pertolongan itu hanya dari Allah  Yang Maha Benar. Dia sebaik-balk Pemberi ganjaran dan sebaik-baik Pemberi balasan. (Al-Kahf [18]:41-44).
  Kata-kata  "petir dari langit" menunjukkan  bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan dunia akan sanggup melawan dan menahan secara efektif kekuatan militer bangsa-bangsa Kristen barat itu. Allah Swt. sendiri akan menciptakan keadaan-keadaan yang akan mendatangkan kehancuran mereka.
Kekuatan bangsa-bangsa Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yang tidak terbendung itu, yang melukiskan kejayaan di bidang kebendaan agama Kristen itu, yang disinggung oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika menurut riwayat beliau saw. bersabda  "Tidak ada yang akan mampu melawan mereka" (Muslim, bab mengenai  Dajjal').
        Salah satu  bukti kebenaran  ayat:  وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ  فَتُصۡبِحَ  صَعِیۡدًا  زَلَقًا   -- “dan mengirimkan atasnya petir dari langit  se­hingga menjadi dataran yang licin tandas,  dapat mengisyaratkan kepada dua Perang Dunia yang terjadi  secara tiba-tiba, yang  telah mengakibat berbagai kerugian sangat bersar bagi negara Kristen yang terlibat di dalamnya.

Makna “Meresapnya Air ke Dalam Bumi

    Selanjutnya  dikemukakan: اَوۡ یُصۡبِحَ  مَآؤُہَا غَوۡرًا  فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ  لَہٗ  طَلَبًا  --   atau airnya dijadikan surut ke dalam tanah  lalu engkau tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ --   Dan dihancurkan semua buahnya,” salah satu maknanya   bahwa sumber-sumber bakat besar bangsa-bangsa Kristen dari Barat, dan hasil-hasil mereka dalam bidang intelek   --  yang padanya terutama bergantung kemajuan kebendaan mereka, atau menurut perkataan Al-Quran, yang membuat kebun-kebunnya tetap segar dan hijau  -- akan menjadi kering,dan sebagai akibatnya "kebun" mereka akan hancur sama sekali. Sumber-sumber kesegaran ruhani mereka akan ikut menjadi kering pula.
  Segala daya-upaya dan usaha bangsa-bangsa Kristen untuk mempertahankan kesinambungan kekayaan duniawi mereka akan berakhir menjadi "asap" dan kekuasaan serta kehormatan duniawi mereka akan menurun dengan cepat secara tak terduga. Ayat ini sambil lalu menunjukkan, bahwa kata "kebun" yang dipergunakan dalam ayat-ayat ini tidak dipergunakan dalam arti harfiah, sebab kebun-kebun tidak pernah jatuh atas para-paranya: وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ --   Dan dihancurkan semua buahnya,  فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ  اَنۡفَقَ فِیۡہَا      --  lalu ia mulai membolak­balikkan (meremas-remas) kedua tangannya me­nyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu, وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا   -- sedang seluruhnya telah roboh atas para­-paranya (atapnya)” (QS.18:43). 
  Itulah penjelasan mengenai berbagai   hikmah dalam melakukan dialog dengan golongan  Ahli Kitab  -- sehubungan dengan makna sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai makna pematahan salib  yang dilakukan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini, yang erat hubungannya dengan makna “pembagian harta ruhani Al-Quran” yang berlimpah-ruah oleh Al-Masih Mau’ud a.s. tetapi umat Islam menolaknya, sehingga akibatnya umat Islam  tidak mampu membendung gerakan Kristenisasi di  berbagai perjuru dunia yang dilakukan oleh “Dajjal” – si pendusta yang matanya buta sebelah   -- yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), firman-Nya:
 ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian melalui “senjata pena” yakni da’wah lisan dan tulisan, bukan melalui peperangan secara fisik, sehingga tidak akan terjadi tertumpahnya darah di kalangan para pengikut agama Non-Muslim.
   Justru yang terjadi  justru sebaliknya, yakni di kalangan  pengikut Al-Masih Mau’ud a.s.  itulah yang akan terjadi tertumpahnya darah mereka, akibat kezaliman para penentang Al-Masih Mau’ud a.s., sebagaimana  yang dikemukakan para malaikat kepada Allah Swt. ketika Dia menyatakan kehendak-Nya akan menjadikan seorang “Khalifah Allah” di muka bumi (QS.2:31-35).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  4  Juni    2015
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar