Jumat, 19 Juni 2015

Tantangan Membuat Tandingan Kesempurnaan Al-Quran & Akibat Buruk Menentang Petunjuk Al-Quran



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 79

Tantangan Membuat Tandingan Kesempurnaan Al-Quran & Akibat Buruk Menentang Petunjuk Al-Quran
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai makna hakiki nasikh dan mansukh,   sebagai jawaban kepada tuduhan kedua: وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ   -- “dan kepadanya kaum lain telah membantunya.”  فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا  -- “Maka sungguh   mereka telah berbuat zalim dan dusta.”  Yaitu bahwa siapa pun yang dikatakan pembantu Nabi Besar Muhammad saw.   pastilah mereka menganut beberapa kepercayaan dan itikad, akan tetapi  dalam kenyataannya Allah Swt. dalam Al-Quran menolak dan merombak semua kepercayaan yang palsu dan membatalkan serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan lainnya (QS.2:107).
       Oleh karena itu bagaimana mungkin  seseorang dianggap membantu beliau saw. untuk menciptakan sebuah kitab yang telah memotong urat nadi kepercayaan dan itikad-itikad yang begitu mereka junjung dan muliakan itu? Berikut firman-Nya mengenai tujuan utama diwahyukan-Nya Al-Quran  kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4):
مَا نَنۡسَخۡ مِنۡ اٰیَۃٍ اَوۡ نُنۡسِہَا نَاۡتِ بِخَیۡرٍ مِّنۡہَاۤ  اَوۡ مِثۡلِہَا ؕ اَلَمۡ تَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Ayat  mana pun yang Kami mansukhkan  yakni batalkan atau Kami biarkan terlupa, maka Kami datangkan yang lebih baik darinya atau yang semisalnya. Apakah kamu tidak  mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (Al-Baqarah [2]:107).
          Ada kekeliruan di kalangan umat Islam dalam mengambil kesimpulan dari ayat ini, bahwa beberapa ayat Al-Quran telah dimansukhkan (dibatalkan). Kesimpulan itu jelas salah dan tidak beralasan. Tidak ada sesuatu dalam ayat ini yang menunjukkan bahwa kata āyah itu maksudnya ayat-ayat Al-Quran. Sebab bagaimana mungkin Allah Swt. Sendiri yang telah menyatakan bahwa Al-Quran merupakan Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) serta mendapat jaminan pemeliharaan-Nya (QS.15:10),  tetapi masih ada ayat-ayat Al-Quran yang dibatalkan dan diganti?
        Dalam ayat sebelum dan sesudahnya telah disinggung mengenai golongan Ahlul Kitab dan kedengkian  mereka terhadap wahyu baru (QS,2:106) yang menunjukkan bahwa āyah yang disebut dalam ayat ini sebagai mansukh (batal)  menunjuk kepada wahyu-wahyu atau agama-agama  terdahulu (QS.3:20 & 86) Dijelaskan bahwa Kitab Suci terdahulu mengandung dua macam perintah:
        (a) yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah dan karena keuniversilan wahyu baru (Al-Quran) itu  menghendaki pembatalan;
    (b) yang mengandung kebenaran kekal-abadi, atau memerlukan penyegaran kembali sehingga orang dapat diingatkan kembali akan kebenaran yang terlupakan, karena itu perlu sekali menghapuskan bagian-bagian tertentu Kitab-kitab Suci itu dan mengganti dengan perintah-perintah baru dan pula menegakkan kembali perintah-perintah yang sudah hilang, maka Allah Swt.  menghapuskan beberapa bagian wahyu-wahyu terdahulu, menggantikannya dengan yang baru dan lebih baik, dan di samping itu memasukkan lagi bagian-bagian yang hilang – atau sengaja dihilangkan    -- dengan yang sama. Itulah arti yang sesuai dan cocok dengan konteks (letak) ayat ini dan dengan jiwa umum ajaran Al-Quran.

Al-Quran Membatalkan  Kitab-kitab suci   Sebelumnya

        Al-Quran telah membatalkan semua Kitab Suci sebelumnya (QS.3:86), sebab  sejalan dengan sifat Rabbubiyat Allah Swt.    — mengingat keadaan umat manusia telah berubah — Al-Quran membawa syariat baru yang bukan saja lebih baik daripada semua syariat lama, tetapi ditujukan pula kepada seluruh umat manusia dari semua zaman (QS.7:159; QS.21:108; QS,25:2; QS.34:29). Ajaran yang lebih rendah dengan lingkup tugas yang terbatas harus memberikan tempatnya kepada ajaran yang lebih baik dan lebih tinggi dengan lingkup tugas universal.
        Dalam ayat ini kata nansakh (Kami membatalkan) bertalian dengan kata bi-khairin (yang lebih baik), dan kata nunsiha (Kami biarkan terlupakan) bertalian dengan kata bi-mitslihā (yang semisalnya), maksudnya bahwa jika Allah Swt.  menghapuskan sesuatu maka Dia menggantikannya dengan yang lebih baik, dan bila untuk sementara waktu Dia membiarkan sesuatu dilupakan orang, Dia menghidupkannya kembali pada waktu yang lain.
        Diakui oleh ulama-ulama Yahudi sendiri bahwa sesudah bangsa Yahudi diangkut sebagai tawanan ke Babil oleh Nebukadnezar (QS.2:160; QS.17:5-9) seluruh Taurat (lima Kitab Nabi Musa a.s.) telah hilang (Encyclopaedia Biblica). Oleh karena itu kenyataan tersebut membatalkan tuduhan dusta dalam ayat: وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ   -- “dan kepadanya kaum lain telah membantunya.” mengenai tuduhan yang diada-adakan tersebut Allah Swt. selanjutnya berfirman:  فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا  -- “Maka sungguh   mereka telah berbuat zalim dan dusta.”  (QS.25:6).

Al-Quran Bukan Kumpulan “Dongeng” Kaum-kaum Purbakala & Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran

         Tuduhan dusta selanjutnya adalah:  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا  -- “Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.” Dijawab oleh Allah Swt. dalam ayat 7:  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ --   Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا  --  sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.25:6).
       Sehubungan dengan tuduhan tersebut, dalam Surah lain Allah Swt. berrfirman mengenai ketakaburan  para penentang Al-Quran:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُنَا قَالُوۡا قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ  نَشَآءُ   لَقُلۡنَا مِثۡلَ  ہٰذَاۤ  ۙ اِنۡ  ہٰذَاۤ   اِلَّاۤ   اَسَاطِیۡرُ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾
Dan   apabila Ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata: “Kami telah mendengar. Jika kami ingin niscaya kami pun  dapat mengatakan serupa itu, tidak lain Al-Quran ini melainkan dongeng-dongengan orang-orang dahulu!”   (Al-Anfāl [8]:32).
         Orang-orang kafir membual bahwa mereka dapat mengemukakan suatu gubahan yang sama seperti Al-Quran. Tetapi  ini hanya bualan hampa yang mereka tidak berani mewujudkan dalam bentuk kenyataan. Tantangan bahwa mereka sekali-kali tidak akan mampu mengemukakan satu surah pendek sekalipun yang  seperti Surah Al-Quran, tetapi tantangan Allah Swt. tersebut  tidak pernah mendapat jawaban, firman-Nya:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾     فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan jika kamu  dalam keraguan mengenai apa yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami,  فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ  -- maka  buatlah satu Surah yang semisalnya,  وَ ادۡعُوۡا شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ  -- dan panggillah penolong-penolong kamu selain Allah jika kamu  adalah orang-orang yang benar.   فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا  --   Tetapi jika kamu  tidak mampu melakukannya, dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya,  فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ     --  maka peliharalah diri kamu dari Api  yang bahan bakarnya  manusia  dan batu اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ  --  yang disediakan bagi orang-orang kafir.  (Al-Baqarah [2]:24-25).
        Masalah keindahan Al-Quran yang tiada bandingannya telah dibicarakan pada lima tempat yang berlainan, yaitu dalam QS.2:24; QS.10:39; QS.11:14; QS.17: 89; dan QS.52:34-35. Dalam dua dari kelima ayat itu (QS.2:24 dan QS.10:39) tantangannya serupa, sedang dalam tiga ayat lainnya tiga tuntutan terpisah dan berbeda telah dimintakan dari kaum kafir.
       Sepintas lalu perbedaan dalam bentuk tantangan di tempat yang berlainan itu  nampaknya seolah-olah tidak sama. Tetapi keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Pada hakikatnya ayat-ayat itu mengandung tuntutan-tuntutan tertentu yang berlaku untuk selama-lamanya. Tantangan itu berlaku bahkan hingga sekarang juga dalam semua bentuk yang berbeda-beda itu, seperti tertera dalam Al-Quran sebagaimana dahulu berlaku di zaman Nabi Besar Muhammad saw..

Hubungan Pewahyuan Al-Quran  dengan Tuntutan Pemberian  Kekayaan dan Turunnya para Malaikat  

        Sebelum menerangkan berbagai bentuk tantangan itu, baiklah diperhatikan bahwa disebutnya tantangan-tantangan dalam Al-Quran senantiasa disertai oleh pembicaraan mengenai harta kekayaan dan kekuasaan, kecuali dalam ayat ini  seperti telah dinyatakan di atas, tidak berisikan tantangan baru tetapi hanya mengulangi tantangan yang dikemukakan dalam QS.10:39.
      Dari kenyataan itu dapat diambil kesimpulan dengan aman, bahwa ada perhubungan erat antara perkara kekayaan dan kekuasaan dengan tantangan untuk membuat kitab seperti Al-Quran atau sebagiannya. Perhubungan itu terletak dalam kenyataan bahwa Al-Quran ditawarkan kepada orang-orang kafir sebagai khazanah yang sangat berharga.
       Ketika orang-orang kafir meminta kekayaan yang bersifat kebendaan dari Nabi Besar Muhammad saw.  (QS.11:13), mereka diberi penjelasan bahwa beliau saw. mempunyai kekayaan yang tidak ada bandingannya dalam bentuk Al-Quran. Dan ketika mereka bertanya: “Mengapakah tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang malaikat?” (QS.11:13), dikatakan kepada mereka sebagai jawaban bahwa para malaikat memang telah turun kepada beliau saw. (QS.26:193-199); sebab tugas mereka adalah  membawa firman Allah Swt. (QS.2:98-100; QS.22:76; QS.42:52-54; QS.72:27-29),    dan memang firman itu telah dilimpahkan kepada beliau saw..
        Jadi kedua tuntutan untuk harta kekayaan dan untuk turunnya para malaikat telah bersama-sama dipenuhi oleh Al-Quran yang merupakan khazanah yang tidak ada tara bandingannya diturunkan oleh para malaikat, dan tantangan untuk membuat semisalnya diajukan sebagai bukti keagungannya yang tiada taranya.

Hikmah Perbedaan  Berbagai  Macam Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran

        Sekarang mari kita bahas  berbagai ayat yang berisi tantangan itu satu persatu. Tuntutan terbesar telah dibuat pada QS.17:89 yang di dalamnya orang-orang kafir diminta untuk membuat kitab seperti Al-Quran seutuhnya dengan segala sifatnya yang beraneka-ragam itu.
      Dalam ayat itu orang-orang kafir tidak diminta mengemukakan buatan mereka seperti Kalamullāh. Mereka boleh mengajukannya sebagai gubahannya sendiri, dan menyatakannya sama atau lebih baik daripada Al-Quran. Tetapi oleh karena pada waktu tantangan itu dibuat Al-Quran belum seluruhnya diwahyukan, maka orang-orang kafir tidak diminta untuk mendatangkan tandingan Al-Quran pada waktu itu juga, sehingga  dengan demikian tantangan tersebut berisikan nubuatan bahwa mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, tidak dalam bentuk yang ada pada waktu itu dan tidak pula sesudah Al-Quran menjadi lengkap. Lagi pula tantangan itu tidak terbatas kepada orang-orang kafir di zaman Nabi Besar Muhammad saw.  saja, tetapi meluas kepada semua orang yang ragu-ragu dan menaruh keberatan di setiap zaman.
        Alasan mengapa orang-orang kafir dalam QS.11:14 diminta membuat hanya 10 Surah  saja  dan bukan seluruh Al-Quran  adalah karena persoalan dalam ayat itu tidak bertalian dengan kesempurnaan Al-Quran seutuhnya dalam segala segi, melainkan hanya dengan sebagian saja. Orang-orang kafir telah menuduh bahwa beberapa bagiannya cacat. Oleh karena itu mereka tidak diminta membuat kitab yang lengkap seperti Al-Quran seutuhnya melainkan hanya 10 Surah sebagai ganti bagian-bagian Al-Quran yang dianggap mereka cacat agar kebenaran dari pernyataan mereka dapat diuji.
       Adapun mengenai pemilihan jumlah khusus 10 Surah untuk tujuan itu, baik diperhatikan di sini, bahwa oleh karena dalam QS.17:89 Al-Quran seutuhnya didakwakan Kitab yang sempurna, maka para penentangnya diminta membuat yang serupa seutuhnya, tetapi  karena dalam QS.11:14 pokok persoalannya ialah bagian-bagiannya yang tertentu dicela maka mereka diminta memilih sepuluh bagian demikian yang nampaknya kepada mereka sangat cacat dan kemudian membuat suatu gubahan yang seperti bagian-bagian yang dicela itu.

Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran Berlaku Abadi

       Dalam QS.10:39 orang-orang kafir diminta membuat yang serupa dengan hanya satu Surah Al-Quran. Hal itu disebabkan bahwa berlainan dengan dua ayat tersebut di atas, tantangan dalam ayat itu berupa dukungan pada pengakuan Al-Quran sendiri dan bukan sebagai bantahan terhadap suatu tuduhan dari orang-orang kafir.
        Dalam QS.10:38 Al-Quran mendakwakan memiliki 5 sifat yang menonjol. Sebagai dukungan kepada pengakuan tersebut  ayat QS.10:39 mengajukan tantangan kepada mereka yang menolak atau meragukannya untuk membuat satu Surah saja, yang mengandung sifat-sifat itu sama sempurnanya seperti yang ada dalam Surah ke-10.
    Tantangan kelima ialah agar membuat tandingan Al-Quran seperti terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun seperti dalam QS.10:39 orang-orang kafir diminta mengemukakan satu Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran. Tantangan ini didahului oleh pengakuan bahwa Al-Quran membimbing orang-orang bertakwa  ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani.
    Orang-orang kafir diseru bahwa bila mereka ada dalam keraguan mengenai berasalnya (sumbernya) Al-Quran dari Allah Swt.   maka mereka hendaknya menampilkan satu Surah yang kiranya dapat menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.  
      Keterangan-keterangan di atas memperlihatkan bahwa semua tantangan yang menyeru orang-orang kafir membuat buku sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman, tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
       Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa yang paling murni, sebagai wahana untuk membawakan gagasan-gagasan itu, sebab  jika tidak demikian maka pokok pembahasannya mungkin akan tetap gelap dan penuh keragu-raguan, dan keindahan paripurna Al-Quran niscaya akan ternoda.
        Jadi, dalam bentuk dan segi apa pun orang-orang kafir telah ditantang untuk mengemukakan suatu gubahan seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan gaya bahasa dan kecantikan pilihan kata-katanya yang setanding dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan itu.

Akibat Buruk yang Pasti Terjadi

       Namun dengan tegas Allah Swt. menyatakan bukan hanya ketidak-mampuan mereka menjawab  tantangan-Nya tersebut, bahkan  menjelaskan akibat buruk yang pasti terjadi jika mereka menolak petunjuk sempurna Al-Quran, firman-Nya:
فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Tetapi jika kamu  tidak mampu melakukannya, dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, maka peliharalah diri  kamu dari Api  yang bahan bakarnya manusia  dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir  (Al-Baqarah [2]:24-25).
        Kata “bahan bakar” dapat diambil dalam artian kiasan dan berarti bahwa siksaan api (neraka) itu disebabkan oleh menyembah berhala. Jadi berhala-berhala itu bagaikan “bahan bakar” untuk api (neraka), karena menjadi sarana untuk menghidupkan api (neraka), atau “batu” berarti berhala-berhala yang dipuja orang-orang musyrik sebagai dewa-dewa, maksudnya ialah orang-orang musyrik akan dihinakan dengan menyaksikan sendiri dewa-dewa mereka  dilemparkan ke dalam api.
         Kata-kata an-nās (manusia) dan al-hijārah (batu) dapat pula dianggap menunjuk kepada dua golongan penghuni neraka; an-nās dapat menunjuk kepada orang-orang kafir yang masih mempunyai semacam kecintaan kepada Allah Swt., sedangkan  al-hijārah (batu) adalah mereka yang di dalam hati mereka sama sekali tidak ada kecintaan kepada Allah Swt.. Orang-orang semacam itu memang tidak lebih dari batu. Kata hijārah itu jamak dari hajar yang berarti, batu, karang, emas, dan juga seseorang tanpa tanding, yaitu  orang besar, pemimpin (Lexicon Lane).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***

Pajajaran Anyar, 16  Juni  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar