Sabtu, 06 Juni 2015

Makna "Prediksi" Para Malaikat Tentang Munculnya Para Pembuat Kerusakan dan Penumpah Darah Dalam Kisah Monumental "Adam, Malaikat dan Iblis" & Hikmah Surah Al-Falaq




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 69

Makna Prediksi Para Malaikat Tentang  Munculnya Pembuat Kerusakan dan Penumpah Darah Dalam  Kisah Monumental “Adam, Malaikat, dan Iblis” di Akhir Zaman  &  Hikmah Surah Al-Falaq
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai berbagai   hikmah dalam melakukan dialog dengan golongan  Ahli Kitab  -- sehubungan dengan makna sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai makna pematahan salib  yang dilakukan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini, yang erat hubungannya dengan makna “pembagian harta ruhani Al-Quran” yang berlimpah-ruah oleh Al-Masih Mau’ud a.s. tetapi umat Islam menolaknya, sehingga akibatnya umat Islam  tidak mampu membendung gerakan Kristenisasi di  berbagai perjuru dunia yang dilakukan oleh “Dajjal” – si pendusta yang matanya buta sebelah   -- yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian melalui “senjata pena” yakni da’wah lisan dan tulisan, bukan melalui peperangan secara fisik, sehingga tidak akan terjadi tertumpahnya darah di kalangan para pengikut agama Non-Muslim.

Kisah Monumental “Adam, Malaikat dan Iblis”  yang Senantiasa Berulang

       Justru yang terjadi sebaliknya, yakni di kalangan  pengikut Al-Masih Mau’ud a.s. itulah yang akan terjadi tertumpahnya darah mereka, akibat kezaliman para penentang Al-Masih Mau’ud a.s., sebagaimana  yang dikemukakan para malaikat kepada Allah Swt. ketika Dia menyatakan kehendak-Nya akan menjadikan seorang “Khalifah Allah” di muka bumi, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada para  malaikat:   اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً  -- “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang  khalifah di bumi”,  قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ  -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah, وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ  --     padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan Engkau?”  قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ  -- Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui  (Al-Baqarah [2]:31).
         Qāla adalah  perkataan  bahasa Arab yang lazim dan berarti  "ia berkata". Tetapi  kadang-kadang dipakai dalam arti kiasan bila yang dimaksudkannya bukan pernyataan kata kerja, melainkan  keadaan yang sesuai dengan arti kata kerja itu. Ungkapan, Imtala’a al-haudhu wa qāla qathni (Kolam itu menjadi penuh dan ia berkata: “Aku sudah penuh”) tidak berarti bahwa kolam itu benar-benar berkata demikian, hanya keadaannya mengandung arti bahwa kolam itu sudah penuh.
           Percakapan antara Allah Swt.   dan para malaikat dalam ayat tersebut tidak perlu diartikan secara harfiah sebagai sungguh-sungguh telah terjadi. Seperti dinyatakan di atas, kata qāla   kadang-kadang dipakai dalam arti kiasan, untuk mengemukakan hal yang sebenarnya bukan suatu ungkapan lisan, melainkan hanya keadaan yang sama dengan ungkapan lisan. Maka ayat ini hanya berarti bahwa para malaikat itu dengan  keadaan   mereka  menyiratkan jawaban yang di sini dikaitkan kepada kata-kata yang diucapkan mereka.
         Malā’ikah (malaikat-malaikat) yang adalah jamak dari malak diserap dari malaka, yang berarti: ia mengendalikan, mengawasi; atau dari alaka, artinya  ia me-ngirimkan. Para malaikat disebut demikian sebab mereka mengendalikan kekuatan-kekuatan alam atau mereka membawa wahyu Ilahi kepada utusan-utusan (rasul-rasul) Allah dan pembaharu-pembaharu samawi.
         Makna  ayat: قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ  -- mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah, وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ  --     padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan  Engkau?”    

Makna “Prediksi” Para Malaikat &  Keunggulan Adam (Khalifah Allah)  Dibanding Para Malaikat

       Para malaikat tidak mengemukakan keberatan terhadap rencana Ilahi atau  mengaku diri mereka lebih unggul dari Adam a.s.  yang merupakan “khalifah Allah” pada zamannya.  Pertanyaan mereka didorong oleh     pengumuman Allah Swt.  mengenai rencana-Nya untuk mengangkat (menjadikan) seorang khalifah.
        Wujud khalifah diperlukan bila tertib (ketertiban) harus ditegakkan dan hukum harus dilaksanakan. Keberatan semu para malaikat tersebut menyiratkan bahwa akan ada orang-orang di bumi – yakni para penentang Khalifah Allah   -- yang akan membuat kerusakan  dan menumpahkan darah.
        Karena manusia dianugerahi kekuatan-kekuatan besar untuk berbuat baik dan jahat,  para malaikat menyebut segi gelap tabiat manusia, tetapi Allah Swt. mengetahui bahwa  dengan adanya penentangan seperti itu manusia dapat mencapai tingkat akhlak yang sangat tinggi, sehingga ia dapat menjadi cermin (bayangan) Sifat-sifat Ilahi. Jawaban Allah Swt.  اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ -- "Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui"  menyebutkan segi terang tabiat manusia.
          Pertanyaan    -- yang seakan-akan memprotes   -- para malaikat  bukan sebagai celaan terhadap perbuatan Allah Swt.  – sebab   para malaikat diciptakan untuk patuh-taat kepada apa pun kehendak Allah Swt.  (QS.66:7)  -- melainkan sekedar mencari ilmu yang lebih tinggi mengenai sifat dan hikmah  penciptaan    khalifah  tersebut.
           Itulah makna pernyataan para malaikat dalam kata  nusabbihu  dan nuqaddisu: وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ  --     padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan  Engkau?”   Sementara tasbih dipakai bertalian dengan Sifat-sifat Allah Swt. maka taqdis dipergunakan mengenai tindakan-tindakan-Nya.
       Terhadap “keberatan semu” para malaikat tersebut, dalam ayat-ayat selanjutnya Allah Swt. membuktikan “keunggulan  yang dimiliki Adam  yang telah diajari Al-Asmā-ul-husna-Nya, sehingga ketika Allah Swt. memerintahkan kepada mereka untuk “sujud” (patuh-taat) kepada Adam, mereka semua mematuhinya,  kecuali iblis yang takabbur karena mengganggap dirinya lebih mulia daripada Adam  (Khalifah Allah), sehingga akibatnya ia diusir Allah Swt. dari surga keridhaan-Nya  (QS.2:32-35; QS.7:12-14).
         Jadi, pada hakikatnya kisah “Adam, Malaikat dan Iblis  yang dikemukakan dalam Al-Quran merupakan “kisah monumental” yang senantiasa terulang terjadi di berbagai zaman kenabian (QS.7:35-37), termasuk di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).

Pentingnya Melakukan Da’wah Lisan dan  Da’wah Tulisan (Senjata Pena) dengan Cara-cara yang Penuh Hikmah

  Dalam mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman  mewlalui da’wah lisan dan tulisan yakni “pedang pena  -- bukan senjata fisik yang menimbulkan kerusakan dan penumpahan darah  sebagaimana “prediksi” para malaikat   (QS.2:31)  --   maka  merupakan kewajiban umat Islam untuk melakukan da’wah Islam terhadap saudara-saudara Non-Muslim dengan cara-cara yang terbaik  sebagaimana yang telah dan sedang dibahas, firman-Nya:
 اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ اَحۡسَنُ السَّیِّئَۃَ ؕ نَحۡنُ  اَعۡلَمُ  بِمَا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾  وَ قُلۡ رَّبِّ اَعُوۡذُ بِکَ مِنۡ ہَمَزٰتِ الشَّیٰطِیۡنِ ﴿ۙ﴾  وَ  اَعُوۡذُ  بِکَ رَبِّ اَنۡ یَّحۡضُرُوۡنِ ﴿﴾
Tolaklah keburukan dengan yang lebih baik, Kami lebih mengetahui mengenai  yang mereka sifatkan.  Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), aku berlindung kepada Engkau dari hasutan-hasutan syaitan, dan aku berlindung ke­pada Engkau, ya Rabb-ku (Tuhan-ku), supaya mereka jangan  menghampiriku." (Al-Mu’minūn [23]:97-99).
        Senada dengan ayat-ayat tersebut, dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman:
 وَ مَنۡ اَحۡسَنُ  قَوۡلًا  مِّمَّنۡ دَعَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  وَ عَمِلَ  صَالِحًا وَّ قَالَ  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya daripada orang yang mengajak manusia kepada Allah dan beramal saleh serta berkata:  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ --  ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri.” وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ  --  Dan tidak sama kebaikan dan keburukan.  اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ   --   Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ  -- Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi   itu kecuali orang yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan. (Al-Fushshilat [41]:34-36).

Berbagai “Gangguan Syaitan  Dalam Melakukan Da’wat Ilallāh  & Hikmah Surah Al-Falaq

   Karena anjuran kepada kebenaran sudah pasti diikuti oleh kesulitan-kesulitan bagi penganjurnya, ayat ini menasihatkan kepada si penganjur supaya bersabar dan bertabah hati menanggung segala kesulitan, dan malahan supaya membalas keburukan  yang diterima dari penganiaya-penganiaya  dengan kebaikan, yang disebut berbuat ihsan.
   Dalam ayat-ayat tersebut, Nabi Besar Muhammad saw. diperintahkan  bahwa selama beliau saw. tinggal bersama-sama dengan orang-orang kafir di Mekkah, beliau saw. hendaknya menanggung dengan sabar segala caci-maki dan penindasan yang ditimpakan kepada beliau  saw. dan membalas kejahatan itu  dengan kebaikan.
  Kata-kata "syaitan" menunjuk kepada orang-orang terkemuka di antara musuh-musuh Nabi Besar Muhammad saw., dan kata "hasutan-hasutan" maksudnya gerakan untuk memburuk-burukkan dan memfitnah, menghasut orang-orang untuk melawan beliau saw. (QS.6:112-113; Qs.8:49; QS.22:53), selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾  وَ اِمَّا یَنۡزَغَنَّکَ مِنَ الشَّیۡطٰنِ نَزۡغٌ فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰہِ ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ السَّمِیۡعُ الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾
Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi   itu kecuali orang yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan. Dan jika godaan dari syaitan menggoda engkau maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia  Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Fushshilat [41]:36-37). 
  Mengisyaratkan kepada adanya gangguan-gangguan syaitan-syaitan dari kalangan manusia  dalam melakukan Da’wat Ilallah tersebut Allah Swt. berfirman:
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  قُلۡ اَعُوۡذُ  بِرَبِّ الۡفَلَقِ ۙ﴿﴾  مِنۡ  شَرِّ مَا خَلَقَ ۙ﴿﴾  وَ مِنۡ  شَرِّ غَاسِقٍ  اِذَا وَقَبَ ۙ﴿﴾  وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ﴿﴾  وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan) Yang Memiliki fajar,   dari keburukan makhluk yang Dia ciptakan,   dan dari keburukan kegelapan malam apabila meliputi,   dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul,    dan dari keburukan orang yang  dengki apabila ia mendengki” (Al-Falaq [113]:1-6).
     Falaq berarti: fajar; neraka; seluruh makhluk (Lexicon Lane). Maka seorang Muslim diperintahkan agar berdoa:
(1) bila malam kegelapan yang meliputi Islam telah lewat (QS.32:6) dan fajar hari depan yang gemilang telah menyingsing, hendaklah mataharinya bersinar terus hingga mencapai puncaknya pada tengah hari;
 (2) semoga  melindunginya dari kejahatan yang ditimbulkan oleh segala sesuatu yang telah dicipatakan-Nya, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, termasuk pengaruh buruk turun-temurun, lingkungan jahat, pendidikan tidak sempurna, dan sebagainya, dan
(3) supaya Allah Swt. menyelamatkannya dari siksaan neraka di dunia ini maupun di akhirat.
     Ayat ini mungkin mengisyaratkan kepada keburukan-keburukan masa, ketika cahaya kebenaran padam, serta kegelapan dosa dan keburukan tersebar di seluruh permukaan bumi (QS.30:42). Atau, boleh jadi ayat ini menunjuk kepada keburukan-keburukan saat ketika orang sedang dirundung derita dan kemalangan, maka hanya kegelapan belaka yang nampak di sekitarnya serta sinar harapan terakhir pun menghilang.

 Makna  Orang-orang yang  Meniup-niup Buhul

  Isyarat dalam ayat  وَ مِنۡ  شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِی الۡعُقَدِ ۙ    -- “dan dari keburukan orang-orang yang meniupkan ke dalam buhul” ini rupanya ditujukan kepada mereka yang membisik-bisikkan kisikan-kisikan jahat dan menyebabkan ikatan-ikatan serta persahabatan-persahabatan yang tulus jadi berantakan dan menimbulkan pikiran pada orang-orang semangat melawan kekuasaan yang sah atau melanggar sumpah kesetiakawanan, lalu dengan demikian berusaha menimbulkan keresahan dan perpecahan di kalangan umat Islam dan menimbulkan di antara mereka kecenderungan-kecenderungan pecah belah.
   Surah Al-Falaq  membahas segi duniawi kehidupan manusia, sedang surah berikutnya (An-Nās) membahas segi ruhaninya. Manusia dihadapkan kepada macam-macam bahaya dan kesulitan dalam kehidupan ini. Ketika ia di tengah kesibukan melaksanakan sesuatu yang sungguh penting   --  terutama ketika ia mewajibkan atas dirinya menyebarkan cahaya kebenaran   --  maka kekuatan-kekuatan kegelapan mengerubutinya dari segala penjuru; dan ketika ia rupa-rupanya akan berhasil, orang-orang yang mempunyai rencana-rencana jahat menghalangi jalannya dan menimbulkan segala macam rintangan dan kesulitan baginya.
      Tetapi bila ia pada akhirnya berada di mahkota keberhasilan, maka orang-orang berwatak dengki berusaha meluputkan dia dari meraih buah usahanya: وَ مِنۡ  شَرِّ حَاسِدٍ  اِذَا حَسَدَ  -- “dan dari keburukan orang yang  dengki apabila ia mendengki.     Sebagai penjagaan terhadap segala macam rintangan, kesulitan dan bahaya dalam menempuh jalan hidupnya, orang-orang beriman diperintahkan agar memohon pertolongan dan bantuan dari Rabbul-Falaq supaya Dia memberinya nur ketika kegelapan mengepung dari semua jurusan, dan supaya melindunginya dari rencana-rencana jahat tukang-tukang fitnah dan dari persekongkolan jahat para pendengki, sebagaimana dijanjikan iblis kepada Allah Swt. ketika ia diusir dari “surga keridhaan-Nya” karena menolak “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah) bersama para malaikat  ketika Allah Swt. memerintahkannya (QS.7:12-18). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,  5  Juni    2015



1 komentar:

  1. Assalamualaikum.Wr.Wb.
    SAYA IBUERNADITA SEORANG PENJUAL GORENGAN
    INGIN BERBAGI CERITA KEPADA ANDA BAHWA SAYA INI DULUNYA ORANG YANG PALING MENDERITA DI DUNIA.SETIAP HARI SAYA SELALU MENGELUH TENTANG MASALAH KELUARGA SAYA, BAHKAN KAMI PERNAH TIDAK MAKAN DALAM 1 HARI , 1 MALAM, KE ESOKAN HARI NYA ADA TETANGGA KAMI YG MEMBAWAKAN MAKANAN DAN TIDAK DISENGAJA DIA JUGA BERCERITA TENTANG MASALAH HIDUPNYA DULU DAN AKHIRNYA DIA MEMBERIKAN NO AKI KAYANA SAKTI ..TIDAK BERPIKIR PANJANG SAYA LANSUNG MENGHUBUNGI AKI KAYANA SAKTI DAN ALHAMDULILLAH BELIAU SANGAT MEMBANTU SAYA, DAN SAYA SANGAT BERTERIMA KASIH KEPADA AKI KAYANA SAKTI ATAS BANTUANNYA YANG TELAH MEMBERIKAN ANGKA GHOIB, SYUKUR ALHAMDULILLAH TERNYATA ITU BENAR-BENAR TEMBUS DAN KINI SAYA SANGAT BAHAGIA MELIHAT KEHIDUPAN KELUARGA SAYA YG SUDAH JAUH LEBIH BAIK DARI SEBELUMNYA ,,DAN KAMI JUGA SUDAH BERENCANA INGIN MEMBUKA TOKO SENDIRI, DAN SEMUA UTANG-UTANG SAYA YANG ADA DI BANK ALHAMDULILLAH JUGA SUDAH BISA TERLUNASI, ITU SEMUA BERKAT BANTUAN AKI KAYANA SAKTI, DAN KAMI SEKELUARGA AKAN SELALU MEN DOAKAN AKI SEMOGA DI BERIKAN REJEKI YANG BERLIMPAH, SEHAT SELALU DAN PANJANG UMUR,,…
    BAGI ANDA YG INGIN SEPERTI SAYA YG MEMERLUKAN BANTUAN AKI KAYANA SAKTI SILAHKAN HUB/SMS DI NOMOR (0823-3664-2456 ) SILAHKAN ANDA MEMBUKTIKANNYA SENDIRI TERIMAH KASIH…

    BalasHapus