Minggu, 21 Juni 2015

Setiap Umat Memiliki Ajal (Batas Waktu) & Allah Swt. Akan Menanyakan kepada Setiap Rasul Allah Mengenai Sikap Umat Mereka Terhadap Missi Kenabiannya




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 81

Setiap Umat Memiliki Ajal (Batas Waktu) &  Allah Swt. akan Menanyakan Kepada Setiap Rasul Allah dan  Sikap Umat Mereka  Terhadap Missi Kenabiannya  
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  kelumpuhan indera-indera ruhani  yang dialami  para penentang Rasul Allah -- terutama Nabi Besar Muhammad saw.    di akhirat, sehubungan dengan hal itu   Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لِلّٰہِ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ یَوۡمَ تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ  یَوۡمَئِذٍ یَّخۡسَرُ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً ۟ کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ اَمَّا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا  الصّٰلِحٰتِ فَیُدۡخِلُہُمۡ رَبُّہُمۡ  فِیۡ  رَحۡمَتِہٖ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۟ اَفَلَمۡ  تَکُنۡ اٰیٰتِیۡ  تُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاسۡتَکۡبَرۡتُمۡ وَ کُنۡتُمۡ   قَوۡمًا  مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan kepunyaan Allah kerajaan seluruh langit dan bumi. Dan pada hari Saat itu datang, pada hari itu sangat rugi orang-orang yang mengerjakan kebatilan. وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً  -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk lutut, کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا  -- tiap-tiap umat akan  dipanggil kepada Kitabnya.  اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ  -- Pada hari itu kamu akan dibalas atas apa yang telah kamu kerjakan. ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ  --   "Inilah Kitab Kami  yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu kerjakan.  Maka ada pun orang-orang yang beriman dan beramal saleh   maka Rabb (Tuhan) mereka akan memasukkan mereka dalam rahmat-Nya, itulah kemenangan yang nyata.   Dan ada pun orang-orang  kafir dikatakan kepada mereka:  "Tidakkah Tanda-tanda-Ku telah dibacakan kepada kamu, tetapi kamu berlaku sombong dan kamu adalah kaum yang berdosa."  (Al-Jātsyiyah [45]:28-32).

Ketentuan Ajal (Batas Waktu) Setiap Umat

   Kata-kata "tiap-tiap umat akan dipanggil kepada Kitabnya" mengisyaratkan, bahwa "Saat" yang disinggung dalam ayat sebelumnya berarti saat perhitungan bagi suatu kaum di dunia ini juga (QS.7:35-37), sebab dalam kehidupan ini pun bangsa-bangsa diadili menurut amal-perbuatan mereka dan dihukum atau diganjar sesuai dengan itu, itulah sebabnya Allah Swt.  telah berfirman bahwa setiap umat  di dunia ini memiliki ajal (jangka waktu), termasuk Bani Israil dan Bani Ismail, firman:
 وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ --     Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepadamu, فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ  --  maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ  -- maka tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ      --  Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
   Bila waktu yang ditetapkan (ajal) untuk menghukum suatu kaum tiba, waktu itu tidak dapat dihindarkan, diulur-ulur, atau ditunda-tunda, itulah makna ayat:  وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ -- “Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.”
  Sebutan “Bani Adam” dalam ayat 36  patut mendapat perhatian istimewa. Seperti pada beberapa ayat sebelumnya (yakni QS.7:27, 28 & 32), seruan dengan kata-kata Hai anak-cucu Adam, ditujukan kepada umat manusia di zaman Nabi Besar Muhammad saw.  dan kepada generasi-generasi yang akan lahir sesudahnya, bukan kepada umat yang hidup di masa jauh silam dan yang datang tak lama sesudah masa Nabi Adam a.s..
Dengan demikian ayat ini menolak itikad sesat telah tertutupnya semua jenis kenabian  atau wahyu Ilahi,  sebagaimana itikad sesat yang dipercayai umat-umat terdahulu yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka (QS.10:75; QS.40:35-36; QS.72:8), sebagaimana dijelaskan dalam ayat selanjutnya: وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ      --  Dan  orang-orang yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya.”
    Kata-kata  itu berarti bahwa mereka yang menolak  para rasul  Allah akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman yang dijanjikan kepada mereka di dunia ini  karena mendustakan menentang rasul-rasul  Allah,  dengan demikian benarlah firman  Allah  sebelumnya:
وَ لِلّٰہِ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ یَوۡمَ تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ  یَوۡمَئِذٍ یَّخۡسَرُ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً ۟ کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  فَاَمَّا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا  الصّٰلِحٰتِ فَیُدۡخِلُہُمۡ رَبُّہُمۡ  فِیۡ  رَحۡمَتِہٖ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۟ اَفَلَمۡ  تَکُنۡ اٰیٰتِیۡ  تُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاسۡتَکۡبَرۡتُمۡ وَ کُنۡتُمۡ   قَوۡمًا  مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan kepunyaan Allah kerajaan seluruh langit dan bumi. Dan pada hari Saat itu datang, pada hari itu sangat rugi orang-orang yang mengerjakan kebatilan. وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً  -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk lutut, کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا  -- tiap-tiap umat akan  dipanggil kepada Kitabnya.  اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ  -- Pada hari itu kamu akan dibalas atas apa yang telah kamu kerjakan. ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ  --   "Inilah Kitab Kami  yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu kerjakan. Maka ada pun orang-orang yang beriman dan beramal saleh   maka Rabb (Tuhan) mereka akan memasukkan mereka dalam rahmat-Nya, itulah kemenangan yang nyata.   Dan ada pun orang-orang  kafir dikatakan kepada mereka:  "Tidakkah Tanda-tanda-Ku telah dibacakan kepada kamu, tetapi kamu berlaku sombong dan kamu adalah kaum yang berdosa."  (Al-Jātsyiyah [45]:28-32).

Kitab Catatan Amal” Setiap Umat
 
        Ungkapan "Kitabnya" yang disebut dalam ayat sebelumnya: وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً  -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk lutut, کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا  -- tiap-tiap umat akan  dipanggil kepada Kitabnya”  (29) telah digantikan oleh "Kitab Kami" dalam ayat selanjutnya: ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ  --   "Inilah Kitab Kami  yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu kerjakan”, karena pencatatan amal-perbuatan bangsa-bangsa dan perorangan-perorangan dipelihara oleh Allah  Swt. dalam “Kitab catatan amal” dan mereka itu diadili dan diberi pembalasan oleh-Nya sesuai dengan itu.
        Jadi, kembali kepada hakikat “kisah para Rasul Allah” dalam Al-Quran yang diutus kepada “kaum-kaum, purbakala  --    selain penuh dengan  petunjuk dan hikmah yang sangat mendalam  --  juga merupakan bukti kebenaran adanya “perekaman amal manusia  guna diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt.  pada “Hari Pembalasan”, baik di dunia ini terutama pun di Akhirat nanti pada Hari Pembalasan (QS.1:4), sehubungan hal tersebut Allah Swt. berfirman:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban    yang  diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110) lihat pula QS.7:7; QS.28:66.

Orang-orang Kafir di Akhirat Ingin Menjadi “Tanah

        Jawaban dari rasul-rasul mengandung arti bahwa maksud pertanyaan Allah Swt. tersebut bukan untuk memperoleh keterangan dari mereka atau menambah pengetahuan-Nya, akan tetapi maksudnya ialah mereka harus memberikan kesaksian terhadap orang-orang kafir, seperti juga jelas dari QS.4:42, firman-Nya: 
 اِنَّ اللّٰہَ لَا یَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ ۚ وَ اِنۡ تَکُ حَسَنَۃً  یُّضٰعِفۡہَا وَ یُؤۡتِ مِنۡ لَّدُنۡہُ  اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿﴾  فَکَیۡفَ اِذَا جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ وَّ جِئۡنَا بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا  ﴿﴾  یَوۡمَئِذٍ یَّوَدُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ عَصَوُا الرَّسُوۡلَ لَوۡ تُسَوّٰی بِہِمُ الۡاَرۡضُ ؕ وَ لَا یَکۡتُمُوۡنَ اللّٰہَ  حَدِیۡثًا ﴿٪﴾
Sesungguhnya  Allah tidak  menzalimi  seseorang walau  pun seberat atom. Dan jika ada sesuatu kebaikan Dia melipatgandakannya dan Dia memberi ganjaran besar dari sisi-Nya. فَکَیۡفَ اِذَا جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ    -- Maka bagaimana keadaan mereka  apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari setiap umat, وَّ جِئۡنَا بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا      --  dan Kami  mendatangkan engkau sebagai saksi terhadap mereka ini semuanya? یَوۡمَئِذٍ یَّوَدُّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ عَصَوُا الرَّسُوۡلَ لَوۡ تُسَوّٰی بِہِمُ الۡاَرۡضُ  -- Pada hari itu  orang-orang  kafir dan yang mendurhakai Rasul, وَ لَا یَکۡتُمُوۡنَ اللّٰہَ  حَدِیۡثًا   -- mereka menginginkan seandainya bumi disamaratakan  dengan mereka, dan mereka tidak akan dapat menyembunyikan sesuatu apa pun  dari Allah  (An-Nisā [4]:41-43).
       Tidak ada perbuatan manusia yang tidak akan dibalas. Manakala Al-Quran mengatakan bahwa amal perbuatan orang-orang kafir tidak akan berfaedah bagi mereka, kata-kata itu hanya berarti bahwa mereka tidak akan berhasil di dalam rencana-rencana dan daya-upaya mereka menentang Islam. Itulah makna ayat: اِنَّ اللّٰہَ لَا یَظۡلِمُ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  -- “Sesungguhnya  Allah tidak  menzalimi  seseorang walau  pun seberat atom.
        Ayat selanjutnya menjelaskan bahwa tiap-tiap nabi Allah akan menjadi saksi pada hari pembalasan mengenai kaum yang terhadap mereka beliau diutus sebagai rasul: فَکَیۡفَ اِذَا جِئۡنَا مِنۡ کُلِّ اُمَّۃٍۭ بِشَہِیۡدٍ    -- Maka bagaimana keadaan mereka  apabila Kami mendatangkan seorang saksi dari setiap umat.” Sedangkan   kata  mereka ini  berkenaan dengan kesaksian Nabi Besar Muhammad saw. dalam ayat selanjutnya mencakup   kesaksian  bagi orang-orang beriman  dan orang-orang kafir,  hanya saja sifat kesaksian itu akan berbeda dalam perkara-perkara yang berlainan:  وَّ جِئۡنَا بِکَ عَلٰی ہٰۤؤُلَآءِ شَہِیۡدًا     --  “dan Kami  mendatangkan engkau sebagai saksi terhadap mereka ini semuanya?”   
         Kalimat selanjutnya berkenaan para penentang Rasul Allah: لَوۡ تُسَوّٰی بِہِمُ الۡاَرۡضُ  -- “mereka menginginkan seandainya bumi disamaratakan dengan mereka,   dalam Surah lain Allah Swt. berfirman: وَ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ  کُنۡتُ تُرٰبًا   -- dan orang kafir akan berkata:  “Alangkah baiknya aku dahulu jadi tanah!” (An-Nabā [78]:41). Selengkapnya Allah Swt. berfirman:
رَّبِّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا الرَّحۡمٰنِ لَا یَمۡلِکُوۡنَ مِنۡہُ خِطَابًا ﴿ۚ﴾  یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا ؕ٭ۙ  لَّا یَتَکَلَّمُوۡنَ  اِلَّا مَنۡ اَذِنَ لَہُ الرَّحۡمٰنُ وَ  قَالَ صَوَابًا ﴿﴾  ذٰلِکَ  الۡیَوۡمُ الۡحَقُّ ۚ فَمَنۡ شَآءَ اتَّخَذَ اِلٰی رَبِّہٖ مَاٰبًا ﴿﴾  اِنَّاۤ  اَنۡذَرۡنٰکُمۡ عَذَابًا  قَرِیۡبًا ۬ۚۖ یَّوۡمَ یَنۡظُرُ  الۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ یَدٰہُ  وَ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ  کُنۡتُ تُرٰبًا ﴿٪﴾
Rabb (Tuhan) seluruh langit dan bumi dan semua yang ada di antara keduanya, Yang Maha Pemurah, mereka tidak mempunyai kekuatan untuk berbicara dengan Dia tanpa izin.  یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا  --  Pada hari berdirinya ruh  dan malaikat-malaikat berjajar-jajar, لَّا یَتَکَلَّمُوۡنَ  اِلَّا مَنۡ اَذِنَ لَہُ الرَّحۡمٰنُ     --     mereka tidak akan berbicara kecuali siapa yang kepadanya  Tuhan  Yang Maha Pemurah izinkan وَ  قَالَ صَوَابًا  --  dan dia berkata benar. ذٰلِکَ  الۡیَوۡمُ الۡحَقُّ --  Itulah hari yang benar, maka barangsiapa yang menghendaki ia  menempuh jalan kembali  kepada Rabb-nya (Tuhannya). اِنَّاۤ  اَنۡذَرۡنٰکُمۡ عَذَابًا  قَرِیۡبًا --  Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu mengenai azab yang dekat,  یَّوۡمَ یَنۡظُرُ  الۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ یَدٰہُ     --  suatu hari ketika orang akan melihat apa yang dahulu telah diperbuat oleh kedua tangannya, وَ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ  کُنۡتُ تُرٰبًا   -- dan orang kafir akan berkata:  “Alangkah baiknya aku dahulu jadi tanah!” (An-Nabā [78]:38-41).

Makna Berdirinya “Ruh” dan “Malaikat-malaikat” & “Bungkamnya” Mulut Orang-orang Kafir di Akhirat

        Ada pun yang dimaksud dengan  “Ruh” dalam ayat یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا  --  “Pada hari berdirinya ruh  dan malaikat-malaikat berjajar-jajar”    dapat berarti ruh yang sempurna – yakni Nabi Besar Muhammad saw.  – dan “Hari” dapat berarti “Hari Kebangkitan.” Sedangkan makna  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا --  "dan malaikat-malaikat berjajar-jajar” dapat mengisyaratkan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad  saw. yang senantiasa  berdiri berjajar-jajar sebagai pasukan  di belakang Nabi Besar Muhammad saw. siap sedia  melaksanakan perintah atau komando dari beliau saw. (QS.33:22-24; QS.61:5).  
       Makna “azab”  dalam ayat  اِنَّاۤ  اَنۡذَرۡنٰکُمۡ عَذَابًا  قَرِیۡبًا --  “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu mengenai azab yang dekat”   dapat berarti  hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang kafir yang penuh dosa. Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.32:22) di dunia ini azab semacam itu telah dilukiskan sebagai “azab dekat” sebagai lawan “azab lebih besar” yang merupakan azab di alam ukhrawi. Itulah sebabnya orang-orang kafir  berkata dalam ayat selanjutnya: یَّوۡمَ یَنۡظُرُ  الۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ یَدٰہُ     --       suatu hari ketika orang akan melihat apa yang dahulu telah diperbuat oleh kedua tangannya, وَ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ  کُنۡتُ تُرٰبًا   -- dan orang kafir akan berkata:  “Alangkah baiknya aku dahulu jadi tanah!”  (An-Nabā [78]:41)
       Sehubungan dengan “kisah  kaum purbakala   sebagai bukti  keberadaan “Kitab catatan amal” manusia, dalam Surah lain Allah Swt. berfirman: 
وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ مَاذَاۤ  اَجَبۡتُمُ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ فَعَمِیَتۡ عَلَیۡہِمُ الۡاَنۡۢبَآءُ یَوۡمَئِذٍ فَہُمۡ لَا  یَتَسَآءَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan pada hari Dia akan memanggil mereka maka Dia berfirman:  Jawaban apakah yang kamu berikan kepada rasul-rasul?”  Tetapi pada hari   itu   segala dalih menjadi gelap  atas mereka maka mereka tidak akan saling bertanya. (Al-Qashash [28]:66-67).
       Anba’ (dalil-dalil) adalah jamak dari naba’ yang berarti: kabar penting; keterangan; amanat; dalil (Lexicon Lane & Al-Kulliyat). Pada hari pembalasan orang-orang kafir akan mengalami kekalutan pikiran dan putus asa, dan akan sama sekali kehilangan akal untuk membela diri, karena kerapuhan semua helah dan dalih yang palsu mereka dalam menentang Rasul Allah telah menjadi jelas, mereka tidak mendapat kesempatan untuk bermusyawarah antara satu dengan lainnya guna mempersiapkan pembelaan mereka.
       ‘Amiya ‘alaihi’l-amru berarti perkara itu menjadi gelap atau kacau baginya (Lexicon Lane). Dengan demikian benarlah bahwa yang akan “menjawabnya” adalah tangan dan kaki mereka – yakni amal perbuatan buruk  yang mereka lakukan terhadap para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka,  sedangkan  tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi  mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata mereka maka mereka akan berlomba-lomba mencari jalan. Tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat?  Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang.  (Yā Sīn [36]:66-68). Lihat pula QS.17:37; QS.24:25; QS.41:21-23.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 18  Juni  2015      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar