بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 67
Dajjal
Diumpamakan Hadits Nabi Besar
Muhammad Saw. Sebagai Seorang laki-laki
yang Buta Mata Kirinya yang Memiliki
Berbagai Kemampuan Luar Biasa
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai hakikat perumpamaan seorang
laki-laki pemilik “dua kebun” yang
takabbur (QS.1833-37) dan juga
perumpamaaan surga (jannah)
dalam QS.2:26, mengapa surga dalam Al-Quran digambarkan (diumpamakan) dengan “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”, firman-Nya:
firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh
bahwa sesungguhnya اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ -- untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir
sungai-sungai. Se-tiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: ہٰذَا الَّذِیۡ
رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- “Inilah yang telah direzekikan kepada
kami sebelumnya”, وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا -- akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh yang suci,46A
dan mereka akan kekal di dalamnya.
(Al-Baqarah [2]:26).
Hikmah Berbagai Perumpamaan
dalam Al-Quran
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai salah satu fungsi berbagai perumpamaan
dalam Al-Quran yang penuh dengan hikmah:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ
یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ اللّٰہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ ۪
وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu, فَاَمَّا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ -- ada
pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu
kebenaran dari Rabb (Tuhan)
mereka, وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki
Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- dengannya
Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik (durhaka), الَّذِیۡنَ یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ اللّٰہِ مِنۡۢ
بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ -- Yaitu orang-orang
yang melanggar perjanjian dengan
Allah sesudah meneguhkannya وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ -- dan memutuskan
apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya, dan mereka berbuat kerusakan di bumi, اُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ -- mereka
itulah orang-orang yang rugi (Al-Baqarah [2]:27-28).
Dharaba
al-matsala berarti: ia memberi gambaran
atau pengandaian; ia membuat
pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan
(Lexicon Lane, Taj-ul-‘Urus, dan QS.14:46).
Allah
Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran, dengan perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan tersebut melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan
lain, dan dalam hal-hal keruhanian perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan tersebut
memberikan satu-satunya cara untuk
dapat menyampaikan buah pikiran
dengan baik.
Makna ayat اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا -- “Sesungguhnya Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu,” bahwa kata-kata
yang dipakai untuk menggambarkan surga,
mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang
Arab sebagai makhluk yang lemah, dan
memang pada hakikatnya demikian.
Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min
ba’udhatin, artinya "ia lebih
lemah dari nyamuk". Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam
angan-angan gambaran nikmat-nikmat surga itu.
Orang-orang beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami
kedalaman artinya, tetapi orang-orang
kafir mulai mencela
perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah
dalam kesalahan dan kesesatan mereka: یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- dengannya
Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik (durhaka).”
Adhallahullāh
berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt. meninggalkan
atau membiarkan dia sehingga ia tersesat
(Kasysyaf); (3) Allah Swt.
mendapatkan atau meninggalkan dia
dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
Perumpamaan Dajjal
yang Digambarkan Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan demikian jelaslah mengapa Allah Swt. dalam Surah Al-Kahf ayat
33-45 yang sedang dibahas telah mengumpamakan dua kaum sebagai dua
orang laki-laki yang sedang berdialog, dan salah seorang diantara kedua
laki-laki tersebut merupakan pemilik
“dua kebun” yaitu bangsa-bangsa Kristen (QS.18:33-37).
Mengisyaratkan hal yang sama pula
perumpamaan mengenai Dajjal
yang dikemukakan Nabi Besar Muhammad
saw. sebagai seorang laki-laki yang matanya buta sebelah, di tangannya terdapat “surga” (air)
dan “neraka” (api) -- padahal
kenyataannya sebaliknya – serta mampu melakukan berbagai macam perbuatan luar biasa sehingga banyak manusia yang mengikutinya (Hadits Muslim).
Mengenai perumpamaan seorang laki-laki
tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
َالَ لَہٗ صَاحِبُہٗ وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ اَکَفَرۡتَ
بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ
مِنۡ تُرَابٍ
ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ سَوّٰىکَ
رَجُلًا ﴿ؕ﴾ لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾ وَ لَوۡ لَاۤ
اِذۡ دَخَلۡتَ
جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا
بِاللّٰہِ ۚ اِنۡ تَرَنِ اَنَا
اَقَلَّ مِنۡکَ
مَالًا وَّ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ فَعَسٰی رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا
حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ
صَعِیۡدًا زَلَقًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ یُصۡبِحَ مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا ﴿﴾ وَ اُحِیۡطَ
بِثَمَرِہٖ فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ
کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ
بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾ وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ
یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ مَا
کَانَ مُنۡتَصِرًا ﴿ؕ﴾ ہُنَالِکَ
الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ
ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا ﴿﴾
Kawannya berkata kepadanya
sedang ia bercakap-cakap dengannya: اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ
سَوّٰىکَ
رَجُلًا -- "Apakah engkau tidak percaya kepada Yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari air mani, lalu menyempurnakan engkau menjadi seorang
laki-laki? لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Tetapi Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku),
dan aku tidak akan mempersekutukan
seseorang pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku). وَ لَوۡ لَاۤ اِذۡ دَخَلۡتَ
جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ -- Dan mengapa ketika engkau memasuki kebun engkau,
engkau tidak mengatakan: "Apa yang
Allah kehendaki, tidak ada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. اِنۡ تَرَنِ اَنَا اَقَلَّ مِنۡکَ مَالًا
وَّ وَلَدًا -- Jika
engkau memandang aku lebih kurang
dari engkau dalam harta dan anak-anak, فَعَسٰی رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ -- maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan
menganugerahkan kepadaku sesuatu
yang lebih baik daripada kebun engkau وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ
السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِیۡدًا زَلَقًا
-- dan mengirimkan atasnya petir
dari langit sehingga menjadi
dataran yang licin tandas, اَوۡ یُصۡبِحَ
مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا
-- atau airnya
dijadikan surut ke dalam tanah lalu engkau
tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ -- Dan dihancurkan semua buahnya فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا -- lalu ia mulai membolakbalikkan (meremas-remas) kedua tangannya menyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu,
وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا -- sedang seluruhnya telah roboh atas para-paranya
(atapnya). وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Dan ia berkata: ”Aduhai alangkah baiknya jika aku
tidak mempersekutukan siapa pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).” وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- Dan tidak ada baginya satu golongan untuk menolongnya selain Allah, وَ مَا
کَانَ مُنۡتَصِرًا -- dan tidak
pula ia dapat membela diri. ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا
-- Dalam keadaan yang demikian pertolongan itu hanya dari Allah Yang
Maha Benar. Dia sebaik-baik Pemberi
ganjaran dan sebaik-baik Pemberi balasan.
(Al-Kahf
[18]:38-44).
Ayat 36 membicarakan hanya satu kebun saja, sebab dari kedua kebun itu (QS.18:33) yang satu
boleh dikatakan telah binasa sebelum pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. "Kebun"
yang terbukti menjadi sumber kesombongan
terbesar umat Kristen ialah yang
berkembang sesudah Islam — yaitu kemajuan dan kekuasaan besar dalam kebendaan
mereka pada masa kini.
Makna Perumpamaan “4 Ekor Burung” Nabi Ibrahim a.s.
Teman berdialog pemiliki kebun tersebut selanjutnya
berkata mengomentari kemusyrikan yang
dilakukan pemilik kebun (QS.9:30-31) yang tidak bersyukur kepada Allah Swt.: لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا
-- Tetapi Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku),
dan aku tidak akan mempersekutukan
seseorang pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku). وَ لَوۡ لَاۤ اِذۡ دَخَلۡتَ
جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ --
Dan mengapa ketika engkau memasuki kebun
engkau, engkau tidak mengatakan: "Apa
yang Allah kehendaki, tidak ada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah”
(QS.18:39-40).
Selanjutnya ia berkata: اِنۡ تَرَنِ
اَنَا اَقَلَّ مِنۡکَ مَالًا
وَّ وَلَدًا
-- Jika engkau memandang aku lebih kurang dari engkau dalam harta dan anak-anak, فَعَسٰی
رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا
مِّنۡ جَنَّتِکَ -- maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan
menganugerahkan kepadaku sesuatu
yang lebih baik daripada kebun engkau.”
Sesuai dengan janji Allah Swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. berkenaan dengan
perumpamaan 4 ekor burung (QS.2:261), bahwa
sebagaimana kepada Bani Israil Allah
Swt. telah menganugerahkan dua kali
kemajuan ruhani dan jasmani yakni (1) melalui pengutusan Nabi Musa a.s. dan (2) melalui pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.; demikian pula janji Allah Swt. kepada Nabi
Ibrahim a.s. tersebut berlaku pula bagi keturunan
beliau dari kalangan Bani Isma’il (umat Islam), yaitu (1)
melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., dan (2) melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) yakni pengutusan kedua kali secara
ruhani Nabi Besar Muhammad saw.
(QS.62:3-4).
Kedua pewarisan kebun duniawi (kesuksesan duniawi) yang
dianugerahkan Allah Swt. kepada umat
Islam keadaannya lebih baik
daripada kebun duniawi (kesuksesan duniawi) yang pernah
dianugerahkan kepada Bani Israil -- terutama sekali “kebun” (jannah) di alam
akhirat -- sebab martabat
ruhani Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s. jauh lebih tinggi daripada martabat ruhani Nabi Musa a.s. dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.7:144; QS.18:61-83; QS.53:1-19), karena Nabi Musa
a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
adalah Rasul Allah yang diutus hanya
untuk kalangan Bani Israil saja
(QS.2:88-89; QS.3:46-50; QS.61:6-7; sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. mau pun Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) adalah rasul Allah yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:158-159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
Berikut
ini adalah perumpamaan mengenai 4 kali kemajuan (kebangkitan) ruhani
yang terjadi di kalangan keturunan
Nabi Ibrahim a.s., yakni 2 kali di kalangan Bani
Israil dan 2 kali di kalangan Bani
Ismail (umat Islam) -- yang dimisalkan 4 ekor burung -- firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اَرِنِیۡ کَیۡفَ تُحۡیِ الۡمَوۡتٰی ؕ قَالَ اَوَ لَمۡ تُؤۡمِنۡ ؕ قَالَ بَلٰی وَ لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ
قَلۡبِیۡ ؕ قَالَ فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی کُلِّ
جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا ؕ وَ اعۡلَمۡ
اَنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾٪
Dan ingatlah
ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku
(Tuhan-ku), perlihatkan kepadaku bagaimanakah cara Engkau menghidupkan yang mati?” قَالَ اَوَ
لَمۡ تُؤۡمِنۡ -- Dia berfirman: “Apakah engkau tidak percaya?” قَالَ بَلٰی وَ
لٰکِنۡ لِّیَطۡمَئِنَّ قَلۡبِیۡ -- Ia
berkata: “Ya aku percaya, tetapi aku
tanyakan supaya hatiku ithminan (tenteram).”
قَالَ
فَخُذۡ اَرۡبَعَۃً مِّنَ الطَّیۡرِ فَصُرۡہُنَّ اِلَیۡکَ -- Dia berfirman: “Jika demikian,
maka ambillah empat ekor burung
lalu condongkanlah (jinakkanlah) mereka
kepada engkau, ثُمَّ اجۡعَلۡ عَلٰی
کُلِّ جَبَلٍ مِّنۡہُنَّ جُزۡءًا -- kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung ثُمَّ ادۡعُہُنَّ یَاۡتِیۡنَکَ سَعۡیًا -- lalu panggillah
mereka, niscaya mereka akan datang
kepada engkau dengan cepat, وَ اعۡلَمۡ اَنَّ
اللّٰہَ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ -- dan Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:261).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar