Sabtu, 28 Maret 2015

Nubuatan Kedahsyatan Rangkaian Perang Dunia Antara Blok Kapitalisme (Jin) dan Blok Sosialisme (Ins) yang Tiba-tiba Terjadi




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 13

 
Nubuatan Kedahsyatan Rangkaian Perang Dunia   Antara    Blok Kapitalisme (Jin) dan  Blok Sosialisme (Ins) yang Tiba-tiba Terjadi 

 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  Ats-tsaqalān dalam ayat  سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ  -- segera Kami akan menghadapi kamu,  hai dua golongan yang kuat  berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), dapat berarti: “manusia/ins” dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan oleh seluk-beluk kalimatnya (konteks-nya), atau orang-orang Arab dan orang-orang bukan Arab, atau dalam bahasa politik dewasa ini,  dua blok besar” – Rusia atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan kelas kapitalis (majikan) dan kelas buruh (pekerja).
   Dari cara kedua blok besar (Ats-tsaqalān) itu – yakni Blok Amerika Serikat (jin) dan Blok Rusia  (ins)  -- bertingkah laku   nampaknya sewaktu-waktu mereka dapat terlibat dalam sengketa maut berupa Perang Dunia yang akan menghancur-leburkan seluruh karya manusia -- yang dilakukan dari abad ke abad untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan   --  dapat menyebabkan kehidupan di atas bumi ini, nyaris tiada (musnah).

Nubuatan  Akan Terjadinya Rangkaian Perang  Dunia

    Ayat ini nampaknya   mengandung peringatan akan kemungkinan yang sangat menakutkan tersebut. Dalam kenyataannya dua  kali  Perang Dunia yang terjadi secara tiba-tiba merupakan bukti mengenai kebenaran peringatan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut, dan Perang Dunia III atau Perang Nuklir pun, insya Allah, sedang mengancam kehidupan umat manusia dengan akibat-akibatnya yang jauh lebih mengerikan daripada akibat-akibat yang ditimbulkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
   Ayat   selanjutnya: یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  --  Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan  (Ar-Rahmān [55]:34) telah diberi bermacam-macam penafsiran.
  Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat Non-Muslim yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan teknologi (iptek). Tetapi mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya.
    Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka karena  khazanah rahasia iptek   (ilmu pengehauan dan teknolongi) yang terkandung di alam semesta ciptaan Allah Swt. tidak terbatas, firman-Nya:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya.   (Al-Kahf [18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh  laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28.
    Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan diri atas penemuan­-penemuan dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri. Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka.
 Rahasia-rahasia Allah Swt. tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan dengan rahasia-rahasia Allah Swt. belumlah merupakan setitik pun air dalam samudera.
  Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim.

Upaya “Menembus Langit  dengan Pesawat Antariksa    

   Menurut penafsiran lain, ayat یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  --  Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan  (Ar-Rahmān [55]:34)   memperingatkan orang-orang berdosa yang menentang kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:  Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”  
      Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, serta pesawat antariksa lainnya dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia dan Amerika Serikat berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Allah Swt. tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
   Dengan demikian jelaslah,  bahwa pada hakikatnya  semua  keberhasilan pengembangan iptek (ilmu pengatahuan dan teknologi) yang dicapai oleh Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru (QS.20:103-105) -- di Akhir Zaman ini  itu erat kaitannya dengan Surah Al-Zilzal   ayat 1-9 yang sedang dibahas.
   Makna ayat  Surah Ar Rahmān selanjutnya:  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ  --  Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri.(Ar-Rahmān [55]:36), ayat  ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyat  dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan seluruh peradaban manusia.  Betapa jelasnya gambaran tentang azab Ilahi  yang diancamkan itu  dalam ayat selanjutnya:  فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ  --  maka  apabila langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah” (Ar Rahmān [55]:38).
     Makna ayat selanjutnya: فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ  اِنۡسٌ وَّ لَا  جَآنٌّ  -- Pada hari itu tidak akan ditanya dosa  ins (manusia)  dan tidak pula  jin. (Ar Rahmān [55]:40).      Amal-amal buruk orang-orang durhaka dari kedua golongan atau kedua Blok golongan Jin dan Ins tersebut akan tertera pada wajah mereka, sehingga mereka tidak akan ditanya lagi mengenai apakah mereka telah melakukan kedurhakaan atau tidak. Sebagaimana tersebut pada tempat lain dalam Al-Quran (QS.41:21), anggota-anggota tubuh orang-orang kafir itu sendiri akan menjadi saksi atas mereka.

Upaya Duniawi  Gog (Ya’juj) dan Magog  (Ma’juj) Membawa Mereka Masuk Ke Dalam “Neraka Jahannam” di Dunia dan Di Akhirat

         Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai mereka: یُعۡرَفُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ بِسِیۡمٰہُمۡ فَیُؤۡخَذُ بِالنَّوَاصِیۡ وَ الۡاَقۡدَامِ  --  Orang-orang berdosa  ciri-ciri mereka akan dikenal lalu mereka akan dipegang pada jambul dan kakinya.             فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ    --   Maka   nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan?   ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ  الَّتِیۡ یُکَذِّبُ بِہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ  --           Inilah Jahannam yang orang-orang berdosa mendustakannya, (Ar Rahmān [55]:42-44).  
    Beberapa ayat sebelumnya dan ayat berikut ini: یَطُوۡفُوۡنَ بَیۡنَہَا وَ  بَیۡنَ حَمِیۡمٍ  اٰنٍ   --  Mereka akan berkeliling-keliling di antara Jahannam  itu  dan air panas mendidih.  فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ    --   Maka   nikmat-nikmat  Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? (Ar Rahmān [55]:44-46),    nampaknya mengisyaratkan kepada keadaan resah yang akan mencekam umat manusia, bila kedua blok besar tersebut   berhadap-hadapan untuk berperang,  dan mengisyaratkan kepada kekhawatiran akan terjadi peperangan nuklir yang laksana pedang algojo dalam keadaan terhunus di atas kepala mereka.
     Pengelompokan negara-negara dan ketegangan-ketegangan internasional dewasa ini  —sebagaimana disyaratkan dalam Surah Al-Zilzal ayat 7:    یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ   -- “Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah,  supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka     -- niscaya akan menjurus kepada suatu bentrokan senjata, dengan kebiasaan sebagai akibatnya yang akan tiada tara bandingnya.
   Bentrokan itu sendiri akan benar-benar merupakan suatu neraka, tetapi persiapan-persiapan untuk bertarung itu sendiri menimbulkan keadaan-keadaan yang tidak kurang dari siksaan lahir maupun batin yang abadi dalam satu atau lain bentuk.

Munculnya Berbagai Macam  Perkumpulan” Manusia di Dunia

   Kembali kepada Surah Al-Zilzal, ketika ditanyakan mengenai arti ayat یَوۡمَئِذٍ تُحَدِّثُ  اَخۡبَارَہَا --  Pada hari itu bumi  menceritakan beritanya” (Al-Zilzal [99]:5),   Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan telah bersabda  bahwa tiap-tiap perbuatan yang dilakukan secara diam-diam akan terbuka rahasianya (Tirmidzi).
   Kemudian makna ayat selanjutnya   بِاَنَّ  رَبَّکَ اَوۡحٰی لَہَا  --   karena sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau telah mewahyukan kepadanya” (Al-Zilzal [98]:6),    yaitu bumi akan mengeluarkan khazanah-khazanahnya karena Allah Swt. telah memerintahkannya atau mewahyukan  kepadanya  berbuat demikian, maka kata auhā  berarti ia memerintahkan (Aqrab-ul-Mawarid).
  Makna ayat  یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ  النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ  --   “Pada hari itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah  supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka,” (Al-Zilzal [99]:7),     bahwa di Akhir Zaman ini – sebagaimana telah dijelaskan berkenaan dengan Surah Ar-Rahmān mengenai golongan jin dan ins --    sebelulnya untuk memelihara dan menjaga kepentingan politik, sosial, dan ekonomi mereka, orang-orang akan menggabungkan diri dalam partai-partai, perhimpunan-perhimpunan, dan golongan-golongan atas dasar politik dan ekonomi; dan serikat-serikat sekerja dalam bentuk koperasi, PT., CV., atau gilda-gilda, kartel-kartel, dan sindikat-sindikat perkasa akan terwujud.
    Semua  sarana “pemersatu  tersebut termasuk ke dalam “berhala-berhala  sembahan”  mereka yang tergabung di dalamnya sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini:
وَ قَالَ  اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ  نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim, berkata: “Sesungguhnya kamu telah mengambil berhala-berhala selain Allah  sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia. Kemudian pada Hari Kiamat  sebagian dari kamu akan menolak  sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain. Dan tempat tinggal kamu adalah Api, dan tidak akan ada bagi kamu seorang penolong. (Al-Ankabūt [29]:25-26).
       Ungkapan mawaddata bainikum berkenaan dengan penyembahan “berhala” dapat diartikan:
       (1) “Hubungan kemasyarakatan atau keinginan untuk memperoleh cinta setiap orang lain adalah landasan cita-cita dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu”.
        (2) “Kami telah membuat kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu menjadi dasar kecintaan kamu antara satu sama lain; yakni, kamu telah membuat ciri kepercayaan-kepercayaan musyrik kamu menjadi sarana untuk memelihara keutuhan masyarakatmu”.
  Makna firman  Allah Swt.:     لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ  --   “supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka,” (Al-Zilzal [99]:7),   bahwa  perorangan-perorangan akan menghimpun sumber-sumber daya mereka dan usaha-usaha bersama akan mengambil alih usaha-usaha perorangan dengan tujuan supaya bobot pengaruh mereka dapat dirasakan, dan supaya upaya dan jerih-payah mereka dapat meraih hasil baik.

Hasil “Timbangan Amal  Baik dan Buruk” yang pasti Dialami Para Pelakunya

  Kemudian makna ayat  َمَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ  --    maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom  sekali pun ia akan melihat hasil-nya, وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ  شَرًّا یَّرَہٗ    --  “dan barangsiapa berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya” (Al-Zilzal [99]:8-9),   bahwa tidak ada perbuatan manusia, baik ataupun buruk, akan terbuang percuma. Tiap perbuatan  yang dilakukan manusia  pasti ada akibatnya.
    Makna kedua ayat berkenaan amal perbuatan kedua blok golongan jin dan ins (manusia) tersebut lebih jauh dijelaskan dalam  Surah Al-Qāri’ah, firman-Nya:  فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   -- Maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya,  فَہُوَ  فِیۡ عِیۡشَۃٍ  رَّاضِیَۃٍ  -- maka ia di dalam kehidupan yang menyenangkan. وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ  --  dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya, فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ --  maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah.  وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ   -- Dan apakah engkau mengeta-hui apa Hāwiyah itu?  نَارٌ حَامِیَۃٌ  --  yaitu api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah  [101]:7-12). Selengkapnya Allah Swt. berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾   اَلۡقَارِعَۃُ ۙ﴿﴾     مَا الۡقَارِعَۃُ ۚ﴿﴾  وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ  ؕ﴿﴾  یَوۡمَ یَکُوۡنُ  النَّاسُ کَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِ ۙ﴿﴾   وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ ؕ﴿﴾  فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾   فَہُوَ  فِیۡ عِیۡشَۃٍ  رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾  وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ ﴿ؕ﴾  نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. اَلۡقَارِعَۃُ  --  Bencana besar!  مَا الۡقَارِعَۃُ --  Apakah bencana besar itu?  وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ    --  Dan apakah engkau mengetahui apa Bencana Besar itu? یَوۡمَ یَکُوۡنُ  النَّاسُ کَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِ  --  Pada Hari itu  manusia akan menjadi seperti laron-laron bertebaran,  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ  --  dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu-bulu domba dihambur-hamburkan. فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   --  Maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya,  فَہُوَ  فِیۡ عِیۡشَۃٍ  رَّاضِیَۃٍ  --   maka ia di dalam kehidupan yang menyenangkan.   وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ  -- Dan adapun orang  yang ringan timbangan amalnya,  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ   -- maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ   -- Dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu?  نَارٌ حَامِیَۃٌ --  Yaitu api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah  [101]:1-12).

Nubuatan Dalam Surah Al-Qāri’ah

   Kalau huruf al yang ditambahkan kepada kata qāri’ah telah mengkhususkan bencana dan memperhebat gambaran kengeriannya, maka penambahan huruf   (apa) membuatnya lebih dahsyat lagi dan lebih membinasakan. Itulah makna kata al-qāri’ah  dan māl-qāriah   (ayat 2-3).
    Makna ayat وَ  مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ    --  Dan apakah engkau mengetahui apa Bencana Besar itu?” bahwa bencana yang akan terjadi itu akan sangat berbahaya, sehingga orang mustahil dapat membayangkan kedahsyatannya, apalagi melukiskannya dengan kata-kata. Lihat pula QS.69:2-5, di tempat itu ungkapan serupa telah dipergunakan untuk menimbulkan kesan serupa. Qāri’ah selain merupakan bencana besar, berarti pula azab Ilahi  yang datang secara tiba-tiba.
    Karena berada di luar jangkauan manusia untuk membayangkan betapa dah-syatnya bencana itu, maka hanya sebagian saja dari akibat-akibatnya yang mengerikan telah dikemukakan. Ayat ini dan ayat berikutnya memberikan sekelumit gambaran mengenai kegelisahan dan kesengsaraan yang akan diakibatkannya.
   Kejadian yang amat hebat lagi dahsyat itu akan mencerai-beraikan manusia bagaikan bulu-domba (wol) yang dihambur-hamburkan dan mereka tidak akan memperoleh perlindungan di mana pun, firman-Nya: یَوۡمَ یَکُوۡنُ  النَّاسُ کَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِ  --  pada Hari itu  manusia akan menjadi seperti laron-laron bertebaran,  وَ تَکُوۡنُ  الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ  --  dan gunung-gunung akan menjadi seperti bulu-bulu domba dihambur-hamburkan.”
     Makna ayat فَاَمَّا  مَنۡ  ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ   --  “maka adapun  orang yang berat timbangan amalnya”,   bila dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan kata mawāzin berarti hasil perbuatannya, tetapi bila dipergunakan dalam hubungan dengan suatu bangsa kata itu bermakna sarana-sarana kebendaan dan sumber-sumber daya.
   Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata mawāzin (timbangan) itu. Dalam pengertian terakhir, ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa yang sumber daya materinya besar atau tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat terbangnya berat, akan mengungguli lawan-lawannya, dan kenyataan itu akan meningkatkan wibawa dan kekuasaannya dan sebagai akibatnya menambah keba-hagiaannya.
  Ada pun makna ayat-ayat  selanjutnya  وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ  -- Dan adapun orang yang ringan timbangan amalnya,  فَاُمُّہٗ  ہَاوِیَۃٌ   -- maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ   --  Dan apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu?  نَارٌ حَامِیَۃٌ --  Yaitu api yang menyala-nyala!” Hubungan orang-orang berdosa  yang “ringan  timbangan amalnya” dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah (janin) tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk manusia utuh (QS.23:13-15).

“Neraka Jahanam” Sebagai Tempat Merehabilitasi Ruh-ruh yang Cacat

   Demikian pulalah keadaan orang-orang berdosa  dalam neraka di akhirat     akan melalui berbagai tingkat siksaan batin, hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi sama  sekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
      Jadi, menurut pandangan Islam (Al-Quran) neraka merupakan suatu “panti asuhan” atau tempat “merehabilitasi” ruh-ruh manusia yang ketika mengalami kematian  keadaannya tidak sempurna akan melakukan berbagai perbuatan dosa di dalam kehidupannya di dunia:  
      (1)       Sebagaimana keadaan bayi yang dilahirkan dalam keadaan prematur  maka agar dapat beradaptasi langsung dengan kehidupan di  luar rahim ibunya ia terlebih dulu  harus memerlukan berbagai tindakan (upaya rehabilitasi) untuk menyelamatkan kehidupannya, misalnya dimasukkan ke dalam incubator dan beberapa upaya rehabilitasi bagian-bagian tubuhnya yang cacat.
      Demikian pula halnya dengan keadaan ruh manusia yang ketika mengalami kematian dalam keadaan cacat akibat dosa-dosa yang dilakukannya semasa hidupnya di dunia, sebelum dapat memasuki alam akhirat yang disebut “kehidupan surgawi”,   maka ruh-ruh yang cacat -- seperti  halnya  bayi- bayi yang dilahirkan premature atau dalam keadaan  cacat --  itu pun harus terlebih dulu mengalami rehabilitasi  di alam akhirat yang disebut neraka jahannam.
  (2)     Dengan demikian jelaslah  bahwa menurut Allah Swt. hubungan orang-orang berdosa dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah (janin) tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk bayi manusia utuh, demikian pulalah keadaan orang-orang bersalah yang akan melalui berbagai tingkat siksaan batin di alam akhirat,  hingga pada akhirnya ruh mereka menjadi samasekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
         Jadi, menurut pandangan Islam, neraka merupakan suatu panti asuhan atau  tempat rehabilitasi yang tentu saja sangat tidak menyenangkan  atau sangat menyakitkan bagi yang mengalaminya karena di sana   ruh-ruh orang yang direhabilitasi akan merasakan langsung penderitaan pelaksanaan rehabilitasi tersebut sampai siap untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan akhirat yang disebut kehidupan dalam surga.
      Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa akan datang masanya  bahwa pintu-pintu dan jendela-jendela neraka akan bergerak-gerak  seperti ditiup angin  bagaikan rumah kosong  yang telah ditinggalkan penghuninya,  karena semua penghuni neraka telah masuk ke dalam surga.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Maret      2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar