بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 65
Allah Swt. Mengumpamakan
Bangsa-bangsa Kristen dari Barat -- Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- Sebagai Seorang Laki-laki Pemilik
“Dua Kebun” yang Takabbur dan Kikir & Celaan Keras Allah Swt. Terhadap "Trinitas" dan "Penebusan Dosa"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai keberhasilan duniawi
bangsa-bangsa Kristen dari barat dalam firman-Nya berikut ini:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿ ﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam
itu lagi mereka akan mengambilnya.
Bukankah telah diambil perjanjian
dari mereka dalam Kitab bahwa
mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq,
dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? وَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ
خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ
اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ -- Padahal kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa,
apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-Arāf [7]:170).
Peringatan Nabi Besar Muhammad Saw. kepada Umat
Islam
Itulah sebabnya Allah
Swt. telah memperingatkan umat Islam
melalui Nabi Besar Muhammad saw. agar mereka jangan terpesona oleh keberhasilan
duniawi bangsa-bangsa Kristen dari barat yakni Gog (Ya’juj)
dan Magog (Ma’juj), sehingga
mengikuti gaya hidup duniawi
mereka, firman-Nya:
لَا
یَغُرَّنَّکَ تَقَلُّبُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِی الۡبِلَادِ ﴿﴾ؕ مَتَاعٌ قَلِیۡلٌ ۟
ثُمَّ مَاۡوٰىہُمۡ جَہَنَّمُ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ ﴿﴾ لٰکِنِ الَّذِیۡنَ اتَّقَوۡا رَبَّہُمۡ لَہُمۡ جَنّٰتٌ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا نُزُلًا مِّنۡ عِنۡدِ
اللّٰہِ ؕ وَ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ
لِّلۡاَبۡرَارِ ﴿﴾
Janganlah sekali-kali engkau
terpedaya oleh lalu-lalang
orang-orang kafir di dalam negeri. Itu adalah sedikit kesenangan sementara kemudian tempat
kediaman mereka adalah Jahannam, dan Jahanam itu tempat yang seburuk-buruknya. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya (Tuhannya),
bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya, suatu hidangan dari sisi
Allah, dan apa yang ada di sisi Allah
adalah lebih baik bagi orang-orang berbuat
kebajikan. (Ali ‘Imran [3]:197-199).
Ayat 197 di samping mempunyai hubungan dengan zaman Nabi Besar Muhammad saw., juga kena benar kepada kemajuan secara kebendaan yang menakjubkan di tengah bangsa-bangsa Kristen dalam segala
bidang kehidupan di Akhir Zaman ini. Ayat ini
pun memperingatkan kaum Muslimin agar
jangan tertipu atau terpukau oleh kesilauan kemajuan sementara dan fana (tidak kekal) kehidupan
duniawi ini.
Kesejahteraan duniawi bangsa-bangsa
Kristen itu hanya untuk sementara
saja, dan ayat ini mengisyaratkan kepada hukuman
mengerikan yang tersedia bagi mereka dan yang kini sungguh-sungguh telah
mulai menimpa mereka. Itulah makna
ayat: مَتَاعٌ قَلِیۡلٌ ۟ ثُمَّ مَاۡوٰىہُمۡ
جَہَنَّمُ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمِہَادُ -- “Itu
adalah sedikit kesenangan sementara kemudian tempat
kediaman mereka adalah Jahannam, dan Jahanam itu tempat yang seburuk-buruknya.”
Nuzul
dalam ayat نُزُلًا مِّنۡ
عِنۡدِ اللّٰہِ -- “suatu
hidangan dari sisi Allah” itu ism masdar dari
nazala, yang berarti: ia turun; ia tinggal atau menetap di satu tempat;
mengandung arti (1) tempat tamu-tamu menginap (2) makanan yang disediakan untuk
tamu-tamu (Lexicon Lane),
ayat tersebut menggambarkan kehormatan
dari Allah Swt. kepada orang-orang yang
bertakwa kepada-Nya.
Makna “Aliran Sungai” di
antara “Dua Kebun” & Nasihat
Kawan “Pemilik Kebun” yang Sombong
dan Kikir
Kembali kepada perumpamaan dua kebun milik seorang laki-laki yang kikir dalam (Al-Kahf [18]:33-37), selanjutnya
Allah Swt. berfirman: , وَّ فَجَّرۡنَا خِلٰلَہُمَا نَہَرًا -- dan di
antara keduanya Kami mengalirkan sebuah sungai” (ayat 34). Makna "sungai"
melukiskan masa Nabi Besar Muhammad saw.,
yang melalui beliau saw. beberapa bagian ajaran-ajaran
Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang murni tetap dipelihara
dan dilestarikan dalam Al-Quran.
Atau dapat pula tertuju kepada Al-Masih
Mau’ud a.s. – yang selain sebagai misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) --
juga merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5) yang menurut
Nabi Besar Muhammad saw. antara lain mendapat tugas dari Allah Swt. untuk
“mematahkan salib” dan “membunuh babi”.
Bangsa-bangsa Kristen yang gagah-perkasa dan
kaya-raya itu akan menghina dan mencela orang-orang Muslim yang miskin dan lemah itu atas kemiskinannya
dan kurangnya sarana kebendaan di tangan mereka. Itulah makna ayat: وَّ کَانَ لَہٗ ثَمَرٌ
-- dan
ia senantiasa mempunyai buah yang banyak,
فَقَالَ
لِصَاحِبِہٖ وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ اَنَا اَکۡثَرُ مِنۡکَ مَالًا وَّ اَعَزُّ نَفَرًا -- maka ia
berkata kepada kawannya ketika ia bercakap-cakap dengannya: "Lihatlah, aku lebih banyak dalam harta daripada engkau
dan mempunyai golongan yang lebih kuat.”
(QS.18:35).
Oleh
karena merasa bangga akan kemajuan kebendaannya, bangsa-bangsa Kristen dari barat itu akan membiarkan diri mereka asyik berkecimpung dalam kehidupan duniawi yang serba senang
dan mewah, dan dalam kepongahan dan kesombongannya akan menduga
dengan keliru bahwa kekuasaan, kemajuan,
dan kesejahteraan duniawi mereka akan
kekal abadi, dan oleh karena dinina-bobokan oleh perasaan aman dan puas yang
palsu, mereka akan tenggelam sama
sekali dalam kehidupan penuh bergelimang
dosa dan keburukan.
Itulah makna
firman Allah Swt. selanjutnya: وَ دَخَلَ جَنَّتَہٗ وَ ہُوَ ظَالِمٌ لِّنَفۡسِہٖ -- Dan ia memasuki kebunnya dalam keadaan zalim terhadap dirinya. قَالَ مَاۤ اَظُنُّ اَنۡ تَبِیۡدَ ہٰذِہٖۤ اَبَدًا -- la
berkata: "Aku yakin kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. وَّ مَاۤ اَظُنُّ السَّاعَۃَ قَآئِمَۃً -- Dan
aku sama sekali tidak meyakini bahwa
Saat yang dijanjikan itu akan datang, وَّ لَئِنۡ رُّدِدۡتُّ اِلٰی رَبِّیۡ لَاَجِدَنَّ خَیۡرًا مِّنۡہَا مُنۡقَلَبًا -- dan seandainya aku benar-benar dikembalikan
kepada Rabb-ku (Tuhan-ku) pasti
aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik darinya." (Al-Kahf
[18]:36-37).
Menanggapi
ketakaburan pemilik kebun tersebut
selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai tanggapan kawannya yakni Nabi Besar Muhammad saw. atau Al-Masih Mau’ud a.s. – yang merupakan pengutusan kedua kali secara ruhani beliau saw. di Akhir
Zaman ini (QS.62:3-5) dan sebagai misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58):
قَالَ لَہٗ صَاحِبُہٗ وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ اَکَفَرۡتَ
بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ
مِنۡ تُرَابٍ
ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ سَوّٰىکَ
رَجُلًا ﴿ؕ﴾ لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾ وَ لَوۡ لَاۤ
اِذۡ دَخَلۡتَ
جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا
بِاللّٰہِ ۚ اِنۡ تَرَنِ اَنَا
اَقَلَّ مِنۡکَ
مَالًا وَّ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ فَعَسٰی رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا
حُسۡبَانًا مِّنَ السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ
صَعِیۡدًا زَلَقًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ یُصۡبِحَ مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا ﴿﴾ وَ اُحِیۡطَ
بِثَمَرِہٖ فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ
کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ
بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا ﴿﴾ وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ
یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ مَا
کَانَ مُنۡتَصِرًا ﴿ؕ﴾ ہُنَالِکَ
الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ
ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا ﴿﴾
Kawannya berkata kepadanya sedang ia bercakap-cakap dengannya: اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ
سَوّٰىکَ
رَجُلًا -- "Apakah engkau tidak percaya kepada Yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari air mani, lalu menyempurnakan engkau menjadi seorang
laki-laki? لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Tetapi Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku),
dan aku tidak akan mempersekutukan
seseorang pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku). وَ لَوۡ لَاۤ اِذۡ دَخَلۡتَ
جَنَّتَکَ قُلۡتَ مَا شَآءَ اللّٰہُ ۙ لَا قُوَّۃَ اِلَّا بِاللّٰہِ -- Dan mengapa ketika engkau memasuki kebun engkau,
engkau tidak mengatakan: "Apa yang
Allah kehendaki, tidak ada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. اِنۡ تَرَنِ اَنَا اَقَلَّ مِنۡکَ مَالًا
وَّ وَلَدًا -- Jika
engkau memandang aku lebih kurang
dari engkau dalam harta dan anak-anak, فَعَسٰی رَبِّیۡۤ اَنۡ یُّؤۡتِیَنِ خَیۡرًا مِّنۡ جَنَّتِکَ -- maka mungkin Rabb-ku (Tuhan-ku) akan
menganugerahkan kepadaku sesuatu
yang lebih baik daripada kebun engkau وَ یُرۡسِلَ عَلَیۡہَا حُسۡبَانًا مِّنَ
السَّمَآءِ فَتُصۡبِحَ صَعِیۡدًا زَلَقًا
-- dan mengirimkan atasnya petir
dari langit sehingga menjadi
dataran yang licin tandas, اَوۡ یُصۡبِحَ
مَآؤُہَا غَوۡرًا فَلَنۡ تَسۡتَطِیۡعَ لَہٗ طَلَبًا
-- atau airnya
dijadikan surut ke dalam tanah lalu engkau
tidak akan mampu mencarinya." وَ اُحِیۡطَ بِثَمَرِہٖ -- Dan dihancurkan semua buahnya فَاَصۡبَحَ یُقَلِّبُ کَفَّیۡہِ عَلٰی مَاۤ اَنۡفَقَ فِیۡہَا -- lalu ia mulai membolakbalikkan (meremas-remas) kedua tangannya menyesali atas apa yang ia telah belanjakan untuk itu,
وَ ہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا -- sedang seluruhnya telah roboh atas para-paranya
(atapnya). وَ یَقُوۡلُ یٰلَیۡتَنِیۡ لَمۡ اُشۡرِکۡ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Dan ia berkata: ”Aduhai alangkah baiknya jika aku
tidak mempersekutukan siapa pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).” وَ لَمۡ تَکُنۡ لَّہٗ فِئَۃٌ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ -- Dan tidak ada baginya satu golongan untuk menolongnya selain Allah, وَ مَا
کَانَ مُنۡتَصِرًا -- dan tidak
pula ia dapat membela diri. ہُنَالِکَ الۡوَلَایَۃُ لِلّٰہِ الۡحَقِّ ؕ ہُوَ خَیۡرٌ ثَوَابًا وَّ خَیۡرٌ عُقۡبًا
-- Dalam keadaan yang demikian pertolongan itu hanya dari Allah Yang
Maha Benar. Dia sebaik-balk Pemberi
ganjaran dan sebaik-baik Pemberi
balasan. (Al-Kahf [18]:38-44).
Makna Mengapa “Bangsa Kristen” Diumpamakan Sebagai Seorang Laki-laki Pemilik “Dua
Kebun” yang Takabbur dan Kikir
Ayat 38-39:
قَالَ لَہٗ صَاحِبُہٗ وَ ہُوَ یُحَاوِرُہٗۤ -- Kawannya
berkata kepadanya sedang ia
bercakap-cakap dengannya: اَکَفَرۡتَ بِالَّذِیۡ خَلَقَکَ مِنۡ تُرَابٍ ثُمَّ مِنۡ نُّطۡفَۃٍ ثُمَّ
سَوّٰىکَ
رَجُلًا -- "Apakah engkau tidak percaya kepada Yang menciptakan engkau dari tanah, kemudian dari air mani, lalu menyempurnakan engkau menjadi seorang
laki-laki? لٰکِنَّا۠ ہُوَ اللّٰہُ رَبِّیۡ وَ لَاۤ اُشۡرِکُ بِرَبِّیۡۤ اَحَدًا -- Tetapi Dia-lah Allah Rabb-ku (Tuhan-ku),
dan aku tidak akan mempersekutukan
seseorang pun dengan Rabb-ku (Tuhan-ku).”
Sehubungan dengan ayat tersebut dalam Surah
lain Allah Swt. menjelaskan dalam bentuk nubuatan, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اِذَا
السَّمَآءُ انۡفَطَرَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا
الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ ۙ﴿﴾ عَلِمَتۡ نَفۡسٌ
مَّا قَدَّمَتۡ وَ اَخَّرَتۡ ؕ﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,
dan apabila lautan-lautan dialirkan, dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. Setiap
jiwa akan mengetahui apa yang mereka dahulukan dan apa yang mereka tinggalkan di belakang.
(Al-Infithar [82:7-13).
Surah
Al-Infithar ini secara khusus
mengupas keadaan ketika agama Kristen
akan mencapai kemajuan besar dalam
berbagai bidang duniawi serta itikad-itikad Kristen: Trinitas, Isa anak Tuhan,
dan penebusan dosa – akan sangat
merajalela. Kepada merajalelanya ajaran-ajaran
Kristen yang palsu itulah
Al-Quran mengisyaratkan dengan kata-kata keras: “Hampir-hampir seluruh
langit pecah oleh karenanya, dan bumi terbelah dan gunung-gunung rebah
berkeping-keping, disebabkan mereka menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Pemurah
mempunyai seorang anak” (QS.19:91-92).
Ayat yang sedang dibahas
ini اِذَا السَّمَآءُ
انۡفَطَرَتۡ -- “Apabila
langit terbelah” menunjuk kepada dua
ayat tersebut dan mengandung arti bahwa pada saat itu kepercayaan-kepercayaan Kristen yang palsu itu akan menguasai
dunia, dan sebagai akibatnya akan
bangkit amarah Tuhan serta azab Ilahi
akan menimpa dunia dalam berbagai
bentuk.
Berbicara dalam bahasa kiasan, ayat وَ اِذَا الۡکَوَاکِبُ انۡتَثَرَتۡ -- “dan
apabila bintang-bintang jatuh berserakan” berarti bahwa di Akhir Zaman orang-orang yang memiliki ilmu dan tuntunan ruhani
sejati akan hilang atau akan
menjadi langka.
Makna ayat وَ اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ -- “dan apabila lautan-lautan dialirkan”, mengisyaratkan kepada kemajuan bangsa-bangsa Kristen dari barat dalam
bidang iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi), sehingga mampu membuat kanal-kanal yang menghubungkan dua lautan, dimana kapal-kapal laut harus melakukan perjalanan laut yang sangat jauh dan lama yang membutuhkan biaya yang sangat besar.
Tetapi dengan dibuatnya terusan Suez dan terusan Panama, pada masa
itu lautan-lautan raya dan samudera-samudera besar dibuat mengalir
dan berhubungan satu sama lain dengan
perantaraan terusan-terusan; atau teluk-teluknya akan digali menjadi lebar sehingga kapal-kapal besar – baik kapal-kapal dagang mau pun kapal-kapal perang -- dapat keluar masuk ke sana. Dengan
demikian isyarat ayat وَ اِذَا الۡبِحَارُ فُجِّرَتۡ -- “dan apabila lautan-lautan dialirkan dapat pula
tertuju kepada penggalian Terusan Panama
dan Terusan Suez.
Makna ayat
selanjutnya وَ اِذَا الۡقُبُوۡرُ بُعۡثِرَتۡ ۙ -- “dan apabila kuburan-kuburan dibongkar.” Di Akhir
Zaman kuburan-kuburan akan digali seperti telah terjadi dengan
kuburan-kuburan raja-raja Mesir purba;
atau ayat ini dapat berarti bahwa kota-kota
dan tugu-tugu peringatan kaum-kaum
purbakala yang telah terpendam dan
telah lama dilupakan akan digali kembali.
Nubuatan Mengenai Kesadaran Para Penganut Agama Kristen yang Keliru &
Celaan Keras Allah Swt. Terhadap
Ajaran Kristen
Dalam
ayat عَلِمَتۡ نَفۡسٌ مَّا قَدَّمَتۡ وَ اَخَّرَتۡ -- “Setiap jiwa akan mengetahui apa yang mereka
dahulukan dan apa yang mereka tinggalkan
di belakang” bersama-sama beberapa ayat berikutnya, sapaan itu ditujukan kepada para tokoh dan penganjur ajaran Kristen yang keliru
itu. Mereka akhirnya akan menyadari mengenai kekejian
dan keburukan ajaran palsu mereka
itu, sebagaimana firman-Nya:
وَ
قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ جِئۡتُمۡ
شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ
تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ
دَعَوۡا لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ
اَحۡصٰہُمۡ وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ
کُلُّہُمۡ اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang
anak laki-laki." Sungguh
kamu benar-benar telah
mengucapkan sesuatu yang sa-ngat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah
karenanya, bumi terbelah, dan
gunung-gunung runtuh berkeping-keping,
karena mereka menyatakan bagi Tuhan
Yang Maha Pemurah punya anak laki-laki.
Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil seorang
anak laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai
hamba. Sungguh Dia benar-benar mengetahui jumlah mereka dan meng-hitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya
pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-95).
Paham
bahwa Yesus anak Allah itu begitu mengerikan, sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung
dapat hancur berkeping-keping dan rebah ke tanah karena kejinya kepercayaan itu. Kepercayaan dusta itu sangat menjijikkan
wujud-wujud samawi (as-samawat) oleh
karena berlawanan dengan Sifat-sifat
Ilahi -- terutama Al-Ahad dan Ash-Shamad (QS.112:1-5) -- dan bertentangan
dengan segala yang wujud-wujud samawi
itu bela dan muliakan.
Kepercayaan
dusta ini menjijikkan manusia yang mendiami bumi
(al-ardh) sebab hal ini bertentangan
dengan tuntutan fitrat serta kecerdasan otak manusia sejati, dan akal manusia menolak dengan perasaan kecewa terhadap paham demikian itu.
Orang-orang
yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti para nabi Allah dan para pilihan
Tuhan (al-jibal) juga menolak dan menentangnya, sebab anggapan
bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain (Yesus) sebagai “penebusan dosa” untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi adalah bertentangan
dengan pengalaman ruhani mereka sendiri.
Surah Maryam
ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas terhadap 'itikad-'itikad
Kristen, terutama kepercayaan
mereka yang pokok bahwa Yesus anak Allah,
satu kepercayaan yang darinya terbit
semua 'itikad dusta lainnya; tekanan
istimewa telah diberikan kepada penolakan
dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat
perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān (Maha pemurah) telah berulang-ulang disinggung dalam Surah Maryam ini — sifat
Ilahi itu telah disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad Kristen yang pokok ialah pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān (Maha Pemurah) Allah
Swt., dan karena pokok pembahasan utama Surah Maryam adalah pembantahan
terhadap ‘itikad ini maka sudah
seharusnya Sifat-sifat Ilahi (Ar-Rahmān)
itu disebut dengan berulang-ulang.
'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti atau
tuduhan keji dan jahil
bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa manusia,
padahal sifat Ar-Rahmān (Maha
Pemurah) menghendaki bahwa Dia
dapat dan memang sering mengampuni
mereka, itulah sebabnya sifat Ar-Rahmān berulang kah disebut dalam Surah
Maryam ini.
Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak
memerlukan anak untuk menolong-Nya
atau menggantikan-Nya, sebab Dia
adalah Pemilik seluruh langit dan bumi serta kerajaan-Nya meliputi seluruh
alam, dan juga karena semua orang
adalah hamba-Nya, dan Yesus pun adalah salah
seorang dari antara mereka – bukan anak
Tuhan apalagi sebagai Tuhan -- Subhanallāh,
na’ūdzubillāhi min dzālik.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar