بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 86
Kehidupan Dalam Surga Kekal Sedangkan Kehidupan Neraka Sementara & Allah Swt. Adalah Mālik (Pemilik) Hari
Pembalasan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai semua rasul Allah – termasuk Nabi Besar
Muhammad saw. – tidak mengetahui yang
gaib,
kecuali jika diberitahu Allah
Swt. melalui wahyu-Nya, firman-Nya:
یَوۡمَ یَجۡمَعُ اللّٰہُ الرُّسُلَ فَیَقُوۡلُ مَا ذَاۤ اُجِبۡتُمۡ ؕ
قَالُوۡا لَا عِلۡمَ لَنَا ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ عَلَّامُ الۡغُیُوۡبِ ﴿﴾
Ingatlah hari ketika Allah
mengumpulkan para rasul lalu Dia berfirman: ”Apakah jawaban
yang diberikan kaummu kepada kamu?” Mereka akan berkata: “Tidak ada pengetahuan pada kami,
sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha
Mengetahui yang gaib.” (Al-Māidah [5]:110) lihat pula QS.7:7;
QS.28:66. Firman-Nya
lagi:
وَ کَمۡ
مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا فَجَآءَہَا بَاۡسُنَا بَیَاتًا
اَوۡ ہُمۡ قَآئِلُوۡنَ ﴿﴾ فَمَا کَانَ دَعۡوٰىہُمۡ اِذۡ جَآءَہُمۡ
بَاۡسُنَاۤ اِلَّاۤ اَنۡ
قَالُوۡۤا اِنَّا کُنَّا
ظٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ اِلَیۡہِمۡ وَ
لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ ۙ ﴿﴾ فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ ﴿﴾ وَ الۡوَزۡنُ یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقُّ ۚ فَمَنۡ ثَقُلَتۡ
مَوَازِیۡنُہٗ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa
banyak negeri yang Kami telah membinasakannya, maka siksaan
Kami mendatanginya ketika mereka
sedang tidur di waktu malam atau
ketika mereka sedang istirahat di tengah
hari. Maka ketika siksaan
Kami mendatanginya tidak lain seruannya
melainkan mereka berkata: اِنَّا کُنَّا
ظٰلِمِیۡنَ -- “Sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang zalim.” فَلَنَسۡـَٔلَنَّ الَّذِیۡنَ اُرۡسِلَ
اِلَیۡہِمۡ -- Maka pasti
akan Kami tanyai
orang-orang yang kepada mereka rasul-rasul
telah diutus وَ
لَنَسۡـَٔلَنَّ الۡمُرۡسَلِیۡنَ -- dan pasti akan Kami tanyai pula rasul-rasul itu. فَلَنَقُصَّنَّ عَلَیۡہِمۡ بِعِلۡمٍ وَّ مَا کُنَّا غَآئِبِیۡنَ -- Lalu Kami pasti
akan menceriterakan kepada mereka keadaan
mereka dengan sepengetahuan Kami
dan Kami sekali-kali tidak pernah
tidak hadir. وَ الۡوَزۡنُ
یَوۡمَئِذِ ۣالۡحَقّ -- Dan
timbangan pada Hari
itu adalah benar, فَمَنۡ ثَقُلَتۡ
مَوَازِیۡنُہٗ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ
الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- lalu barangsiapa berat timbangannya maka mereka
itulah orang-orang yang berhasil. (Al-A’rāf [7]:6-9).
Membantah Tuduhan-tuduhan
Dusta Orang-orang Kafir
Jadi, betapa dalam kisah para Rasul Allah dan kisah
kaum-kaum purbakala --
selain merupakan bukti kebenaran keberadaan Kitab catatan amal manusia -- juga penuh dengan petunjuk serta hikmah-hikmah
yang sangat dalam, dan yang merupakan
bagian dari kesempurnaan Kitab suci
Al-Quran, tidak seperti anggapan keliru orang-orang kafir dalam firman-Nya:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ
اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ
ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾ وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا
فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا﴿﴾ قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ کَانَ
غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾ وَ قَالُوۡا مَالِ ہٰذَا الرَّسُوۡلِ یَاۡکُلُ
الطَّعَامَ وَ یَمۡشِیۡ فِی الۡاَسۡوَاقِ
ؕ لَوۡ لَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡہِ مَلَکٌ فَیَکُوۡنَ مَعَہٗ نَذِیۡرًا ۙ﴿﴾ اَوۡ یُلۡقٰۤی اِلَیۡہِ کَنۡزٌ اَوۡ تَکُوۡنُ لَہٗ
جَنَّۃٌ یَّاۡکُلُ مِنۡہَا ؕ وَ قَالَ الظّٰلِمُوۡنَ اِنۡ تَتَّبِعُوۡنَ اِلَّا
رَجُلًا مَّسۡحُوۡرًا ﴿﴾ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ ضَرَبُوۡا لَکَ الۡاَمۡثَالَ
فَضَلُّوۡا فَلَا یَسۡتَطِیۡعُوۡنَ سَبِیۡلًا ﴿٪﴾
Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini tidak lain melainkan kedustaan yang ia telah mengada-adakannya, dan
kepadanya kaum lain telah
membantunya.” Maka sungguh mereka
telah berbuat zalim dan dusta.
Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan
lalu itu dibacakan kepadanya pagi
dan petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui
rahasia seluruh langit dan bumi,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” Dan
mereka berkata: “Rasul macam apakah ini,
ia makan makanan dan berjalan
di pasar-pasar? Mengapa tidak
diturunkan malaikat kepadanya
supaya ia menjadi seorang pemberi
peringatan bersama-sama dengannya? “Atau hendaknya
diturunkan kepadanya khazanah atau ada
baginya kebun untuk makan darinya.” Dan
orang-orang yang zalim itu
berkata: ”Kamu tidak mengikuti melainkan seorang laki-laki yang kena sihir.” Perhatikanlah, bagaimana mereka membuat tamsilan bagi engkau,
maka mereka telah sesat dan mereka tidak dapat menemukan jalan. (Al-Furqān
[25]:5-10).
Menjawab tuduhan-tuduhan dusta orang-orang
kafir tersebut Allah Swt. berfirman:
تَبٰرَکَ الَّذِیۡۤ اِنۡ شَآءَ
جَعَلَ لَکَ خَیۡرًا مِّنۡ ذٰلِکَ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۙ
وَ یَجۡعَلۡ لَّکَ
قُصُوۡرًا ﴿﴾
Maha Berkat Dia Yang jika Dia menghendaki akan
menjadikan bagi engkau yang lebih baik daripada itu, kebun-kebun
yang di bawahnya me-ngalir sungai-sungai dan akan menjadikan bagi engkau
istana-istana (Al-Furqān [25]:5-11).
Ayat ini mengandung arti bahwa tanggapan orang-orang kafir mengenai
bagaimana seharusnya corak dan macam seorang nabi Allah adalah jauh sekali dari kenyataan, dan menampakkan kepicikan
mereka tentang maksud dan tujuan kebangkitan nabi-nabi.
Tujuan Utama Pengutusan Para
Rasul Allah
Berhubungan Dengan Urusan Perbaikan
Akhlak dan Ruhani Manusia
Nabi-nabi Allah dibangkitkan, demikian ayat
ini memberitahukan, adalah untuk membimbing
manusia keluar dari kegelapan, keraguan, dan kekafiran, lalu masuk ke dalam cahaya
keyakinan dan kenikmatan ruhani,
bukan untuk menimbun kekayaan
dan berfoya-foya serta bersuka-ria, sebagaimana tujuan hidup mereka yang bersifat duniawi.
Akan tetapi meskipun patokan yang dibuat sendiri oleh orang-orang kafir, yakni, bahwa Nabi Besar Muhammad saw. harus memiliki harta, pangkat, kebun-kebun, dan istana-istana adalah tidak berarti apa-apa, namun untuk menyadarkan mereka tentang kepalsuan kedudukan duniawi mereka, Allah
Swt. akan memberikan kepada beliau saw. serta pengikut-pengikut beliau saw. harta
yang lebih banyak, kebun-kebun dan istana-istana
yang lebih besar serta lagi lebih baik dari apa-apa yang dituntut oleh orang-orang kafir.
Sungguh-sungguh Allah Swt. telah
menganugerahkan kepada pengikut-pengikut
Nabi Besar Muhammad saw. istana-istana
dan kebun-kebun kepunyaan raja-raja Iran dan Bizantina (Romawi Timur) pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab r.a.. Selanjutnya mengenai orang-orang kafir Allah Swt. berfirman:
بَلۡ کَذَّبُوۡا بِالسَّاعَۃِ ۟ وَ اَعۡتَدۡنَا لِمَنۡ کَذَّبَ بِالسَّاعَۃِ
سَعِیۡرًا ﴿ۚ﴾ اِذَا
رَاَتۡہُمۡ مِّنۡ مَّکَانٍۭ بَعِیۡدٍ سَمِعُوۡا لَہَا تَغَیُّظًا وَّ زَفِیۡرًا ﴿﴾ اِذَاۤ
اُلۡقُوۡا مِنۡہَا مَکَانًا ضَیِّقًا مُّقَرَّنِیۡنَ دَعَوۡا
ہُنَالِکَ ثُبُوۡرًا ﴿ؕ﴾ لَا تَدۡعُوا
الۡیَوۡمَ ثُبُوۡرًا وَّاحِدًا وَّ ادۡعُوۡا ثُبُوۡرًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Bahkan mereka mendustakan Hari Kiamat dan Kami
menyediakan bagi orang-orang yang mendustakan Hari Kiamat api yang
berkobar-kobar. Apabila Jahannam
itu melihat mereka dari tempat yang
jauh, mereka akan mendengar gemuruh dan gelegarnya. Dan apabila mereka dilempar-kan ke tempat yang sempit di dalamnya dengan terbelenggu,
mereka di sana akan memohon kebinasaan.
Dia
berfirman: “Pada hari ini kamu jangan meminta hanya satu kebinasaan
saja tetapi mintalah kebinasaan yang
banyak.” (Al-Furqān [25]:12-15).
Hukuman Mengerikan
Bagi Orang-orang Kafir & Kehidupan Akhirat Lebih Baik Daripada Kehidupan Dunia
Ayat 12 menjelaskan bahwa di mana orang-orang
beriman ditakdirkan untuk mencapai kemuliaan dan kejayaan, sebaliknya hukuman
yang mengerikan (as-sā’ah) telah tersedia
bagi orang-orang kafir. Hukuman buat
mereka sedang mengancam mereka, ya,
bahkan ada di ambang pintu mereka
sendiri, tetapi mereka tidak melihatnya
dan karena itu menolak untuk mempercayainya.
Ayat 13 dan
ayat berikutnya mengandung arti, bahwa hukuman
itu akan sangat keras dan meliputi segala sesuatu, dan untuk
menambah hebatnya penderitaan dan rasa terhina orang-orang kafir itu, dan
untuk membuat penderitaan itu lengkap
dan sempurna, maka semua anggauta dan
alat indera mereka -- seperti penglihatan dan pendengaran -- akan dibuat merasakannya, firman-Nya: اِذَا رَاَتۡہُمۡ مِّنۡ مَّکَانٍۭ بَعِیۡدٍ
سَمِعُوۡا لَہَا تَغَیُّظًا وَّ زَفِیۡرًا -- “Apabila Jahannam itu melihat
mereka dari tempat yang jauh, mereka
akan mendengar gemuruh dan gelegarnya.” (Al-Furqān [25]:13).
Karena berada dalam kesedihan yang amat besar, mereka akan
menginginkan kematian cepat-cepat mengakhiri riwayat mereka:
وَ
اِذَاۤ اُلۡقُوۡا مِنۡہَا مَکَانًا
ضَیِّقًا مُّقَرَّنِیۡنَ دَعَوۡا ہُنَالِکَ ثُبُوۡرًا ﴿ؕ﴾ لَا تَدۡعُوا الۡیَوۡمَ ثُبُوۡرًا وَّاحِدًا وَّ
ادۡعُوۡا ثُبُوۡرًا کَثِیۡرًا﴿﴾
Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit
di dalamnya dengan terbelenggu,
mereka di sana akan memohon kebinasaan. Dia
berfirman: “Pada hari ini kamu jangan meminta hanya satu kebinasaan
saja tetapi mintalah kebi-nasaan yang
banyak.” (Al-Furqān [25]: 15).
Dalam Surah Al-A’lā Allah Swt. telah
menyatakan bahwa di alam akhirat manusia tidak akan mengalami kematian lagi, bagaimana pun hebatnya siksaan yang dialami oleh para penghuni neraka
jahannam, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ سَبِّحِ اسۡمَ رَبِّکَ الۡاَعۡلَی ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ خَلَقَ فَسَوّٰی ۪ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡ
قَدَّرَ فَہَدٰی ۪ۙ﴿﴾ وَ الَّذِیۡۤ اَخۡرَجَ
الۡمَرۡعٰی ۪ۙ﴿﴾ فَجَعَلَہٗ غُثَآءً
اَحۡوٰی ؕ﴿﴾ سَنُقۡرِئُکَ فَلَا
تَنۡسٰۤی ۙ﴿﴾ اِلَّا مَا
شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّہٗ یَعۡلَمُ
الۡجَہۡرَ وَ مَا یَخۡفٰی ؕ﴿﴾ وَ نُیَسِّرُکَ لِلۡیُسۡرٰی ۚ﴿ۖ﴾ فَذَکِّرۡ
اِنۡ نَّفَعَتِ الذِّکۡرٰی ؕ﴿﴾ سَیَذَّکَّرُ مَنۡ یَّخۡشٰی ﴿ۙ﴾ وَ
یَتَجَنَّبُہَا الۡاَشۡقَی ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡ یَصۡلَی النَّارَ الۡکُبۡرٰی﴿ۚ﴾ ثُمَّ لَا
یَمُوۡتُ فِیۡہَا وَ لَا یَحۡیٰی ﴿ؕ﴾ قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ
تَزَکّٰی ﴿ۙ﴾ وَ ذَکَرَ اسۡمَ
رَبِّہٖ فَصَلّٰی ﴿ؕ﴾ بَلۡ تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ الدُّنۡیَا ﴿۫ۖ﴾ وَ الۡاٰخِرَۃُ
خَیۡرٌ وَّ اَبۡقٰی ﴿ؕ﴾ اِنَّ ہٰذَا
لَفِی الصُّحُفِ الۡاُوۡلٰی ﴿ۙ﴾ صُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی ﴿٪﴾
Aku baca
dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Sucikanlah
nama Rabb (Tuhan) engkau, Yang Maha Tinggi, Yang menciptakan lalu me-nyempurnakan,
dan Yang menetapkan kadar lalu memberi petunjuk, dan Yang
menumbuhkan rerumputan, lalu dijadikan-Nya kering kehitam-hitaman. سَنُقۡرِئُکَ فَلَا تَنۡسٰۤی -- Kami
segera akan mengajari engkau Al-Quran maka engkau tidak akan lupa, اِلَّا
مَا شَآءَ اللّٰہُ ؕ اِنَّہٗ
یَعۡلَمُ الۡجَہۡرَ وَ مَا یَخۡفٰ -- kecuali
apa yang dikehendaki Allah. Sesungguhnya
Dia mengetahui yang zahir dan apa yang tersembunyi. وَ نُیَسِّرُکَ
لِلۡیُسۡرٰی -- Dan Kami akan memudahkan engkau untuk mencapai kemudah-an. فَذَکِّرۡ اِنۡ
نَّفَعَتِ الذِّکۡرٰی -- Maka berilah
nasihat (peringatan) sesungguhnya nasihat (peringatan) itu bermanfaat. سَیَذَّکَّرُ مَنۡ یَّخۡشٰی -- Orang yang takut kepada Allah segera akan mengambil pelajaran, وَ
یَتَجَنَّبُہَا الۡاَشۡقَی -- sedangkan orang yang malang akan menjauhinya, الَّذِیۡ یَصۡلَی النَّارَ الۡکُبۡرٰی -- yaitu
orang yang akan me-masuki Api yang besar. ثُمَّ
لَا یَمُوۡتُ فِیۡہَا وَ لَا یَحۡیٰی
-- Kemudian ia tidak akan mati di dalamnya dan tidak pula hidup. قَدۡ اَفۡلَحَ
مَنۡ تَزَکّٰی -- Sungguh berbahagialah
orang yang mensucikan diri, وَ ذَکَرَ اسۡمَ رَبِّہٖ
فَصَلّٰی -- dan mengingat nama Rabb-nya (Tuhan-nya)
lalu mendirikan shalat. بَلۡ
تُؤۡثِرُوۡنَ الۡحَیٰوۃَ
الدُّنۡیَا -- Tetapi kamu
mendahulukan kehidupan dunia, وَ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ
وَّ اَبۡقٰی -- padahal akhirat itu lebih baik dan lebih
kekal. اِنَّ ہٰذَا لَفِی الصُّحُفِ
الۡاُوۡلٰی -- Sesungguhnya
inilah yang diajarkan dalam Kitab-kitab terdahulu, صُحُفِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ مُوۡسٰی -- Kitab-kitab
Ibrahim dan Musa. (Al-A’lā
[87]:1-19).
Allah Swt. Tidak Pernah
Berlaku Zalim Melainkan Manusia Menzalimi Dirinya Sendiri dengan Perbuatan Buruknya
Sehubungan dengan berbagai penderitaan
yang akan dialami oleh orang-orang kafir
yang mendustakan dan menentang
Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran tersebut dijelaskan pula antara lain dalam QS.11:107;
QS.21:101; QS.67:7-13, berikut
firman-Nya Nabi Besar Muhammad saw.:
ذٰلِکَ مِنۡ اَنۡۢبَآءِ الۡقُرٰی نَقُصُّہٗ عَلَیۡکَ مِنۡہَا قَآئِمٌ وَّ حَصِیۡدٌ ﴿﴾ وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ فَمَاۤ اَغۡنَتۡ
عَنۡہُمۡ اٰلِہَتُہُمُ الَّتِیۡ یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
مِنۡ شَیۡءٍ لَّمَّا جَآءَ اَمۡرُ
رَبِّکَ ؕ وَ
مَا زَادُوۡہُمۡ غَیۡرَ تَتۡبِیۡبٍ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ اَخۡذُ
رَبِّکَ اِذَاۤ اَخَذَ الۡقُرٰی وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ؕ اِنَّ اَخۡذَہٗۤ اَلِیۡمٌ شَدِیۡدٌ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّمَنۡ
خَافَ عَذَابَ الۡاٰخِرَۃِ ؕ ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ
النَّاسُ وَ ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّشۡہُوۡدٌ ﴿﴾ وَ مَا نُؤَخِّرُہٗۤ اِلَّا لِاَجَلٍ
مَّعۡدُوۡدٍ ﴿﴾ؕ یَوۡمَ یَاۡتِ لَا تَکَلَّمُ
نَفۡسٌ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ شَقِیٌّ
وَّ سَعِیۡدٌ ﴿﴾ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ شَقُوۡا فَفِی
النَّارِ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ وَّ شَہِیۡقٌ ﴿﴾ۙ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا
دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ ؕ اِنَّ رَبَّکَ
فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿﴾ وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ سُعِدُوۡا فَفِی
الۡجَنَّۃِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا
دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ ؕ عَطَآءً غَیۡرَ مَجۡذُوۡذٍ ﴿﴾
Itu adalah sebagian
dari berita mengenai kota-kota yang
telah binasa yang Kami ceriterakan kepada
engkau, di antaranya ada yang masih
berdiri dan ada yang telah rebah
seperti disabit. وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ -- Dan
sama sekali bukan Kami yang menzalimi mereka,
melainkan merekalah yang menzalimi
dirinya sendiri, maka tuhan-tuhan mereka yang mereka seru selain Allah sedikit pun tidak berguna bagi mereka ketika perintah Rabb (Tuhan) engkau telah datang, dan itu sama sekali tidak menambah
kepada mereka selain kebinasaan.
وَ کَذٰلِکَ اَخۡذُ رَبِّکَ اِذَاۤ اَخَذَ الۡقُرٰی وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ؕ اِنَّ اَخۡذَہٗۤ اَلِیۡمٌ شَدِیۡدٌ -- Dan demikianlah cengkraman Rabb (Tuhan)
engkau apabila Dia mencengkram kota-kota
yang zalim, sesungguhnya cengkraman-Nya
itu pedih lagi keras. Sesungguhnya pada
yang demikian itu adalah satu Tanda
bagi siapa yang takut akan azab akhirat. ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ
النَّاسُ وَ ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّشۡہُوۡدٌ -- Itulah suatu hari ketika semua manusia akan
dikumpulkan dan itulah hari yang akan disaksikan. وَ مَا
نُؤَخِّرُہٗۤ اِلَّا لِاَجَلٍ مَّعۡدُوۡدٍ -- Dan Kami
sama sekali tidak mengundurkannya melainkan untuk suatu jangka waktu yang telah diten-tukan. یَوۡمَ یَاۡتِ لَا تَکَلَّمُ نَفۡسٌ اِلَّا بِاِذۡنِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ شَقِیٌّ وَّ سَعِیۡدٌ -- Ketika hari itu datang, tidak ada seorang
pun yang berbicara kecuali dengan izin-Nya,
maka di antara mereka akan ada yang
bernasib buruk dan ada yang bernasib
baik. فَاَمَّا الَّذِیۡنَ شَقُوۡا فَفِی النَّارِ لَہُمۡ فِیۡہَا زَفِیۡرٌ وَّ شَہِیۡقٌ -- Maka adapun orang yang nasibnya buruk, mereka itu akan ada dalam Api, di dalamnya mereka akan menarik nafas panjang dan tersendat-sendat. خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ -- Mereka akan
kekal di dalamnya selama langit dan bumi ada, kecuali apa yang Rabb
(Tuhan) engkau kehendaki,
sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau melakukan apa yang Dia kehendaki. وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ سُعِدُوۡا فَفِی الۡجَنَّۃِ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا مَا دَامَتِ السَّمٰوٰتُ وَ الۡاَرۡضُ اِلَّا مَا شَآءَ رَبُّکَ -- Tetapi mengenai orang yang bernasib baik, mereka ada
dalam surga, mereka kekal
di dalamnya selama langit dan bumi ada, kecuali apa yang Rabb (Tuhan) engkau kehendaki, عَطَآءً غَیۡرَ مَجۡذُوۡذٍ -- anugerah yang tidak ada
putus-putusnya. (Hūd [11]:103-109).
Makna ayat وَ مَا ظَلَمۡنٰہُمۡ وَ لٰکِنۡ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ -- Dan
sama sekali bukan Kami yang menzalimi mereka,
melainkan merekalah yang menzalimi
dirinya sendiri”, Al-Quran berulang kali menekankan bahwa Allah
Swt. tidak pernah menghukum suatu
kaum dengan tidak adil (dengan zalim), dan bahwa perbuatan-perbuatan
buruk mereka sendirilah yang
menyebabkan turunnya azab atas
mereka.
Al-Quran menolak teori suratan
takdir atau bahwa manusia itu korban
nasib buta. Al-Quran menyangkal pula pandangan bahwa Allah Swt. telah membuat bangsa-bangsa bangkit
dan jatuh sekehendak-Nya tanpa adanya sebab
yang adil dan benar. Itulah
sebabnya mengapa bila pun Al-Quran
membicarakan azab, maka senantiasa
ditambahkannya (penjelasan), bahwa siksaan
dan ganjaran itu adalah akibat perbuatan manusia sendiri.
Mengenai Sunnatullah tersebut
Allah Swt. berfirman: ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ -- Yang demikian
itu adalah karena sesungguhnya Allah
tidak pernah mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum hingga mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS.8:54; QS.13:12).
Ayat
ini mengemukakan satu Sunnatullāh (Hukum Allah yang lazim), bahwa Allah Swt. tidak akan mengambil kembali suatu nikmat
yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada suatu kaum, selama belum ada perubahan
memburuk dalam keadaan mereka sendiri.
Allah Swt. Malik (Pemilik) Hari
Pembalasan
Makna ayat ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّجۡمُوۡعٌ ۙ لَّہُ
النَّاسُ وَ ذٰلِکَ یَوۡمٌ مَّشۡہُوۡدٌ -- Itulah suatu hari ketika semua manusia akan
dikumpulkan dan itulah hari yang akan disaksikan” (QS.11:104), bahwa manusia tidak bebas sepenuhnya, ia dipengaruhi
oleh lingkungannya, didikannya serta paham-paham
yang diterima sebagai warisannya,
karena itu untuk menilai dengan tepat
perbuatannya yang tertentu
sangat perlu mempertimbangkan segala syarat
dan keadaan yang membawa kepada perbuatan itu dan yang mempengaruhinya.
Oleh karena itu untuk memahami sepenuhnya hakikat perbuatan manusia
dan untuk menunjukkan bahwa ketetapan
Allah Swt. -- yang nampaknya tidak adil dan tidak masuk
akal dalam memberikan siksaan dan
ganjaran kepada berbagai orang -- tidak dilakukan sewenang-wenang atau serampangan
saja, bahkan sepenuhnya dilaksanakan dengan adil
dan tepat atas dasar pertimbangan sampai sejauh mana
seseorang bebas atau terikat dalam melakukan perbuatannya, karena itu menjadi sangat
perlu menetapkan suatu hari tertentu, yang pada ketika (saat) itu semua manusia dikumpulkan dengan disertai segala kondisi dan keadaannya, yang di bawah pengaruh
itu mereka telah beramal, begitu pula
disertakan berbagai sebab dan alasan yang membawa kepada terjadinya
perbuatan mereka itu, sehingga keadaan-keadaan
dan sebab-sebab itu dapat
bersama-sama dipertimbangkan dalam menetapkan sifat ganjaran dan siksaan yang akan menimpa mereka.
Mengisyaratkan kepada kenyataan
itulah Allah Swt. dalam surah Al-Fatihah
ayat 4 tidak menyebut Sifat Penghakiman-Nya para “hari
pembalasan” tersebut dengan Al-Hakim
melainkan dengan sebutan Al-Mālik (Pemilik), yakni: مٰلِکِ یَوۡمِ الدِّیۡنِ -- “Pemilik Hari Pembalasan.”
Mālik
berarti majikan atau orang yang memiliki hak atas sesuatu
serta memiliki kekuasaan untuk memperlakukannya
dengan sekehendaknya (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Yaum berarti: waktu mutlak, hari mulai
matahari terbit hingga terbenamnya; masa sekarang (Al-Aqrab-ul-Mawarid). Dīn
berarti: pembalasan atau ganjaran; peradilan atau perhitungan; kekuasaan atau
pemerintahan; kepatuhan; agama, dan sebagainya. (Lexicon Lane).
Karena pada "Hari Pembalasan" Allah Swt. akan tampil sebagai Maalik (Pemilik), bukan sebagai Hakim yang harus patuh kepada aturan, karena itu Allah Swt. dapat berlaku dan memutuskan segala perbuatan manusia sesuai dengan "Kehendak-Nya." Lagi pula karena Sifat Rabubiyat-Nya meliputi alam akhirat pula -- termasuk neraka -- maka akan datang masanya semua penghuni neraka apabila telah selesai mengalami "rehabilitasi" dalam neraka, mereka akhirnya akan memasuki surga yang tidak terbatas tingkatannya (QS.66:9).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar