بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah
Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 15
Sembilan
Orang Tokoh Kekafiran Pelaku Berbagai “Makar-Buruk”
Terhadap Para Rasul Allah di Berbagai Zaman yang Menuduh Para Rasul Allah Sebagai Penyebab “Perpecahan
Umat”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai makna ayat-ayat وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ -- Dan adapun orang yang ringan timbangan amalnya, فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ -- maka ibunya
inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- Dan
apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ -- Yaitu api yang menyala-nyala!” Hubungan orang-orang berdosa yang “ringan
timbangan amalnya” dengan neraka
akan serupa dengan hubungan bayi
dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah
(janin) tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk manusia utuh (QS.23:13-15).
“Neraka Jahanam” Sebagai Tempat Merehabilitasi
Ruh-ruh yang Cacat
Demikian pulalah keadaan orang-orang berdosa dalam neraka
di akhirat akan melalui berbagai tingkat siksaan batin, hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama sekali bersih
dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
Jadi, menurut pandangan Islam (Al-Quran) neraka merupakan suatu “panti
asuhan” atau tempat “merehabilitasi” ruh-ruh
manusia yang ketika mengalami kematian keadaannya tidak sempurna akan melakukan
berbagai perbuatan dosa di dalam
kehidupannya di dunia:
(1)
Sebagaimana keadaan bayi yang dilahirkan dalam keadaan prematur maka agar dapat beradaptasi langsung dengan kehidupan
di luar rahim ibunya ia terlebih dulu
harus memerlukan berbagai tindakan
(upaya rehabilitasi) untuk menyelamatkan kehidupannya,
misalnya dimasukkan ke dalam incubator
dan beberapa upaya rehabilitasi bagian-bagian
tubuhnya yang cacat.
Demikian pula halnya dengan keadaan ruh manusia yang ketika mengalami kematian dalam keadaan cacat akibat dosa-dosa yang dilakukannya semasa hidupnya di dunia, sebelum dapat
memasuki alam akhirat yang disebut “kehidupan surgawi”, maka ruh-ruh
yang cacat -- seperti halnya bayi-
bayi yang dilahirkan premature atau dalam keadaan cacat
-- itu pun harus terlebih dulu mengalami
rehabilitasi di alam akhirat
yang disebut neraka jahannam.
(2) Dengan
demikian jelaslah bahwa menurut Allah
Swt. hubungan orang-orang berdosa
dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah (janin) tumbuh melalui
berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim
ibu hingga pada akhimya ia lahir
dalam bentuk bayi manusia utuh,
demikian pulalah keadaan orang-orang
bersalah yang akan melalui berbagai tingkat siksaan batin di alam akhirat, hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi samasekali bersih
dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat
orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
Jadi,
menurut pandangan Islam, neraka
merupakan suatu panti asuhan atau tempat rehabilitasi yang tentu saja sangat
tidak menyenangkan atau sangat
menyakitkan bagi yang mengalaminya, karena di sana ruh-ruh orang yang direhabilitasi akan merasakan langsung penderitaan
pelaksanaan rehabilitasi tersebut
sampai siap untuk dapat beradaptasi
dengan kehidupan akhirat yang disebut
kehidupan dalam surga.
Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa akan datang
masanya bahwa pintu-pintu dan jendela-jendela
neraka akan bergerak-gerak seperti ditiup
angin bagaikan rumah kosong yang telah
ditinggalkan penghuninya, karena semua penghuni neraka telah masuk ke dalam surga.
Sembilan Pemimpin
Kekafiran Pembuat “Makar Buruk”
di Berbagai Zaman Rasul Allah
Kembali kepada kisah
Nabi Ibrahim a.s., lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai ucapan Nabi
Ibrahim a.s. mengenai tujuan kemusyrikan
atau penyembahan
berhala yang dilakukannya:
وَ
قَالَ اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا
۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ
نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim,
berkata: “Sesungguhnya kamu telah
mengambil berhala-berhala selain Allah sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia.
Kemudian pada Hari Kiamat sebagian dari kamu akan menolak sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain.
Dan tempat tinggal kamu adalah Api,
dan tidak akan ada bagi kamu seorang
penolong.” (Al-Ankabūt [29]:25-26).
Ungkapan mawaddata bainikum berkenaan dengan penyembahan “berhala”
dapat diartikan:
(1) “Hubungan kemasyarakatan atau
keinginan untuk memperoleh cinta
setiap orang lain adalah landasan cita-cita dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu”.
(2) “Kami telah membuat kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu menjadi
dasar kecintaan kamu antara satu sama lain; yakni, kamu telah membuat ciri kepercayaan-kepercayaan musyrik kamu
menjadi sarana untuk memelihara keutuhan masyarakatmu”.
Ketika Allah Swt. melalui pengutusan
para Rasul Allah di kalangan Bani Adam (QS.35-37) guna memberantas kemusyrikan
yang dilakukan kaumnya, maka para pemuka kaumnya telah berhimpun dalam satu front yang di sebut al-Ahzāb (golongan persekutuan) untuk menghadapi para Rasul Allah, hal yang sama terjadi pula
pada masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw..
Berikut firman Allah Swt. mengenai hal tersebut tentang pengutusan Nabi Shalih a.s. kepada kaum
Tsamud:
وَ کَانَ
فِی الۡمَدِیۡنَۃِ تِسۡعَۃُ رَہۡطٍ یُّفۡسِدُوۡنَ فِی الۡاَرۡضِ وَ لَا
یُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَقَاسَمُوۡا بِاللّٰہِ لَنُبَیِّتَنَّہٗ وَ
اَہۡلَہٗ ثُمَّ لَنَقُوۡلَنَّ لِوَلِیِّہٖ مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَکَرُوۡا مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا
یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ فَانۡظُرۡ کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ
قَوۡمَہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا ظَلَمُوۡا ؕ
اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً
لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ ﴿﴾
Dan dalam kota itu ada sembilan orang yang
berbuat kerusakan di bumi dan
tidak mau mengadakan perbaikan. Mereka
berkata: “Hendaklah kamu sekalian
bersumpah dengan nama Allah bahwa niscaya kami akan menyerbu pada
malam hari kepada dia dan keluarganya, kemudian kami niscaya akan berkata kepada pelindungnya: مَا شَہِدۡنَا مَہۡلِکَ اَہۡلِہٖ
وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ -- “Kami sekali-kali tidak menyaksikan keluarganya menjadi binasa dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar.” وَ مَکَرُوۡا
مَکۡرًا وَّ مَکَرۡنَا مَکۡرًا وَّ ہُمۡ لَا
یَشۡعُرُوۡنَ -- Dan mereka membuat makar buruk dan Kami
pun membuat makar tandingan, tetapi mereka tidak menya-dari. فَانۡظُرۡ کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ مَکۡرِہِمۡ ۙ اَنَّا دَمَّرۡنٰہُمۡ وَ
قَوۡمَہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Maka perhatikanlah bagaimana buruknya akibat makar buruk
mereka, sesungguhnya Kami
memusnahkan mereka dan kaumnya semua. فَتِلۡکَ بُیُوۡتُہُمۡ خَاوِیَۃًۢ بِمَا
ظَلَمُوۡا ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً
لِّقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ -- maka itulah
rumah-rumah mereka yang telah runtuh
karena mereka berbuat zalim.
Sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda
untuk kaum yang mengetahui. وَ اَنۡجَیۡنَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ
کَانُوۡا یَتَّقُوۡنَ -- Dan Kami
menyelamatkan orang-orang yang beriman
dan bertakwa. (An-Naml [49]:49-53).
Musyawarah Makar
Buruk Untuk Membunuh Nabi Besar Muhammad Saw.
Dengan sendirinya yang diisyaratkan dalam ayat
ini adalah kesembilan musuh Nabi
Besar Muhammad saw. terkemuka. Delapan
di antaranya terbunuh dalam pertempuran Badar
dan yang kesembilan, Abu Lahab -- yang terkenal keburukannya dan pemarah itu -- mati secara hina dalam keadaan sakit di Mekkah
ketika sampai ke telinganya kabar
tentang kekalahan di Badar.
Kedelapan orang itu adalah Abu Jahal, Muthim bin Adiy, Syaibah bin
Rabiah, Utbah bin Rabiah, Walid bin Utbah, Umayah bin Khalf, Nadhr bin Harts, dan Aqbah bin
Abi Mu’aith. Mereka bersekongkol
untuk membunuh Nabi Besar Muhammad saw.. Rencana
(makar buruk) sebenarnya ialah memilih seorang
dari tiap-tiap kabilah kaum Quraisy,
dan kemudian mengadakan serangan
pembunuhan yang berencana atas beliau saw., sehingga tidak ada kabilah tertentu dapat dianggap bertanggung-jawab atas pembunuhan terhadap beliau saw. itu.
Rencana itu datang dari Abu Jahal,
pemimpin kelompok jahat itu, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ اِذۡ
یَمۡکُرُ بِکَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِیُثۡبِتُوۡکَ اَوۡ یَقۡتُلُوۡکَ اَوۡ
یُخۡرِجُوۡکَ ؕ وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ
اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika orang-orang kafir merancang
makar terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. وَ یَمۡکُرُوۡنَ وَ یَمۡکُرُ اللّٰ -- Mereka
merancang makar buruk, dan Allah
pun merancang makar tandingan,
وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ -- dan Allah sebaik-baik Perancang makar (Anfāl [8]:31).
Ayat
ini mengisyaratkan kepada musyawarah
rahasia yang diadakan di Darun Nadwah (Balai Permusyawaratan) di
Mekkah. Ketika mereka melihat bahwa semua usaha
mereka mencegah berkembangnya aliran
kepercayaan baru (Islam) ini gagal,
dan bahwa kebanyakan orang-orang Muslim
yang mampu meninggalkan Mekkah telah hijrah ke Medinah dan mereka sudah jauh
dari bahaya, maka orang-orang terkemuka warga kota berkumpul di Darun Nadwah untuk membuat rencana ke
arah usaha terakhir guna menghabisi Islam.
Sesudah diadakan pertimbangan mendalam,
terpikir oleh mereka satu rencana, ialah sejumlah orang-orang muda dari
berbagai kabilah Quraisy harus secara
serempak menyergap Nabi Besar
Muhammad saw. – sebagaimana makar buruk yang dilakukan pula terhadap Nabi Shalih a.s.
sebelumnya (QS.27:46-54) -- lalu
membunuh beliau saw..
Namun tanpa setahu orang Nabi
Besar Muhammad saw. meninggalkan
rumah tengah malam buta, ketika para penjaga dikuasai oleh kantuk, berlindung
di Gua Tsaur bersama-sama Abubakar
Shiddiq r.a. sahabat beliau saw. yang
setia (QS.9:40) dan akhirnya sampai di Medinah dengan selamat.
Akibat makar
buruk tersebut Nabi Besar Muhammad
saw. terpaksa hijrah dari Mekkah, tetapi hijrahnya itu akhirnya mengakibatkan kehancuran kekuatan kaum Quraisy yang
tidak menyadari, bahwa dengan memaksa beliau saw. hijrah
dari Mekkah, mereka meletakkan dasar
kehancuran bagi mereka sendiri, sebagaimana yang terjadi dengan kaum Nabi Shalih a.s., yakni kaum Tsamud.
Nabi Besar Muhammad Saw. Dituduh
Abu Jahal Sebagai Pelaku Kerusakan Atas
Tatanan Masyarakat Musyrik dan Jahiliyah Arabia yang Telah Mapan
Kembali kepada firman Allah Swt. tentang kemusyrikan di kalangan kaumnya yang diberantas oleh Nabi Ibrahim a.s.:
وَ
قَالَ اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا
۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ
نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim,
berkata: “Sesungguhnya kamu telah
mengambil berhala-berhala selain Allah sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia.
Kemudian pada Hari Kiamat sebagian dari kamu akan menolak sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain.
Dan tempat tinggal kamu adalah Api,
dan tidak akan ada bagi kamu seorang
penolong.” (Al-Ankabūt [29]:26).
Ungkapan mawaddata bainikum berkenaan dengan penyembahan “berhala”
dapat diartikan:
(1) “Hubungan kemasyarakatan atau
keinginan untuk memperoleh cinta
setiap orang lain adalah landasan cita-cita dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu”.
(2) “Kami telah membuat kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu menjadi
dasar kecintaan kamu antara satu sama lain; yakni, kamu telah membuat ciri kepercayaan-kepercayaan musyrik kamu
menjadi sarana untuk memelihara keutuhan masyarakat kamu”.
Itulah
sebabnya Abu jahal dan para pemimpin kaum kafir Quraisy lainnya
telah menuduh Nabi Besar Muhammad
saw. sebagai penyebab terputusnya “tali silaturahmi” di kalangan bangsa Arab, karena pendakwaan kenabian beliau saw. telah menyebab terjadinya perpecahan di lingkungan keluarga antara orang tua dengan anak-anaknya,
antara saudara dengan saudara,
antara suami dengan istri dan sebagainya (QS.3:29 & 119; QS.4:140 & 145; QS.9:23; QS.58:23) sesuai perintah Allah Swt., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا
لَا تَتَّخِذُوۡا عَدُوِّیۡ وَ
عَدُوَّکُمۡ اَوۡلِیَآءَ تُلۡقُوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ مِّنَ الۡحَقِّ ۚ یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ
وَ اِیَّاکُمۡ اَنۡ
تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ رَبِّکُمۡ ؕ اِنۡ کُنۡتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ
سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِیۡ
٭ۖ تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ ٭ۖ وَ اَنَا اَعۡلَمُ
بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ مَاۤ
اَعۡلَنۡتُمۡ ؕ وَ مَنۡ
یَّفۡعَلۡہُ مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ
سَوَآءَ السَّبِیۡلِ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-musuh-Ku dan
musuh-musuhmu sebagai sahabat-sahabat, تُلۡقُوۡنَ
اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ وَ قَدۡ کَفَرُوۡا بِمَا جَآءَکُمۡ مِّنَ الۡحَقِّ -- kamu menyampaikan berita kepada mereka
karena kecintaan, padahal
sungguh mereka telah mengingkari
kebenaran yang telah datang kepada kamu یُخۡرِجُوۡنَ الرَّسُوۡلَ وَ اِیَّاکُمۡ
اَنۡ تُؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ
رَبِّکُمۡ -- mereka
telah mengusir Rasul dan kamu
sendiri karena kamu beriman kepada
Allah Rabb (Tuhan) kamu. اِنۡ کُنۡتُمۡ
خَرَجۡتُمۡ جِہَادًا فِیۡ سَبِیۡلِیۡ وَ ابۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِیۡ -- Jika
kamu keluar berjihad di jalan-Ku dan
men-cari keridhaan-Ku تُسِرُّوۡنَ اِلَیۡہِمۡ بِالۡمَوَدَّۃِ -- sebagian kamu secara sembunyi-sembunyi menyampaikan berita kepada mereka karena kecintaan, وَ اَنَا
اَعۡلَمُ بِمَاۤ اَخۡفَیۡتُمۡ وَ
مَاۤ اَعۡلَنۡتُمۡ -- padahal Aku mengetahui apa yang kamu
sembunyikan dan apa yang kamu
tampakkan. وَ مَنۡ یَّفۡعَلۡہُ
مِنۡکُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِیۡلِ
-- Dan barangsiapa dari antara
kamu berbuat demikian maka sungguh
ia benar-benar te-lah sesat dari jalan lurus. (Al-Mumtahinah [60]:1-2).
Upaya Membocorkan “Rahasia
Negara
Perintah Alah Swt. berupa larangan itu sangat tegas sifatnya. Orang-orang Islam tidak dibenarkan mempunyai perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh Allah yang nyata, mereka
yang mengusir Nabi Besar Muhammad saw. dan orang-orang
Islam dari kampung halaman mereka
dan berusaha membinasakan Islam.
Perintah itu luas sekali
lingkupnya sehingga pertimbangan adanya
ikatan atau pun pertalian –
bahkan dengan keluarga yang terdekat
sekalipun – tidak boleh melemahkan perintah
itu, sebab musuh Islam adalah musuh Allah, siapa pun orang itu.
Peristiwa yang langsung
berkaitan dengan turunnya ayat ini agaknya ketika kaum Quraisy mengkhianati Perjanjian Hudaibiyah, dan Nabi Besar Muhammad saw. terpaksa
harus mengadakan tindakan keras
terhadap mereka, sehubungan dengan rencana tersebut Hathib bin Abi Balta’ah telah mengirim surat rahasia kepada kaum
Mekkah yang isinya memberitahukan kepada mereka bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. berniat
bergerak menyerang Mekkah.
Nabi Besar Muhammad saw.
yang diberi tahu mengenai hal
itu melalui wahyu mengutus ‘Ali bin
Abi Thalib r.a., Zubair r.a., dan Miqdad r.a. mencari si pembawa surat rahasia tersebut.
Mereka berhasil menyusul utusan itu –
seorang perempuan – di tengah perjalanan menuju ke Mekkah, dan surat itu dibawa kembali ke Medinah.
Pelanggaran Hathib itu sangat berat. Ia telah berupaya membocorkan
rahasia-negara yang penting. Ia layak dihukum
sebagai contoh, tetapi ia dimaafkan
karena ia melakukan pelanggaran itu
dengan tidak disengaja tanpa menyadari
akibat-akibatnya yang sangat berbahaya. Kebetulan peristiwa surat itu
menetapkan tanggal turun Surah ini.
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai keburukan para penentang
Nabi Besar Muhammad saw., bahwa mereka sama sekali tidak akan menghiraukan
masalah hubungan kekerabatan:
اِنۡ یَّثۡقَفُوۡکُمۡ یَکُوۡنُوۡا لَکُمۡ
اَعۡدَآءً وَّ یَبۡسُطُوۡۤا اِلَیۡکُمۡ اَیۡدِیَہُمۡ وَ اَلۡسِنَتَہُمۡ
بِالسُّوۡٓءِ وَ وَدُّوۡا
لَوۡ تَکۡفُرُوۡنَ ؕ﴿﴾ لَنۡ
تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ لَاۤ
اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ ۚۛ یَفۡصِلُ بَیۡنَکُمۡ ؕ وَ
اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ ﴿﴾
Jika mereka menangkap kamu, mereka akan
menjadi musuh-musuh bagi kamu serta akan menjangkaukan tangan mereka dan lidah mereka terhadap kamu dengan buruk,
dan mereka selalu menginginkan supaya
kamu menjadi kafir. لَنۡ تَنۡفَعَکُمۡ اَرۡحَامُکُمۡ وَ
لَاۤ اَوۡلَادُکُمۡ ۚۛ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ -- Tidak
akan pernah memberi manfaat kepada kamu kerabat-kerabatmu dan tidak
pula anak-anak kamu pada Hari Kiamat,
یَفۡصِلُ
بَیۡنَکُمۡ -- Dia akan memberi keputusan di antara kamu, وَ اللّٰہُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ بَصِیۡرٌ -- dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Mumtahinah
[60]:3-4).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 1 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar