بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 68
Makna Perumpamaan
“Empat Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s. & “Petir dari Langit” yang Akan Memusnahkan “Kebun” Pemilik “Dua Kebun”
yang Takabbur dan Kikir
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dibahas mengenai janji Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. berkenaan dengan perumpamaan 4 ekor
burung (QS.2:261), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ
لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ
جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika
Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ -- Dia berfirman: “Apakah
engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ
-- Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya
hatiku ithminan (tenteram).” قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ
فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ -- Dia berfirman: “Jika demikian,
maka ambillah empat ekor burung
lalu condongkanlah (jinakkanlah) mereka
kepada engkau, ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا
-- kemudian letakkanlah setiap
burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah mereka, niscaya mereka
akan datang kepada engkau dengan cepat,
وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
-- dan Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Perkasa,
Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:261).
Takwil “4 Ekor Burung”
Nabi Ibrahim a.s.
Dalam takwil mimpi atau rukya, salah
satu makna “burung” adalah keturunan. Jadi, melalui mimpi
atau rukya yang diperlihatkan Allah Swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. beliau diberitahu mengenai akan terjadinya 4 kali kebangkitan di kalangan keturunan
beliau.
Sebagaimana kepada Bani Israil Allah Swt. telah menganugerahkan dua kali kemajuan ruhani dan jasmani yakni (1) melalui pengutusan Nabi Musa a.s. dan (2) melalui pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; demikian pula janji Allah Swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. tersebut berlaku pula bagi keturunan
beliau dari kalangan Bani Isma’il (umat Islam), yaitu (1)
melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., dan (2) melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) yakni pengutusan kedua kali secara
ruhani Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.62:3-4).
Kedua pewarisan kebun duniawi (kesuksesan duniawi) yang
dianugerahkan Allah Swt. kepada umat
Islam keadaannya lebih baik
daripada kebun duniawi (kesuksesan duniawi) yang pernah
dianugerahkan kepada Bani Israil --
terutama sekali “kebun”
(jannah) di alam akhirat -- sebab
martabat ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. jauh lebih
tinggi daripada martabat ruhani Nabi
Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.7:144; QS.18:61-83; QS.53:1-19),
karena Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. adalah Rasul Allah yang
diutus hanya untuk kalangan Bani Israil
saja (QS.2:88-89; QS.3:46-50; QS.61:6-7; sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. mau
pun Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) adalah rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:158-159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
Berikut ini adalah perumpamaan
mengenai 4 kali kemajuan (kebangkitan) ruhani yang terjadi di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., yakni 2 kali di kalangan Bani Israil dan 2 kali di kalangan Bani Ismail (umat Islam) --
yang dimisalkan 4 ekor burung --
firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ
لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ
جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika
Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ -- Dia berfirman: “Apakah
engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ
-- Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya
hatiku ithminan (tenteram).” قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ
الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ
-- Dia berfirman: “Jika
demikian, maka ambillah empat
ekor burung lalu condongkanlah
(jinakkanlah) mereka
kepada engkau, ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا
-- kemudian letakkanlah setiap
burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah mereka, niscaya mereka
akan datang kepada engkau dengan cepat,
وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ
-- dan Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah Maha Perkasa,
Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah
[2]:261).
Bukan Dipotong-potong
Melainkan “Dijinakkan”
Perbedaan antara iman dan ithminan
(hati dalam keadaan tenteram) dalam ayat
قَالَ بَلٰی وَ
لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ
-- Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya
hatiku ithminan (tenteram)” ialah, dalam keadaan pertama, orang hanya percaya (iman) bahwa Allah Swt. dapat
berbuat sesuatu, sedangkan dalam keadaan kedua (ithminan) orang mendapat kepastian bahwa sesuatu dapat pula berlaku atas dirinya.
Nabi Ibrahim a.s. sungguh beriman bahwa Allah Swt. dapat menghidupkan yang sudah mati,
tetapi apa yang diinginkan Nabi
Ibrahim a.s. ialah kepuasan pribadi
untuk mengetahui apakah Allah Swt. akan
berbuat demikian untuk keturunan
beliau. Menunjuk kepada ayat yang dalam
bahasan, Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan telah bersabda: “Kita
lebih layak menaruh syak (keraguan)
daripada Ibrahim” (Muslim).
Kata syak dalam sabda beliau saw. tersebut bukan berarti ragu-ragu tetapi berarti keinginan keras yang tersembunyi,
menunggu dengan penuh harapan akan
sempurnanya keinginan itu, sebab,
Nabi Besar Muhammad saw. tidak
pernah ragu-ragu mengenai janji atau apa pun perbuatan Allah Swt.. Hal itu menunjukkan bahwa
pertanyaan Nabi Ibrahim a.s. tidak terdorong oleh keraguan, tetapi hanya oleh kedambaan yang sangat: رَبِّ اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ
الۡمَوۡتٰی
-- “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan
kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?”
Shurtu al ghushna ilayya
berarti “saya mencondongkan dahan itu
kepadaku sendiri” (Lexicon Lane).
Kata depan ila menentukan arti kata shurhunna dalam artian mencondongkan atau melekatkan dan bukan memotong,
sebagaimana pendapat umumnya pendapat penafsir ayat tersebut.
Juz’ berarti suku, sebagian atau sesuatu.
Jadi, bila sesuatu terdiri atas atau meliputi suatu rombongan maka kata “bagian” (juz’) akan berarti tiap-tiap anggotanya. Ayat ini mengceritakan suatu kasyaf pengalaman
(penglihatan) ruhani
Nabi Ibrahim a.s.. Dengan “mengambil empat ekor burung”, maknanya ialah keturunan beliau akan bangkit
dan jatuh empat kali, peristiwa itu disaksikan dua kali di tengah-tengah kaum Bani
Israil dan terulang lagi dua kali
di tengah-tengah para pengikut Nabi Besar Muhammad saw. yang merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s.
melalui Nabi Isma’il a.s. (Bani Isma’il).
Kekuasaan kaum
Yahudi -- yang adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. — hancur dua kali (QS.17:5-9), pertama
kali oleh serbuan Nebukadnezar dan
yang kedua kali oleh Titus
(QS.17:5-8. Encyclopaedia Britannica pada Jews), dan tiap-tiap kali Allah Swt. membangkitkan
kembali sesudah keruntuhan mereka; kebangkitan kedua kalinya terlaksana
oleh Konstantin, Maharaja Roma, yang
memeluk agama Kristen, walau pun
sudah menyimpang dari ajaran asli Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.5:117-119).
Demikian pula kekuatan Islam, mula-mula dengan hebat digoncang ketika Bagdad – yang merupakan Kekhalifahan Bani ‘Abbas
-- jatuh saat menghadapi pasukan-pasukan Mongol dan Tartar pasukan Hulaku
Khan, -- keturunan Jenghis Khan
-- pada th. 1258 M., tetapi segera dapat pulih kembali sesudah pukulan
yang meremukkan itu para pemenang
berubah menjadi golongan yang kalah
dan cucu Hulaku Khan perebut Bagdad, masuk Islam.
Keruntuhan kedua datang kemudian,
ketika kemunduran umum dan menyeluruh
dialami oleh kaum Muslimin dalam
bidang ruhani dan bidang politik, setelah mengalami kejayaan yang pertama selama 3 abad (QS.32:6), akibat bangkitnya Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’ju) setelah mengalami masa “pemenjaraan” selama 1000
tahun (Wahyu 20:7-10; QS.18:95-102;
QS.21:96-97).
Kebangkitan
Islam yang kedua di Akhir Zaman ini sedang dilaksanakan
oleh Al-Masih
Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yakni
pengutusan kedua kali secara ruhani
Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [161]:10).
Makna “Petir dari
Langit”
Kembali kepada pembahasan firman-Nya mengenai dialog antara seorang laki-laki dengan pemilik “kebun” yang
takabbur dan kikir,
selanjutnya Allah Swt. berfirman tentang lawan bicara
“pemilik kebun”:
فَعَسٰی رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ
صَعِیۡدًا زَلَقًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ یُصۡبِحَ مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا ﴿﴾ وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾ وَ لَمۡ
تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ مَا کَانَ مُنۡتَصِرًا ﴿ؕ﴾ ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا ﴿﴾
Maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan menganugerahkan kepadaku sesuatu
yang lebih baik daripada kebun engkau
وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِیۡدًا زَلَقًا
-- dan mengirimkan atasnya petir
dari langit sehingga menjadi
dataran yang licin tandas, اَوۡ یُصۡبِحَ مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا
-- atau airnya dijadikan surut ke dalam tanah lalu engkau
tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ
-- Dan dihancurkan semua buahnya, فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا --
lalu ia mulai membolakbalikkan
(meremas-remas) kedua tangannya menyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu, وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا -- sedang seluruhnya telah roboh atas para-paranya
(atapnya). وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Dan ia
berkata: ”Aduhai alangkah baiknya jika aku
tidak mempersekutukan siapa pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).” وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- Dan tidak ada baginya satu golongan untuk menolongnya selain Allah, وَ مَا کَانَ مُنۡتَصِرًا -- dan tidak
pula ia dapat membela diri. ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا
-- Dalam keadaan yang demikian pertolongan itu hanya dari Allah Yang
Maha Benar. Dia sebaik-balk Pemberi
ganjaran dan sebaik-baik Pemberi
balasan. (Al-Kahf [18]:41-44).
Kata-kata "petir dari langit" menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan dunia
akan sanggup melawan dan menahan secara efektif kekuatan militer bangsa-bangsa Kristen
barat itu. Allah Swt. sendiri akan menciptakan
keadaan-keadaan yang akan mendatangkan kehancuran
mereka.
Kekuatan
bangsa-bangsa Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yang tidak terbendung
itu, yang melukiskan kejayaan di
bidang kebendaan agama Kristen itu,
yang disinggung oleh Nabi Besar Muhammad saw. ketika menurut riwayat beliau
saw. bersabda "Tidak ada yang akan mampu melawan mereka" (Muslim, bab mengenai Dajjal').
Salah satu bukti kebenaran ayat: وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِیۡدًا زَلَقًا
-- “dan mengirimkan atasnya petir
dari langit sehingga menjadi
dataran yang licin tandas,” dapat
mengisyaratkan kepada dua Perang Dunia
yang terjadi secara tiba-tiba, yang telah
mengakibat berbagai kerugian sangat
bersar bagi negara Kristen yang
terlibat di dalamnya.
Makna “Meresapnya Air
ke Dalam Bumi”
Selanjutnya
dikemukakan: اَوۡ یُصۡبِحَ مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا
-- atau airnya dijadikan surut ke dalam tanah lalu engkau
tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ
-- Dan dihancurkan semua buahnya,” salah satu maknanya bahwa sumber-sumber
bakat besar bangsa-bangsa Kristen dari Barat, dan hasil-hasil mereka dalam bidang intelek --
yang padanya terutama bergantung kemajuan
kebendaan mereka, atau menurut perkataan Al-Quran, yang membuat kebun-kebunnya tetap segar dan hijau -- akan menjadi kering,dan sebagai akibatnya "kebun" mereka akan hancur sama sekali. Sumber-sumber kesegaran ruhani mereka akan ikut
menjadi kering pula.
Segala daya-upaya
dan usaha bangsa-bangsa Kristen untuk
mempertahankan kesinambungan kekayaan
duniawi mereka akan berakhir menjadi "asap" dan kekuasaan
serta kehormatan duniawi mereka akan menurun dengan cepat secara tak terduga.
Ayat ini sambil lalu menunjukkan, bahwa kata "kebun" yang dipergunakan dalam ayat-ayat ini tidak
dipergunakan dalam arti harfiah,
sebab kebun-kebun tidak pernah jatuh atas para-paranya: وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ
-- Dan dihancurkan semua buahnya, فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا --
lalu ia mulai membolakbalikkan
(meremas-remas) kedua tangannya menyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu, وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا -- sedang seluruhnya telah roboh atas para-paranya
(atapnya)” (QS.18:43).
Itulah penjelasan mengenai berbagai hikmah
dalam melakukan dialog dengan
golongan Ahli Kitab -- sehubungan
dengan makna sabda Nabi Besar
Muhammad saw. mengenai makna pematahan
salib yang dilakukan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini, yang erat hubungannya
dengan makna “pembagian harta ruhani
Al-Quran” yang berlimpah-ruah oleh Al-Masih
Mau’ud a.s. tetapi umat Islam menolaknya,
sehingga akibatnya umat Islam tidak mampu membendung gerakan Kristenisasi di
berbagai perjuru dunia yang
dilakukan oleh “Dajjal” – si pendusta yang matanya buta sebelah --
yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf
[61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa
ayat ini kena untuk Al-Masih yang
dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian
melalui “senjata pena” yakni da’wah lisan dan tulisan, bukan melalui peperangan
secara fisik, sehingga tidak akan terjadi tertumpahnya darah di kalangan para pengikut agama Non-Muslim.
Justru yang terjadi justru sebaliknya,
yakni di kalangan pengikut Al-Masih Mau’ud a.s. itulah yang akan terjadi tertumpahnya darah mereka, akibat kezaliman para penentang Al-Masih
Mau’ud a.s., sebagaimana yang
dikemukakan para malaikat kepada
Allah Swt. ketika Dia menyatakan kehendak-Nya
akan menjadikan seorang “Khalifah Allah”
di muka bumi (QS.2:31-35).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar