Sabtu, 27 Juni 2015

Kehidupan Dalam Surga Kekal Sedangkan Kehidupan Dalam Neraka Sementara & Allah Swt Adalah Maalik (Pemilik) "Hari Pembalasan"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 86

   Kehidupan Dalam Surga    Kekal  Sedangkan Kehidupan Neraka   Sementara &  Allah Swt. Adalah Mālik (Pemilik) Hari Pembalasan
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  semua rasul Allah – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. – tidak mengetahui yang gaib,  kecuali jika diberitahu Allah Swt. melalui wahyu-Nya, firman-Nya:
 یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ قَالُوۡا لَا عِلۡمَ  لَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ عَلَّامُ  الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah  mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban    yang  diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak  ada pengetahuan pada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110) lihat pula QS.7:7; QS.28:66.  Firman-Nya lagi:
وَ کَمۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا فَجَآءَہَا بَاۡسُنَا  بَیَاتًا  اَوۡ  ہُمۡ  قَآئِلُوۡنَ ﴿﴾  فَمَا کَانَ دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ  جَآءَہُمۡ  بَاۡسُنَاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ  قَالُوۡۤا  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾  فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ ﴿﴾  فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾  وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقُّ ۚ فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ  فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan   berapa banyak negeri yang   Kami telah membinasakannya, maka   siksaan Kami mendatanginya  ketika mereka sedang tidur di waktu malam atau ketika mereka sedang istirahat di tengah hari.  Maka  ketika siksaan Kami mendatanginya tidak lain seruannya melainkan mereka berkata:  اِنَّا کُنَّا ظٰلِمِیۡنَ  -- “Sesungguhnya  kami adalah orang-orang yang zalim.”  فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ   -- Maka pasti akan  Kami tanyai orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul telah diutus   وَ لَنَسۡـَٔلَنَّ  الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti  akan  Kami tanyai pula rasul-rasul itu.   فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ  وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ    --  Lalu Kami pasti akan   menceriterakan kepada mereka keadaan mereka dengan sepengetahuan Kami dan Kami sekali-kali  tidak pernah  tidak hadir.    وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ  --  Dan  timbangan  pada Hari itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ  فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya  maka mereka itulah orang-orang yang berhasil. (Al-A’rāf [7]:6-9).

Membantah Tuduhan-tuduhan Dusta Orang-orang Kafir

          Jadi, betapa dalam kisah para Rasul Allah   dan kisah  kaum-kaum purbakala  --  selain merupakan  bukti kebenaran keberadaan Kitab catatan amal manusia --  juga penuh dengan petunjuk serta hikmah-hikmah yang sangat dalam, dan  yang merupakan bagian dari kesempurnaan Kitab suci Al-Quran, tidak seperti anggapan keliru  orang-orang kafir dalam firman-Nya:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ  عَلَیۡہِ  قَوۡمٌ   اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ  جَآءُوۡ  ظُلۡمًا  وَّ  زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿﴾  وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ  فِی الۡاَسۡوَاقِ ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾  اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ  اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ   اِلَّا  رَجُلًا  مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾  اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ فَضَلُّوۡا  فَلَا  یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan  orang-orang kafir berkata: “Al-Quran ini tidak  lain melainkan kedustaan yang ia telah  mengada-adakannya,  dan  kepadanya kaum lain telah membantunya.” Maka sungguh   mereka telah berbuat zalim dan dusta.   Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan lalu itu dibacakan kepadanya pagi dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”   Dan mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,  ia makan makanan dan berjalan di pasar-pasar?  Mengapa  tidak diturunkan   malaikat kepadanya supaya ia menjadi seorang pemberi peringatan bersama-sama dengannya?   “Atau hendaknya diturunkan kepadanya  khazanah  atau ada baginya kebun untuk makan darinya.” Dan  orang-orang yang zalim itu berkata:  Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau, maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan. (Al-Furqān [25]:5-10).
          Menjawab tuduhan-tuduhan  dusta orang-orang kafir tersebut Allah Swt. berfirman:
تَبٰرَکَ الَّذِیۡۤ  اِنۡ شَآءَ جَعَلَ لَکَ خَیۡرًا مِّنۡ ذٰلِکَ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ وَ  یَجۡعَلۡ  لَّکَ  قُصُوۡرًا ﴿﴾
Maha Berkat Dia Yang jika Dia menghendaki akan menjadikan bagi engkau yang lebih baik daripada itu,  kebun-kebun yang di bawahnya me-ngalir sungai-sungai dan akan menjadikan bagi engkau  istana-istana   (Al-Furqān [25]:5-11).
    Ayat ini mengandung arti bahwa tanggapan orang-orang kafir mengenai bagaimana seharusnya corak dan macam seorang nabi Allah adalah jauh sekali dari kenyataan, dan menampakkan kepicikan mereka tentang maksud dan tujuan kebangkitan nabi-nabi.

Tujuan Utama Pengutusan Para  Rasul  Allah  Berhubungan Dengan Urusan Perbaikan Akhlak dan Ruhani Manusia

       Nabi-nabi Allah dibangkitkan, demikian ayat ini memberitahukan, adalah untuk membimbing manusia keluar dari kegelapan, keraguan, dan kekafiran, lalu masuk ke dalam cahaya keyakinan dan kenikmatan ruhani,   bukan untuk menimbun kekayaan dan berfoya-foya serta bersuka-ria, sebagaimana tujuan hidup mereka yang bersifat duniawi.
        Akan tetapi meskipun patokan yang dibuat sendiri oleh orang-orang kafir, yakni, bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   harus memiliki harta, pangkat, kebun-kebun, dan istana-istana adalah tidak berarti apa-apa, namun untuk menyadarkan mereka tentang kepalsuan kedudukan duniawi mereka, Allah Swt. akan memberikan kepada beliau saw. serta pengikut-pengikut beliau saw. harta yang lebih banyak, kebun-kebun  dan istana-istana yang lebih besar serta lagi lebih baik dari apa-apa yang dituntut oleh orang-orang kafir.
        Sungguh-sungguh Allah Swt. telah menganugerahkan kepada pengikut-pengikut Nabi Besar Muhammad saw.     istana-istana dan kebun-kebun kepunyaan raja-raja Iran dan Bizantina (Romawi Timur) pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab r.a.. Selanjutnya mengenai orang-orang kafir Allah Swt. berfirman: 
بَلۡ  کَذَّبُوۡا بِالسَّاعَۃِ ۟ وَ  اَعۡتَدۡنَا لِمَنۡ کَذَّبَ بِالسَّاعَۃِ سَعِیۡرًا ﴿ۚ﴾  اِذَا  رَاَتۡہُمۡ مِّنۡ مَّکَانٍۭ بَعِیۡدٍ سَمِعُوۡا  لَہَا تَغَیُّظًا وَّ  زَفِیۡرًا ﴿﴾   اِذَاۤ  اُلۡقُوۡا مِنۡہَا مَکَانًا ضَیِّقًا مُّقَرَّنِیۡنَ  دَعَوۡا  ہُنَالِکَ ثُبُوۡرًا ﴿ؕ﴾  لَا تَدۡعُوا الۡیَوۡمَ ثُبُوۡرًا وَّاحِدًا وَّ ادۡعُوۡا ثُبُوۡرًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat dan Kami  menyediakan bagi orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat api yang berkobar-kobar.  Apabila Jahannam itu melihat mereka dari tempat yang jauh,  mereka akan mendengar gemuruh dan gelegarnya.  Dan apabila mereka dilempar-kan ke tempat yang sempit di dalamnya dengan  terbelenggu, mereka di sana akan memohon kebinasaan.    Dia berfirman: “Pada hari  ini kamu jangan meminta hanya satu kebinasaan saja tetapi mintalah kebinasaan yang banyak.” (Al-Furqān [25]:12-15).

Hukuman  Mengerikan  Bagi Orang-orang Kafir & Kehidupan Akhirat Lebih Baik Daripada Kehidupan Dunia

       Ayat 12 menjelaskan bahwa di mana orang-orang beriman ditakdirkan untuk mencapai kemuliaan dan kejayaan, sebaliknya hukuman yang mengerikan (as-sā’ah) telah tersedia bagi orang-orang kafir. Hukuman buat mereka sedang mengancam mereka, ya, bahkan ada di ambang pintu mereka sendiri, tetapi mereka tidak melihatnya dan karena itu menolak untuk mempercayainya.
        Ayat 13   dan ayat berikutnya mengandung arti, bahwa hukuman itu akan sangat keras dan meliputi segala sesuatu, dan untuk menambah hebatnya penderitaan dan rasa terhina orang-orang kafir itu, dan untuk membuat penderitaan itu lengkap dan sempurna, maka semua anggauta dan alat indera mereka  -- seperti penglihatan dan pendengaran  -- akan dibuat merasakannya, firman-Nya: اِذَا  رَاَتۡہُمۡ مِّنۡ مَّکَانٍۭ بَعِیۡدٍ سَمِعُوۡا  لَہَا تَغَیُّظًا وَّ  زَفِیۡرًا      -- “Apabila Jahannam itu melihat mereka dari tempat yang jauh,  mereka akan mendengar gemuruh dan gelegarnya.” (Al-Furqān [25]:13).
        Karena berada dalam kesedihan yang amat besar, mereka akan menginginkan kematian cepat-cepat mengakhiri riwayat mereka:
وَ اِذَاۤ  اُلۡقُوۡا مِنۡہَا مَکَانًا ضَیِّقًا مُّقَرَّنِیۡنَ  دَعَوۡا  ہُنَالِکَ ثُبُوۡرًا ﴿ؕ﴾  لَا تَدۡعُوا الۡیَوۡمَ ثُبُوۡرًا وَّاحِدًا وَّ ادۡعُوۡا ثُبُوۡرًا کَثِیۡرًا﴿﴾
Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di dalamnya  dengan terbelenggu, mereka di sana akan memohon kebinasaan.   Dia berfirman: “Pada hari  ini kamu jangan meminta hanya satu kebinasaan saja tetapi mintalah kebi-nasaan yang banyak.” (Al-Furqān [25]: 15).
        Dalam Surah Al-A’lā Allah Swt.  telah menyatakan bahwa di alam akhirat  manusia tidak akan mengalami kematian lagi, bagaimana pun hebatnya siksaan yang dialami oleh para penghuni  neraka jahannam, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  سَبِّحِ اسۡمَ رَبِّکَ الۡاَعۡلَی ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ خَلَقَ فَسَوّٰی ۪ۙ﴿﴾  وَ الَّذِیۡ  قَدَّرَ فَہَدٰی ۪ۙ﴿﴾   وَ الَّذِیۡۤ  اَخۡرَجَ  الۡمَرۡعٰی ۪ۙ﴿﴾   فَجَعَلَہٗ  غُثَآءً  اَحۡوٰی ؕ﴿﴾  سَنُقۡرِئُکَ فَلَا تَنۡسٰۤی ۙ﴿﴾  اِلَّا  مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّہٗ  یَعۡلَمُ الۡجَہۡرَ  وَ مَا یَخۡفٰی ؕ﴿﴾  وَ نُیَسِّرُکَ لِلۡیُسۡرٰی ۚ﴿ۖ﴾  فَذَکِّرۡ  اِنۡ  نَّفَعَتِ الذِّکۡرٰی ؕ﴿﴾  سَیَذَّکَّرُ مَنۡ یَّخۡشٰی ﴿ۙ﴾  وَ  یَتَجَنَّبُہَا الۡاَشۡقَی  ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡ  یَصۡلَی النَّارَ الۡکُبۡرٰی﴿ۚ﴾  ثُمَّ  لَا یَمُوۡتُ فِیۡہَا وَ لَا یَحۡیٰی ﴿ؕ﴾  قَدۡ  اَفۡلَحَ  مَنۡ  تَزَکّٰی ﴿ۙ﴾  وَ ذَکَرَ اسۡمَ رَبِّہٖ فَصَلّٰی ﴿ؕ﴾  بَلۡ  تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا ﴿۫ۖ﴾  وَ الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ  وَّ اَبۡقٰی ﴿ؕ﴾  اِنَّ ہٰذَا  لَفِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿ۙ﴾  صُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی ﴿٪﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Sucikanlah nama Rabb (Tuhan) engkau, Yang Maha Tinggi,    Yang menciptakan lalu me-nyempurnakan,   dan Yang menetapkan kadar lalu  memberi petunjuk,   dan Yang menumbuhkan rerumputan,   lalu dijadikan-Nya kering kehitam-hitaman.   سَنُقۡرِئُکَ فَلَا تَنۡسٰۤی     -- Kami segera akan mengajari engkau Al-Quran maka engkau tidak akan  lupaاِلَّا  مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّہٗ  یَعۡلَمُ الۡجَہۡرَ  وَ مَا یَخۡفٰ --   kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sesungguhnya Dia  mengetahui yang zahir dan apa yang tersembunyi. وَ نُیَسِّرُکَ لِلۡیُسۡرٰی   --   Dan Kami akan memudahkan engkau untuk mencapai kemudah-anفَذَکِّرۡ  اِنۡ  نَّفَعَتِ الذِّکۡرٰی --   Maka berilah nasihat (peringatan)  sesungguhnya nasihat (peringatan) itu bermanfaat.  سَیَذَّکَّرُ مَنۡ یَّخۡشٰی  --  Orang yang takut kepada Allah segera akan mengambil pelajaran, وَ  یَتَجَنَّبُہَا الۡاَشۡقَی  -- sedangkan orang yang malang akan menjauhinya, الَّذِیۡ  یَصۡلَی النَّارَ الۡکُبۡرٰی  --  yaitu orang yang akan me-masuki  Api yang besar.  ثُمَّ  لَا یَمُوۡتُ فِیۡہَا وَ لَا یَحۡیٰی  --     Kemudian ia tidak akan mati di dalamnya dan tidak pula hidup.  قَدۡ  اَفۡلَحَ  مَنۡ  تَزَکّٰی -- Sungguh  berbahagialah orang yang mensucikan diri,  وَ ذَکَرَ اسۡمَ رَبِّہٖ فَصَلّٰی --  dan mengingat nama Rabb-nya (Tuhan-nya) lalu mendirikan shalatبَلۡ  تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ  الدُّنۡیَا --   Tetapi  kamu mendahulukan kehidupan duniaوَ الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ  وَّ اَبۡقٰی --   padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. اِنَّ ہٰذَا  لَفِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی  --   Sesungguhnya inilah yang diajarkan dalam Kitab-kitab terdahuluصُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی --     Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A’lā [87]:1-19).   

Allah Swt. Tidak Pernah Berlaku Zalim Melainkan Manusia Menzalimi Dirinya Sendiri dengan Perbuatan Buruknya

        Sehubungan dengan berbagai penderitaan yang akan dialami oleh orang-orang kafir yang mendustakan  dan menentang Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran tersebut  dijelaskan pula antara lain dalam QS.11:107; QS.21:101; QS.67:7-13,  berikut firman-Nya Nabi Besar Muhammad saw.:
ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡقُرٰی نَقُصُّہٗ عَلَیۡکَ مِنۡہَا قَآئِمٌ   وَّ حَصِیۡدٌ ﴿﴾  وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ فَمَاۤ اَغۡنَتۡ عَنۡہُمۡ اٰلِہَتُہُمُ الَّتِیۡ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ لَّمَّا جَآءَ اَمۡرُ رَبِّکَ ؕ وَ مَا  زَادُوۡہُمۡ غَیۡرَ تَتۡبِیۡبٍ ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ اَخۡذُ رَبِّکَ اِذَاۤ اَخَذَ الۡقُرٰی وَ ہِیَ  ظَالِمَۃٌ ؕ اِنَّ  اَخۡذَہٗۤ  اَلِیۡمٌ شَدِیۡدٌ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّمَنۡ خَافَ عَذَابَ الۡاٰخِرَۃِ ؕ ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ النَّاسُ  وَ ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّشۡہُوۡدٌ ﴿﴾  وَ مَا نُؤَخِّرُہٗۤ   اِلَّا  لِاَجَلٍ  مَّعۡدُوۡدٍ ﴿﴾ؕ  یَوۡمَ یَاۡتِ لَا تَکَلَّمُ نَفۡسٌ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ  شَقِیٌّ  وَّ سَعِیۡدٌ ﴿﴾  فَاَمَّا الَّذِیۡنَ شَقُوۡا فَفِی النَّارِ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ  وَّ شَہِیۡقٌ ﴿﴾ۙ  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ ؕ اِنَّ رَبَّکَ فَعَّالٌ  لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿﴾   وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ سُعِدُوۡا فَفِی الۡجَنَّۃِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ  اِلَّا  مَا شَآءَ رَبُّکَ ؕ عَطَآءً غَیۡرَ  مَجۡذُوۡذٍ ﴿﴾
Itu adalah sebagian dari berita mengenai kota-kota yang telah binasa yang Kami ceriterakan kepada engkau, di antaranya ada yang masih berdiri dan ada yang telah rebah seperti disabit.  وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ   --  Dan sama sekali bukan   Kami yang menzalimi mereka, melainkan merekalah yang menzalimi dirinya sendiri, maka tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Allah sedikit pun tidak berguna bagi mereka ketika perintah Rabb (Tuhan) engkau telah datang, dan itu sama sekali tidak menambah  kepada mereka selain kebinasaan. وَ کَذٰلِکَ اَخۡذُ رَبِّکَ اِذَاۤ اَخَذَ الۡقُرٰی وَ ہِیَ  ظَالِمَۃٌ ؕ اِنَّ  اَخۡذَہٗۤ  اَلِیۡمٌ شَدِیۡدٌ  --   Dan demikianlah cengkraman Rabb (Tuhan) engkau apabila Dia mencengkram kota-kota yang zalim, sesungguhnya cengkraman-Nya itu pedih lagi keras.   Sesungguhnya  pada yang demikian itu adalah satu Tanda  bagi siapa yang takut akan azab akhirat.  ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ النَّاسُ  وَ ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّشۡہُوۡدٌ  -- Itulah suatu hari ketika semua manusia akan dikumpulkan  dan itulah hari yang akan disaksikan.  وَ مَا نُؤَخِّرُہٗۤ   اِلَّا  لِاَجَلٍ  مَّعۡدُوۡدٍ   -- Dan Kami sama sekali tidak mengundurkannya melainkan untuk suatu jangka waktu yang telah diten-tukan. یَوۡمَ یَاۡتِ لَا تَکَلَّمُ نَفۡسٌ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ  شَقِیٌّ  وَّ سَعِیۡدٌ --  Ketika hari itu datang, tidak ada seorang pun yang berbicara kecuali dengan izin-Nya, maka di antara mereka akan ada yang bernasib buruk dan ada yang bernasib baik. فَاَمَّا الَّذِیۡنَ شَقُوۡا فَفِی النَّارِ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ  وَّ شَہِیۡقٌ --  Maka adapun orang yang nasibnya buruk,  mereka itu akan ada dalam Api, di dalamnya mereka akan menarik nafas panjang dan tersendat-sendat.  خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ --  Mereka akan kekal di dalamnya selama langit dan bumi ada,  kecuali apa yang  Rabb (Tuhan) engkau kehendaki, sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau melakukan apa yang Dia kehendaki. وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ سُعِدُوۡا فَفِی الۡجَنَّۃِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ  اِلَّا  مَا شَآءَ رَبُّکَ --     Tetapi mengenai orang yang bernasib baik, mereka ada dalam surga, mereka   kekal di dalamnya selama langit dan bumi ada, kecuali apa yang Rabb (Tuhan) engkau kehendaki,  عَطَآءً غَیۡرَ  مَجۡذُوۡذٍ  -- anugerah yang tidak ada putus-putusnya. (Hūd [11]:103-109).
       Makna ayat  وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ   --  Dan sama sekali bukan   Kami yang menzalimi mereka, melainkan merekalah yang menzalimi dirinya sendiri”,  Al-Quran berulang kali menekankan bahwa Allah Swt. tidak pernah menghukum suatu kaum dengan tidak adil  (dengan zalim), dan bahwa perbuatan-perbuatan buruk mereka sendirilah  yang menyebabkan turunnya azab atas mereka.
       Al-Quran menolak teori suratan takdir atau bahwa manusia itu korban nasib buta. Al-Quran menyangkal pula pandangan bahwa Allah Swt.  telah membuat bangsa-bangsa bangkit dan jatuh sekehendak-Nya tanpa adanya sebab yang adil dan benar. Itulah sebabnya  mengapa bila pun Al-Quran membicarakan azab, maka senantiasa ditambahkannya (penjelasan), bahwa siksaan dan ganjaran itu adalah akibat perbuatan manusia sendiri.
       Mengenai Sunnatullah tersebut Allah Swt. berfirman:  ذٰلِکَ بِاَنَّ  اللّٰہَ  لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا  نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ     --  Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah tidak   pernah  mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum  hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS.8:54; QS.13:12).
        Ayat ini mengemukakan satu Sunnatullāh (Hukum Allah  yang lazim), bahwa Allah Swt.  tidak akan mengambil kembali suatu nikmat yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada suatu kaum, selama belum ada perubahan memburuk dalam keadaan mereka sendiri.

Allah Swt. Malik (Pemilik) Hari Pembalasan

       Makna ayat  ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ النَّاسُ  وَ ذٰلِکَ  یَوۡمٌ  مَّشۡہُوۡدٌ  -- Itulah suatu hari ketika semua manusia akan dikumpulkan  dan itulah hari yang akan disaksikan” (QS.11:104), bahwa manusia tidak bebas sepenuhnya, ia dipengaruhi oleh lingkungannya, didikannya serta  paham-paham yang diterima sebagai warisannya, karena itu untuk menilai dengan tepat perbuatannya yang tertentu sangat  perlu mempertimbangkan segala syarat dan keadaan yang membawa kepada perbuatan itu dan yang mempengaruhinya.
        Oleh karena itu  untuk memahami sepenuhnya hakikat perbuatan manusia dan untuk menunjukkan bahwa ketetapan Allah Swt.   --    yang nampaknya tidak adil dan tidak masuk akal dalam memberikan siksaan dan ganjaran kepada berbagai orang   --   tidak dilakukan sewenang-wenang atau serampangan saja, bahkan sepenuhnya dilaksanakan dengan adil dan tepat atas dasar pertimbangan sampai sejauh mana seseorang bebas atau terikat dalam melakukan perbuatannya, karena itu menjadi sangat perlu menetapkan suatu hari tertentu, yang pada ketika (saat) itu semua manusia dikumpulkan dengan disertai segala kondisi dan keadaannya, yang di bawah pengaruh itu mereka telah beramal, begitu pula disertakan berbagai sebab dan alasan yang membawa kepada terjadinya perbuatan mereka itu, sehingga keadaan-keadaan dan sebab-sebab itu dapat bersama-sama dipertimbangkan dalam menetapkan sifat ganjaran dan siksaan yang akan menimpa mereka.
         Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Allah Swt. dalam surah Al-Fatihah ayat 4   tidak menyebut  Sifat Penghakiman-Nya  para “hari pembalasan” tersebut  dengan Al-Hakim  melainkan dengan sebutan  Al-Mālik (Pemilik), yakni:  مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ --  “Pemilik Hari Pembalasan.”
         Mālik berarti majikan  atau orang yang memiliki hak atas sesuatu serta memiliki kekuasaan  untuk memperlakukannya dengan sekehendaknya (Al-Aqrab-ul-Mawarid).  Yaum berarti: waktu mutlak, hari mulai matahari terbit hingga terbenamnya; masa sekarang (Al-Aqrab-ul-Mawarid).   Dīn berarti: pembalasan atau ganjaran; peradilan atau perhitungan; kekuasaan atau pemerintahan; kepatuhan; agama, dan sebagainya. (Lexicon Lane).
     Karena pada  "Hari Pembalasan" Allah Swt. akan tampil sebagai Maalik (Pemilik), bukan sebagai Hakim yang harus patuh kepada aturan, karena itu Allah Swt. dapat berlaku dan memutuskan  segala perbuatan manusia sesuai dengan "Kehendak-Nya." Lagi pula karena Sifat Rabubiyat-Nya meliputi alam akhirat pula -- termasuk neraka   --   maka akan datang masanya semua penghuni neraka apabila telah selesai mengalami "rehabilitasi" dalam neraka, mereka akhirnya akan memasuki surga yang tidak terbatas tingkatannya (QS.66:9).


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Juni  2015      


Tidak ada komentar:

Posting Komentar