بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 80
“Kisah-kisah
Kaum Purbakala” Dalam Al-Quran Merupakan Bukti Kebenaran Adanya Rekaman Amal
Manusia, Bukan Kumpulan “Dongeng Kaum
Purbakala”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai tantangan kelima
ialah agar membuat tandingan Al-Quran
seperti terkandung dalam ayat ini (QS.2:24), dan di sini pun seperti dalam
QS.10:39 orang-orang kafir diminta
mengemukakan satu Surah yang serupa dengan salah satu Surah Al-Quran. Tantangan
ini didahului oleh pengakuan bahwa Al-Quran membimbing
orang-orang bertakwa ke tingkat-tingkat tertinggi kemajuan ruhani.
Orang-orang kafir diseru bahwa
bila mereka ada dalam keraguan
mengenai berasalnya (sumbernya) Al-Quran
dari Allah Swt. maka mereka hendaknya menampilkan satu Surah yang kiranya dapat
menandinginya dalam pengaruh ruhani terhadap para pengikutnya.
Keterangan-keterangan di atas memperlihatkan bahwa semua tantangan yang menyeru orang-orang
kafir membuat buku sebagai tandingan Al-Quran itu berbeda sekali
dan terpisah dari satu sama lain, dan semuanya berlaku untuk sepanjang zaman, tidak ada yang melebihi atau membatalkan yang lain.
Tetapi karena Al-Quran itu mengandung gagasan-gagasan yang mulia dan agung, maka tidak dapat tidak sudah seharusnya dipilih kata-kata yang sangat indah dan tepat serta gaya bahasa
yang paling murni, sebagai wahana
untuk membawakan gagasan-gagasan itu,
sebab jika tidak demikian maka pokok
pembahasannya mungkin akan tetap gelap
dan penuh keragu-raguan, dan keindahan
paripurna Al-Quran niscaya akan ternoda.
Makna Manusia dan Batu Sebagai “Bahan Bakar Api Neraka”
& Al-Quran Bukan Kumpulan “Dongeng Kaum Purbakala”
Jadi, dalam bentuk dan segi apa
pun orang-orang kafir telah ditantang untuk mengemukakan suatu gubahan seperti Al-Quran, tuntutan akan keindahan gaya bahasa dan kecantikan
pilihan kata-katanya yang setanding
dengan Al-Quran, merupakan pula bagian tantangan
itu.
Namun dengan tegas Allah Swt.
menyatakan bukan hanya ketidak-mampuan
mereka menjawab tantangan-Nya tersebut, bahkan menjelaskan akibat buruk yang pasti terjadi jika mereka menolak petunjuk
sempurna Al-Quran, firman-Nya:
فَاِنۡ لَّمۡ تَفۡعَلُوۡا وَ لَنۡ تَفۡعَلُوۡا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِیۡ وَقُوۡدُہَا النَّاسُ
وَ الۡحِجَارَۃُ ۚۖ اُعِدَّتۡ
لِلۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Tetapi jika kamu
tidak mampu melakukannya, dan kamu tidak akan pernah mampu melakukannya, maka peliharalah diri kamu dari Api yang bahan bakarnya manusia dan batu
yang disediakan bagi orang-orang
kafir (Al-Baqarah [2]:24-25).
Kata “bahan bakar” dapat diambil dalam artian kiasan dan berarti bahwa siksaan api (neraka) itu disebabkan oleh
menyembah berhala. Jadi berhala-berhala itu bagaikan “bahan bakar” untuk api (neraka), karena menjadi sarana
untuk menghidupkan api (neraka), atau
“batu” berarti berhala-berhala yang dipuja
orang-orang musyrik sebagai dewa-dewa, maksudnya ialah orang-orang musyrik akan dihinakan dengan
menyaksikan sendiri dewa-dewa
mereka dilemparkan ke dalam api.
Kata-kata an-nās (manusia) dan al-hijārah
(batu) dapat pula dianggap menunjuk kepada dua golongan penghuni neraka; an-nās dapat menunjuk kepada orang-orang kafir yang masih mempunyai
semacam kecintaan kepada Allah Swt., sedangkan al-hijārah (batu) adalah mereka yang di
dalam hati mereka sama sekali tidak ada kecintaan kepada Allah Swt..
Orang-orang semacam itu memang tidak lebih dari batu. Kata hijārah itu jamak dari hajar yang berarti,
batu, karang, emas, dan juga seseorang tanpa tanding, yaitu orang
besar, pemimpin (Lexicon Lane).
Ucapan Takabbur yang
Tidak Pernah Terbukti
Demikianlah jawaban atas tuduhan dusta:
وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا
فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا -- “Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Dijawab oleh Allah Swt.
dalam ayat 7: قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا -- sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS.25:6).
Sehubungan dengan tuduhan tersebut, dalam Surah lain Allah
Swt. berrfirman mengenai ketakaburan para penentang
Al-Quran:
وَ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُنَا قَالُوۡا قَدۡ سَمِعۡنَا لَوۡ نَشَآءُ
لَقُلۡنَا مِثۡلَ ہٰذَاۤ ۙ اِنۡ
ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَاطِیۡرُ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾
Dan apabila Ayat-ayat Kami dibacakan kepada mereka, mereka berkata: “Kami telah mendengar. Jika kami ingin niscaya kami pun dapat mengatakan serupa
itu, tidak lain Al-Quran
ini melainkan dongeng-dongengan
orang-orang dahulu!” (Al-Anfāl
[8]:32).
Orang-orang kafir membual bahwa mereka dapat mengemukakan suatu gubahan yang sama seperti
Al-Quran. Tetapi ini hanya bualan hampa yang mereka tidak berani mewujudkan dalam bentuk kenyataan. Tantangan bahwa mereka sekali-kali tidak akan mampu mengemukakan satu surah pendek sekalipun yang seperti Surah
Al-Quran, tetapi tantangan Allah
Swt. tersebut tidak pernah mendapat jawaban.
Kisah Para Rasul Allah dan Kaumnya Merupakan Bukti Kebenaran
Adanya “Kitab Catatan Amal” Manusia
Salah satu bukti bahwa kisah-kisah kaum purbakala yang dikemukakan dalam Al-Quran bukan merupakan “dongeng kaum purbakala” melainkan selain merupakan bagian dari petunjuk serta hikmah yang tidak terbatas yang
terkandung dalam Al-Quran, juga sebagai bukti kebenaran “perekaman
amal” manusia, sebagaimana firman-Nya:
وَ کُلَّ اِنۡسَانٍ اَلۡزَمۡنٰہُ طٰٓئِرَہٗ فِیۡ عُنُقِہٖ ؕ وَ نُخۡرِجُ لَہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ کِتٰبًا یَّلۡقٰىہُ مَنۡشُوۡرًا ﴿﴾
Dan
amalan tiap-tiap manusia Kami mengikatnya pada lehernya, dan pada Hari Kiamat Kami akan
mengeluarkan baginya kitab yang akan
didapatinya terbuka lebar (Bani
Israil [17]:14).
Mengikatkan amal-perbuatan manusia kepada lehernya
mengandung arti, bahwa perbuatannya
dan akibat perbuatannya melekat
padanya selama ia hidup. Tha’ir
(burung) berarti suatu perbuatan yang
menjadi adat kebiasaan (Al-Aqrab-ul-Mawarid).
Manusia diperingatkan bahwa suatu perbuatan bila satu kali dilakukan, perbuatan itu tidak dapat ditihilangkan
lagi serta mempunyai akibat-akibat
yang jauh jangkauannya, perbuatan itu
tetap melekat pada leher si pelaku,
dan tidak ada kemungkinan menghapuskannya.
Ayat ini dapat pula berarti bahwa manusia
mencari ramalan nasib baik atau buruk dari benda-benda yang ada di luar dirinya; sedang nasib baik atau buruknya itu
sebenarnya melekat pada lehernya
sendiri. Diciptakannya berbagai alat perekam canggih yang dapat menyimpan hasil rekaman serta dapat ditayangkan lagi di Akhir
Zaman ini, membuktikan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran
mengenai adanya perekaman (pencatatan) amal manusia tersebut yang akan menjadi dasar pemberian ganjaran atas perbuatan baik atau pemberian hukuman
atas perbuatan buruk yang dilakukan
manusia, firman-Nya:
یَّوۡمَ تَشۡہَدُ عَلَیۡہِمۡ
اَلۡسِنَتُہُمۡ وَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ اَرۡجُلُہُمۡ
بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Pada hari ketika lidah
mereka, tangan mereka dan kaki mereka akan menjadi saksi atas mereka
mengenai apa yang senantiasa
mereka kerjakan. (An-Nūr [24]:25).
Penyelidikan ilmiah mutakhir telah membuktikan kebenaran
ayat ini. Alat-alat ilmiah telah
diciptakan yang apabila diletakkan pada suatu tempat dapat merekam
percakapan seseorang, dan bahkan dapat mencatat
suara gerakan-gerakan tangan, kaki, dan atau anggauta-anggauta
badan lainnya. Alat-alat rekam ini
-- seperti CCTV -- telah sangat
menolong polisi menangkap pencuri-pencuri
dan penjahat-penjahat lain dan membuktikan kejahatan mereka. Jadi
dengan bantuan “alat-alat rekaman amal” ini maka lidah,
tangan, dan kaki seseorang penjahat seolah-olah dijadikan pemberi kesaksian terhadap dirinya sendiri.
Makna “Pemeteraian Mulut”
Pada “Hari Penghakiman”
Ilmu pengetahuan telah pula membuktikan
kenyataan bahwa tiap-tiap kata yang diucapkan atau gerakan ataupun perbuatan
meninggalkan bekasnya di udara. Menurut Al-Quran bekas-bekas semacam itu di akhirat akan diberi bentuk benda, dan dengan demikian kaki dan tangan orang yang melakukan perbuatan
baik atau buruk akan memberikan kesaksian yang memberatkan
atau sebaliknya menguntungkan si
pelaku itu, firman-Nya:
اِنَّا نَحۡنُ نُحۡیِ الۡمَوۡتٰی وَ نَکۡتُبُ مَا قَدَّمُوۡا وَ اٰثَارَہُمۡ
ؕؑ وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ
فِیۡۤ اِمَامٍ مُّبِیۡنٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
Kami menghidupkan yang telah mati dan Kami mencatat apa yang telah
mereka dahulukan serta bekas-bekas mereka, dan segala sesuatu Kami menghitungnya
dalam Kitab yang nyata. (Yā Sīn
[36]:13). cQS.18:50;
Imam dalam ayat
وَ کُلَّ شَیۡءٍ اَحۡصَیۡنٰہُ فِیۡۤ
اِمَامٍ مُّبِیۡنٍ -- “dan segala sesuatu Kami menghitungnya dalam Kitab yang nyata”
berarti pula: seorang pemimpin suatu kaum atau pasukan; model atau contoh;
Kitab Suci milik setiap kaum; lorong atau jalan, dan sebagainya (Lexicon Lane).
Sehubungan dengan kesaksian seluruh tubuh
manusia terhadap pemiliknya
tersebut, dalam Surah lain Allah Swt.
berfirman:
اَلۡیَوۡمَ
نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ
اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ
فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ
لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka, sedangkan tangan
mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki
mereka akan bersaksi mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan
seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata
mereka maka mereka akan
berlomba-lomba mencari jalan. Tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat? Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat mengubah keadaan
mereka pada tempat mereka,
maka mereka tidak mampu maju ke depan
dan tidak pula mereka kembali ke
belakang. (Yā Sīn [36]:66-68). Lihat
pula QS.17:37; QS.24:25; QS.41:21-23.
Bila kejahatan-kejahatan orang-orang
kafir telah dibuktikan dan dinyatakan senyata-nyatanya, mereka akan
bungkam — mulutnya seolah-olah termeterai dan mereka tidak akan mampu menyatakan sesuatu guna
membela diri dan memperkecil dosa mereka, dan tangan
serta kaki mereka pun akan memberikan
persaksian terhadap mereka, karena tangan dan kaki merupakan alat utama
guna melaksanakan perbuatan manusia
yang baik maupun yang buruk.
Perbuatan
Baik dan Buruk Manusia Menjadi Saksi yang “Berbicara”
Jadi, ucapan dan gerak gerik seseorang sekarang dapat direproduksi dengan persis oleh alat perekam
(tape-recorder) dan pada layar televisi
dari jarak bermil-mil jauhnya. Itulah sebabnya mengapa lidah dan anggota-anggota
tubuh manusia bahkan di alam dunia
ini pun telah menjadi saksi bagi atau
terhadap dia.
Makna ayat وَ لَوۡ
نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی اَعۡیُنِہِمۡ -- dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata
mereka”, karena manusia
telah dianugerahi kebebasan melakukan
sesuatu dan kebebasan mengikuti
kemauan sendiri, ia harus bertanggungjawab
atas perbuatannya.
Karena orang-orang
kafir yang mendustakan dan menentang Rasul Allah dengan gigih menolak
melihat kebenaran, dengan akibat mereka sama sekali kehilangan kemampuan melihat kebenaran itu. Itulah
juga arti dan maksud kata-kata “Pada
hari ini Kami akan mencap pada mulut mereka” dalam ayat
sebelum ini, sehingga di akhirat
mereka akan dibangkuitkan dalam keadaan buta
(QS.17:73; QS.20:125-129).
Menurut Ibn ‘Abbas ungkapan وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ -- “Dan
seandainya Kami menghendaki niscaya Kami
dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ -- maka mereka
tidak mampu maju ke depan dan tidak
pula mereka kembali ke belakang,” (Yā Sīn [36]:68), ungkapan tersebut berarti
“Tentu Kami akan membinasakan
mereka di rumah mereka;” dan menurut Hasan, ungkapan itu berarti bahwa
segala kemampuan jasmani dan ruhani mereka akan menjadi lumpuh (Tafsir Ibnu Jarir), firman-Nya:
وَ یَوۡمَ
یُحۡشَرُ اَعۡدَآءُ اللّٰہِ اِلَی النَّارِ فَہُمۡ یُوۡزَعُوۡنَ ﴿﴾ حَتّٰۤی اِذَا
مَا جَآءُوۡہَا شَہِدَ عَلَیۡہِمۡ سَمۡعُہُمۡ وَ اَبۡصَارُہُمۡ وَ جُلُوۡدُہُمۡ
بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا
لِجُلُوۡدِہِمۡ لِمَ شَہِدۡتُّمۡ عَلَیۡنَا ؕ قَالُوۡۤا اَنۡطَقَنَا
اللّٰہُ الَّذِیۡۤ اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ وَّ ہُوَ
خَلَقَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ
عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ لَاۤ
اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ اَنَّ اللّٰہَ
لَا یَعۡلَمُ کَثِیۡرًا مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ
بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾ فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ ۚ
وَ اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ
مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
hari ketika musuh-musuh
Allah dihimpun kepada Api, lalu mereka akan dibagi dalam kelompok-kelompok, hingga apabila
mereka sampai kepadanya telinga
mereka, mata mereka, dan kulit
mereka menjadi saksi atas mereka mengenai apa yang selalu mereka kerjakan. وَ قَالُوۡا لِجُلُوۡدِہِمۡ لِمَ شَہِدۡتُّمۡ عَلَیۡنَا -- Dan mereka
berkata kepada kulit mereka: ”Mengapa kamu memberi kesaksian
terhadap kami?” قَالُوۡۤا
اَنۡطَقَنَا اللّٰہُ الَّذِیۡۤ اَنۡطَقَ کُلَّ شَیۡءٍ -- Kulit mereka akan menjawab: ”Allah-lah Yang telah membuat kami berbicara
seperti Dia telah membuat ber-bicara
segala sesuatu, وَّ ہُوَ
خَلَقَکُمۡ اَوَّلَ مَرَّۃٍ وَّ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ -- dan Dia-lah Yang pertama kali telah menciptakan
kamu dan kepada Dia-lah kamu
dikembalikan. وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَتِرُوۡنَ اَنۡ یَّشۡہَدَ عَلَیۡکُمۡ سَمۡعُکُمۡ وَ
لَاۤ اَبۡصَارُکُمۡ وَ لَا جُلُوۡدُکُمۡ -- ”Dan kamu
sekali-kali tidak dapat bersembunyi bahwa telinga
kamu, dan tidak pula mata kamu, dan tidak pula kulit kamu, وَ لٰکِنۡ
ظَنَنۡتُمۡ اَنَّ اللّٰہَ لَا یَعۡلَمُ
کَثِیۡرًا مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ -- tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. وَ ذٰلِکُمۡ
ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ -- Dan itulah sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada
Rabb (Tuhan) kamu yang telah membinasakanmu فَاَصۡبَحۡتُمۡ
مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ -- maka jadilah
kamu termasuk orang-orang yang rugi.” فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا فَالنَّارُ مَثۡوًی
لَّہُمۡ
-- Lalu jika mereka bersabar maka Api tempat-tinggal bagi mereka, وَ اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ
الۡمُعۡتَبِیۡنَ -- dan
jika mereka mengemukakan alasan maka sekali-kali mereka tidak termasuk orang-orang yang diterima alasan-alasannya. (Al-Fushshilat
[41]:20-25).
Tiga Macam Kesaksian & Tiap Umat Memiliki “Kitab Catatan Amal”
Mata
dan telinga orang-orang berdosa akan menjadi saksi terhadap orang-orang ingkar dengan tiga jalan:
(1) Akibat-akibat buruk perbuatan mereka akan
mengambil bentuk fisik.
(2) Anggota-anggota badan mereka sendiri rusak
akibat penyalahgunaan, keadaan demikian menjadi saksi terhadap mereka,
(3) Segala gerak-gerik anggota-anggota badan
mereka yang diabadikan akan diperlihatkan pada Hari Kiamat.
Kulit memainkan peranan paling penting
dalam perbuatan-perbuatan manusia. Kulit bukan saja mencakup indera peraba, melainkan juga semua indera lainnya. Kalau dosa mata dan telinga terbatas pada penglihatan
dan pendengaran saja maka dosa-dosa ”kulit” meluas ke segala anggota atau seluruh bagian tubuh manusia.
Sesungguhnya segala dosa merupakan akibat kekurangan
iman yang hidup kepada Allah Swt., itulah makna ayat: وَ لٰکِنۡ ظَنَنۡتُمۡ اَنَّ اللّٰہَ
لَا یَعۡلَمُ کَثِیۡرًا مِّمَّا تَعۡمَلُوۡنَ -- tetapi kamu menyangka bahwa Allah
tidak mengetahui kebanyakan dari apa
yang kamu kerjakan. وَ ذٰلِکُمۡ ظَنُّکُمُ الَّذِیۡ ظَنَنۡتُمۡ بِرَبِّکُمۡ اَرۡدٰىکُمۡ -- Dan itulah
sangkaanmu yang kamu sangkakan kepada Rabb
(Tuhan) kamu yang telah membinasakanmu فَاَصۡبَحۡتُمۡ مِّنَ الۡخٰسِرِیۡنَ -- maka jadilah
kamu termasuk orang-orang yang rugi.”
Makna ayat selanjutnya: فَاِنۡ یَّصۡبِرُوۡا
فَالنَّارُ مَثۡوًی لَّہُمۡ -- Lalu jika mereka bersabar maka Api tempat-tinggal bagi mereka, وَ
اِنۡ یَّسۡتَعۡتِبُوۡا فَمَا ہُمۡ مِّنَ الۡمُعۡتَبِیۡنَ -- dan jika mereka mengemukakan alasan maka sekali-kali mereka tidak termasuk orang-orang yang diterima alasan-alasannya” yakni keburukan orang-orang kafir itu begitu busuk
dan menjijikan sehingga mereka tidak
akan dianugerahi atau dikembalikan ke dalam haribaan karunia Ilahi; atau artinya ialah
orang-orang ingkar malahan tidak akan diizinkan mendekati 'atabah
(ambang pintu) 'Arasy Ilahi untuk memohon belas-kasih-Nya.
Sehubungan kelumpuhan indera-indera ruhani yang dialami
para penentang Rasul Allah di akhirat -- terutama Nabi Besar Muhammad
saw. – tersebut Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ یَوۡمَ
تَقُوۡمُ السَّاعَۃُ یَوۡمَئِذٍ یَّخۡسَرُ
الۡمُبۡطِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ تَرٰی کُلَّ اُمَّۃٍ
جَاثِیَۃً ۟ کُلُّ اُمَّۃٍ
تُدۡعٰۤی اِلٰی کِتٰبِہَا ؕ اَلۡیَوۡمَ
تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا
کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
فَیُدۡخِلُہُمۡ رَبُّہُمۡ فِیۡ رَحۡمَتِہٖ ؕ ذٰلِکَ ہُوَ الۡفَوۡزُ
الۡمُبِیۡنُ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
۟ اَفَلَمۡ تَکُنۡ اٰیٰتِیۡ تُتۡلٰی عَلَیۡکُمۡ فَاسۡتَکۡبَرۡتُمۡ وَ
کُنۡتُمۡ قَوۡمًا مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾
Dan kepunyaan Allah kerajaan seluruh langit
dan bumi. Dan pada hari Saat itu datang, pada hari itu sangat rugi orang-orang yang
mengerjakan kebatilan. وَ تَرٰی کُلَّ
اُمَّۃٍ جَاثِیَۃً -- Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat bertekuk
lutut, کُلُّ اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی اِلٰی کِتٰبِہَا --
tiap-tiap umat akan dipanggil kepada Kitabnya. اَلۡیَوۡمَ
تُجۡزَوۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- Pada hari itu kamu akan dibalas atas apa
yang telah kamu kerjakan. ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ بِالۡحَقِّ -- "Inilah Kitab Kami yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ
تَعۡمَلُوۡنَ -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu
kerjakan. Maka ada
pun orang-orang yang beriman dan beramal saleh maka Rabb
(Tuhan) mereka akan memasukkan mereka
dalam rahmat-Nya, itulah kemenangan
yang nyata. Dan ada pun orang-orang
kafir dikatakan kepada mereka: "Tidakkah Tanda-tanda-Ku telah dibacakan kepada kamu, tetapi kamu berlaku sombong dan kamu adalah kaum yang berdosa." (Al-Jātsyiyah [45]:28-32).
“Hari Penghakiman” di Dunia dan di Akhirat
Kata-kata "tiap-tiap umat akan
dipanggil kepada Kitabnya" mengisyaratkan, bahwa "Saat" yang
disinggung dalam ayat sebelumnya berarti saat
perhitungan bagi suatu kaum di
dunia ini juga (QS.7:35-37), sebab dalam kehidupan
ini pun bangsa-bangsa diadili menurut
amal-perbuatan mereka dan dihukum atau diganjar sesuai dengan itu.
Ungkapan "Kitabnya"
yang disebut dalam ayat sebelumnya: وَ تَرٰی کُلَّ اُمَّۃٍ
جَاثِیَۃً --
Dan engkau akan melihat tiap-tiap umat
bertekuk lutut, کُلُّ اُمَّۃٍ تُدۡعٰۤی اِلٰی کِتٰبِہَا --
tiap-tiap umat akan dipanggil kepada Kitabnya” (29)
telah digantikan oleh "Kitab Kami"
dalam ayat selanjutnya: ہٰذَا کِتٰبُنَا یَنۡطِقُ عَلَیۡکُمۡ
بِالۡحَقِّ
-- "Inilah Kitab Kami yang berbicara mengenai kamu dengan benar, اِنَّا کُنَّا نَسۡتَنۡسِخُ مَا کُنۡتُمۡ
تَعۡمَلُوۡنَ -- sesungguhnya Kami mencatat apa yang kamu
kerjakan”, karena pencatatan
amal-perbuatan bangsa-bangsa dan perorangan-perorangan
dipelihara oleh Allah Swt. dalam “Kitab catatan amal” dan mereka itu diadili dan diberi pembalasan oleh-Nya sesuai dengan itu.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar