Rabu, 01 April 2015

Suri Teladan Terpuji Nabi Ibrahim a.s. Dalam Hal Mendahulukan Kecintaan Kepada Tauhid Ilahi Melebihi Kecintaan Kepada Selain Allah Swt.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 16

   
   Suri Teladan Terpuji Nabi Ibrahim a.s. Dalam Hal Mendahulukan Kecintaan Kepada Tauhid Ilahi   Melebihi Kecintaan Kepada Selain Allah Swt.

 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  larangan orang-orang Islam mempunyai perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh Allah yang nyata, mereka yang mengusir Nabi Besar Muhammad saw. dan orang-orang Islam dari kampung halaman mereka dan berusaha membinasakan Islam, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  لَا تَتَّخِذُوۡا عَدُوِّیۡ  وَ عَدُوَّکُمۡ  اَوۡلِیَآءَ  تُلۡقُوۡنَ اِلَیۡہِمۡ  بِالۡمَوَدَّۃِ  وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ  مِّنَ الۡحَقِّ ۚ یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ وَ  اِیَّاکُمۡ  اَنۡ  تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ رَبِّکُمۡ ؕ اِنۡ کُنۡتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ  مَرۡضَاتِیۡ ٭ۖ  تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ  بِالۡمَوَدَّۃِ ٭ۖ وَ اَنَا  اَعۡلَمُ  بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ مَاۤ  اَعۡلَنۡتُمۡ  ؕ وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡہُ مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ  سَوَآءَ  السَّبِیۡلِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-musuh-Ku dan musuh-musuhmu sebagai sahabat-sahabat, تُلۡقُوۡنَ اِلَیۡہِمۡ  بِالۡمَوَدَّۃِ  وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ  مِّنَ الۡحَقِّ --  kamu  menyampaikan berita kepada mereka karena kecintaan, padahal sungguh mereka telah mengingkari kebenaran yang telah datang kepada kamu یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ وَ  اِیَّاکُمۡ  اَنۡ  تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ رَبِّکُمۡ  --   mereka  telah mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah  Rabb (Tuhan) kamu.  اِنۡ کُنۡتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ  مَرۡضَاتِیۡ  --  Jika kamu keluar berjihad di jalan-Ku dan men-cari keridhaan-Ku  تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ  بِالۡمَوَدَّۃِ -- sebagian kamu secara sembunyi-sembunyi menyampaikan berita  kepada mereka karena kecintaan,  وَ اَنَا  اَعۡلَمُ  بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ مَاۤ  اَعۡلَنۡتُمۡ    -- padahal Aku mengetahui  apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu tampakkan.  وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡہُ مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ  سَوَآءَ  السَّبِیۡلِ  -- Dan barangsiapa dari antara kamu berbuat demikian maka sungguh ia benar-benar telah sesat dari jalan lurus. (Al-Mumtahinah [60]:1-2).

Larangan Membocorkan “Rahasia Negara”

          Perintah itu luas sekali lingkupnya sehingga pertimbangan adanya ikatan atau pun pertalian – bahkan dengan keluarga yang terdekat sekalipun – tidak boleh melemahkan perintah itu, sebab  musuh Islam adalah musuh Allah, siapa pun orang itu.
     Peristiwa yang langsung berkaitan dengan turunnya ayat ini agaknya ketika para pemimpin kafir kaum Quraisy mengkhianati Perjanjian Hudaibiyah, dan  Nabi Besar Muhammad saw.   terpaksa harus mengadakan tindakan keras terhadap mereka,  sehubungan dengan rencana tersebut Hathib bin Abi Balta’ah telah mengirim surat rahasia kepada kaum Mekkah  yang isinya memberitahukan kepada mereka bahwa Nabi Besar Muhammad saw.  berniat bergerak menyerang Mekkah.
    Nabi Besar Muhammad saw.  yang diberi tahu mengenai hal itu melalui wahyu mengutus ‘Ali bin Abi Thalib r.a., Zubair r.a., dan Miqdad r.a. mencari si pembawa surat rahasia tersebut. Mereka berhasil menyusul utusan itu – seorang perempuan  – di tengah perjalanan menuju ke Mekkah, dan surat itu dibawa kembali ke Medinah.
    Pelanggaran Hathib itu sangat berat. Ia telah berupaya membocorkan rahasia-negara yang penting. Ia layak dihukum sebagai contoh, tetapi ia dimaafkan karena ia melakukan pelanggaran itu dengan tidak disengaja tanpa menyadari akibat-akibatnya yang sangat berbahaya. Kebetulan peristiwa surat itu menetapkan tanggal turun Surah ini.
   Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  keburukan para penentang Nabi Besar Muhammad saw., bahwa mereka sama sekali tidak akan menghiraukan masalah hubungan kekerabatan:
اِنۡ  یَّثۡقَفُوۡکُمۡ یَکُوۡنُوۡا  لَکُمۡ  اَعۡدَآءً وَّ یَبۡسُطُوۡۤا اِلَیۡکُمۡ اَیۡدِیَہُمۡ وَ اَلۡسِنَتَہُمۡ بِالسُّوۡٓءِ  وَ  وَدُّوۡا  لَوۡ  تَکۡفُرُوۡنَ ؕ﴿﴾  لَنۡ  تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ۚۛ یَفۡصِلُ بَیۡنَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ ﴿﴾
Jika mereka menangkap kamu, mereka akan menjadi musuh-musuh bagi kamu  serta akan menjangkaukan tangan mereka dan lidah mereka terhadap kamu dengan buruk, dan mereka selalu menginginkan supaya kamu menjadi kafir. لَنۡ  تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ لَاۤ  اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  --     Tidak akan pernah memberi manfaat kepada kamu kerabat-kerabatmu dan tidak pula anak-anak kamu pada Hari Kiamat, یَفۡصِلُ بَیۡنَکُمۡ   --  Dia akan memberi keputusan di antara kamu,  وَ اللّٰہُ  بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ  -- dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Mumtahinah [60]:3-4).

Suri Teladan  yang Diperagakan  Nabi Ibrahim a.s.

  Selanjutnya Allah Swt.  mengemukakan Nabi Ibrahim a.s. sebagai contoh mengenai  kecintaan beliau kepada Allah  Swt. melebihi kecintaan terhadap hubungan kekerabatan yang sangat dekat sekali pun, firman-Nya:
قَدۡ کَانَتۡ لَکُمۡ  اُسۡوَۃٌ  حَسَنَۃٌ  فِیۡۤ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗ ۚ اِذۡ  قَالُوۡا لِقَوۡمِہِمۡ  اِنَّا بُرَءٰٓؤُا مِنۡکُمۡ وَ مِمَّا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ۫  کَفَرۡنَا بِکُمۡ  وَ بَدَا بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمُ  الۡعَدَاوَۃُ وَ الۡبَغۡضَآءُ  اَبَدًا حَتّٰی تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَحۡدَہٗۤ  اِلَّا  قَوۡلَ  اِبۡرٰہِیۡمَ  لِاَبِیۡہِ لَاَسۡتَغۡفِرَنَّ  لَکَ وَ مَاۤ  اَمۡلِکُ لَکَ مِنَ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ رَبَّنَا عَلَیۡکَ تَوَکَّلۡنَا وَ اِلَیۡکَ اَنَبۡنَا وَ  اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾  رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَۃً  لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ اغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَا ۚ اِنَّکَ  اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Sungguh bagi kamu ada contoh yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang besertanya,  اِذۡ  قَالُوۡا لِقَوۡمِہِمۡ  اِنَّا بُرَءٰٓؤُا مِنۡکُمۡ وَ مِمَّا تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ۫  کَفَرۡنَا بِکُمۡ  وَ بَدَا بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمُ  الۡعَدَاوَۃُ وَ الۡبَغۡضَآءُ  اَبَدًا حَتّٰی تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَحۡدَہٗۤ   --  ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari perbuatan kamu. Dan telah nyata permusuhan serta kebencian di antara kami dan kamu untuk selama-lamanya hingga kamu beriman kepada Allah semata”,  اِلَّا  قَوۡلَ  اِبۡرٰہِیۡمَ  لِاَبِیۡہِ لَاَسۡتَغۡفِرَنَّ  لَکَ وَ مَاۤ  اَمۡلِکُ لَکَ مِنَ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ  -- kecuali yang dikatakan Ibrahim kepada bapaknya:  Pasti aku akan memohonkan ampunan bagi engkau, tetapi aku sekali-kali tidak berdaya menolong engkau sedikit pun terhadap Allah.” Ibrahim berkata, رَبَّنَا عَلَیۡکَ تَوَکَّلۡنَا وَ اِلَیۡکَ اَنَبۡنَا وَ  اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ  -- ”Hai Rabb (Tuhan) kami, kepada Engkau kami bertawakkal dan kepada Engkau kami tunduk serta kepada Engkau kami akan kembali. رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَۃً  لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ اغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَا  --   Hai Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menjadikan kami  ujian  bagi orang-orang kafir, dan ampunilah kami, hai Rabb (Tuhan) kami, اِنَّکَ  اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ --  sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Mumtahinah [60]:5-6).
    Contoh mengenai Nabi Ibrahim a.s.   telah disebut di sini untuk  memberikan tekanan bahwa manakala telah menjadi jelas seorang atau beberapa orang tertentu memusuhi dan bermaksud melenyapkan kebenaran, maka segala perhubungan persahabatan dengan mereka harus dihentikan (diputuskan).
  Ungkapan kafarnā bikum, yang biasanya diterjemahkan  kami mengingkari segala yang kamu percayai”, dapat pula diartikan  kami tidak mempunyai urusan dengan kamu.” Ungkapan kafara bikadza  berarti “ia menyatakan dirinya bersih atau bebas dari hal demikian” (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لَقَدۡ کَانَ  لَکُمۡ  فِیۡہِمۡ  اُسۡوَۃٌ  حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ  یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ ؕ  وَ مَنۡ  یَّتَوَلَّ  فَاِنَّ اللّٰہَ  ہُوَ الۡغَنِیُّ  الۡحَمِیۡدُ ٪﴿﴾  عَسَی اللّٰہُ  اَنۡ یَّجۡعَلَ  بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ عَادَیۡتُمۡ  مِّنۡہُمۡ  مَّوَدَّۃً ؕ وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ  وَ  اللّٰہُ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh bagi kamu dalam diri mereka benar-benar ada contoh yang baik bagi orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan Hari Kemudian. Dan barangsiapa berpaling  maka sesungguhnya Allah  Dia Maha Kaya, Maha Terpuji.   عَسَی اللّٰہُ  اَنۡ یَّجۡعَلَ  بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ عَادَیۡتُمۡ  مِّنۡہُمۡ  مَّوَدَّۃً --   Boleh jadi kelak Allah akan menjadikan kecintaan di antara kamu dan di antara orang-orang yang saat ini  kamu bermusuhan  dengan mereka, وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ  وَ  اللّٰہُ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ  -- karena Allah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Mumtahinah [60]:7-8).

Nubuatan Akan Terjadinya “Persaudaraan Ruhani” dengan Mantan Musuh

    Ayat  عَسَی اللّٰہُ  اَنۡ یَّجۡعَلَ  بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ عَادَیۡتُمۡ  مِّنۡہُمۡ  مَّوَدَّۃً --   Boleh jadi kelak Allah akan menjadikan kecintaan di antara kamu dan di antara orang-orang yang saat ini  kamu bermusuhan  dengan mereka, وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ  وَ  اللّٰہُ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ  -- karena Allah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”  mengandung kabar gaib atau nubuatan.
  Kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. diberitahukan,  bahwa mereka diperintahkan supaya menghentikan segala perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh agama mereka, walaupun musuh itu mungkin keluarga sendiri yang mempunyai pertalian darah sangat dekat sekalipun, namun larangan itu ditetapkan berlaku untuk jangka waktu singkat saja.  Karena waktu itu telah kian mendekat dengan cepat  ketika musuh-musuh bebuyutan itu akan menjadi sahabat-sahabat mesra.
 Contohnya Khalid bin Walid r.a. dan Amru bin Al ’As  yang beriman setelah terjadi Perang Uhud, padahal boleh dikatakan secara fisik  pada babak akhir  perang Uhud  dimenangkan oleh pihak kaum kafir Quraisy, tetapi secara ruhani yang unggul adalah Nabi Besar Muhammad saw. karena peristiwa Perang Uhud yang hampir membuat Nabi Besar Muhammad saw. terbunuh  telah membuat  musuh-musuh kemudian menjadi putra-putra ruhani beliau saw. yang siap untuk terbunuh di jalan Allah demi membela beliau saw. dan agama Islam.
  Perintah itu hanya berlaku terhadap persahabatan dengan orang-orang kafir yang memerangi  kaum Muslimin seperti dinyatakan dalam ayat berikutnya. Perhubungan bersahabat dengan semua orang-orang bukan Islam yang tidak berperang terhadap Islam tidak dilarang, sebagaimana firman selanjutnya:
لَا یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ  عَنِ الَّذِیۡنَ لَمۡ یُقَاتِلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ لَمۡ  یُخۡرِجُوۡکُمۡ  مِّنۡ  دِیَارِکُمۡ  اَنۡ  تَبَرُّوۡہُمۡ وَ تُقۡسِطُوۡۤا اِلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ یُحِبُّ الۡمُقۡسِطِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّمَا یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ عَنِ الَّذِیۡنَ قٰتَلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ اَخۡرَجُوۡکُمۡ  مِّنۡ دِیَارِکُمۡ وَ ظٰہَرُوۡا عَلٰۤی  اِخۡرَاجِکُمۡ اَنۡ تَوَلَّوۡہُمۡ ۚ  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Allah tidak melarang kamu  untuk berbuat kebaikan dan berlaku adil terhadap mereka, yaitu orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan yang tidak mengusir kamu dari rumah-rumah kamu, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.    اِنَّمَا یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ عَنِ الَّذِیۡنَ قٰتَلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ اَخۡرَجُوۡکُمۡ  مِّنۡ دِیَارِکُمۡ وَ ظٰہَرُوۡا عَلٰۤی  اِخۡرَاجِکُمۡ اَنۡ تَوَلَّوۡہُمۡ  --  Sesungguhnya Allah melarang kamu menjadikan orang-orang yang memerangi kamu karena agama sebagai sahabat dan telah mengusir kamu dari rumah-rumahmu dan telah membantu untuk mengusir kamu, وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ فَاُولٰٓئِکَ  ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ  -- dan barangsiapa bersahabat dengan mereka maka mereka itulah orang-orang zalim  (Al-Mumtahinah [60]:9-10).

Pengutusan Rasul Allah Merupakan Peristiwa “The Big Bang” (Ledakan Besar) Dunia Ruhani

    Dengan demikian larangan Allah Swt.  mengenai bersahabat atau mempertahankan persahabatan  dengan orang-orang yang secara aktif memusuhi  Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan bagian dari “cara” Allah Swt. melakukan  pemecahan ratqan (gumpalan) dalam dunia ruhani (QS.30:42),  sebagaimana yang terjadi para peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar) di awal penciptaan alam semesta, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu  lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.   اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
        Dalam dunia keruhanian terjadinya peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar) guna memisahkan yang baik dari yang buruk  selalu melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan  di kalangan Bani Adam (QS.7:35-37),   firman-Nya:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya    hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa  maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
Firman-Nya lagi  kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
  لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,   walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ  --   Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya.  اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ  -- Itulah golongan Allah.  اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ  -- Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah  itulah orang-orang yang berhasil.  (Al-Mujadilah [58]:23).  Lihat pula QS.9:23.

Penghadangan Agresif  di “Jalan Allah” Para Penentang Rasul Allah 

        Masalah “perpecahan” yang dikehendaki Allah Swt.  tersebut telah dibahas pada Bab 3 dan beberapa Bab sesudahnya  mengenai peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar) sehubungan dengan proses diciptakan-Nya alam semesta.          Ucapan Nabi Ibrahim a.s. selanjutnya  ثُمَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ  نّٰصِرِیۡنَ  -- “Kemudian pada Hari Kiamat  sebagian dari kamu akan menolak  sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain. Dan tempat tinggal kamu adalah Api, dan tidak akan ada bagi kamu seorang penolong, (Al-Ankabūt [29]:26).
         Pertentangan di antara orang-orang kafir  tersebut selaras dengan firman Allah Swt. berikut ini mengenai “perbantahan di alam akhirat” antara para pemimpin kekafiran dengan para pengikutnya  atau  antara “yang disembah” dengan para  penyembahnya, yang dalam melakukan penghadangan atau penipuannya di jalan Allah Swt. – sebagaimana ancaman  iblis QS.7:17-18  terhadap para pengikut Adam (khalifah Allah)  --  demikian pula para tokoh kekafiran  di setiap zaman pengutusan Rasul Allah pun   tidak segan-segan mengobral janji palsu, sebagaimana firman-Nya berikut ini mengenai syaitan:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّہُمۡ  لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَیَحۡمِلُنَّ  اَثۡقَالَہُمۡ  وَ اَثۡقَالًا مَّعَ اَثۡقَالِہِمۡ ۫ وَ لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ    -- “Ikutilah jalan kami   dan   kami akan menanggung dosa-dosa kamu.” Padahal mereka tidak dapat memikul dosa-dosa  mereka itu sedikit pun, sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta.   Dan niscaya mereka akan me-mikul beban mereka dan beban orang lain beserta beban mereka, dan pada Hari Kiamat  niscaya mereka akan di-tanyai  mengenai apa yang mereka ada-adakan. (Al-Ankabut [29]:13-14).
      Namun ketika mereka berhadapan dengan azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka  oleh Rasul Allah maka seketika itu juga ketakaburan mereka tiba-tiba lenyap, firman-Nya: 
وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ  لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ  ﴿٪﴾ وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah, فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا --  maka akan berkata orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang takabur: اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ --“Sesungguhnya kami dahulu pengikut-pengikut kamu, lalu  tidak dapatkah kamu mengelakkan kami dari azab Allah sedikit pun?” قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ  لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ -- Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, pasti kami pun telah memberi petunjuk kepada kamu. سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ    -- adalah sama saja bagi kita, apakah kita  berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri.” (Ibrahim [14]:22). Lihat pula  QS.7:39-40;    QS.28:64; QS.33:67-69; QS.34:32-34; QS.40:48-51.
         Makna ayat   وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا  -- “dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah” Bukan semata-mata perbuatan buruknya sendiri, yang mendatangkan kejatuhan bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan kejatuhan itu ialah terbukanya kelemahan mereka.
        Setelah kelemahan menjadi nampak, maka gengsi dan nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka  dan merupakan penolong utama untuk sukses mereka — mendapat pukulan maut dengan jatuhnya mereka di mata kaum-kaum lawan mereka, hal mana diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan.
   Makna jawaban para pemimpin kekafiran di akhirat ketika bersama-sama dalam azab Ilahi atau berada  dalam neraka jahannam:  سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ  -- “Adalah sama saja bagi kita, apakah kita  berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan untuk mele-paskan diri bukan saja bertentangan dengan ketakaburan mereka  di dunia ketika melakukan penentangan secara agresif terhadap Rasul Allah dan orang-orang yang beriman yang dikemukakan sebelumnya  (QS.29:13-14),  ucapan mereka itu pun mengambarkan bahwa suatu kaum yang ditakdirkan binasa suka mengalah kepada rasa putus asa dan dengan serta-merta menyerah kepada nasibnya yang rendah.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 April  2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar