بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 77
Berbagai Tuduhan
Dusta yang Terus Berubah Terhadap Nabi
Besar Muhammad Saw. dan Al-Quran &
Jawaban Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai gambaran yang
bertolak-belakang dengan orang-orang bertakwa yang dikemukakan dalam
ayat-ayat sebelumnya tentang orang-orang
yang beriman
kepada “Nur (cahaya) di atas nur (cahaya)”— yakni Nabi Besar Muhammad saw.
(QS:24:36-39), firman-Nya:
وَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اَعۡمَالُہُمۡ
کَسَرَابٍۭ بِقِیۡعَۃٍ یَّحۡسَبُہُ الظَّمۡاٰنُ مَآءً ؕ حَتّٰۤی اِذَا
جَآءَہٗ لَمۡ یَجِدۡہُ شَیۡئًا وَّ وَجَدَ اللّٰہَ عِنۡدَہٗ فَوَفّٰىہُ حِسَابَہٗ ؕ وَ اللّٰہُ سَرِیۡعُ
الۡحِسَابِ ﴿ۙ﴾ اَوۡ کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ
مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ سَحَابٌ ؕ ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ ؕ اِذَاۤ اَخۡرَجَ
یَدَہٗ لَمۡ یَکَدۡ یَرٰىہَا ؕ وَ مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ لَہٗ
نُوۡرًا فَمَا لَہٗ
مِنۡ نُّوۡرٍ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir amal-amal mereka bagaikan
fatamorgana di padang pasir,
orang-orang yang haus menyangkanya air,
hingga apabila ia
mendatanginya ia tidak mendapati sesuatu
pun, dan ia mendapati Allah di
sisinya lalu Dia membayar penuh
perhitungannya, dan Allah sangat
cepat dalam perhitungan. اَوۡ
کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ
فَوۡقِہٖ سَحَابٌ -- Atau seperti
kegelapan di lautan yang dalam, di atasnya gelombang demi gelombang meliputinya, di atasnya lagi ada awan hitam. ظُلُمٰتٌۢ بَعۡضُہَا فَوۡقَ بَعۡضٍ -- Kegelapan sebagiannya di atas sebagian lain.
اِذَاۤ اَخۡرَجَ یَدَہٗ لَمۡ
یَکَدۡ یَرٰىہَا -- Apabila
ia mengulurkan tangannya ia
hampir-hampir tidak dapat melihatnya, وَ مَنۡ لَّمۡ یَجۡعَلِ اللّٰہُ لَہٗ
نُوۡرًا فَمَا لَہٗ
مِنۡ نُّوۡرٍ -- dan barangsiapa baginya Allah tidak menjadikan nur maka baginya tidak ada nur (An-Nūr
[24]:40-41).
Dalam ayat-ayat 37-39 di atas
telah dikemukakan kata-kata penghargaan
Allah Swt. yang ditujukan kepada suatu golongan manusia yaitu para pencinta nur Ilahi dan hamba-hamba Allah yang bertakwa. Ayat-ayat membicarakan sesuatu golongan manusia
lainnya yaitu anak-anak kegelapan.
Golongan pertama menerima nur serta
berjalan di dalamnya. Keadaan mereka yang sungguh membangkitkan rasa iri itu telah digambarkan dalam tamsil dengan kata-kata “nur di atas
nur”. Sedangkan golongan kedua menolak
nur Ilahi dan memilih jalan kegelapan
dalam rimba keragu-raguan.
Segala usaha mereka terbukti sia-sia serta menyesatkan, laksana suatu fatamorgana.
Mereka suka kepada kegelapan,
mengikuti langkah kegelapan dan
tinggal dalam kegelapan, maka keadaan mereka yang tidak menarik itu
telah dilukiskan dengan tepat dan jelas lagi terperinci dengan kata-kata اَوۡ
کَظُلُمٰتٍ فِیۡ بَحۡرٍ لُّجِّیٍّ یَّغۡشٰہُ مَوۡجٌ مِّنۡ فَوۡقِہٖ مَوۡجٌ مِّنۡ
فَوۡقِہٖ سَحَابٌ -- “ atau seperti kegelapan di lautan yang
dalam, di atasnya gelombang demi gelombang meliputinya, di atasnya lagi ada
awan hitam. Kegelapan sebagiannya di atas sebagian lain.
Orang-orang yang Di Akhirat
Dibangkitkan Dalam Keadaan Buta
Sehubungan dengan kedua golongan yang
keadaannya bertolak-belakang
tersebut, dalam Surah berikut ini Allah
Swt. berfirman:
اَوَ مَنۡ کَانَ مَیۡتًا فَاَحۡیَیۡنٰہُ وَ جَعَلۡنَا
لَہٗ نُوۡرًا یَّمۡشِیۡ بِہٖ فِی
النَّاسِ کَمَنۡ مَّثَلُہٗ فِی
الظُّلُمٰتِ لَیۡسَ
بِخَارِجٍ مِّنۡہَا ؕ کَذٰلِکَ زُیِّنَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ مَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ اَکٰبِرَ
مُجۡرِمِیۡہَا لِیَمۡکُرُوۡا فِیۡہَا ؕ وَ مَا یَمۡکُرُوۡنَ اِلَّا بِاَنۡفُسِہِمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾
Dan
apakah orang yang telah mati lalu Kami menghidupkannya dan Kami menjadikan baginya cahaya dan
ia berjalan dengan cahaya itu
di tengah-tengah manusia, sama seperti keadaan orang yang berada di dalam berbagai macam
kegelapan dan ia sekali-kali
tidak dapat keluar darinya?
Demikianlah telah ditampakkan indah bagi orang-orang
kafir apa yang senantiasa mereka kerjakan. Dan demikianlah Kami menjadikan di dalam tiap negeri
pendosa-pendosa besarnya, supaya mereka
melakukan makar di dalam negeri itu, tetapi sekali-kali tidak ada yang terkena makar mereka
kecuali dirinya sendiri tetapi mereka tidak menyadarinya (Al-An’ām [6]:123-124).
Kegagalan manusia di dunia ini memperoleh “cahaya Ilahi” – yakni makrifat
Ilahi yang hakiki – sebagaimana
diajarkan para Rasul Allah, terutama Nabi Besar Muhammad saw., maka di akhirat
pun ia akan berada dalam kegelapan atau
mereka akan dibangkitkan dalam
keadaan buta, firman-Nya:
وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی
فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan barangsiapa buta di dunia ini
maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan (Bani Israil [17]:73).
Ketidak-mampuan
Melihat Ayat-ayat (Tanda-tanda) Allah Swt., Khususnya Rasul Allah
Mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang
wajar di dunia ini akan tetap luput dari
penglihatan ruhani di dalam akhirat. Al-Quran menyebut “buta” orang-orang yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah yang terdapat di alam semesta ini – yang
terbesar dari Tanda-tanda Allah
tersebut adalah Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.3:191-195)
-- serta tidak memperoleh manfaat darinya. Orang-orang seperti itu
di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan
buta, firman-Nya lagi:
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ
مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ رَبِّ
لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ
قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا ﴿﴾ قَالَ
کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ وَکَذٰلِکَ
الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ
الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
النُّہٰی ﴿﴾٪ وَ لَوۡ لَا
کَلِمَۃٌ سَبَقَتۡ مِنۡ رَّبِّکَ لَکَانَ لِزَامًا
وَّ اَجَلٌ مُّسَمًّی ﴿﴾ؕ
Dan
barangsiapa berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya
ada kehidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada Hari Kiamat
dalam keadaan buta. Ia berkata:
"Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), mengapa
Engkau membangkitkan aku dalam keadaan
buta, padahal sesunguhnya dahulu aku
dapat melihat?' Dia berfirman: "Demikianlah telah datang kepada kamu Tanda-tanda Kami,
tetapi engkau melupakannya dan demikian
pula engkau dilupakan pada hari ini." Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda
Rabb-nya (Tuhan-nya), dan niscaya azab akhirat itu lebih keras dan lebih kekal. Maka apakah tidak memberi petunjuk kepada mereka berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan di tempat-tempat tinggal
mereka yang telah hancur?
Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu
benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā [20]:125-129).
Ayat
125-126 menjelaskan bahwa seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt.
dunia serta menjalani cara hidup yang menghalangi
dan menghambat perkembangan ruhaninya, dan dengan demikian membuat dirinya tidak
layak menerima nur dari Allah Swt. akan dilahirkan dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya kembali pada kehidupan di akhirat.
Hal itu
menjadi demikian karena ruhnya di dunia ini - yang akan berperan
sebagai tubuh bagi ruh
yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat - telah menjadi buta, sebab ia telah menjalani kehidupan
yang bergelimang dosa di dunia ini. Dan sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkit‑kan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan?
Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah
menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah
menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya
jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta.
Ayat 127-129 dapat
pula berarti bahwa karena orang kafir
tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat
Ilahi dan tetap asing dari Sifat-sifat
itu, maka pada hari kebangkitan —
ketika Sifat-sifat itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing
dari Sifat-sifat itu tidak akan mampu mengenalinya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta
yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
Berbagai Tuduhan Dusta Berkenaan Nabi
Besar Muhammad saw. dan Al-Quran
Kembali kepada Surah Al-Ankabut, setelah
mengemukakan petunjuk cara menyampaikan da’wah kepada golongan Ahli Kitab (QS.29:47-48) selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai kebenaran Al-Quran sebagai wahyu Ilahi -- bukan gubahan
Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana
para penentang tuduhkan (QS.25:5-6) -- firman-Nya:
وَ مَا
کُنۡتَ تَتۡلُوۡا مِنۡ قَبۡلِہٖ مِنۡ کِتٰبٍ وَّ لَا تَخُطُّہٗ بِیَمِیۡنِکَ اِذًا لَّارۡتَابَ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ ؕ وَ مَا یَجۡحَدُ بِاٰیٰتِنَاۤ اِلَّا الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan engkau sebelumnya sekali-kali tidak pernah
membacakan satu pun Kitab, dan tidak pula
engkau menulisnya dengan tangan
kanan engkau, sebab jika demikian niscaya orang-orang yang mendustakan menjadi ragu. Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang
nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang akan menolak Tanda-tanda
Kami, kecuali orang-orang zalim (Al-Ankabūt [29]:49-50).
Kenyataan bahwa orang yang tidak dapat membaca maupun menulis, dan karena dilahirkan di sebuah negeri -- serta tinggal di tengah-tengah masyarakat -- yang terputus
dari segala hubungan dengan masyarakat
beradab, dapat dianggap tidak
mempunyai ilmu tentang kitab-kitab
wahyu lainnya, mampu menghasilkan sebuah kitab, yang tidak saja mengandung segala sesuatu yang bernilai abadi dan terdapat di dalam kitab-kitab suci, tetapi juga merupakan ikhtisar dari semua ajaran universal, yang dimaksudkan untuk memenuhi hasrat-hasrat dan keperluan-keperluan akhlak dan keruhanian
manusia untuk segala zaman dan masa, merupakan suatu bukti yang tidak dapat dibantah bahwa Al-Quran
adalah kitab yang diwahyukan dan Nabi Besar Muhammad saw. adalah Guru Jagat yang diutus oleh Allah Swt..
Kalau
ayat sebelumnya (49) menunjuk kepada kesaksian lahiriah untuk menunjang kebenaran Al-Quran sebagai kalam Ilahi, maka ayat 50 ini
memberikan kesaksian batiniah, ialah,
bahwa dari hati mereka yang telah dilimpahi ilmu Al-Quran membersit sumber cahaya Ilahi: بَلۡ ہُوَ اٰیٰتٌۢ
بَیِّنٰتٌ فِیۡ صُدُوۡرِ الَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ -- “Bahkan Al-Quran itu adalah Tanda-tanda yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu.”
Dengan demikian benarlah firman
Allah Swt. berikut ini mengenai kacau-balaunya
berbagai tuduhan terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾ وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا
فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾ قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾ وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ
الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ
ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾ اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ
جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا
رَجُلًا مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ
فَضَلُّوۡا فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini tidak lain melainkan kedustaan yang ia telah mengada-adakannya, dan
kepadanya kaum lain telah
membantunya.” Maka sungguh mereka
telah berbuat zalim dan dusta.
Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” Dan
mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,
ia makan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya? “Atau hendaknya
diturunkan kepadanya khazanah atau ada
baginya kebun untuk makan darinya.” Dan
orang-orang yang zalim itu
berkata: ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah,
bagaimana mereka membuat tamsilan
bagi engkau, maka mereka
telah sesat dan mereka tidak dapat
menemukan jalan. (Al-Furqān [25]:5-10).
Berbagai Jawaban Allah Swt.
Ayat 5
dan ayat 6 menunjuk kepada dua tuduhan
orang-orang kafir terhadap Nabi Besar Muhammad saw. mengenai Al-Quran, dan menjawab
tuduhan-tuduhan itu. Jawaban kepada tuduhan
yang pertama bahwa Nabi Besar Muhammad
saw. mengada-adakan dusta,
yaitu bahwa mereka tidak adil
melancarkan tuduhan semacam itu.
Nabi Besar Muhammad saw. telah tinggal di tengah-tengah mereka untuk suatu masa yang panjang sebelum itu dan mereka sendiri semuanya menjadi saksi atas ketulusan hati dan kebenaran beliau (QS.10:17), karena itu bagaimanakah
mereka sekarang dapat menuduh beliau saw.
pemalsu?: وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ -- “Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini tidak
lain melainkan kedustaan yang
ia telah
mengada-adakannya. ”
Jawaban kepada tuduhan kedua: وَ اَعَانَہٗ عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ -- “dan kepadanya kaum lain telah membantunya.” فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا -- “Maka sungguh mereka telah berbuat zalim dan dusta.”
Yaitu bahwa siapa pun yang dikatakan pembantu
Nabi Besar Muhammad saw. pastilah
mereka menganut beberapa kepercayaan dan itikad, akan tetapi dalam
kenyataannya Allah Swt. dalam Al-Quran
menolak dan merombak semua kepercayaan
yang palsu dan membatalkan serta memperbaiki kepercayaan-kepercayaan
lainnya (QS.2:107). Oleh karena itu bagaimanakah seseorang dianggap membantu
beliau saw. untuk menciptakan sebuah
kitab yang telah memotong urat nadi
kepercayaan dan itikad-itikad yang begitu mereka junjung dan muliakan itu?
Tuduhan dusta selanjutnya adalah: وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی
عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا -- “Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Dijawab oleh Allah Swt.
dalam ayat 7: قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Ayat 8 mengemukakan tuduhan selanjutnya yang mereka ada-adakan ketika menyadari bahwa tuduhan-tuduhan yang mereka
lontarkan sebelumnmya sangat lemah: وَ قَالُوۡا
مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ
اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا -- Dan
mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,
ia makan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya?”
Makna lain dari ayat مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ (“Rasul
macam apakah ini) adalah “Apakah gerangan yang terjadi dengan rasul
itu?” Sedangkan ayat selanjutnya mengemukakan tuduhan-tuduhan dusta berikutnya yang terus berubah: “ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya?”
Makna
ayat 10: اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا فَلَا
یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا -- “Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka
tidak dapat menemukan jalan.” Yakni orang-orang kafir mempunyai tanggapan yang sangat rendah sekali mengenai nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya.
Mereka telah membuat patokan yang
mereka adakan sendiri untuk menguji
kebenaran rasul-rasul Allah, akibatnya bahwa daripada mendapatkan jalan yang lurus, malahan mereka terus
meraba-raba dalam kegelapan, keraguan, dan kekafiran.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 13 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar