بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 16
Suri Teladan Terpuji Nabi Ibrahim a.s. Dalam Hal Mendahulukan Kecintaan Kepada Tauhid Ilahi
Melebihi
Kecintaan Kepada Selain Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai larangan orang-orang Islam mempunyai perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh
Allah yang nyata, mereka yang mengusir
Nabi Besar Muhammad saw. dan orang-orang
Islam dari kampung halaman mereka
dan berusaha membinasakan Islam,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
لَا تَتَّخِذُوۡا عَدُوِّیۡ وَ
عَدُوَّکُمۡ اَوۡلِیَآءَ تُلۡقُوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ مِّنَ الۡحَقِّ ۚ یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ
وَ اِیَّاکُمۡ اَنۡ
تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ رَبِّکُمۡ ؕ اِنۡ کُنۡتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ
سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِیۡ
٭ۖ تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ ٭ۖ وَ اَنَا اَعۡلَمُ
بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ مَاۤ
اَعۡلَنۡتُمۡ ؕ وَ مَنۡ
یَّفۡعَلۡہُ مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ
سَوَآءَ السَّبِیۡلِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-musuh-Ku dan musuh-musuhmu sebagai sahabat-sahabat, تُلۡقُوۡنَ
اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ مِّنَ الۡحَقِّ -- kamu menyampaikan berita kepada mereka
karena kecintaan, padahal
sungguh mereka telah mengingkari
kebenaran yang telah datang kepada kamu یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ وَ اِیَّاکُمۡ
اَنۡ تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ
رَبِّکُمۡ -- mereka
telah mengusir Rasul dan kamu
sendiri karena kamu beriman kepada
Allah Rabb (Tuhan) kamu. اِنۡ کُنۡتُمۡ
خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِیۡ -- Jika
kamu keluar berjihad di jalan-Ku dan
men-cari keridhaan-Ku تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ -- sebagian kamu secara sembunyi-sembunyi menyampaikan berita kepada mereka karena kecintaan, وَ اَنَا
اَعۡلَمُ بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ
مَاۤ اَعۡلَنۡتُمۡ -- padahal Aku mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu
tampakkan. وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡہُ
مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِیۡلِ
-- Dan barangsiapa dari antara
kamu berbuat demikian maka sungguh
ia benar-benar telah sesat dari jalan lurus. (Al-Mumtahinah [60]:1-2).
Larangan Membocorkan
“Rahasia Negara”
Perintah itu luas sekali lingkupnya sehingga pertimbangan adanya ikatan atau pun pertalian – bahkan dengan keluarga yang terdekat sekalipun – tidak
boleh melemahkan perintah itu, sebab musuh
Islam adalah musuh Allah, siapa pun orang itu.
Peristiwa
yang langsung berkaitan dengan turunnya ayat ini agaknya ketika para pemimpin kafir kaum Quraisy mengkhianati Perjanjian Hudaibiyah, dan Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa
harus mengadakan tindakan keras
terhadap mereka, sehubungan dengan rencana tersebut Hathib bin Abi Balta’ah telah mengirim surat rahasia kepada kaum
Mekkah yang isinya memberitahukan kepada mereka bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. berniat
bergerak menyerang Mekkah.
Nabi Besar Muhammad saw.
yang diberi tahu mengenai hal
itu melalui wahyu mengutus ‘Ali bin
Abi Thalib r.a., Zubair r.a., dan Miqdad r.a. mencari si pembawa surat rahasia tersebut.
Mereka berhasil menyusul utusan itu –
seorang perempuan – di tengah perjalanan menuju ke Mekkah, dan surat itu dibawa kembali ke Medinah.
Pelanggaran
Hathib itu sangat berat. Ia telah berupaya membocorkan
rahasia-negara yang penting. Ia layak dihukum
sebagai contoh, tetapi ia dimaafkan
karena ia melakukan pelanggaran itu
dengan tidak disengaja tanpa menyadari
akibat-akibatnya yang sangat berbahaya. Kebetulan peristiwa surat itu
menetapkan tanggal turun Surah ini.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai keburukan
para penentang Nabi Besar Muhammad
saw., bahwa mereka sama sekali tidak akan menghiraukan masalah hubungan kekerabatan:
اِنۡ یَّثۡقَفُوۡکُمۡ یَکُوۡنُوۡا لَکُمۡ
اَعۡدَآءً وَّ یَبۡسُطُوۡۤا اِلَیۡکُمۡ اَیۡدِیَہُمۡ وَ اَلۡسِنَتَہُمۡ
بِالسُّوۡٓءِ وَ وَدُّوۡا
لَوۡ تَکۡفُرُوۡنَ ؕ﴿﴾ لَنۡ
تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ لَاۤ
اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ۚۛ یَفۡصِلُ بَیۡنَکُمۡ ؕ وَ
اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ ﴿﴾
Jika mereka menangkap kamu, mereka akan
menjadi musuh-musuh bagi kamu serta akan menjangkaukan tangan mereka dan lidah mereka terhadap kamu dengan buruk,
dan mereka selalu menginginkan supaya
kamu menjadi kafir. لَنۡ تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ
لَاۤ اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ -- Tidak
akan pernah memberi manfaat kepada kamu kerabat-kerabatmu dan tidak
pula anak-anak kamu pada Hari Kiamat,
یَفۡصِلُ
بَیۡنَکُمۡ -- Dia akan memberi keputusan di antara kamu, وَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ -- dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Mumtahinah
[60]:3-4).
Suri Teladan yang Diperagakan Nabi Ibrahim a.s.
Selanjutnya Allah Swt.
mengemukakan Nabi Ibrahim a.s. sebagai contoh mengenai kecintaan
beliau kepada Allah Swt. melebihi kecintaan terhadap hubungan
kekerabatan yang sangat dekat sekali pun, firman-Nya:
قَدۡ
کَانَتۡ لَکُمۡ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ
فِیۡۤ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗ ۚ اِذۡ قَالُوۡا لِقَوۡمِہِمۡ اِنَّا بُرَءٰٓؤُا مِنۡکُمۡ وَ مِمَّا
تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ۫
کَفَرۡنَا بِکُمۡ وَ بَدَا
بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمُ الۡعَدَاوَۃُ وَ
الۡبَغۡضَآءُ اَبَدًا حَتّٰی تُؤۡمِنُوۡا
بِاللّٰہِ وَحۡدَہٗۤ اِلَّا قَوۡلَ
اِبۡرٰہِیۡمَ لِاَبِیۡہِ
لَاَسۡتَغۡفِرَنَّ لَکَ وَ مَاۤ اَمۡلِکُ لَکَ مِنَ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ
رَبَّنَا عَلَیۡکَ تَوَکَّلۡنَا وَ اِلَیۡکَ اَنَبۡنَا وَ اِلَیۡکَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾ رَبَّنَا لَا تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا وَ اغۡفِرۡ لَنَا
رَبَّنَا ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Sungguh bagi kamu ada contoh yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang besertanya,
اِذۡ قَالُوۡا لِقَوۡمِہِمۡ اِنَّا بُرَءٰٓؤُا مِنۡکُمۡ وَ مِمَّا
تَعۡبُدُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ۫
کَفَرۡنَا بِکُمۡ وَ بَدَا
بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَکُمُ الۡعَدَاوَۃُ وَ
الۡبَغۡضَآءُ اَبَدًا حَتّٰی تُؤۡمِنُوۡا
بِاللّٰہِ وَحۡدَہٗۤ -- ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari perbuatan
kamu. Dan telah nyata permusuhan
serta kebencian di antara kami dan kamu untuk selama-lamanya hingga kamu beriman kepada Allah semata”, اِلَّا
قَوۡلَ اِبۡرٰہِیۡمَ لِاَبِیۡہِ لَاَسۡتَغۡفِرَنَّ لَکَ وَ مَاۤ
اَمۡلِکُ لَکَ مِنَ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ
-- kecuali yang dikatakan Ibrahim
kepada bapaknya: “Pasti aku akan memohonkan ampunan bagi engkau, tetapi aku sekali-kali tidak berdaya menolong
engkau sedikit pun terhadap Allah.” Ibrahim berkata, رَبَّنَا عَلَیۡکَ تَوَکَّلۡنَا وَ
اِلَیۡکَ اَنَبۡنَا وَ اِلَیۡکَ
الۡمَصِیۡرُ -- ”Hai
Rabb (Tuhan) kami, kepada Engkau kami bertawakkal dan kepada Engkau kami tunduk serta kepada Engkau kami akan kembali. رَبَّنَا لَا
تَجۡعَلۡنَا فِتۡنَۃً لِّلَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا وَ اغۡفِرۡ لَنَا رَبَّنَا
-- Hai Rabb (Tuhan) kami, janganlah
Engkau menjadikan kami ujian bagi orang-orang kafir, dan ampunilah kami, hai Rabb (Tuhan) kami, اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.” (Al-Mumtahinah [60]:5-6).
Contoh
mengenai Nabi Ibrahim a.s. telah disebut di sini untuk memberikan tekanan bahwa manakala telah menjadi jelas seorang atau beberapa
orang tertentu memusuhi dan bermaksud melenyapkan kebenaran, maka segala perhubungan persahabatan dengan mereka
harus dihentikan (diputuskan).
Ungkapan kafarnā bikum, yang biasanya
diterjemahkan “kami mengingkari segala yang kamu percayai”, dapat pula
diartikan “kami tidak mempunyai urusan dengan kamu.” Ungkapan kafara
bikadza berarti “ia menyatakan dirinya bersih atau bebas dari
hal demikian” (Lexicon Lane).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
لَقَدۡ
کَانَ لَکُمۡ فِیۡہِمۡ
اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ
کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ
الۡاٰخِرَ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ
فَاِنَّ اللّٰہَ ہُوَ الۡغَنِیُّ الۡحَمِیۡدُ ٪﴿﴾ عَسَی اللّٰہُ
اَنۡ یَّجۡعَلَ بَیۡنَکُمۡ وَ
بَیۡنَ الَّذِیۡنَ عَادَیۡتُمۡ مِّنۡہُمۡ
مَّوَدَّۃً ؕ وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ
وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Sungguh bagi kamu dalam diri mereka benar-benar
ada contoh yang baik bagi orang yang mengharapkan bertemu dengan
Allah dan Hari Kemudian. Dan barangsiapa
berpaling maka sesungguhnya Allah
Dia Maha Kaya, Maha Terpuji. عَسَی اللّٰہُ اَنۡ یَّجۡعَلَ بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ
عَادَیۡتُمۡ مِّنۡہُمۡ مَّوَدَّۃً -- Boleh jadi kelak Allah akan menjadikan kecintaan di antara
kamu dan di antara orang-orang yang saat
ini kamu bermusuhan dengan
mereka, وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ
غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ -- karena Allah Maha Kuasa, dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Al-Mumtahinah
[60]:7-8).
Nubuatan Akan
Terjadinya “Persaudaraan Ruhani”
dengan Mantan Musuh
Ayat عَسَی
اللّٰہُ اَنۡ یَّجۡعَلَ بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ
عَادَیۡتُمۡ مِّنۡہُمۡ مَّوَدَّۃً -- Boleh jadi kelak Allah akan
menjadikan kecintaan di antara kamu
dan di antara orang-orang yang saat ini kamu bermusuhan
dengan mereka, وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ
ؕ وَ
اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ -- karena Allah Maha Kuasa, dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang” mengandung kabar
gaib atau nubuatan.
Kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. diberitahukan,
bahwa mereka diperintahkan supaya menghentikan
segala perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh agama mereka, walaupun musuh itu mungkin keluarga sendiri yang mempunyai pertalian
darah sangat dekat sekalipun, namun larangan
itu ditetapkan berlaku untuk jangka waktu
singkat saja. Karena waktu itu telah kian mendekat dengan
cepat ketika musuh-musuh bebuyutan itu akan menjadi sahabat-sahabat mesra.
Contohnya Khalid bin Walid r.a. dan Amru bin Al ’As yang beriman setelah terjadi Perang Uhud, padahal boleh dikatakan secara fisik pada babak akhir perang
Uhud dimenangkan oleh pihak kaum kafir Quraisy, tetapi secara ruhani yang unggul adalah Nabi Besar Muhammad saw. karena peristiwa Perang Uhud yang hampir membuat Nabi
Besar Muhammad saw. terbunuh telah membuat
musuh-musuh kemudian menjadi putra-putra ruhani beliau saw. yang siap
untuk terbunuh di jalan Allah demi membela beliau saw. dan agama
Islam.
Perintah itu hanya berlaku terhadap persahabatan dengan orang-orang
kafir yang memerangi kaum Muslimin
seperti dinyatakan dalam ayat berikutnya. Perhubungan bersahabat dengan semua orang-orang bukan Islam yang tidak
berperang terhadap Islam tidak
dilarang, sebagaimana firman selanjutnya:
لَا
یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ عَنِ الَّذِیۡنَ لَمۡ
یُقَاتِلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ لَمۡ
یُخۡرِجُوۡکُمۡ مِّنۡ دِیَارِکُمۡ
اَنۡ تَبَرُّوۡہُمۡ وَ
تُقۡسِطُوۡۤا اِلَیۡہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
یُحِبُّ الۡمُقۡسِطِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّمَا
یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ عَنِ الَّذِیۡنَ قٰتَلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ
اَخۡرَجُوۡکُمۡ مِّنۡ دِیَارِکُمۡ وَ
ظٰہَرُوۡا عَلٰۤی اِخۡرَاجِکُمۡ اَنۡ
تَوَلَّوۡہُمۡ ۚ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat kebaikan dan berlaku adil terhadap mereka,
yaitu orang-orang yang tidak memerangi
kamu karena agama dan yang tidak
mengusir kamu dari rumah-rumah kamu, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. اِنَّمَا یَنۡہٰىکُمُ اللّٰہُ عَنِ
الَّذِیۡنَ قٰتَلُوۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ وَ اَخۡرَجُوۡکُمۡ مِّنۡ دِیَارِکُمۡ وَ ظٰہَرُوۡا عَلٰۤی اِخۡرَاجِکُمۡ اَنۡ تَوَلَّوۡہُمۡ -- Sesungguhnya Allah melarang kamu menjadikan orang-orang
yang memerangi kamu karena agama
sebagai sahabat dan telah mengusir kamu dari rumah-rumahmu
dan telah membantu untuk mengusir kamu,
وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ -- dan barangsiapa bersahabat dengan mereka
maka mereka itulah orang-orang zalim
(Al-Mumtahinah [60]:9-10).
Pengutusan Rasul
Allah Merupakan Peristiwa “The Big
Bang” (Ledakan Besar) Dunia Ruhani
Dengan demikian larangan Allah Swt. mengenai
bersahabat atau mempertahankan persahabatan dengan orang-orang yang secara aktif memusuhi
Allah Swt. dan Rasul-Nya
merupakan bagian dari “cara” Allah
Swt. melakukan pemecahan ratqan (gumpalan)
dalam dunia ruhani (QS.30:42), sebagaimana yang terjadi para peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar) di awal penciptaan alam semesta, firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang yang kafir melihat bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu
lalu Kami pisahkan keduanya? Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Dalam dunia keruhanian terjadinya
peristiwa “the Big Bang” (Ledakan
Besar) guna memisahkan yang baik dari yang buruk selalu melalui
pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya
dijanjikan di kalangan Bani Adam (QS.7:35-37), firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan
orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di
dalamnya hingga Dia
memisahkan yang buruk dari yang baik.
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa maka bagi
kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
Firman-Nya
lagi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ
مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak mereka
atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia
telah menanamkan iman dan Dia
telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam
kebun-kebun yang di bawahnya mengalir
sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ -- Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ
اللّٰہِ -- Itulah golongan Allah. اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Ketahuilah,
sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadilah
[58]:23). Lihat pula QS.9:23.
Penghadangan Agresif
di “Jalan Allah” Para Penentang Rasul Allah
Masalah “perpecahan” yang dikehendaki
Allah Swt. tersebut telah dibahas pada
Bab 3 dan beberapa Bab sesudahnya mengenai
peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar)
sehubungan dengan proses
diciptakan-Nya alam semesta. Ucapan Nabi Ibrahim a.s.
selanjutnya ثُمَّ یَوۡمَ
الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ۫ وَّ
مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ
نّٰصِرِیۡنَ --
“Kemudian pada Hari Kiamat sebagian dari kamu akan menolak sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain.
Dan tempat tinggal kamu adalah Api,
dan tidak akan ada bagi kamu seorang
penolong,” (Al-Ankabūt [29]:26).
Pertentangan
di antara orang-orang kafir tersebut selaras dengan firman Allah Swt.
berikut ini mengenai “perbantahan di alam
akhirat” antara para pemimpin
kekafiran dengan para pengikutnya atau
antara “yang disembah” dengan
para penyembahnya,
yang dalam melakukan penghadangan
atau penipuannya di jalan Allah Swt. – sebagaimana
ancaman iblis QS.7:17-18 terhadap
para pengikut Adam (khalifah
Allah) -- demikian pula para tokoh kekafiran di setiap zaman pengutusan Rasul Allah pun tidak segan-segan mengobral janji palsu, sebagaimana firman-Nya
berikut ini mengenai syaitan:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ
خَطٰیٰکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ
اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ
لَیَحۡمِلُنَّ اَثۡقَالَہُمۡ وَ اَثۡقَالًا مَّعَ اَثۡقَالِہِمۡ ۫ وَ
لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ -- “Ikutilah
jalan kami dan
kami akan menanggung dosa-dosa
kamu.” Padahal mereka tidak dapat
memikul dosa-dosa mereka
itu sedikit pun, sesungguhnya mereka itu
benar-benar pendusta. Dan niscaya
mereka akan me-mikul beban mereka dan beban
orang lain beserta beban mereka, dan pada Hari Kiamat niscaya mereka akan di-tanyai mengenai apa
yang mereka ada-adakan. (Al-Ankabut [29]:13-14).
Namun ketika mereka berhadapan dengan azab Ilahi yang diancamkan kepada
mereka oleh Rasul Allah maka seketika itu juga ketakaburan mereka tiba-tiba lenyap, firman-Nya:
وَ
بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا
اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ
اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ ﴿٪﴾ وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ
اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا
کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ
اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ
فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ
مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan
mereka itu semua akan tampil di hadapan
Allah, فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا -- maka
akan berkata orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang takabur: اِنَّا کُنَّا
لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ
شَیۡءٍ
--“Sesungguhnya kami dahulu
pengikut-pengikut kamu, lalu tidak dapatkah kamu mengelakkan kami dari
azab Allah sedikit pun?” قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, pasti kami pun telah memberi petunjuk kepada kamu.
سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- adalah sama saja bagi kita, apakah kita berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak
ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri.” (Ibrahim
[14]:22). Lihat pula QS.7:39-40; QS.28:64; QS.33:67-69; QS.34:32-34;
QS.40:48-51.
Makna ayat
وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا -- “dan
mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah” Bukan semata-mata perbuatan buruknya sendiri, yang
mendatangkan kejatuhan bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan kejatuhan itu ialah terbukanya kelemahan mereka.
Setelah kelemahan menjadi nampak, maka gengsi
dan nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka dan merupakan penolong utama untuk sukses
mereka — mendapat pukulan maut dengan
jatuhnya mereka di mata kaum-kaum lawan mereka, hal mana
diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan.
Makna jawaban para pemimpin
kekafiran di akhirat ketika
bersama-sama dalam azab Ilahi atau
berada dalam neraka jahannam: سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- “Adalah
sama saja bagi kita, apakah kita
berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan
untuk mele-paskan diri” bukan
saja bertentangan dengan ketakaburan mereka di dunia ketika melakukan penentangan secara agresif terhadap Rasul Allah dan orang-orang yang beriman yang dikemukakan sebelumnya (QS.29:13-14), ucapan mereka itu pun mengambarkan bahwa suatu
kaum yang ditakdirkan binasa suka mengalah
kepada rasa putus asa dan dengan
serta-merta menyerah kepada nasibnya yang rendah.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar