بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 82
Para Rasul
Allah dan Para Wali Allah Secara Alami Tidak Mengetahui yang Gaib Kecuali Jika Diberitahu Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai maksud “Ruh” dalam ayat یَوۡمَ یَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ صَفًّا --
“Pada hari berdirinya ruh dan malaikat-malaikat
berjajar-jajar” (An-Nabā
[78]:40), dapat
berarti ruh yang sempurna – yakni Nabi Besar Muhammad saw. – dan “Hari” dapat berarti “Hari
Kebangkitan,” sedangkan makna وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ صَفًّا -- "dan malaikat-malaikat berjajar-jajar” dapat mengisyaratkan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang senantiasa berdiri
berjajar-jajar sebagai pasukan di belakang Nabi Besar Muhammad saw. siap
sedia melaksanakan perintah atau komando
dari beliau saw. (QS.33:22-24; QS.61:5).
Orang-orang Kafir di Akhirat Menginginkan Menjadi Tanah
Makna
“azab” dalam ayat اِنَّاۤ
اَنۡذَرۡنٰکُمۡ عَذَابًا قَرِیۡبًا -- “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu mengenai
azab yang dekat” dapat
berarti hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang
kafir yang penuh dosa. Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.32:22) di dunia
ini azab semacam itu telah dilukiskan
sebagai “azab dekat” sebagai lawan “azab lebih besar” yang merupakan azab di alam ukhrawi. Itulah sebabnya orang-orang
kafir berkata dalam ayat
selanjutnya: یَّوۡمَ یَنۡظُرُ الۡمَرۡءُ مَا
قَدَّمَتۡ یَدٰہُ --
suatu hari ketika orang akan melihat apa yang dahulu telah
diperbuat oleh kedua tangannya, وَ یَقُوۡلُ
الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ کُنۡتُ تُرٰبًا -- dan orang kafir akan berkata: “Alangkah baiknya aku dahulu jadi tanah!” (An-Nabā [78]:41)
Sehubungan dengan “kisah kaum purbakala” sebagai bukti keberadaan “Kitab catatan amal” manusia, dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ مَاذَاۤ اَجَبۡتُمُ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ فَعَمِیَتۡ
عَلَیۡہِمُ الۡاَنۡۢبَآءُ یَوۡمَئِذٍ فَہُمۡ لَا
یَتَسَآءَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan pada hari Dia akan memanggil mereka
maka Dia berfirman: ”Jawaban apakah yang kamu berikan kepada
rasul-rasul?” Tetapi pada
hari itu segala dalih menjadi gelap
atas mereka maka mereka tidak akan saling bertanya. (Al-Qashash
[28]:66-67).
Anba’ (dalil-dalil) adalah jamak dari naba’
yang berarti: kabar penting; keterangan; amanat; dalil (Lexicon Lane & Al-Kulliyat).
Pada hari pembalasan orang-orang
kafir akan mengalami kekalutan pikiran
dan putus asa, dan akan sama sekali kehilangan akal untuk membela diri, karena kerapuhan semua helah dan dalih yang palsu mereka dalam menentang Rasul Allah telah menjadi jelas, mereka tidak mendapat kesempatan
untuk bermusyawarah antara satu
dengan lainnya guna mempersiapkan pembelaan
mereka. Bahkan mereka saling mengutuk satu sama lain (QS.7:38-40;
QS.38:59-65).
‘Amiya ‘alaihi’l-amru
berarti perkara itu menjadi gelap
atau kacau baginya (Lexicon Lane). Dengan demikian
benarlah bahwa yang akan “menjawabnya”
adalah tangan dan kaki mereka – yakni amal perbuatan buruk yang
mereka lakukan terhadap para Rasul Allah
yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ
نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ
اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ
فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ
لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka, sedangkan tangan
mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki
mereka akan bersaksi mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan
seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata
mereka maka mereka akan
berlomba-lomba mencari jalan. Tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat?
Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami
dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka
tidak mampu maju ke depan dan tidak
pula mereka kembali ke belakang. (Yā
Sīn [36]:66-68). Lihat pula QS.17:37; QS.24:25; QS.41:21-23.
Para Nabi Allah dan Wali Allah
Secara Alami Tidak Mengetahui yang Gaib
Berkenaan dengan pertanyaan Allah Swt. kepada para rasul Allah -- termasuk
Nabi Besar Muhammad saw – dan kepada kaum
mereka masing-masing tersebut (Al-Qashash [28]:66-67), dalam Bab
sebelumnya telah dikemukakan pula jawaban
dari para rasul Allah yang sangat
menarik untuk dibahas, firman-Nya:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ
قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah mengumpulkan para rasul
lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban yang
diberikan kaummu kepada kamu?”
Mereka akan berkata: لَا عِلۡمَ لَنَا -- “Tidak
ada pengetahuan pada kami, الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah
[5]:110).
Jawaban para rasul Allah tersebut membuktikan benarnya pernyataan Nabi Besar
Muhammad saw., bahwa pada hakikatnya para rasul
Allah – termasuk beliau saw. -- “tidak
mengetahui yang gaib”, selama Allah Swt. tidak memberitahukan hal-hal gaib tersebut kepada mereka,
firman-Nya:
قُلۡ لَّاۤ اَقُوۡلُ لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ
لَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ اَقُوۡلُ لَکُمۡ اِنِّیۡ مَلَکٌ ۚ اِنۡ اَتَّبِعُ
اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی اِلَیَّ ؕ
قُلۡ ہَلۡ یَسۡتَوِی الۡاَعۡمٰی وَ الۡبَصِیۡرُ
ؕ اَفَلَا تَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah: ”Aku tidak berkata kepada kamu bahwa padaku ada khazanah-khazanah Allah, وَ لَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ -- dan aku
tidak mengetahui ilmu gaib, dan aku
tidak mengatakan kepada kamu bahwa aku malaikat, اِنۡ
اَتَّبِعُ اِلَّا مَا
یُوۡحٰۤی اِلَیَّ -- aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.” قُلۡ ہَلۡ یَسۡتَوِی الۡاَعۡمٰی وَ الۡبَصِیۡرُ -- Katakanlah: “Samakah orang yang buta dengan orang yang melihat?” اَفَلَا تَتَفَکَّرُوۡنَ -- Tidakkah
kamu berpikir? (Al-An’ām [6]:51). Lihat
pula QS.11:32.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan
dengan terjadinya Hari Qiamat
(Kiamat):
یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ
السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا
عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ ؕۘؔ ثَقُلَتۡ
فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ لَا تَاۡتِیۡکُمۡ اِلَّا بَغۡتَۃً ؕ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا
عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ
وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat: اَیَّانَ مُرۡسٰہَا -- “Kapan terjadinya? قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ -- Katakanlah: f”Pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku). لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ -- Tidak
ada yang dapat me-nampakkan mengenai waktunya kecuali Dia. ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi, لَا تَاۡتِیۡکُمۡ اِلَّا بَغۡتَۃً -- tidak
akan datang kepada kamu melainkan dengan
tiba-tiba.” یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا -- Mereka
bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya, قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ --
katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan
mengenai itu hanya ada pada sisi Allah,
tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Al-A’rāf [7]:188).
Mursa dalam ayat: یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا itu
kata-benda masdar, atau kata-waktu
atau kata-tempat (Lexicon Lane), yakni: “Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat: اَیَّانَ مُرۡسٰہَا -- “Kapan
terjadinya?”
Makna
ayat: ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- sangat berat
Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”,
bahwa memberikan hukuman itu bagi Allah Swt. sama pedihnya
seperti halnya bagi manusia
menerimanya, dan itulah arti kata-kata: "Sangat berat Kiamat itu di
seluruh langit dan bumi”. “Langit”
menampilkan Allah Swt. dan para malaikat, sedangkan “bumi” menampilkan manusia.
Hafiyy dalam ayat selanjutnya: یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا -- Mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya”, berarti: memperlihatkan keinginan yang sangat dan menampakkan kegembiraan atau kesenangan
di saat bertemu dengan orang lain; berupaya sampai ke batas terakhir dalam bertanya
atau mencari tahu; atau mengetahui
sedalam-dalamnya (Lexicon Lane).
Tuntutan Berlebihan Para Penentang Rasul Allah
Dari berbagai tuntutan
yang dikemukakan oleh para penentang
Rasul Allah yang berlebihan
menunjukkan bahwa persepsi atau anggapan umumnya manusia terhadap para rasul Allah atau para wali Allah atau tentang mukjizat dan karamat selalu berlebihan,
sehingga ketika harapan-harapan
mereka yang berada di luar wewenang dan kemampuan para hamba pilihan
Allah Swt. tersebut tidak terbukti
sesuai kehendak mereka, maka mereka
menjadi kecewa dan mendustakan
kebenaran pendakwaan para rasul Allah tersebut, demikian juga tuntutan berlebihan
terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا
لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ
لَنَا مِنَ الۡاَرۡضِ یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الۡاَنۡہٰرَ
خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا
کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ وَ
الۡمَلٰٓئِکَۃِ قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾ اَوۡ یَکُوۡنَ
لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ
لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ
رَبِّیۡ ہَلۡ کُنۡتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿٪﴾
Dan mereka
berkata: “Kami tidak akan pernah beriman
kepada engkau sebelum engkau
memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami, atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya di tengah-tengahnya, atau engkau
menjatuhkan ke-pingan-kepingan langit
atas kami sebagaimana telah
engkau dakwakan, atau engkau
mendatangkan Allah dan para malaikat
berhadap-hadapan, atau engkau
mempunyai sebuah rumah dari emas atau engkau
naik ke langit, tetapi kami tidak
akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab
yang kami dapat membacanya.” قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ ہَلۡ
کُنۡتُ اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا -- Katakanlah: “Maha Suci Rabb-ku (Tuhan-ku), aku tidak lain melainkan seorang manusia sebagai seorang rasul.” (Bani
Israil [17]:91-94).
Sehubungan dengan pernyataan yang diajarkan Allah Swt. tersebut
dalam ayat lanjutan
pertanyaan mengenai “Hari
Kiamat” sebelumnya, selanjutnya
Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ لَّاۤ اَمۡلِکُ لِنَفۡسِیۡ نَفۡعًا وَّ لَا ضَرًّا
اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ
کُنۡتُ اَعۡلَمُ
الۡغَیۡبَ لَاسۡتَکۡثَرۡتُ
مِنَ الۡخَیۡرِۚۖۛ وَ مَا
مَسَّنِیَ السُّوۡٓءُ ۚۛ اِنۡ
اَنَا اِلَّا نَذِیۡرٌ وَّ بَشِیۡرٌ لِّقَوۡمٍ
یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾٪
Katakanlah:
“Aku tidak memiliki kekuasaan meraih
manfaat bagi diriku dan tidak pula
mudarat, kecuali apa yang
dikehendaki Allah. وَ لَوۡ کُنۡتُ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ لَاسۡتَکۡثَرۡتُ مِنَ الۡخَیۡرِ -- dan seandainya aku mengetahui hal gaib
niscaya aku telah meraih banyak kebaikan,
وَ مَا مَسَّنِیَ السُّوۡٓءُ -- dan keburukan sekali-kali tidak akan
menyentuhku. اِنۡ اَنَا اِلَّا نَذِیۡرٌ وَّ بَشِیۡرٌ لِّقَوۡمٍ
یُّؤۡمِنُوۡنَ
-- Aku
tidak lain melainkan pemberi
peringatan dan pemberi kabar gembira
kepada kaum yang beriman.” (Al-A’rāf
[7]:189).
Saat-saat Datangnya Azab Ilahi Secara Tiba-tiba
Jadi, sesuai dengan pernyataan Allah Swt.
dalam ayat sebelumnya mengenai saat
terjadinya Kiamat yang secara tiba-tiba (QS.7:188), dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ کَمۡ
مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا فَجَآءَہَا بَاۡسُنَا بَیَاتًا
اَوۡ ہُمۡ قَآئِلُوۡنَ ﴿﴾ فَمَا کَانَ دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ جَآءَہُمۡ
بَاۡسُنَاۤ اِلَّاۤ اَنۡ
قَالُوۡۤا اِنَّا کُنَّا
ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ
لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ ﴿﴾ فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾ وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقُّ ۚ فَمَنۡ ثَقُلَتۡ
مَوَازِیۡنُہٗ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa
banyak negeri yang Kami telah membinasakannya, maka siksaan
Kami mendatanginya ketika mereka
sedang tidur di waktu malam atau
ketika mereka sedang istirahat di tengah
hari. Maka ketika siksaan
Kami mendatanginya tidak lain seruannya
melainkan mereka berkata: اِنَّا کُنَّا
ظٰلِمِیۡنَ -- “Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang zalim.” فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ
اِلَیۡہِمۡ -- Maka pasti
akan Kami tanyai
orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul
telah diutus وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti akan Kami tanyai pula rasul-rasul itu. فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ -- Lalu Kami pasti
akan menceriterakan kepada mereka keadaan
mereka dengan sepengetahuan Kami
dan Kami sekali-kali tidak pernah
tidak hadir. وَ الۡوَزۡنُ
یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ -- Dan
timbangan pada Hari
itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ
مَوَازِیۡنُہٗ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya maka mereka
itulah orang-orang yang berhasil. (Al-A’rāf [7]:6-9).
Lepas
tengah malam dan juga tengah hari di sini disebut sebagai dua
saat khusus ketika pada umumnya azab
Ilahi turun atas suatu kaum. Pada
waktu-waktu inilah seringkali mereka tengah tidur
atau dalam keadaan lengah.
Alasan mengapa orang-orang atheis yang keras
hati kadangkala menjerit-jerit memohon pertolongan
kepada Tuhan bila azab menimpa
mereka, adalah karena pada saat yang
mengerikan itu timbul kesadaran
pada manusia, bahwa tidak hanya merasa
dirinya sendiri sama sekali tidak berdaya,
tetapi juga mereka menjadi sadar akan
adanya kekuasaan dan kekuatan Wujud Tuhan
Yang Mahatinggi. Itulah makna ayat: فَمَا کَانَ
دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ جَآءَہُمۡ بَاۡسُنَاۤ
اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡۤ -- Maka
ketika siksaan Kami mendatanginya
tidak lain seruannya melainkan
mereka berkata: اِنَّا کُنَّا
ظٰلِمِیۡنَ -- “Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang zalim.”
Makna Jawaban Para Rasul Allah Terhadap Pertanyaan Allah Swt.
Ayat selanjutnya: فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ
اِلَیۡہِمۡ -- maka pasti
akan Kami tanyai
orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul
telah diutus وَ
لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti akan Kami tanyai pula rasul-rasul itu”, mengandung asas penting, yaitu bahwa dalam satu bentuk atau dalam bentuk yang
lain semua orang bertanggung jawab
kepada Allah Swt..
Semua orang akan ditanya bagaimana mereka menyambut
para rasul Allah,
dan demikian pula para rasul Allah sendiri akan ditanya bagaimana mereka menyampaikan
Amanat Allah Swt. dan bagaimana sambutan orang-orang terhadap Amanat itu.
Mengenai semua itu Allah Swt. benar-benar mengetahuinya --
yakni: فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ
وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ
--
Lalu Kami pasti akan menceriterakan kepada mereka keadaan
mereka dengan sepengetahuan Kami
dan Kami sekali-kali tidak pernah
tidak hadir” -- tetapi para rasul Allah -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- tidak
mengetahuinya, sebagaimana firman-Nya di awal Bab ini, sebab mereka tidak
mengetahui yang gaib:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ
قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah mengumpulkan para rasul
lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban yang
diberikan kaummu kepada kamu?”
Mereka akan berkata: لَا عِلۡمَ لَنَا -- “Tidak
ada pengetahuan pada kami, الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah
[5]:110).
Mengapa para Rasul
Allah tersebut menjawab: لَا عِلۡمَ لَنَا
-- “Tidak ada pengetahuan pada kami, الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ
عَلَّامُ -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib”?
Sebab sejarah kenabian membuktikan,
bahwa setiap kali Allah Swt. mengutus para rasul
Allah kepada kepada kaum mereka
masing-masing – termasuk Nabi besar Muhammad saw. yang diutus untuk seluruh umat manusia (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29)
-- sikap
yang diperlihatkan umat manusia terhadap dakwah
mereka beraneka ragam, yakni bukan hanya enjadi 2 golongan saja – yang
beriman dan yang ingkar -- saja tetapi
juga ada orang-orang yang bersikap munafik.
Demikian
pula di kalangan ketiga golongan orang-orang
itu pun keadaannya tidak
tetap, misalnya yang tadinya beriman
kemudian menjadi murtad (QS.5:55),
dan yang semula sebagai penentang keras
para rasul Allah kemudian menjadi
orang yang benar-benar beriman. Begitu pula juga orang-orang yang diawalnya
merupakan orang-orang munafik tetapi
dengan karunia Allah Swt. mereka berubah menjadi orang-orang yang bertakwa.
Pendek kata,
berbagai kemungkinan dapat terjadi di
kalangan manusia ketika Allah Swt. mengutus para rasul Allah kepada mereka, itulah sebabnya Allah Swt. telah
berfirman mengenai hal tersebut:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ
قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah mengumpulkan para rasul
lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban yang
diberikan kaummu kepada kamu?”
Mereka akan berkata: لَا عِلۡمَ لَنَا -- “Tidak
ada pengetahuan pada kami, الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah
[5]:110).
Sesuai
dengan firman Allah Swt. tersebut, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun telah
mengatakan seperti itu, yakni beliau “berlepas
diri” dari hal-hal yang berada di luar
kemampuan dan pengetahuan
beliau, firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ اللّٰہُ
یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ ءَاَنۡتَ قُلۡتَ
لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ
اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ
عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ
وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾ مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ
اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ
تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu
Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia: Jadikanlah
aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain
Allah?" Ia berkata: “Maha
Suci Engkau. Tidak patut bagiku
mengatakan apa yang sekali-kali
bukan hakku. Jika aku telah mengatakannya maka sungguh
Engkau mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau, sesungguh-nya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib. Aku
sekali-kali tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang telah
Engkau perintahkan kepadaku, yaitu: ”Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku
(Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.” Dan aku
menjadi saksi atas mereka selama aku
berada di antara mereka -- tetapi
tatkala Engkau telah mewafatkanku maka
Engkau-lah Yang benar-benar menjadi
Pengawas atas mereka, dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Kalau Engkau
mengazab mereka, maka sesungguhnya
mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Māidah [5]:117-119).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Juni
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar