بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 79
Tantangan Membuat Tandingan Kesempurnaan Al-Quran & Akibat Buruk Menentang Petunjuk Al-Quran
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai makna hakiki nasikh
dan mansukh, sebagai
jawaban kepada tuduhan kedua: وَ اَعَانَہٗ عَلَیۡہِ قَوۡمٌ
اٰخَرُوۡنَ ۚۛ -- “dan kepadanya kaum lain telah membantunya.” فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا --
“Maka sungguh mereka
telah berbuat zalim dan dusta.” Yaitu bahwa siapa pun yang dikatakan pembantu Nabi Besar Muhammad saw. pastilah mereka menganut beberapa kepercayaan
dan itikad, akan tetapi dalam kenyataannya Allah Swt. dalam Al-Quran menolak dan merombak semua kepercayaan yang palsu dan membatalkan serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan lainnya (QS.2:107).
Oleh karena itu bagaimana mungkin seseorang dianggap membantu beliau saw. untuk menciptakan
sebuah kitab yang telah memotong urat
nadi kepercayaan dan itikad-itikad yang begitu mereka junjung dan muliakan itu?
Berikut firman-Nya mengenai tujuan utama
diwahyukan-Nya Al-Quran kepada Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai Kitab suci
terakhir dan tersempurna
(QS.5:4):
مَا نَنۡسَخۡ مِنۡ
اٰیَۃٍ اَوۡ نُنۡسِہَا
نَاۡتِ بِخَیۡرٍ مِّنۡہَاۤ اَوۡ مِثۡلِہَا
ؕ اَلَمۡ تَعۡلَمۡ اَنَّ اللّٰہَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾
Ayat mana pun yang Kami mansukhkan yakni batalkan atau Kami biarkan terlupa,
maka Kami datangkan yang lebih baik
darinya atau yang semisalnya.
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu? (Al-Baqarah [2]:107).
Ada kekeliruan di kalangan umat Islam dalam mengambil kesimpulan dari ayat ini, bahwa beberapa
ayat Al-Quran telah dimansukhkan (dibatalkan). Kesimpulan
itu jelas salah dan tidak beralasan. Tidak ada sesuatu dalam
ayat ini yang menunjukkan bahwa kata āyah itu maksudnya ayat-ayat
Al-Quran. Sebab bagaimana mungkin
Allah Swt. Sendiri yang telah menyatakan bahwa Al-Quran merupakan Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) serta mendapat jaminan pemeliharaan-Nya (QS.15:10),
tetapi masih ada ayat-ayat
Al-Quran yang dibatalkan dan diganti?
Dalam ayat sebelum dan sesudahnya
telah disinggung mengenai golongan Ahlul
Kitab dan kedengkian mereka terhadap wahyu baru (QS,2:106) yang
menunjukkan bahwa āyah yang disebut dalam ayat ini sebagai mansukh (batal) menunjuk kepada wahyu-wahyu atau agama-agama
terdahulu (QS.3:20 & 86) Dijelaskan
bahwa Kitab Suci terdahulu mengandung
dua macam perintah:
(a) yang menghendaki penghapusan karena keadaan sudah berubah dan karena keuniversilan
wahyu baru (Al-Quran) itu
menghendaki pembatalan;
(b) yang mengandung kebenaran
kekal-abadi, atau memerlukan penyegaran
kembali sehingga orang dapat diingatkan
kembali akan kebenaran yang terlupakan, karena itu perlu sekali menghapuskan bagian-bagian tertentu Kitab-kitab Suci itu dan mengganti dengan perintah-perintah baru dan pula menegakkan
kembali perintah-perintah yang sudah hilang, maka Allah Swt. menghapuskan
beberapa bagian wahyu-wahyu
terdahulu, menggantikannya dengan yang baru dan lebih baik, dan di samping itu memasukkan
lagi bagian-bagian yang hilang – atau
sengaja dihilangkan -- dengan
yang sama. Itulah arti yang sesuai
dan cocok dengan konteks (letak) ayat
ini dan dengan jiwa umum ajaran Al-Quran.
Al-Quran Membatalkan Kitab-kitab suci Sebelumnya
Al-Quran telah membatalkan semua Kitab Suci sebelumnya (QS.3:86), sebab sejalan dengan sifat Rabbubiyat Allah Swt. —
mengingat keadaan umat manusia telah berubah — Al-Quran membawa syariat baru yang bukan saja lebih baik daripada semua syariat lama, tetapi ditujukan pula
kepada seluruh umat manusia dari
semua zaman (QS.7:159; QS.21:108; QS,25:2; QS.34:29). Ajaran yang lebih rendah dengan lingkup tugas yang terbatas harus memberikan tempatnya kepada ajaran yang lebih baik dan lebih
tinggi dengan lingkup tugas universal.
Dalam ayat ini kata nansakh (Kami
membatalkan) bertalian dengan kata bi-khairin (yang lebih baik), dan
kata nunsiha (Kami biarkan terlupakan) bertalian dengan kata bi-mitslihā
(yang semisalnya), maksudnya bahwa jika Allah Swt. menghapuskan
sesuatu maka Dia menggantikannya
dengan yang lebih baik, dan bila untuk
sementara waktu Dia membiarkan
sesuatu dilupakan orang, Dia menghidupkannya kembali pada waktu yang
lain.
Diakui oleh ulama-ulama Yahudi
sendiri bahwa sesudah bangsa Yahudi
diangkut sebagai tawanan ke Babil
oleh Nebukadnezar (QS.2:160;
QS.17:5-9) seluruh Taurat (lima Kitab
Nabi Musa a.s.) telah hilang (Encyclopaedia
Biblica). Oleh karena itu kenyataan
tersebut membatalkan tuduhan dusta
dalam ayat: وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ --
“dan kepadanya kaum lain telah
membantunya.” mengenai tuduhan
yang diada-adakan tersebut Allah Swt. selanjutnya berfirman: فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا --
“Maka sungguh mereka
telah berbuat zalim dan dusta.” (QS.25:6).
Al-Quran Bukan Kumpulan “Dongeng”
Kaum-kaum Purbakala & Tantangan Membuat Tandingan
Al-Quran
Tuduhan dusta selanjutnya adalah: وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی
عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا --
“Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Dijawab oleh Allah Swt.
dalam ayat 7: قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.25:6).
Sehubungan dengan tuduhan
tersebut, dalam Surah lain Allah Swt. berrfirman mengenai ketakaburan para penentang
Al-Quran:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُنَا قَالُوۡا قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ نَشَآءُ
لَقُلۡنَا مِثۡلَ ہٰذَاۤ ۙ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَاطِیۡرُ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾
Dan apabila Ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata: “Kami telah mendengar. Jika kami ingin niscaya kami pun dapat mengatakan serupa
itu, tidak lain Al-Quran
ini melainkan dongeng-dongengan
orang-orang dahulu!” (Al-Anfāl
[8]:32).
Orang-orang kafir membual bahwa mereka dapat mengemukakan
suatu gubahan yang sama seperti Al-Quran. Tetapi ini hanya bualan
hampa yang mereka tidak berani
mewujudkan dalam bentuk kenyataan. Tantangan bahwa mereka sekali-kali tidak
akan mampu mengemukakan satu surah pendek
sekalipun yang seperti Surah Al-Quran, tetapi tantangan Allah Swt. tersebut tidak pernah mendapat jawaban, firman-Nya:
وَ اِنۡ کُنۡتُمۡ فِیۡ رَیۡبٍ مِّمَّا
نَزَّلۡنَا عَلٰی عَبۡدِنَا فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ ۪ وَ ادۡعُوۡا
شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اِنۡ
کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ لَّمۡ
تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ
تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ
الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ
﴿﴾
Dan jika kamu
dalam keraguan mengenai apa
yang telah Kami turunkan kepada hamba Kami, فَاۡتُوۡا بِسُوۡرَۃٍ مِّنۡ مِّثۡلِہٖ -- maka buatlah
satu Surah yang semisalnya, وَ ادۡعُوۡا شُہَدَآءَکُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ -- dan panggillah
penolong-penolong kamu selain Allah
jika kamu adalah orang-orang yang benar. فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا -- Tetapi jika
kamu tidak mampu melakukannya,
dan kamu tidak akan pernah mampu
melakukannya, فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ -- maka peliharalah
diri kamu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu
اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ -- yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al-Baqarah [2]:24-25).
Masalah
keindahan Al-Quran yang tiada
bandingannya telah dibicarakan pada lima tempat yang berlainan, yaitu dalam
QS.2:24; QS.10:39; QS.11:14; QS.17: 89; dan QS.52:34-35. Dalam dua dari kelima
ayat itu (QS.2:24 dan QS.10:39) tantangannya
serupa, sedang dalam tiga ayat lainnya tiga
tuntutan terpisah dan berbeda telah dimintakan dari kaum kafir.
Sepintas lalu perbedaan dalam
bentuk tantangan di tempat yang
berlainan itu nampaknya seolah-olah
tidak sama. Tetapi keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Pada hakikatnya
ayat-ayat itu mengandung tuntutan-tuntutan
tertentu yang berlaku untuk selama-lamanya. Tantangan
itu berlaku bahkan hingga sekarang juga dalam semua bentuk yang berbeda-beda
itu, seperti tertera dalam Al-Quran sebagaimana dahulu berlaku di zaman Nabi
Besar Muhammad saw..
Hubungan Pewahyuan Al-Quran
dengan Tuntutan Pemberian Kekayaan
dan Turunnya para Malaikat
Sebelum menerangkan berbagai
bentuk tantangan itu, baiklah
diperhatikan bahwa disebutnya tantangan-tantangan
dalam Al-Quran senantiasa disertai oleh pembicaraan mengenai harta kekayaan dan kekuasaan, kecuali dalam ayat ini
seperti telah dinyatakan di atas, tidak berisikan tantangan baru tetapi hanya mengulangi
tantangan yang dikemukakan dalam QS.10:39.
Dari kenyataan itu dapat diambil
kesimpulan dengan aman, bahwa ada perhubungan erat antara perkara kekayaan dan kekuasaan dengan tantangan
untuk membuat kitab seperti Al-Quran atau sebagiannya. Perhubungan
itu terletak dalam kenyataan bahwa Al-Quran
ditawarkan kepada orang-orang kafir
sebagai khazanah yang sangat berharga.
Ketika orang-orang kafir
meminta kekayaan yang bersifat kebendaan dari Nabi Besar Muhammad saw. (QS.11:13), mereka diberi penjelasan bahwa
beliau saw. mempunyai kekayaan yang
tidak ada bandingannya dalam bentuk Al-Quran. Dan ketika mereka bertanya: “Mengapakah
tidak diturunkan kepadanya suatu khazanah atau datang bersamanya seorang
malaikat?” (QS.11:13), dikatakan kepada mereka sebagai jawaban bahwa para malaikat
memang telah turun kepada beliau saw.
(QS.26:193-199); sebab tugas mereka
adalah membawa firman Allah Swt. (QS.2:98-100; QS.22:76; QS.42:52-54; QS.72:27-29),
dan memang firman itu telah dilimpahkan kepada beliau saw..
Jadi kedua tuntutan
untuk harta kekayaan dan untuk turunnya para malaikat telah
bersama-sama dipenuhi oleh Al-Quran
yang merupakan khazanah yang tidak
ada tara bandingannya diturunkan oleh para malaikat,
dan tantangan untuk membuat semisalnya diajukan sebagai bukti keagungannya yang tiada taranya.
Hikmah Perbedaan Berbagai
Macam Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran
Sekarang mari kita bahas berbagai
ayat yang berisi tantangan itu satu
persatu. Tuntutan terbesar telah
dibuat pada QS.17:89 yang di dalamnya orang-orang
kafir diminta untuk membuat kitab
seperti Al-Quran seutuhnya dengan
segala sifatnya yang beraneka-ragam itu.
Dalam ayat itu orang-orang kafir
tidak diminta mengemukakan buatan
mereka seperti Kalamullāh. Mereka
boleh mengajukannya sebagai gubahannya
sendiri, dan menyatakannya sama atau lebih
baik daripada Al-Quran. Tetapi
oleh karena pada waktu tantangan itu
dibuat Al-Quran belum seluruhnya diwahyukan, maka orang-orang kafir tidak
diminta untuk mendatangkan tandingan
Al-Quran pada waktu itu juga, sehingga
dengan demikian tantangan
tersebut berisikan nubuatan bahwa mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengannya, tidak dalam bentuk
yang ada pada waktu itu dan tidak pula sesudah Al-Quran menjadi lengkap. Lagi
pula tantangan itu tidak terbatas kepada
orang-orang kafir di zaman Nabi Besar
Muhammad saw. saja, tetapi
meluas kepada semua orang yang ragu-ragu
dan menaruh keberatan di setiap
zaman.
Alasan mengapa orang-orang kafir
dalam QS.11:14 diminta membuat hanya 10
Surah saja dan bukan seluruh
Al-Quran adalah karena persoalan
dalam ayat itu tidak bertalian dengan kesempurnaan Al-Quran seutuhnya dalam segala segi, melainkan hanya dengan sebagian saja. Orang-orang kafir telah
menuduh bahwa beberapa bagiannya cacat.
Oleh karena itu mereka tidak diminta membuat kitab yang lengkap seperti
Al-Quran seutuhnya melainkan hanya 10
Surah sebagai ganti bagian-bagian Al-Quran yang dianggap mereka cacat agar kebenaran dari pernyataan
mereka dapat diuji.
Adapun
mengenai pemilihan jumlah khusus 10 Surah
untuk tujuan itu, baik diperhatikan di sini, bahwa oleh karena dalam QS.17:89
Al-Quran seutuhnya didakwakan Kitab yang sempurna, maka para
penentangnya diminta membuat yang serupa seutuhnya,
tetapi karena dalam QS.11:14 pokok
persoalannya ialah bagian-bagiannya
yang tertentu dicela maka mereka
diminta memilih sepuluh bagian
demikian yang nampaknya kepada mereka sangat cacat dan kemudian membuat suatu gubahan yang seperti bagian-bagian yang dicela itu.
Tantangan Membuat Tandingan Al-Quran Berlaku Abadi
Dalam QS.10:39 orang-orang kafir
diminta membuat yang serupa dengan hanya satu
Surah Al-Quran. Hal itu disebabkan bahwa berlainan dengan dua ayat tersebut
di atas, tantangan dalam ayat itu
berupa dukungan pada pengakuan Al-Quran sendiri dan bukan sebagai bantahan terhadap suatu tuduhan dari orang-orang kafir.
Dalam QS.10:38 Al-Quran mendakwakan memiliki 5 sifat yang menonjol. Sebagai dukungan kepada pengakuan
tersebut ayat QS.10:39 mengajukan tantangan kepada mereka yang menolak
atau meragukannya untuk membuat satu
Surah saja, yang mengandung sifat-sifat
itu sama sempurnanya seperti yang ada dalam Surah ke-10.
Tantangan kelima ialah agar membuat tandingan Al-Quran seperti
terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun seperti dalam QS.10:39
orang-orang kafir diminta mengemukakan satu
Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran. Tantangan ini
didahului oleh pengakuan bahwa Al-Quran membimbing
orang-orang bertakwa ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani.
Orang-orang kafir diseru bahwa bila mereka ada dalam keraguan mengenai berasalnya (sumbernya) Al-Quran dari Allah Swt. maka mereka hendaknya menampilkan satu Surah yang kiranya dapat
menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.
Keterangan-keterangan di atas
memperlihatkan bahwa semua tantangan
yang menyeru orang-orang kafir
membuat buku sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali
dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman, tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa
yang paling murni, sebagai wahana
untuk membawakan gagasan-gagasan itu,
sebab jika tidak demikian maka pokok
pembahasannya mungkin akan tetap gelap dan penuh keragu-raguan, dan keindahan paripurna Al-Quran niscaya
akan ternoda.
Jadi, dalam bentuk dan segi apa
pun orang-orang kafir telah ditantang
untuk mengemukakan suatu gubahan
seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan
gaya bahasa dan kecantikan pilihan kata-katanya
yang setanding dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan itu.
Akibat Buruk yang Pasti Terjadi
Namun dengan tegas Allah Swt.
menyatakan bukan hanya ketidak-mampuan
mereka menjawab tantangan-Nya tersebut, bahkan menjelaskan akibat buruk yang pasti terjadi jika mereka menolak petunjuk sempurna Al-Quran, firman-Nya:
فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ
وَ الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Tetapi jika kamu
tidak mampu melakukannya, dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, maka peliharalah diri kamu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu
yang disediakan bagi orang-orang
kafir (Al-Baqarah [2]:24-25).
Kata “bahan bakar” dapat diambil dalam artian kiasan dan berarti bahwa siksaan api (neraka) itu disebabkan oleh
menyembah berhala. Jadi berhala-berhala itu bagaikan “bahan bakar” untuk api (neraka), karena menjadi sarana
untuk menghidupkan api (neraka), atau
“batu” berarti berhala-berhala yang dipuja
orang-orang musyrik sebagai dewa-dewa, maksudnya ialah orang-orang musyrik akan dihinakan dengan
menyaksikan sendiri dewa-dewa
mereka dilemparkan ke dalam api.
Kata-kata an-nās (manusia) dan al-hijārah
(batu) dapat pula dianggap menunjuk kepada dua golongan penghuni neraka; an-nās dapat menunjuk kepada orang-orang kafir yang masih mempunyai
semacam kecintaan kepada Allah Swt.,
sedangkan al-hijārah (batu) adalah mereka yang di
dalam hati mereka sama sekali tidak ada kecintaan kepada Allah Swt..
Orang-orang semacam itu memang tidak lebih dari batu. Kata hijārah itu jamak dari hajar yang berarti,
batu, karang, emas, dan juga seseorang tanpa tanding, yaitu orang
besar, pemimpin (Lexicon Lane).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar