بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 66
Hakikat Perumpamaan Seorang Laki-laki dan Perempuan
Dalam Al-Quran & “Batu Sandungan”
Bagi Orang-orang yang “Berhati Bengkok”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai paham bahwa Yesus anak
Allah itu begitu mengerikan,
sehingga seluruh langit, bumi, dan gunung-gunung dapat hancur
berkeping-keping dan rebah ke
tanah karena kejinya kepercayaan itu.
Kepercayaan dusta itu sangat
menjijikkan wujud-wujud samawi
(as-samawāt) oleh karena berlawanan dengan Sifat-sifat
Ilahi -- terutama Al-Ahad dan Ash-Shamad (QS.112:1-5) -- dan bertentangan
dengan segala yang wujud-wujud samawi
itu bela dan muliakan, firman-Nya:
وَ
قَالُوا اتَّخَذَ الرَّحۡمٰنُ
وَلَدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ
جِئۡتُمۡ شَیۡئًا اِدًّا ﴿ۙ﴾ تَکَادُ السَّمٰوٰتُ
یَتَفَطَّرۡنَ مِنۡہُ وَ تَنۡشَقُّ الۡاَرۡضُ وَ تَخِرُّ الۡجِبَالُ ہَدًّا ﴿ۙ﴾ اَنۡ دَعَوۡا
لِلرَّحۡمٰنِ وَلَدًا ﴿ۚ﴾ وَ مَا یَنۡۢبَغِیۡ
لِلرَّحۡمٰنِ اَنۡ یَّتَّخِذَ وَلَدًا ﴿ؕ﴾ اِنۡ کُلُّ مَنۡ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ اِلَّاۤ
اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ
وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا ﴿﴾
Dan
mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang
anak laki-laki." Sungguh
kamu benar-benar telah
mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah karenanya, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menyatakan bagi Tuhan Yang
Maha Pemurah punya anak laki-laki. Padahal sekali-kali tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil seorang
anak laki-laki. Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai
hamba. Sungguh Dia benar-benar mengetahui jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya
pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:89-95).
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman mengenai definisi "Tuhan" yang hakiki atau Tauhid-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ قُلۡ ہُوَ اللّٰہُ اَحَدٌ ۚ﴿﴾ اَللّٰہُ الصَّمَدُ ۚ﴿﴾ لَمۡ یَلِدۡ ۬ۙ
وَ لَمۡ یُوۡلَدۡ ۙ﴿﴾ وَ لَمۡ
یَکُنۡ لَّہٗ کُفُوًا
اَحَدٌ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang
Katakanlah: “Dia-lah Allah
Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan Yang segala sesuatu bergantung pada-Nya. Dia tidak
beranak dan tidak diperanakkan,
dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”(Al-Ikhlas [112]:1-5).
Makna Pecahnya Langit, Terbelahnya Bumi
dan Rebahnya Gunung-gunung
Kepercayaan dusta ini
menjijikkan manusia yang mendiami bumi (al-ardh) sebab hal ini bertentangan dengan tuntutan fitrat serta kecerdasan
otak manusia sejati, dan akal
manusia menolak dengan perasaan kecewa terhadap paham demikian itu, sebab seluruh langit dan bumi – baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama -- menyanjung kesucian
Allah Swt. dengan puji-pujian-Nya (QS.2:31; QS.17:45; QS.24:-42; QS.57:2; QS.61:2;
QS.62:2; QS.64:2).
Orang-orang
yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti para nabi Allah dan para pilihan
Tuhan (al-jibal) juga menolak dan menentangnya, sebab anggapan
bahwa manusia memerlukan pengurbanan orang lain (Yesus) sebagai “penebusan dosa” untuk memperoleh keselamatan dan mencapai tingkat akhlak tinggi adalah bertentangan
dengan pengalaman ruhani mereka
sendiri.
Surah Maryam ini berisikan pencelaan yang paling keras dan lugas
terhadap 'itikad-'itikad Kristen,
terutama kepercayaan mereka yang
pokok bahwa Yesus anak Allah, satu kepercayaan yang darinya terbit semua 'itikad dusta lainnya; tekanan istimewa
telah diberikan kepada penolakan dan pencelaan terhadap kepercayaan ini.
Perlu mendapat perhatian khusus bahwa sifat Ar-Rahmān
(Maha pemurah) telah
berulang-ulang disinggung dalam Surah Maryam
ini — sifat Ilahi itu telah disebutkan sebanyak 16 kali, karena 'itikad Kristen yang pokok ialah
pengakuan kepada Yesus sebagai anak Allah dan akibat-akibatnya yaitu 'itikad penebusan dosa mengandung arti penolakan terhadap sifat Ar-Rahmān
(Maha Pemurah) Allah Swt.,
dan karena pokok pembahasan utama Surah Maryam
adalah pembantahan terhadap ‘itikad
ini maka sudah seharusnya Sifat-sifat
Ilahi (Ar-Rahmān) itu disebut dengan berulang-ulang.
'Itikad penebusan dosa yang mengandung arti atau
tuduhan keji dan jahil
bahwa Allah Swt. tidak dapat mengampuni dosa-dosa
manusia, padahal sifat Ar-Rahmān (Maha
Pemurah) menghendaki bahwa Dia
dapat dan memang sering mengampuni
mereka, itulah sebabnya sifat Ar-Rahmān berulang kali disebut dalam
Surah Maryam ini.
Tuhan Yang bersifat Rahmān (Maha Pemurah) itu tidak
memerlukan anak untuk menolong-Nya
atau menggantikan-Nya, sebab Dia
adalah Pemilik seluruh langit dan bumi serta kerajaan-Nya meliputi seluruh
alam, dan juga karena semua orang
adalah hamba-Nya, dan Yesus pun adalah salah
seorang dari antara mereka – bukan anak
Tuhan apalagi sebagai Tuhan -- Subhanallāh,
na’ūdzubillāhi min dzālik.
Perumpamaan Seorang Laki-laki & Tujuan Utama Diciptakan-Nya
Manusia
Dalam
firman-Nya berikut ini, walau pun pihak
kedua yang diajak bicara oleh Allah Swt. adalah manusia (insan), tetapi yang dimaksud adalah bangsa-bangsa Kristen dari barat yang dimisalkan sebagai seorang
laki-laki yang sempurna,
tetapi tidak bersyukur kepada Allah
Swt. yang telah menganugerahinya
dengan berbagai macam kemampuan yang membuat mereka meraih kesuksesan dalam kehidupan
duniawinya (QS.18:5-9), mengenai hal tersebut Allah Swt. berfirman:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ مَا غَرَّکَ بِرَبِّکَ
الۡکَرِیۡمِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَکَ فَسَوّٰىکَ فَعَدَلَکَ ۙ﴿﴾ فِیۡۤ اَیِّ صُوۡرَۃٍ مَّا شَآءَ
رَکَّبَکَ ؕ﴿﴾ کَلَّا بَلۡ
تُکَذِّبُوۡنَ بِالدِّیۡنِ ۙ﴿﴾ وَ اِنَّ
عَلَیۡکُمۡ لَحٰفِظِیۡنَ ﴿ۙ﴾ کِرَامًا کَاتِبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ یَعۡلَمُوۡنَ مَا
تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾
Hai manusia, apa yang telah memperdayai engkau mengenai Rabb
(Tuhan) engkau Yang Maha Mulia, Yang
telah menciptakan engkau, kemudian menyempurnakan engkau, lalu menata tubuh engkau dengan serasi? Dalam bentuk
apa yang Dia kehendaki Dia menyusun tubuh engkau.
Tidak hanya itu, bahkan kamu mendustakan pembalasan. Dan sesungguhnya atas kamu ada pengawas-pengawas, pencatat-pencatat
mulia, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Infithar
[82:7-13).
Allah Swt. telah menganugerahi
manusia (insan) kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan
fitri agung agar ia dapat naik ke
puncak kemuliaan ruhani
setinggi-tingginya, sesuai tujuan utama
diciptakannya manusia oleh Allah Swt.
yaitu untuk beribadah kepada-Nya,
firman-Nya:
وَ مَا
خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَ الۡاِنۡسَ اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡنِ ﴿﴾ مَاۤ اُرِیۡدُ
مِنۡہُمۡ مِّنۡ رِّزۡقٍ وَّ مَاۤ اُرِیۡدُ اَنۡ یُّطۡعِمُوۡنِ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ ہُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الۡقُوَّۃِ الۡمَتِیۡنُ ﴿ ﴾
Dan Aku sekali-kali tidak menciptakan jin dan ins (manusia) melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. Aku
tidak menghendaki rezeki dari mereka,
dan tidak pula Aku menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dia-lah Pemberi rezeki,
Pemiliki
Kekuatan yang sangat kokoh. (Adz-Dzāriyāt [51]:57-59).
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas dan bertanggung-jawab atas keputusan-keputusan
yang diambilnya dan perbuatan-perbuatan
yang dilakukannya itu dicatat oleh “Pencatat-pencatat mulia”
karena itu manusia pasti
akan menerima akibat baik atau akibat buruk dari perbuatannya,
yakni menjadi penghuni surga atau
penghuni neraka jahannam (QS.4:124-126; QS.17:8-9; QS.28:85; QS.41:47-49; QS.99:7-9), sebagaimana
firman-Nya:
اِنۡ کُلُّ
مَنۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
اِلَّاۤ اٰتِی الرَّحۡمٰنِ عَبۡدًا ﴿ؕ﴾ لَقَدۡ اَحۡصٰہُمۡ
وَ عَدَّہُمۡ عَدًّا ﴿ؕ﴾ وَ کُلُّہُمۡ
اٰتِیۡہِ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فَرۡدًا﴿﴾
Tidak ada seorang
pun di seluruh langit dan bumi melainkan ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai
hamba. Sungguh Dia benar-benar mengetahui jumlah mereka dan menghitung mereka dengan
menyeluruh. Dan setiap mereka akan datang kepada-Nya
pada Hari Kiamat sendiri-sendiri. (Maryam [19]:93-95).
Berbagai Misal (Perumpamaan) Dalam Al-Quran
Dalam Al-Quran banyak dikemukakan
berbagai misal (perumpamaan) mengenai
suatu kaum yang digambarkan sebagai seorang laki-laki atau seorang perempuan, contohnya:
(1) Allah Swt. telah mengumpamakan
kaum Nabi Musa a.s. dan kaum
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan wujud
Nabi Musa a.s. dan seorang teman-mudanya
yang mencari “seorang “hamba Allah” di
tempat bertemunya dua lautan (QS.18:61-66).
(2) Allah Swt. telah memisalkan lamanya pembuangan Bani Israil yang
pertama di Babilonia selama 100 tahun
dengan “kematian” Nabi Yehezkiel a.s.
dalam mimpi (rukya) beliau di
Babilonia (QS.2:260).
(3) Allah Swt. telah memisalkan kaum-kaum yang mendustakan
para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka
(QS.7:35-37) sebagai “istri-istri durhaka”
Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. (QS.66:11).
(4) Sedangkan orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya dimisalkan sebagai “istri Fir’aun” dan
“Maryam bimti ‘Imran” (QS.66:12-13).
Sehubungan dengan banyaknya berbagai misal (perumpamaan) dalam Al-Quran serta
tujuannya Allah Swt. berfirman:
وَ لَقَدۡ صَرَّفۡنَا لِلنَّاسِ فِیۡ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ مِنۡ کُلِّ مَثَلٍ ۫
فَاَبٰۤی اَکۡثَرُ النَّاسِ اِلَّا کُفُوۡرًا ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menguraikan bagi manusia berbagai macam cara perumpamaan dalam Al-Quran ini tetapi kebanyakan
manusia menolak segala sesuatu kecuali kekafiran (Bani
Israil [17]:90).
Karena kemampuan-kemampuan
manusia terbatas, paling-paling orang
dapat menghadapi masalah-masalah yang
jumlahnya terbatas saja. Tetapi Al-Quran telah membahas dengan selengkap-lengkapnya
semua masalah dan persoalan yang bertalian dengan kemajuan akhlak dan ruhani manusia, antara lain dengan mengemukakan berbagai macam perumpamaan,
supaya kecerdasan akal dan dzauq (kecerdasan ruhani) manusia berkembang semakin sempurna,
firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِیۡ ہٰذَا
الۡقُرۡاٰنِ لِیَذَّکَّرُوۡا ؕ
وَ مَا
یَزِیۡدُہُمۡ اِلَّا نُفُوۡرًا ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah menerangkan
segala sesuatu berulang-ulang dalam Al-Quran ini supaya mereka
mengambil pelajaran, tetapi tidaklah
Al-Quran itu menambah bagi mereka, kecuali kebencian (Bani
Israil [17]:42).
Untuk suatu Kitab suci yang harus memecahkan segala masalah dan persoalan yang penting-penting -- yang merupakan kewajiban Al-Quran sebagai Kitab suci terakhir dan tersempurna (QS.5:4) -- adalah wajar
dan menjadi keharusan, supaya Kitab itu berulang kali mengupas kembali hal-hal yang bertalian
erat dengan suatu masalah pokok.
Perumpamaan Surga Dalam
Al-Quran
Bila pengulangan
itu dimaksudkan untuk mengupas suatu
masalah dari sudut yang baru atau
untuk membantah suatu tuduhan baru, maka tiada orang yang waras otaknya lagi cerdas pikirannya dapat mengemukakan keberatan terhadap hal demikian, kecuali orang-orang yang
berpikiran sempit serta bodoh, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ صَرَّفۡنَا فِیۡ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنِ لِلنَّاسِ مِنۡ کُلِّ مَثَلٍ ؕ وَ کَانَ الۡاِنۡسَانُ اَکۡثَرَ
شَیۡءٍ
جَدَلًا ﴿﴾
Dan sungguh Kami
benar-benar telah menjelaskan di dalam Al-Quran ini untuk manusia
setiap perumpamaan, tetapi dalam segala sesuatu manusia yang paling banyak
mem-bantah. (Al-Kahf
[18]:55).
Ayat
ini dapat berarti:
(a) Dari semua makhluk Allah Swt., manusia telah dianugerahi akal dan kemampuan-kemampuan otak, tetapi amat disayangkan ia
mempergunakannya untuk menolak kebenaran
dan juga untuk tujuan-tujuan buruk
lainnya;
(b) atau dapat pula berarti, bahwa manusia itu adalah kurban prasangka-prasangka dan keragu-raguan
mendalam yang jarang memperoleh kepuasan;
dan oleh karena sifat ragu-ragu menjadi “darah-dagingnya” maka ia berusaha
menemukan celah-celah untuk mengelak dari dalil-dalil dan keterangan-keterangan
yang sangat meyakinkan sekalipun.
Salah satu contoh perumpamaan adalah
mengenai “surga” yang digambarkan
sebagai “kebun-kebun yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai”, firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا
بِہٖ
مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh
bahwa sesungguhnya اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ -- untuk mereka ada kebun-kebun yang di ba-wahnya mengalir
sungai-sungai. Se-tiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: ہٰذَا الَّذِیۡ
رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ -- “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا -- akan diberikan
kepada mereka yang serupa dengannya, وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- dan bagi mereka di dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci,46A dan
mereka akan kekal di dalamnya. (Al-Baqarah [2]:26).
Menjadi “Batu Sandungan”
Bagi Orang-orang yang Hatinya Berpenyakit
Mengenai hakikat perumpamaan dalam ayat ini telah dibahas pada salah satu Bab sebelumnya, selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا
ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ
ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ اَرَادَ
اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ
یُضِلُّ
بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ
یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ اللّٰہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ ۪
وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu, فَاَمَّا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ -- ada
pun orang-orang yang beriman maka me-reka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu
kebenaran dari Rabb (Tuhan) mereka,
وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا -- sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa yang dikehendaki
Allah dengan perumpamaan ini?” یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- dengannya
Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik (durhaka), الَّذِیۡنَ یَنۡقُضُوۡنَ عَہۡدَ اللّٰہِ مِنۡۢ
بَعۡدِ مِیۡثَاقِہٖ -- Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian dengan
Allah sesudah meneguhkannya وَ یَقۡطَعُوۡنَ مَاۤ اَمَرَ اللّٰہُ بِہٖۤ اَنۡ یُّوۡصَلَ وَ یُفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ --
dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya, dan mereka berbuat kerusakan di bumi, اُولٰٓئِکَ
ہُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ -- mereka itulah orang-orang yang rugi (Al-Baqarah [2]:27-28).
Dharaba
al-matsala berarti: ia memberi gambaran
atau pengandaian; ia membuat
pernyataan; ia mengemukakan perumpamaan
(Lexicon Lane, Taj-ul-‘Urus, dan QS.14:46).
Allah
Swt. telah menggambarkan surga dan neraka dalam Al-Quran, dengan perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan.
Perumpamaan-perumpamaan dan tamsilan-tamsilan melukiskan mendalamnya arti yang tidak dapat diungkapkan sebaik-baiknya dengan jalan lain, dan dalam hal-hal
keruhanian perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan tersebut
memberikan satu-satunya cara untuk
dapat menyampaikan buah pikiran
dengan baik.
Perumpamaan-perumpamaan
Mengandung Berbagai Macam Makna
Makna ayat اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا -- “Sesungguhnya Allah tidak
malu mengemukakan
suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu,” bahwa kata-kata
yang dipakai untuk menggambarkan surga,
mungkin tidak cukup dan tidak berarti bagaikan nyamuk yang dianggap oleh orang-orang
Arab sebagai makhluk yang lemah, dan
memang pada hakikatnya demikian.
Orang-orang Arab berkata: Adh-‘afu min
ba’udhatin, artinya "ia lebih
lemah dari nyamuk". Meskipun demikian, perumpamaan-perumpamaan
dan tamsilan-tamsilan itu membantu untuk memunculkan dalam
angan-angan gambaran nikmat-nikmat surga itu.
Orang-orang beriman mengetahui bahwa kata-kata itu hanya perumpamaan dan mereka berusaha menyelami
kedalaman artinya, tetapi orang-orang
kafir mulai mencela
perumpamaan-perumpamaan itu dan makin bertambah
dalam kesalahan dan kesesatan mereka: یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا -- dengannya
Dia menyesatkan banyak orang
dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ -- dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya
kecuali orang-orang fasik (durhaka).”
Adhallahullāh
berarti: (1) Allah Swt. menetapkan dia berada dalam kekeliruan; (2) Allah Swt. meninggalkan
atau membiarkan dia sehingga ia tersesat
(Kasysyaf); (3) Allah Swt.
mendapatkan atau meninggalkan dia
dalam kekeliruan atau membiarkan dia tersesat (Lexicon Lane).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar