Sabtu, 06 Juni 2015

"Dajjal" Diumpamakan Dalam Hadits Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai "Seorang Laki-laki" yang "Buta Mata Kirinya" yang Memiliki Berbagai Kemampuan Luar Biasa





  
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


 Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 67

Dajjal Diumpamakan Hadits Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai Seorang laki-laki yang Buta Mata Kirinya   yang Memiliki Berbagai Kemampuan Luar Biasa
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai hakikat perumpamaan seorang laki-laki pemilik “dua kebun” yang takabbur  (QS.1833-37) dan juga perumpamaaan surga (jannah) dalam  QS.2:26, mengapa surga dalam Al-Quran digambarkan  (diumpamakan) dengan “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”, firman-Nya:
firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ  --   untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir sungai-sungai. Se-tiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata:  ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ --  Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”,  وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا -- akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya,  وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,46A dan mereka akan kekal di dalamnya.  (Al-Baqarah [2]:26).

Hikmah  Berbagai Perumpamaan  dalam Al-Quran

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai salah satu fungsi  berbagai perumpamaan dalam Al-Quran yang penuh dengan hikmah:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ  اللّٰہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ ۪ وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ  اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk  bahkan  yang lebih kecil dari itu, فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ   --    ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka,  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا  -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang   dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik (durhaka), الَّذِیۡنَ یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ  اللّٰہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ   -- Yaitu orang-orang yang  melanggar perjanjian dengan Allah sesudah meneguhkannya وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ  اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ   -- dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya, dan mereka berbuat kerusakan di bumi,  اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ  -- mereka itulah orang-orang yang rugi   (Al-Baqarah [2]:27-28).
  Dharaba al-matsala berarti: ia memberi gambaran atau pengandaian; ia membuat pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan (Lexicon Lane, Taj-ul-‘Urus, dan QS.14:46).
  Allah Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran, dengan perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan. Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal keruhanian perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut memberikan satu-satunya cara untuk dapat menyampaikan buah pikiran dengan baik.
Makna ayat  اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا  -- “Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk  bahkan  yang lebih kecil dari itu,” bahwa kata-kata yang dipakai untuk menggambarkan surga, mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang Arab sebagai makhluk yang lemah, dan memang pada hakikatnya demikian.
    Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min ba’udhatin, artinya  "ia lebih lemah dari nyamuk". Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam angan-angan  gambaran nikmat-nikmat surga itu.
   Orang-orang  beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami kedalaman artinya, tetapi orang-orang kafir mulai mencela perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah dalam kesalahan dan kesesatan mereka:   یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا --  dengannya   Dia menyesatkan banyak orang   dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ  -- dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik (durhaka).”
  Adhallahullāh berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt. meninggalkan atau membiarkan dia sehingga ia tersesat (Kasysyaf); (3) Allah Swt.   mendapatkan atau meninggalkan dia dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).

Perumpamaan  Dajjal yang Digambarkan Nabi Besar Muhammad Saw.

   Dengan demikian jelaslah mengapa Allah Swt. dalam Surah Al-Kahf ayat 33-45 yang sedang dibahas telah mengumpamakan dua kaum sebagai dua orang laki-laki yang sedang berdialog, dan salah seorang diantara kedua laki-laki tersebut  merupakan pemilik “dua kebun” yaitu bangsa-bangsa Kristen (QS.18:33-37).
   Mengisyaratkan hal yang sama pula  perumpamaan mengenai  Dajjal  yang dikemukakan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang laki-laki yang matanya buta sebelah,  di tangannya terdapat “surga” (air) dan “neraka” (api)  -- padahal kenyataannya sebaliknya – serta mampu melakukan berbagai macam  perbuatan luar biasa  sehingga banyak manusia   yang mengikutinya (Hadits Muslim). 
   Mengenai perumpamaan seorang laki-laki tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
َالَ لَہٗ  صَاحِبُہٗ  وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ  مِنۡ  نُّطۡفَۃٍ   ثُمَّ  سَوّٰىکَ  رَجُلًا ﴿ؕ﴾  لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ  رَبِّیۡ وَ لَاۤ  اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾  وَ لَوۡ لَاۤ  اِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ  اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ ۚ اِنۡ تَرَنِ  اَنَا  اَقَلَّ  مِنۡکَ  مَالًا  وَّ  وَلَدًا ﴿ۚ﴾ فَعَسٰی رَبِّیۡۤ  اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ  وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ  فَتُصۡبِحَ  صَعِیۡدًا  زَلَقًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ یُصۡبِحَ  مَآؤُہَا غَوۡرًا  فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ  لَہٗ  طَلَبًا ﴿﴾  وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ  فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ  اَنۡفَقَ فِیۡہَا وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ   اَحَدًا ﴿﴾  وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ  فِئَۃٌ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ  دُوۡنِ  اللّٰہِ  وَ مَا  کَانَ  مُنۡتَصِرًا  ﴿ؕ﴾     ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا  وَّ  خَیۡرٌ  عُقۡبًا ﴿﴾
Kawannya berkata kepada­nya sedang ia bercakap-cakap dengannya: اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ  مِنۡ  نُّطۡفَۃٍ   ثُمَّ  سَوّٰىکَ  رَجُلًا  -- "Apakah engkau tidak percaya  kepada  Yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari air mani, lalu menyempurnakan engkau menjadi seorang laki-laki? لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ  رَبِّیۡ وَ لَاۤ  اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا  --    Tetapi  Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan aku tidak akan mem­persekutukan seseorang pun dengan  Rabb-ku (Tuhan-ku).   وَ لَوۡ لَاۤ  اِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ  اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ  -- Dan mengapa ketika engkau memasuki kebun engkau, engkau tidak mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki, tidak ada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.   اِنۡ تَرَنِ  اَنَا  اَقَلَّ  مِنۡکَ  مَالًا  وَّ  وَلَدًا  --  Jika engkau memandang aku lebih kurang dari engkau dalam harta dan anak-anak, فَعَسٰی رَبِّیۡۤ  اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ    --    maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan menganugerahkan kepadaku sesuatu yang lebih baik daripada kebun  engkau  وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ  فَتُصۡبِحَ  صَعِیۡدًا  زَلَقًا   -- dan mengirimkan atasnya petir dari langit  se­hingga menjadi dataran yang licin tandas,   اَوۡ یُصۡبِحَ  مَآؤُہَا غَوۡرًا  فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ  لَہٗ  طَلَبًا  --   atau airnya dijadikan surut ke dalam tanah  lalu engkau tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ --   Dan dihancurkan semua buahnya  فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ  اَنۡفَقَ فِیۡہَا      --  lalu ia mulai membolak­balikkan (meremas-remas) kedua tangannya me­nyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu, وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا   -- sedang seluruhnya telah roboh atas para­-paranya (atapnya).  وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ   اَحَدًا --  Dan ia berkata:   Aduhai alangkah baiknya jika aku tidak mempersekutukan siapa pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).”  وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ  فِئَۃٌ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ  دُوۡنِ  اللّٰہِ   --   Dan tidak ada baginya satu golongan untuk menolongnya selain Allah, وَ مَا  کَانَ  مُنۡتَصِرًا    -- dan tidak pula ia dapat mem­bela diri. ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا  وَّ  خَیۡرٌ  عُقۡبًا  --   Dalam keadaan yang demikian pertolongan itu hanya dari Allah  Yang Maha Benar. Dia sebaik-baik Pemberi ganjaran dan sebaik-baik Pemberi balasan. (Al-Kahf [18]:38-44).
    Ayat 36    membicarakan hanya satu kebun saja, sebab dari kedua kebun itu (QS.18:33) yang satu boleh dikatakan telah binasa sebelum pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. "Kebun" yang terbukti menjadi sumber kesombongan terbesar umat Kristen ialah yang berkembang sesudah Islam — yaitu kemajuan dan kekuasaan besar dalam kebendaan mereka pada masa kini.

Makna Perumpamaan “4 Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.

   Teman berdialog pemiliki kebun tersebut selanjutnya berkata mengomentari kemusyrikan yang dilakukan pemilik  kebun (QS.9:30-31) yang tidak bersyukur kepada Allah Swt.: لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ  رَبِّیۡ وَ لَاۤ  اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا  --    Tetapi  Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku), dan aku tidak akan mem­persekutukan seseorang pun dengan  Rabb-ku (Tuhan-ku).   وَ لَوۡ لَاۤ  اِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ  اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ  -- Dan mengapa ketika engkau memasuki kebun engkau, engkau tidak mengatakan: "Apa yang Allah kehendaki, tidak ada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah” (QS.18:39-40).
   Selanjutnya ia berkata:  اِنۡ تَرَنِ  اَنَا  اَقَلَّ  مِنۡکَ  مَالًا  وَّ  وَلَدًا  --  Jika engkau memandang aku lebih kurang dari engkau dalam harta dan anak-anak, فَعَسٰی رَبِّیۡۤ  اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ    --    maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan menganugerahkan kepadaku sesuatu yang lebih baik daripada kebun  engkau.”
    Sesuai dengan janji Allah Swt. kepada  Nabi Ibrahim a.s.  berkenaan dengan perumpamaan  4 ekor burung  (QS.2:261),   bahwa sebagaimana kepada Bani Israil Allah Swt. telah menganugerahkan dua kali kemajuan ruhani dan jasmani  yakni (1) melalui pengutusan Nabi Musa a.s. dan (2)  melalui pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; demikian pula janji Allah Swt.  kepada Nabi Ibrahim a.s. tersebut berlaku pula bagi keturunan beliau dari kalangan  Bani Isma’il (umat Islam), yaitu (1) melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., dan (2) melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) yakni pengutusan kedua kali secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-4).
     Kedua pewarisan   kebun  duniawi (kesuksesan duniawi) yang dianugerahkan Allah Swt. kepada umat Islam keadaannya lebih baik daripada kebun duniawi  (kesuksesan duniawi) yang pernah dianugerahkan kepada  Bani Israil   --  terutama sekali “kebun” (jannah) di alam akhirat  -- sebab  martabat ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. jauh lebih tinggi daripada martabat ruhani Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.7:144; QS.18:61-83; QS.53:1-19), karena Nabi Musa a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah Rasul Allah yang diutus hanya untuk kalangan Bani Israil saja (QS.2:88-89; QS.3:46-50; QS.61:6-7; sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. mau pun Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) adalah rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:158-159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
     Berikut ini  adalah perumpamaan mengenai  4 kali kemajuan (kebangkitan) ruhani  yang terjadi di kalangan keturunan Nabi Ibrahim a.s., yakni 2 kali di kalangan Bani Israil dan 2 kali di kalangan Bani Ismail (umat Islam)    --  yang dimisalkan 4 ekor burung  --  firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اَرِنِیۡ  کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ  قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ  -- Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ  --  Ia berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku tanyakan supaya hatiku ithminan (tenteram).” قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ  --    Dia berfirman: “Jika demikian, maka ambillah empat ekor burung lalu condongkanlah (jinakkanlah)  mereka kepada engkau,  ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا  -- kemudian letakkanlah setiap  burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada engkau dengan cepat, وَ اعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  3 Juni    2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar