Sabtu, 20 Juni 2015

"Kisah-kisah Kaum Purbakala" Dalam Al-Quran Merupakan Bukti Kebenaran Adanya "Rekaman Amal" Manusia, Bukan Kumpulan "Dongeng Kaum Purbakala"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 80

Kisah-kisah Kaum Purbakala” Dalam Al-Quran Merupakan Bukti Kebenaran  Adanya  Rekaman Amal Manusia, Bukan Kumpulan “Dongeng Kaum Purbakala
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai tantangan kelima ialah agar membuat tandingan Al-Quran seperti terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun seperti dalam QS.10:39 orang-orang kafir diminta mengemukakan satu Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran. Tantangan ini didahului oleh pengakuan bahwa Al-Quran membimbing orang-orang bertakwa  ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani.
      Orang-orang kafir diseru bahwa bila mereka ada dalam keraguan mengenai berasalnya (sumbernya) Al-Quran dari Allah Swt. maka mereka hendaknya menampilkan satu Surah yang kiranya dapat menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.  
       Keterangan-keterangan di atas memperlihatkan bahwa semua tantangan yang menyeru orang-orang kafir membuat buku sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman, tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
      Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa yang paling murni, sebagai wahana untuk membawakan gagasan-gagasan itu, sebab  jika tidak demikian maka pokok pembahasannya mungkin akan tetap gelap dan penuh keragu-raguan, dan keindahan paripurna Al-Quran niscaya akan ternoda.

Makna Manusia dan Batu Sebagai “Bahan Bakar Api Neraka”  & Al-Quran Bukan Kumpulan “Dongeng  Kaum Purbakala

      Jadi, dalam bentuk dan segi apa pun orang-orang kafir telah ditantang untuk mengemukakan suatu gubahan seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan gaya bahasa dan kecantikan pilihan kata-katanya yang setanding dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan itu.
     Namun dengan tegas Allah Swt. menyatakan bukan hanya ketidak-mampuan mereka menjawab  tantangan-Nya tersebut, bahkan menjelaskan akibat buruk yang pasti terjadi jika mereka  menolak petunjuk sempurna Al-Quran, firman-Nya:
فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ وَ الۡحِجَارَۃُ  ۚۖ اُعِدَّتۡ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Tetapi jika kamu  tidak mampu melakukannya, dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, maka peliharalah diri  kamu dari Api  yang bahan bakarnya manusia  dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir  (Al-Baqarah [2]:24-25).
        Kata “bahan bakar” dapat diambil dalam artian kiasan dan berarti bahwa siksaan api (neraka) itu disebabkan oleh menyembah berhala. Jadi berhala-berhala itu bagaikan “bahan bakar” untuk api (neraka), karena menjadi sarana untuk menghidupkan api (neraka), atau “batu” berarti berhala-berhala yang dipuja orang-orang musyrik sebagai dewa-dewa, maksudnya ialah orang-orang musyrik akan dihinakan dengan menyaksikan sendiri dewa-dewa mereka  dilemparkan ke dalam api.
         Kata-kata an-nās (manusia) dan al-hijārah (batu) dapat pula dianggap menunjuk kepada dua golongan penghuni neraka; an-nās dapat menunjuk kepada orang-orang kafir yang masih mempunyai semacam kecintaan kepada Allah Swt.,   sedangkan  al-hijārah (batu) adalah mereka yang di dalam hati mereka sama sekali tidak ada kecintaan kepada Allah Swt.. Orang-orang semacam itu memang tidak lebih dari batu. Kata hijārah itu jamak dari hajar yang berarti, batu, karang, emas, dan juga seseorang tanpa tanding, yaitu  orang besar, pemimpin (Lexicon Lane).

Ucapan Takabbur yang Tidak Pernah Terbukti

       Demikianlah jawaban atas tuduhan dustaوَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا  -- “Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.” Dijawab oleh Allah Swt. dalam ayat 7:  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ --   Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا  --  sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS.25:6).
      Sehubungan dengan tuduhan tersebut, dalam Surah lain Allah Swt. berrfirman mengenai ketakaburan  para penentang Al-Quran:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُنَا قَالُوۡا قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ  نَشَآءُ   لَقُلۡنَا مِثۡلَ  ہٰذَاۤ  ۙ اِنۡ  ہٰذَاۤ   اِلَّاۤ   اَسَاطِیۡرُ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾
Dan   apabila Ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata: “Kami telah mendengar. Jika kami ingin niscaya kami pun  dapat mengatakan serupa itu,  tidak lain Al-Quran ini melainkan dongeng-dongengan orang-orang dahulu!”   (Al-Anfāl [8]:32).
        Orang-orang kafir membual bahwa mereka dapat mengemukakan suatu gubahan yang sama seperti Al-Quran. Tetapi  ini hanya bualan hampa yang mereka tidak berani mewujudkan dalam bentuk kenyataan. Tantangan bahwa mereka sekali-kali tidak akan mampu mengemukakan satu surah pendek sekalipun yang  seperti Surah Al-Quran, tetapi tantangan Allah Swt. tersebut  tidak pernah mendapat jawaban.

Kisah Para Rasul Allah dan Kaumnya Merupakan  Bukti Kebenaran Adanya “Kitab Catatan Amal” Manusia

         Salah satu bukti bahwa kisah-kisah kaum purbakala yang dikemukakan dalam Al-Quran bukan  merupakan “dongeng kaum purbakala” melainkan selain merupakan bagian dari petunjuk serta hikmah  yang tidak terbatas yang terkandung dalam Al-Quran,  juga sebagai bukti kebenaran “perekaman amal” manusia, sebagaimana  firman-Nya:
وَ کُلَّ  اِنۡسَانٍ اَلۡزَمۡنٰہُ طٰٓئِرَہٗ  فِیۡ عُنُقِہٖ ؕ وَ نُخۡرِجُ لَہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ کِتٰبًا  یَّلۡقٰىہُ  مَنۡشُوۡرًا ﴿﴾
Dan amalan tiap-tiap manusia  Kami  mengikatnya  pada  lehernya,  dan pada Hari Kiamat   Kami akan mengeluarkan baginya kitab yang akan didapatinya terbuka lebar  (Bani Israil [17]:14).
         Mengikatkan amal-perbuatan manusia kepada lehernya mengandung arti, bahwa perbuatannya dan akibat perbuatannya melekat padanya selama ia  hidup. Tha’ir (burung) berarti suatu perbuatan yang menjadi adat kebiasaan (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Manusia diperingatkan  bahwa suatu perbuatan bila satu kali dilakukan, perbuatan itu tidak dapat ditihilangkan lagi serta mempunyai akibat-akibat yang jauh jangkauannya, perbuatan itu tetap melekat pada leher si pelaku, dan tidak ada kemungkinan menghapuskannya.
        Ayat ini dapat pula berarti bahwa manusia mencari ramalan nasib baik atau buruk dari benda-benda yang ada di luar dirinya; sedang nasib baik atau buruknya itu sebenarnya melekat pada lehernya sendiri.   Diciptakannya berbagai alat perekam  canggih yang dapat menyimpan hasil rekaman  serta dapat ditayangkan lagi di Akhir Zaman ini, membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran mengenai adanya  perekaman (pencatatan) amal  manusia tersebut yang akan menjadi dasar pemberian ganjaran  atas perbuatan baik atau  pemberian hukuman atas perbuatan buruk yang dilakukan manusia, firman-Nya:
یَّوۡمَ  تَشۡہَدُ عَلَیۡہِمۡ اَلۡسِنَتُہُمۡ وَ اَیۡدِیۡہِمۡ  وَ  اَرۡجُلُہُمۡ  بِمَا  کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ  ﴿﴾
Pada hari ketika  lidah mereka, tangan mereka dan kaki mereka akan menjadi saksi atas mereka   mengenai apa yang senantiasa mereka kerjakan. (An-Nūr [24]:25).
       Penyelidikan ilmiah mutakhir telah membuktikan kebenaran ayat ini. Alat-alat ilmiah telah diciptakan yang apabila diletakkan pada suatu tempat  dapat merekam percakapan seseorang, dan bahkan dapat mencatat suara gerakan-gerakan  tangan, kaki, dan atau anggauta-anggauta badan lainnya. Alat-alat rekam  ini    -- seperti CCTV --  telah sangat menolong polisi menangkap pencuri-pencuri dan penjahat-penjahat lain dan membuktikan kejahatan mereka. Jadi dengan bantuan “alat-alat rekaman amal”  ini  maka lidah, tangan, dan kaki seseorang penjahat seolah-olah dijadikan pemberi kesaksian terhadap dirinya sendiri.

Makna “Pemeteraian Mulut” Pada “Hari Penghakiman

       Ilmu pengetahuan telah pula membuktikan kenyataan bahwa tiap-tiap kata yang diucapkan atau gerakan ataupun perbuatan meninggalkan bekasnya di udara. Menurut Al-Quran bekas-bekas semacam itu di akhirat akan diberi bentuk benda, dan dengan demikian kaki dan tangan orang yang melakukan perbuatan baik atau buruk  akan memberikan kesaksian yang memberatkan atau sebaliknya menguntungkan si pelaku itu, firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ الۡمَوۡتٰی وَ نَکۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَ اٰثَارَہُمۡ ؕؑ وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ  فِیۡۤ   اِمَامٍ  مُّبِیۡنٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya Kami menghidupkan yang telah mati dan Kami mencatat apa yang telah  mereka dahulukan serta bekas-bekas mereka,  dan segala sesuatu  Kami menghitungnya dalam Kitab yang nyata.  (Yā Sīn [36]:13). cQS.18:50;
        Imam  dalam ayat  وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ  فِیۡۤ   اِمَامٍ  مُّبِیۡنٍ   -- “dan segala sesuatu  Kami menghitungnya dalam Kitab yang nyata” berarti pula: seorang pemimpin suatu kaum atau pasukan; model atau contoh; Kitab Suci milik setiap kaum; lorong atau jalan, dan sebagainya (Lexicon Lane).
    Sehubungan dengan kesaksian seluruh tubuh manusia  terhadap pemiliknya tersebut,  dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka,  sedangkan  tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi  mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata mereka maka mereka akan berlomba-lomba mencari jalan. Tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat?  Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang.  (Yā Sīn [36]:66-68). Lihat pula QS.17:37; QS.24:25; QS.41:21-23.
     Bila kejahatan-kejahatan orang-orang kafir telah dibuktikan dan dinyatakan senyata-nyatanya, mereka akan bungkam — mulutnya seolah-olah termeterai dan mereka tidak akan mampu menyatakan sesuatu guna membela diri dan memperkecil dosa mereka, dan tangan serta kaki mereka pun akan memberikan persaksian terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama guna melaksanakan perbuatan manusia yang baik maupun yang buruk.

Perbuatan Baik dan Buruk Manusia Menjadi  Saksi  yang “Berbicara

       Jadi, ucapan dan gerak gerik seseorang sekarang dapat direproduksi dengan persis oleh alat perekam (tape-recorder) dan pada layar televisi dari jarak bermil-mil jauhnya. Itulah sebabnya mengapa lidah dan anggota-anggota tubuh manusia bahkan di alam dunia ini pun telah menjadi saksi bagi atau terhadap dia.
   Makna ayat وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ  -- dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata mereka”, karena manusia telah dianugerahi kebebasan melakukan sesuatu dan kebebasan mengikuti kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab atas perbuatannya.
    Karena orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang Rasul Allah dengan gigih menolak melihat kebenaran, dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan melihat kebenaran itu. Itulah juga arti dan maksud kata-kata  “Pada hari ini Kami akan mencap pada mulut mereka” dalam ayat sebelum ini, sehingga di akhirat mereka akan dibangkuitkan dalam keadaan buta (QS.17:73; QS.20:125-129).
   Menurut Ibn ‘Abbas ungkapan وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ  --   “Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka,  فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ  -- maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang,” (Yā Sīn [36]:68),  ungkapan tersebut  berarti  “Tentu Kami akan membinasakan mereka di rumah mereka;” dan menurut Hasan, ungkapan itu berarti bahwa segala kemampuan jasmani dan ruhani mereka akan menjadi lumpuh (Tafsir Ibnu Jarir), firman-Nya:
وَ یَوۡمَ یُحۡشَرُ اَعۡدَآءُ  اللّٰہِ  اِلَی النَّارِ فَہُمۡ  یُوۡزَعُوۡنَ ﴿﴾  حَتّٰۤی  اِذَا مَا جَآءُوۡہَا شَہِدَ عَلَیۡہِمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ اَبۡصَارُہُمۡ وَ جُلُوۡدُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ  لِمَ شَہِدۡتُّمۡ  عَلَیۡنَا ؕ قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ خَلَقَکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ  اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ ۚ وَ  اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ ﴿﴾  
Dan ingatlah hari ketika   musuh-musuh Allah dihimpun kepada Api, lalu mereka akan dibagi dalam kelompok-kelompok, hingga apabila mereka sampai kepadanya  telinga mereka,  mata mereka, dan kulit mereka  menjadi saksi atas mereka mengenai apa yang selalu mereka kerjakan.  وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ  لِمَ شَہِدۡتُّمۡ  عَلَیۡنَا  -- Dan mereka berkata kepada kulit mereka:  ”Mengapa kamu   memberi kesaksian terhadap kami?”  قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ  الَّذِیۡۤ  اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ  -- Kulit mereka akan menjawab: ”Allah-lah Yang telah membuat kami berbicara seperti Dia telah membuat ber-bicara segala sesuatu,  وَّ ہُوَ خَلَقَکُمۡ  اَوَّلَ مَرَّۃٍ  وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ  -- dan Dia-lah Yang pertama kali telah menciptakan kamu dan kepada Dia-lah kamu dikembalikan. وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ  اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ   --  ”Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi  bahwa telinga kamu, dan tidak pula  mata kamu, dan tidak pula kulit kamu, وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ  -- tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ  --  Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Rabb (Tuhan)  kamu yang telah membinasakanmu  فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ  --  maka jadilah kamu termasuk  orang-orang yang rugi.” فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ  --   Lalu jika mereka bersabar  maka Api tempat-tinggal bagi mereka,  وَ  اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ  -- dan jika mereka mengemukakan alasan  maka sekali-kali mereka tidak termasuk orang-orang  yang diterima alasan-alasannya.  (Al-Fushshilat [41]:20-25).

Tiga Macam Kesaksian  & Tiap Umat Memiliki “Kitab Catatan Amal

   Mata dan telinga orang-orang berdosa akan menjadi saksi terhadap orang-orang ingkar dengan tiga jalan:
 (1) Akibat-akibat buruk perbuatan mereka akan mengambil bentuk fisik.
 (2) Anggota-anggota badan mereka sendiri rusak akibat penyalahgunaan, keadaan demikian menjadi saksi terhadap mereka,  
 (3) Segala gerak-gerik anggota-anggota badan mereka yang diabadikan akan diperlihatkan pada Hari Kiamat.
  Kulit memainkan peranan paling penting dalam perbuatan-perbuatan manusia. Kulit bukan saja mencakup indera peraba, melainkan juga semua indera lainnya. Kalau dosa mata dan telinga terbatas pada penglihatan dan pendengaran saja maka dosa-dosa ”kulit” meluas ke segala anggota atau seluruh bagian tubuh manusia.
    Sesungguhnya segala dosa merupakan akibat kekurangan iman yang hidup kepada Allah Swt., itulah makna ayat:    وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ  اَنَّ اللّٰہَ  لَا یَعۡلَمُ  کَثِیۡرًا  مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ  -- tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ  --  Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Rabb (Tuhan)  kamu yang telah membinasakanmu  فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ  --  maka jadilah kamu termasuk  orang-orang yang rugi.”
    Makna ayat selanjutnya: فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ  --   Lalu jika mereka bersabar  maka Api tempat-tinggal bagi merekaوَ  اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ  -- dan jika mereka mengemukakan alasan  maka sekali-kali mereka tidak termasuk orang-orang  yang diterima alasan-alasannya” yakni keburukan orang-orang kafir itu begitu busuk dan menjijikan sehingga mereka tidak akan dianugerahi atau dikembalikan ke dalam haribaan karunia Ilahi; atau artinya ialah  orang-orang ingkar malahan tidak akan diizinkan mendekati 'atabah (ambang pintu)  'Arasy Ilahi untuk memohon belas-kasih-Nya.
         Sehubungan kelumpuhan indera-indera ruhani  yang dialami  para penentang Rasul Allah di akhirat -- terutama Nabi Besar Muhammad saw.   – tersebut      Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لِلّٰہِ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ یَوۡمَ تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ  یَوۡمَئِذٍ یَّخۡسَرُ الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾  وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً ۟ کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  فَاَمَّا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا  الصّٰلِحٰتِ فَیُدۡخِلُہُمۡ رَبُّہُمۡ  فِیۡ  رَحۡمَتِہٖ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۟ اَفَلَمۡ  تَکُنۡ اٰیٰتِیۡ  تُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاسۡتَکۡبَرۡتُمۡ وَ کُنۡتُمۡ   قَوۡمًا  مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan kepunyaan Allah kerajaan seluruh langit dan bumi. Dan pada hari Saat itu datang, pada hari itu sangat rugi orang-orang yang mengerjakan kebatilan. وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً  -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk lutut, کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا  -- tiap-tiap umat akan  dipanggil kepada Kitabnya.  اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ  تَعۡمَلُوۡنَ  -- Pada hari itu kamu akan dibalas atas apa yang telah kamu kerjakan. ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ  --   "Inilah Kitab Kami  yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu kerjakan. Maka ada pun orang-orang yang beriman dan beramal saleh   maka Rabb (Tuhan) mereka akan memasukkan mereka dalam rahmat-Nya, itulah kemenangan yang nyata.   Dan ada pun orang-orang  kafir dikatakan kepada mereka:  "Tidakkah Tanda-tanda-Ku telah dibacakan kepada kamu, tetapi kamu berlaku sombong dan kamu adalah kaum yang berdosa."  (Al-Jātsyiyah [45]:28-32).

“Hari Penghakiman” di Dunia dan di Akhirat

   Kata-kata "tiap-tiap umat akan dipanggil kepada Kitabnya" mengisyaratkan, bahwa "Saat" yang disinggung dalam ayat sebelumnya berarti saat perhitungan bagi suatu kaum di dunia ini juga (QS.7:35-37), sebab dalam kehidupan ini pun bangsa-bangsa diadili menurut amal-perbuatan mereka dan dihukum atau diganjar sesuai dengan itu.
       Ungkapan "Kitabnya" yang disebut dalam ayat sebelumnya: وَ تَرٰی کُلَّ  اُمَّۃٍ  جَاثِیَۃً  -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk lutut, کُلُّ  اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی  اِلٰی کِتٰبِہَا  -- tiap-tiap umat akan  dipanggil kepada Kitabnya”  (29) telah digantikan oleh "Kitab Kami" dalam ayat selanjutnya: ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ  بِالۡحَقِّ  --   "Inilah Kitab Kami  yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ  -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu kerjakan”, karena pencatatan amal-perbuatan bangsa-bangsa dan perorangan-perorangan dipelihara oleh Allah  Swt. dalam “Kitab catatan amal” dan mereka itu diadili dan diberi pembalasan oleh-Nya sesuai dengan itu.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17  Juni  2015      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar