Senin, 22 Juni 2015

Para Rasul Allah dan Para Wali Allah Secara Alami Tidak Mengetahui yang Gaib Kecuali Jika Diberitahu Allah Swt.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 82

Para Rasul Allah  dan Para Wali Allah Secara   Alami   Tidak Mengetahui yang Gaib  Kecuali Jika Diberitahu Allah Swt.
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  maksud  “Ruh” dalam ayat یَوۡمَ  یَقُوۡمُ الرُّوۡحُ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا  --  “Pada hari berdirinya ruh  dan malaikat-malaikat berjajar-jajar”   (An-Nabā [78]:40),  dapat berarti ruh yang sempurna – yakni Nabi Besar Muhammad saw.  – dan “Hari” dapat berarti “Hari Kebangkitan,” sedangkan makna  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  صَفًّا --  "dan malaikat-malaikat berjajar-jajar” dapat mengisyaratkan kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad  saw. yang senantiasa  berdiri berjajar-jajar sebagai pasukan  di belakang Nabi Besar Muhammad saw. siap sedia  melaksanakan perintah atau komando dari beliau saw. (QS.33:22-24; QS.61:5).  

Orang-orang Kafir di Akhirat Menginginkan Menjadi Tanah

      Makna “azab”  dalam ayat  اِنَّاۤ  اَنۡذَرۡنٰکُمۡ عَذَابًا  قَرِیۡبًا --  “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kamu mengenai azab yang dekat”   dapat berarti  hukuman yang ditimpakan kepada orang-orang kafir yang penuh dosa. Di tempat lain dalam Al-Quran (QS.32:22) di dunia ini azab semacam itu telah dilukiskan sebagai “azab dekat” sebagai lawan “azab lebih besar” yang merupakan azab di alam ukhrawi. Itulah sebabnya orang-orang kafir  berkata dalam ayat selanjutnya: یَّوۡمَ یَنۡظُرُ  الۡمَرۡءُ مَا قَدَّمَتۡ یَدٰہُ    --  suatu hari ketika orang akan melihat apa yang dahulu telah diperbuat oleh kedua tangannya, وَ یَقُوۡلُ الۡکٰفِرُ یٰلَیۡتَنِیۡ  کُنۡتُ تُرٰبًا   -- dan orang kafir akan berkata:  “Alangkah baiknya aku dahulu jadi tanah!”  (An-Nabā [78]:41)
       Sehubungan dengan “kisah  kaum purbakala   sebagai bukti  keberadaan “Kitab catatan amal” manusia, dalam Surah lain Allah Swt. berfirman: 
وَ یَوۡمَ یُنَادِیۡہِمۡ فَیَقُوۡلُ مَاذَاۤ  اَجَبۡتُمُ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ فَعَمِیَتۡ عَلَیۡہِمُ الۡاَنۡۢبَآءُ یَوۡمَئِذٍ فَہُمۡ لَا  یَتَسَآءَلُوۡنَ ﴿﴾
Dan pada hari Dia akan memanggil mereka maka Dia berfirman:  Jawaban apakah yang kamu berikan kepada rasul-rasul?”  Tetapi pada hari   itu   segala dalih menjadi gelap  atas mereka maka mereka tidak akan saling bertanya. (Al-Qashash [28]:66-67).
        Anba’ (dalil-dalil) adalah jamak dari naba’ yang berarti: kabar penting; keterangan; amanat; dalil (Lexicon Lane & Al-Kulliyat). Pada hari pembalasan orang-orang kafir akan mengalami kekalutan pikiran dan putus asa, dan akan sama sekali kehilangan akal untuk membela diri, karena kerapuhan semua helah dan dalih yang palsu mereka dalam menentang Rasul Allah telah menjadi jelas, mereka tidak mendapat kesempatan untuk bermusyawarah antara satu dengan lainnya guna mempersiapkan pembelaan mereka. Bahkan  mereka saling mengutuk satu sama lain (QS.7:38-40; QS.38:59-65).
       ‘Amiya ‘alaihi’l-amru berarti perkara itu menjadi gelap atau kacau baginya (Lexicon Lane). Dengan demikian benarlah bahwa yang akan “menjawabnya” adalah tangan dan kaki mereka – yakni amal perbuatan buruk  yang mereka lakukan terhadap para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, firman-Nya:
اَلۡیَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلٰۤی اَفۡوَاہِہِمۡ وَ تُکَلِّمُنَاۤ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ تَشۡہَدُ اَرۡجُلُہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  ﴿﴾ وَ لَوۡ نَشَآءُ  لَطَمَسۡنَا عَلٰۤی  اَعۡیُنِہِمۡ فَاسۡتَبَقُوا الصِّرَاطَ فَاَنّٰی یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنٰہُمۡ عَلٰی مَکَانَتِہِمۡ فَمَا اسۡتَطَاعُوۡا مُضِیًّا وَّ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿٪﴾
Pada hari ini Kami akan memeterai mulut mereka,  sedangkan  tangan mereka akan berbicara kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi  mengenai apa yang dahulu mereka usahakan. Dan seandainya Kami menghendaki niscaya Kami dapat melenyapkan penglihatan mata mereka maka mereka akan berlomba-lomba mencari jalan. Tetapi bagaimanakah mereka dapat melihat?  Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami dapat mengubah keadaan mereka pada tempat mereka, maka mereka tidak mampu maju ke depan dan tidak pula mereka kembali ke belakang.  (Yā Sīn [36]:66-68). Lihat pula QS.17:37; QS.24:25; QS.41:21-23.

Para Nabi Allah dan Wali Allah Secara Alami Tidak Mengetahui yang Gaib

         Berkenaan dengan pertanyaan Allah Swt. kepada para rasul Allah   -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw – dan kepada kaum mereka masing-masing tersebut (Al-Qashash [28]:66-67), dalam Bab sebelumnya telah dikemukakan pula jawaban dari para rasul Allah yang sangat menarik untuk dibahas, firman-Nya:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah  jawaban    yang  diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata:  لَا عِلۡمَ  لَنَا  -- “Tidak  ada pengetahuan pada kami,  الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110).  
     Jawaban para rasul Allah tersebut membuktikan benarnya pernyataan Nabi Besar Muhammad saw., bahwa pada hakikatnya para rasul Allah – termasuk beliau saw. -- tidak mengetahui yang gaib”, selama Allah Swt. tidak memberitahukan hal-hal gaib tersebut kepada mereka, firman-Nya: 
قُلۡ  لَّاۤ  اَقُوۡلُ لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ  اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ  اَقُوۡلُ لَکُمۡ  اِنِّیۡ مَلَکٌ ۚ اِنۡ  اَتَّبِعُ  اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ ؕ قُلۡ ہَلۡ  یَسۡتَوِی الۡاَعۡمٰی وَ الۡبَصِیۡرُ ؕ اَفَلَا  تَتَفَکَّرُوۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah:  Aku tidak berkata kepada kamu bahwa padaku ada khazanah-khazanah Allah, وَ لَاۤ  اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ --   dan aku tidak mengetahui ilmu gaib, dan aku tidak mengatakan kepada kamu  bahwa aku malaikat,  اِنۡ  اَتَّبِعُ  اِلَّا مَا یُوۡحٰۤی  اِلَیَّ --   aku hanya mengikuti  apa yang diwahyukan kepadaku.” قُلۡ ہَلۡ  یَسۡتَوِی الۡاَعۡمٰی وَ الۡبَصِیۡرُ  -- Katakanlah: “Samakah orang yang buta dengan orang yang melihat?” اَفَلَا  تَتَفَکَّرُوۡنَ -- Tidakkah kamu berpikir? (Al-An’ām [6]:51). Lihat pula QS.11:32.
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan terjadinya Hari  Qiamat (Kiamat):
 یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ ؕۘؔ ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ لَا تَاۡتِیۡکُمۡ  اِلَّا بَغۡتَۃً ؕ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat: اَیَّانَ مُرۡسٰہَا  -- “Kapan  terjadinya?  قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ   --  Katakanlah: fPengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku). لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ  --  Tidak ada yang dapat me-nampakkan mengenai  waktunya kecuali Dia. ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ --  Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi, لَا تَاۡتِیۡکُمۡ  اِلَّا بَغۡتَۃً --  tidak akan datang kepada kamu melainkan dengan tiba-tiba.”  یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا  -- Mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya, قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ  --  katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-A’rāf [7]:188).
  Mursa  dalam ayat: یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا    itu kata-benda masdar, atau kata-waktu atau kata-tempat (Lexicon Lane), yakni: “Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat: اَیَّانَ مُرۡسٰہَا  -- “Kapan  terjadinya?” 
 Makna ayat:  ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ --  sangat berat  Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”,  bahwa memberikan hukuman itu bagi Allah Swt.  sama pedihnya seperti halnya bagi manusia menerimanya, dan itulah arti kata-kata: "Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”.  “Langit” menampilkan  Allah Swt.    dan para malaikat, sedangkan “bumi” menampilkan manusia.
  Hafiyy dalam ayat selanjutnya: یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا  -- Mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya”, berarti:  memperlihatkan keinginan yang sangat dan menampakkan kegembiraan atau kesenangan di saat bertemu dengan orang lain; berupaya sampai ke batas terakhir  dalam bertanya atau mencari tahu; atau mengetahui sedalam-dalamnya (Lexicon Lane).

Tuntutan Berlebihan Para Penentang Rasul Allah

    Dari  berbagai tuntutan  yang dikemukakan oleh para penentang Rasul Allah yang berlebihan menunjukkan bahwa   persepsi atau anggapan  umumnya manusia terhadap para rasul Allah atau para wali Allah  atau tentang mukjizat dan karamat  selalu berlebihan, sehingga ketika harapan-harapan mereka  yang berada di luar wewenang dan kemampuan para hamba pilihan Allah Swt. tersebut tidak terbukti sesuai kehendak mereka, maka mereka menjadi kecewa  dan mendustakan kebenaran pendakwaan para rasul Allah tersebut,  demikian juga tuntutan berlebihan terhadap Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَنۡ نُّؤۡمِنَ لَکَ حَتّٰی تَفۡجُرَ  لَنَا مِنَ  الۡاَرۡضِ  یَنۡۢبُوۡعًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ تَکُوۡنَ لَکَ جَنَّۃٌ  مِّنۡ نَّخِیۡلٍ وَّ عِنَبٍ فَتُفَجِّرَ  الۡاَنۡہٰرَ  خِلٰلَہَا تَفۡجِیۡرًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ تُسۡقِطَ السَّمَآءَ کَمَا زَعَمۡتَ عَلَیۡنَا کِسَفًا اَوۡ تَاۡتِیَ بِاللّٰہِ  وَ الۡمَلٰٓئِکَۃِ  قَبِیۡلًا ﴿ۙ﴾  اَوۡ  یَکُوۡنَ لَکَ بَیۡتٌ مِّنۡ زُخۡرُفٍ اَوۡ تَرۡقٰی فِی السَّمَآءِ ؕ وَ لَنۡ نُّؤۡمِنَ لِرُقِیِّکَ حَتّٰی تُنَزِّلَ عَلَیۡنَا کِتٰبًا نَّقۡرَؤُہٗ ؕ قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ  ہَلۡ کُنۡتُ  اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا ﴿٪﴾
Dan mereka berkata: “Kami tidak akan pernah beriman kepada engkau sebelum engkau memancarkan dari bumi sebuah mata air untuk kami, atau engkau mempunyai kebun kurma dan anggur lalu engkau mengalirkan sungai-sungai yang deras alirannya  di tengah-tengahnya,  atau engkau menjatuhkan ke-pingan-kepingan langit  atas kami sebagaimana telah engkau dakwakan, atau engkau mendatangkan Allah dan para malaikat berhadap-hadapan, atau engkau mempunyai sebuah rumah dari emas atau engkau naik ke langit, tetapi kami tidak akan pernah mempercayai kenaikan engkau ke langit hingga engkau menurunkan kepada kami sebuah kitab yang kami dapat membacanya.”  قُلۡ سُبۡحَانَ رَبِّیۡ  ہَلۡ کُنۡتُ  اِلَّا بَشَرًا رَّسُوۡلًا  -- Katakanlah: “Maha Suci Rabb-ku (Tuhan-ku), aku tidak lain melainkan seorang manusia  sebagai seorang rasul.”  (Bani Israil [17]:91-94).
       Sehubungan dengan  pernyataan yang diajarkan Allah Swt.  tersebut  dalam ayat lanjutan  pertanyaan    mengenai    Hari Kiamat” sebelumnya, selanjutnya  Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ لَّاۤ  اَمۡلِکُ  لِنَفۡسِیۡ  نَفۡعًا وَّ لَا  ضَرًّا  اِلَّا مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ کُنۡتُ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ لَاسۡتَکۡثَرۡتُ مِنَ الۡخَیۡرِۚۖۛ وَ مَا مَسَّنِیَ  السُّوۡٓءُ ۚۛ اِنۡ  اَنَا  اِلَّا  نَذِیۡرٌ وَّ بَشِیۡرٌ  لِّقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾٪
Katakanlah: “Aku tidak memiliki kekuasaan meraih manfaat bagi diriku dan tidak pula  mudarat, kecuali apa yang dikehendaki Allah.  وَ لَوۡ کُنۡتُ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ لَاسۡتَکۡثَرۡتُ مِنَ الۡخَیۡرِ  -- dan seandainya aku mengetahui hal gaib niscaya aku telah meraih banyak kebaikan,  وَ مَا مَسَّنِیَ  السُّوۡٓءُ  -- dan keburukan sekali-kali tidak akan menyentuhku. اِنۡ  اَنَا  اِلَّا  نَذِیۡرٌ وَّ بَشِیۡرٌ  لِّقَوۡمٍ  یُّؤۡمِنُوۡنَ  --    Aku tidak lain melainkan pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira kepada kaum yang beriman.” (Al-A’rāf [7]:189).

Saat-saat Datangnya Azab Ilahi Secara Tiba-tiba

     Jadi, sesuai dengan pernyataan Allah Swt. dalam ayat sebelumnya mengenai saat terjadinya Kiamat  yang secara tiba-tiba (QS.7:188), dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ کَمۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا فَجَآءَہَا بَاۡسُنَا  بَیَاتًا  اَوۡ  ہُمۡ  قَآئِلُوۡنَ ﴿﴾  فَمَا کَانَ دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ  جَآءَہُمۡ  بَاۡسُنَاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ  قَالُوۡۤا  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ ﴿﴾  فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾  وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقُّ ۚ فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ  فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan   berapa banyak negeri yang   Kami telah membinasakannya, maka   siksaan Kami mendatanginya  ketika mereka sedang tidur di waktu malam atau ketika mereka sedang istirahat di tengah hari.  Maka  ketika siksaan Kami mendatanginya tidak lain seruannya melainkan mereka berkata:  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ  -- “Sesungguhnya  kami adalah orang-orang yang zalim.”  فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ   -- Maka pasti akan  Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus   وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti  akan  Kami tanyai pula rasul-rasul itu.   فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ    --  Lalu Kami pasti akan   menceriterakan kepada mereka keadaan mereka dengan sepengetahuan Kami dan Kami sekali-kali  tidak pernah  tidak hadir.    وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ  --  Dan  timbangan  pada Hari itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ  فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya  maka mereka itulah orang-orang yang berhasil. (Al-A’rāf [7]:6-9).
    Lepas tengah malam dan juga tengah hari di sini disebut sebagai dua saat khusus ketika pada umumnya azab Ilahi turun atas suatu kaum. Pada waktu-waktu inilah seringkali mereka tengah tidur atau dalam keadaan lengah. 
   Alasan mengapa orang-orang atheis yang keras hati kadangkala menjerit-jerit memohon pertolongan kepada Tuhan bila azab menimpa mereka, adalah karena pada saat yang mengerikan itu timbul kesadaran pada manusia, bahwa tidak hanya merasa dirinya sendiri sama sekali tidak berdaya, tetapi juga mereka menjadi sadar akan adanya kekuasaan dan kekuatan Wujud  Tuhan Yang Mahatinggi. Itulah makna ayat:    فَمَا کَانَ دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ  جَآءَہُمۡ  بَاۡسُنَاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ  قَالُوۡۤ  -- Maka  ketika siksaan Kami mendatanginya tidak lain seruannya melainkan mereka berkata:  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ  -- “Sesungguhnya  kami adalah orang-orang yang zalim.” 

Makna Jawaban Para Rasul Allah Terhadap Pertanyaan Allah Swt.

   Ayat selanjutnya:    فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ   -- maka pasti akan  Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus   وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti  akan  Kami tanyai pula rasul-rasul itu”,   mengandung asas penting, yaitu bahwa dalam satu bentuk atau dalam bentuk yang lain semua orang bertanggung jawab kepada Allah Swt..
  Semua orang akan ditanya bagaimana mereka menyambut para rasul Allah, dan  demikian pula para rasul Allah  sendiri akan ditanya bagaimana mereka menyampaikan Amanat Allah Swt.   dan bagaimana sambutan orang-orang terhadap Amanat itu.
Mengenai semua itu Allah Swt. benar-benar  mengetahuinya   --   yakni: فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ    --  Lalu Kami pasti akan   menceriterakan kepada mereka keadaan mereka dengan sepengetahuan Kami dan Kami sekali-kali  tidak pernah  tidak hadir --  tetapi para rasul Allah  -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- tidak mengetahuinya, sebagaimana firman-Nya di awal Bab ini, sebab mereka tidak mengetahui yang gaib:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah  jawaban    yang  diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata:  لَا عِلۡمَ  لَنَا  -- “Tidak  ada pengetahuan pada kami,  الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110).  
 Mengapa  para Rasul Allah tersebut  menjawab: لَا عِلۡمَ  لَنَا  -- “Tidak  ada pengetahuan pada kami,  الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib”? Sebab sejarah kenabian membuktikan, bahwa setiap kali Allah Swt.  mengutus para   rasul Allah kepada kepada kaum mereka masing-masing – termasuk Nabi besar Muhammad saw. yang diutus untuk seluruh  umat manusia  (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29) --  sikap yang diperlihatkan umat  manusia  terhadap dakwah mereka beraneka ragam, yakni  bukan hanya  enjadi 2 golongan saja –    yang beriman dan   yang ingkar -- saja  tetapi juga ada orang-orang yang bersikap munafik.
    Demikian pula di kalangan  ketiga golongan orang-orang  itu pun  keadaannya  tidak tetap, misalnya yang tadinya beriman kemudian menjadi murtad (QS.5:55), dan yang semula sebagai penentang keras para rasul Allah kemudian menjadi orang yang  benar-benar beriman.  Begitu pula juga orang-orang yang diawalnya merupakan   orang-orang munafik tetapi  dengan karunia Allah Swt.  mereka berubah menjadi orang-orang  yang bertakwa.
    Pendek kata, berbagai kemungkinan dapat terjadi di kalangan manusia ketika Allah Swt. mengutus para rasul Allah kepada mereka, itulah sebabnya Allah Swt. telah berfirman mengenai  hal tersebut:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah  jawaban    yang  diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata:  لَا عِلۡمَ  لَنَا  -- “Tidak  ada pengetahuan pada kami,  الۡغُیُوۡبِ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  -- sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110).  
 Sesuai dengan firman Allah Swt. tersebut,  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun telah mengatakan seperti itu, yakni beliau “berlepas diri” dari hal-hal yang berada di luar  kemampuan  dan pengetahuan  beliau, firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ اللّٰہُ یٰعِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ  ءَاَنۡتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُوۡنِیۡ وَ اُمِّیَ  اِلٰہَیۡنِ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالَ سُبۡحٰنَکَ مَا یَکُوۡنُ لِیۡۤ  اَنۡ اَقُوۡلَ مَا لَیۡسَ لِیۡ ٭ بِحَقٍّ ؕ؃ اِنۡ کُنۡتُ قُلۡتُہٗ فَقَدۡ عَلِمۡتَہٗ ؕ تَعۡلَمُ  مَا فِیۡ نَفۡسِیۡ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ مَا فِیۡ نَفۡسِکَ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾  مَا قُلۡتُ لَہُمۡ اِلَّا مَاۤ اَمَرۡتَنِیۡ بِہٖۤ اَنِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ رَبِّیۡ وَ رَبَّکُمۡ ۚ وَ کُنۡتُ عَلَیۡہِمۡ  شَہِیۡدًا مَّا دُمۡتُ فِیۡہِمۡ ۚ فَلَمَّا تَوَفَّیۡتَنِیۡ  کُنۡتَ اَنۡتَ الرَّقِیۡبَ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ  اَنۡتَ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ  شَہِیۡدٌ ﴿﴾  اِنۡ تُعَذِّبۡہُمۡ فَاِنَّہُمۡ عِبَادُکَ ۚ وَ اِنۡ تَغۡفِرۡ لَہُمۡ فَاِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Allah berfirman: “Hai ‘Isa ibnu Maryam, apakah engkau telah berkata kepada manusia:   Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan  selain  Allah?" Ia berkata: “Maha Suci Engkau. Tidak patut bagiku mengatakan  apa yang  sekali-kali  bukan hakku. Jika  aku telah mengatakannya maka sungguh  Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau,   sesungguh-nya Engkau benar-benar Maha Mengetahui segala yang gaib.   Aku sekali-kali tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu:  Beribadahlah kepada Allah, Rabb-ku (Tuhan-ku) dan Rabb (Tuhan) kamu.”  Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka   --   tetapi tatkala  Engkau telah mewafatkanku maka Engkau-lah Yang benar-benar menjadi Pengawas atas mereka,  dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu.   Kalau Engkau mengazab mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan kalau Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Māidah [5]:117-119).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19  Juni  2015      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar