بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah
Al-Ankabūt
Bab 14
Nubuatan
Kedahsyatan Rangkaian Perang Dunia Antara
Blok Kapitalisme (jin)
dengan Blok Sosialisme (Ins)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai
penafsiran lain firman Allah Swt.: یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ
-- Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Ar-Rahmān [55]:34), ayat tersebut memperingatkan orang-orang berdosa yang menentang kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:
“Biarkanlah
mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak
akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak
akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”
Ayat ini dapat juga
mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, serta pesawat antariksa lainnya dan sebagainya; dengan
alat-alat tersebut orang-orang Rusia
dan Amerika Serikat berusaha mencapai
benda-benda langit. Mereka diberitahu,
bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Allah Swt. tidak
mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
Dengan demikian
jelaslah, bahwa pada hakikatnya semua keberhasilan pengembangan iptek (ilmu pengatahuan dan teknologi)
yang dicapai oleh Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru (QS.20:103-105) -- di Akhir Zaman ini itu erat
kaitannya dengan Surah Al-Zilzal ayat 1-9 yang sedang dibahas.
Makna ayat Surah Ar Rahmān selanjutnya: یُرۡسَلُ
عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا تَنۡتَصِرٰنِ
-- Akan
dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga,
lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong
diri sendiri.” (Ar-Rahmān [55]:36), ayat ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan
itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi
jurang api yang berkobar-kobar
dengan dahsyat dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan
seluruh peradaban manusia. Betapa jelasnya gambaran tentang azab Ilahi yang diancamkan
itu dalam ayat selanjutnya: فَاِذَا انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ -- maka apabila
langit terbelah dan menjadi merah
bagaikan kulit merah” (Ar
Rahmān [55]:38).
Makna ayat selanjutnya: فَیَوۡمَئِذٍ لَّا
یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ اِنۡسٌ وَّ
لَا جَآنٌّ -- Pada hari
itu tidak akan ditanya dosa ins
(manusia) dan tidak pula jin. (Ar
Rahmān [55]:40). Amal-amal
buruk orang-orang durhaka dari kedua golongan atau kedua Blok golongan Jin dan Ins tersebut akan tertera pada wajah mereka, sehingga mereka tidak akan ditanya lagi mengenai apakah mereka telah melakukan kedurhakaan atau tidak. Sebagaimana tersebut pada tempat lain dalam Al-Quran (QS.41:21), anggota-anggota tubuh orang-orang kafir itu sendiri akan menjadi saksi atas mereka.
Upaya
Duniawi Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) Membawa Mereka Masuk Ke Dalam “Neraka Jahannam” di Dunia dan Di Akhirat
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai
mereka: یُعۡرَفُ الۡمُجۡرِمُوۡنَ بِسِیۡمٰہُمۡ فَیُؤۡخَذُ بِالنَّوَاصِیۡ وَ
الۡاَقۡدَامِ
-- Orang-orang berdosa ciri-ciri
mereka akan dikenal lalu mereka akan
dipegang pada jambul dan kakinya. فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ --
Maka nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? ہٰذِہٖ جَہَنَّمُ الَّتِیۡ یُکَذِّبُ بِہَا الۡمُجۡرِمُوۡنَ -- Inilah Jahannam yang orang-orang
berdosa mendustakannya, (Ar Rahmān [55]:42-44).
Beberapa ayat sebelumnya dan ayat berikut ini:
یَطُوۡفُوۡنَ
بَیۡنَہَا وَ بَیۡنَ حَمِیۡمٍ اٰنٍ -- Mereka akan berkeliling-keliling di antara Jahannam itu dan air
panas mendidih. فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکُمَا تُکَذِّبٰنِ --
Maka nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) kamu berdua yang manakah yang kamu berdua dustakan? (Ar Rahmān [55]:44-46), nampaknya mengisyaratkan
kepada keadaan resah yang akan mencekam umat manusia, bila kedua blok besar tersebut berhadap-hadapan untuk berperang, dan mengisyaratkan kepada kekhawatiran akan terjadi peperangan
nuklir yang laksana pedang algojo dalam keadaan terhunus di atas kepala mereka.
Pengelompokan
negara-negara dan ketegangan-ketegangan internasional dewasa
ini —sebagaimana disyaratkan dalam Surah
Al-Zilzal ayat 7: یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا
اَعۡمَالَہُمۡ -- “Pada hari itu manusia akan keluar dalam
golongan-golongan terpisah, supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal mereka” -- niscaya
akan menjurus kepada suatu bentrokan
senjata, dengan kebiasaan sebagai akibatnya
yang akan tiada tara bandingnya.
Bentrokan
itu sendiri akan benar-benar merupakan suatu neraka, tetapi persiapan-persiapan
untuk bertarung itu sendiri menimbulkan keadaan-keadaan
yang tidak kurang dari siksaan lahir
maupun batin yang abadi dalam satu atau lain bentuk.
Munculnya Berbagai Macam “Perkumpulan”
Manusia di Dunia
Kembali
kepada Surah Al-Zilzal, ketika
ditanyakan mengenai arti ayat یَوۡمَئِذٍ تُحَدِّثُ
اَخۡبَارَہَا -- Pada hari itu bumi menceritakan
beritanya” (Al-Zilzal [99]:5), Nabi
Besar Muhammad saw. diriwayatkan
telah bersabda bahwa tiap-tiap perbuatan yang dilakukan secara diam-diam akan terbuka rahasianya (Tirmidzi).
Kemudian
makna ayat selanjutnya بِاَنَّ رَبَّکَ اَوۡحٰی لَہَا
-- karena sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau telah mewahyukan
kepadanya” (Al-Zilzal [98]:6), yaitu bumi
akan mengeluarkan khazanah-khazanahnya
karena Allah Swt. telah memerintahkannya
atau mewahyukan kepadanya
berbuat demikian, maka kata auhā
berarti ia memerintahkan (Aqrab-ul-Mawarid).
Makna
ayat یَوۡمَئِذٍ یَّصۡدُرُ النَّاسُ اَشۡتَاتًا ۬ۙ لِّیُرَوۡا
اَعۡمَالَہُمۡ -- “Pada hari
itu manusia akan keluar dalam golongan-golongan terpisah supaya kepada
mereka dapat diperlihatkan amal mereka,” (Al-Zilzal [99]:7), bahwa di
Akhir Zaman ini – sebagaimana telah
dijelaskan berkenaan dengan Surah
Ar-Rahmān mengenai golongan jin
dan ins -- sebelumnya untuk memelihara dan menjaga kepentingan
politik, sosial, dan ekonomi mereka, orang-orang akan menggabungkan diri dalam partai-partai, perhimpunan-perhimpunan, dan golongan-golongan
atas dasar politik dan ekonomi; dan serikat-serikat sekerja dalam bentuk koperasi, PT., CV., atau gilda-gilda,
kartel-kartel, dan sindikat-sindikat perkasa akan terwujud.
Semua
sarana “pemersatu” tersebut termasuk ke dalam “berhala-berhala sembahan”
mereka yang tergabung di
dalamnya sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini:
وَ
قَالَ اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا
۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ
نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim,
berkata: “Sesungguhnya kamu telah
mengambil berhala-berhala selain Allah sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia.
Kemudian pada Hari Kiamat sebagian dari kamu akan menolak sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain.
Dan tempat tinggal kamu adalah Api,
dan tidak akan ada bagi kamu seorang
penolong.” (Al-Ankabūt [29]:25-26).
Ungkapan mawaddata bainikum berkenaan dengan penyembahan “berhala”
dapat diartikan:
(1) “Hubungan kemasyarakatan atau
keinginan untuk memperoleh cinta
setiap orang lain adalah landasan cita-cita dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu”.
(2) “Kami telah membuat kepercayaan-kepercayaan dan perbuatan-perbuatan musyrik kamu menjadi
dasar kecintaan kamu antara satu sama lain; yakni, kamu telah membuat ciri kepercayaan-kepercayaan musyrik kamu
menjadi sarana untuk memelihara keutuhan masyarakatmu”.
Makna firman
Allah Swt.: لِّیُرَوۡا اَعۡمَالَہُمۡ -- “supaya kepada mereka dapat diperlihatkan amal
mereka,” (Al-Zilzal [99]:7), bahwa perorangan-perorangan
akan menghimpun sumber-sumber daya mereka
dan usaha-usaha bersama akan
mengambil alih usaha-usaha perorangan
dengan tujuan supaya bobot pengaruh
mereka dapat dirasakan, dan supaya upaya
dan jerih-payah mereka dapat meraih hasil baik.
Hasil “Timbangan Amal Baik dan Buruk” yang pasti Dialami
Para Pelakunya
Kemudian makna ayat َمَنۡ یَّعۡمَلۡ
مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ خَیۡرًا یَّرَہٗ ؕ
-- maka barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasil-nya, وَ مَنۡ یَّعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّۃٍ شَرًّا یَّرَہٗ -- “dan barangsiapa
berbuat keburukan seberat atom sekali pun ia akan melihat hasilnya” (Al-Zilzal [99]:8-9), bahwa tidak
ada perbuatan manusia, baik ataupun buruk, akan terbuang percuma.
Tiap perbuatan yang dilakukan manusia pasti ada
akibatnya.
Makna kedua ayat berkenaan amal perbuatan kedua blok golongan jin dan ins (manusia)
tersebut lebih jauh dijelaskan dalam
Surah Al-Qāri’ah, firman-Nya: فَاَمَّا
مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- Maka adapun orang yang berat timbangan amalnya,
فَہُوَ فِیۡ عِیۡشَۃٍ
رَّاضِیَۃٍ -- maka ia
di dalam kehidupan yang menyenangkan. وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ -- dan adapun orang yang
ringan timbangan amalnya, فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ -- maka ibunya
inangnya adalah Hāwiyah.
وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- Dan apakah
engkau mengeta-hui apa Hāwiyah
itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ -- yaitu
api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah [101]:7-12). Selengkapnya Allah Swt.
berfirman:
بِسۡمِ اللّٰہِ
الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾
اَلۡقَارِعَۃُ ۙ﴿﴾ مَا الۡقَارِعَۃُ
ۚ﴿﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ ؕ﴿﴾ یَوۡمَ یَکُوۡنُ
النَّاسُ کَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِ ۙ﴿﴾ وَ تَکُوۡنُ الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ ؕ﴿﴾ فَاَمَّا
مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَہُوَ
فِیۡ عِیۡشَۃٍ رَّاضِیَۃٍ ؕ﴿﴾ وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ﴿﴾ فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ ؕ﴿﴾ وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ ﴿ؕ﴾ نَارٌ حَامِیَۃٌ ﴿٪﴾
Aku baca
dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. اَلۡقَارِعَۃُ -- Bencana besar! مَا الۡقَارِعَۃُ -- Apakah bencana besar itu? وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ -- Dan
apakah engkau mengetahui apa Bencana Besar itu? یَوۡمَ
یَکُوۡنُ النَّاسُ کَالۡفَرَاشِ
الۡمَبۡثُوۡثِ -- Pada Hari
itu manusia akan menjadi seperti laron-laron bertebaran, وَ تَکُوۡنُ الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ -- dan
gunung-gunung akan menjadi seperti bulu-bulu domba dihambur-hamburkan.
فَاَمَّا مَنۡ
ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- Maka
adapun orang yang berat timbangan amalnya, فَہُوَ
فِیۡ عِیۡشَۃٍ رَّاضِیَۃٍ -- maka
ia di dalam kehidupan yang menyenangkan.
وَ اَمَّا مَنۡ
خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ -- Dan adapun orang yang ringan timbangan amalnya,
فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ -- maka ibunya inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- Dan
apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ -- Yaitu api yang menyala-nyala! (Al-Qāri’ah [101]:1-12).
Nubuatan Dalam Surah
Al-Qāri’ah
Kalau huruf al yang ditambahkan kepada
kata qāri’ah telah mengkhususkan bencana
dan memperhebat gambaran kengeriannya,
maka penambahan huruf mā (apa)
membuatnya lebih dahsyat lagi dan
lebih membinasakan. Itulah makna kata al-qāri’ah dan māl-qāriah (ayat 2-3).
Makna
ayat وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا الۡقَارِعَۃُ -- Dan apakah engkau mengetahui apa Bencana
Besar itu?” bahwa bencana yang
akan terjadi itu akan sangat berbahaya,
sehingga orang mustahil dapat membayangkan
kedahsyatannya, apalagi melukiskannya dengan kata-kata. Lihat pula
QS.69:2-5, di tempat itu ungkapan serupa telah dipergunakan untuk menimbulkan
kesan serupa. Qāri’ah selain merupakan bencana besar, berarti pula azab
Ilahi yang datang secara tiba-tiba.
Karena berada di luar jangkauan manusia untuk membayangkan
betapa dah-syatnya bencana itu, maka
hanya sebagian saja dari akibat-akibatnya
yang mengerikan telah dikemukakan.
Ayat ini dan ayat berikutnya memberikan sekelumit gambaran mengenai kegelisahan dan kesengsaraan yang akan diakibatkannya.
Kejadian yang amat hebat lagi dahsyat itu
akan mencerai-beraikan manusia
bagaikan bulu-domba (wol) yang dihambur-hamburkan dan mereka tidak akan
memperoleh perlindungan di mana pun,
firman-Nya: یَوۡمَ یَکُوۡنُ النَّاسُ
کَالۡفَرَاشِ الۡمَبۡثُوۡثِ -- Pada Hari
itu manusia akan menjadi seperti laron-laron bertebaran, وَ تَکُوۡنُ الۡجِبَالُ کَالۡعِہۡنِ الۡمَنۡفُوۡشِ -- dan gunung-gunung
akan menjadi seperti bulu-bulu domba
dihambur-hamburkan.”
Makna ayat فَاَمَّا
مَنۡ ثَقُلَتۡ مَوَازِیۡنُہٗ -- “maka adapun orang yang berat timbangan amalnya”, bila
dipergunakan dalam hubungan dengan perorangan
kata mawāzin berarti hasil
perbuatannya, tetapi bila dipergunakan dalam hubungan dengan suatu bangsa kata itu bermakna sarana-sarana kebendaan dan sumber-sumber daya.
Menurut istilah peperangan zaman mutakhir ini rupanya istilah “tonase” (ukuran
bobot) merupakan terjemahan tepat dari kata mawāzin (timbangan) itu.
Dalam pengertian terakhir, ayat ini akan berarti bahwa suatu bangsa yang sumber daya materinya besar atau tonase kapal-kapal laut dan pesawat-pesawat
terbangnya berat, akan mengungguli
lawan-lawannya, dan kenyataan itu akan meningkatkan
wibawa dan kekuasaannya dan
sebagai akibatnya menambah keba-hagiaannya.
Ada pun makna ayat-ayat selanjutnya وَ اَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَازِیۡنُہٗ ۙ -- Dan adapun orang yang ringan timbangan amalnya, فَاُمُّہٗ ہَاوِیَۃٌ -- maka ibunya
inangnya adalah Hāwiyah, وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا ہِیَہۡ -- Dan
apakah engkau mengetahui apa Hāwiyah itu? نَارٌ حَامِیَۃٌ -- Yaitu api yang menyala-nyala!” Hubungan orang-orang berdosa yang
“ringan timbangan amalnya” dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah (janin)
tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk manusia
utuh (QS.23:13-15).
“Neraka Jahanam” Sebagai Tempat Merehabilitasi Ruh-ruh yang Cacat
Demikian pulalah keadaan orang-orang berdosa dalam neraka
di akhirat akan
melalui berbagai tingkat siksaan batin,
hingga pada akhirnya ruh mereka
menjadi sama sekali bersih dari noda dosa dan
memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
Jadi, menurut pandangan Islam (Al-Quran) neraka merupakan suatu “panti
asuhan” atau tempat “merehabilitasi” ruh-ruh
manusia yang ketika mengalami kematian keadaannya tidak sempurna akan melakukan
berbagai perbuatan dosa di dalam
kehidupannya di dunia:
(1)
Sebagaimana keadaan bayi yang dilahirkan dalam keadaan prematur maka agar dapat beradaptasi langsung dengan kehidupan
di luar rahim ibunya ia terlebih dulu
harus memerlukan berbagai tindakan
(upaya rehabilitasi) untuk menyelamatkan kehidupannya,
misalnya dimasukkan ke dalam incubator
dan beberapa upaya rehabilitasi bagian-bagian
tubuhnya yang cacat.
Demikian pula halnya dengan keadaan ruh manusia yang ketika mengalami kematian dalam keadaan cacat akibat dosa-dosa yang dilakukannya semasa hidupnya di dunia, sebelum dapat
memasuki alam akhirat yang disebut “kehidupan surgawi”, maka ruh-ruh
yang cacat -- seperti halnya bayi-
bayi yang dilahirkan premature atau dalam keadaan cacat
-- itu pun harus terlebih dulu mengalami
rehabilitasi di alam akhirat
yang disebut neraka jahannam.
(2) Dengan
demikian jelaslah bahwa menurut Allah
Swt. hubungan orang-orang berdosa
dengan neraka akan serupa dengan hubungan bayi dengan rahim ibunya. Seperti halnya mudigah (janin)
tumbuh melalui berbagai tingkat perkembangan di dalam rahim ibu hingga pada akhimya ia lahir dalam bentuk bayi manusia utuh, demikian pulalah
keadaan orang-orang bersalah yang
akan melalui berbagai tingkat siksaan
batin di alam akhirat, hingga pada
akhirnya ruh mereka menjadi
samasekali bersih dari noda dosa dan memperoleh kelahiran baru. Jadi, azab neraka itu dimaksudkan membuat
orang-orang jahat bertobat dari dosa-dosa mereka dan memperbaiki diri mereka sendiri.
Jadi,
menurut pandangan Islam, neraka
merupakan suatu panti asuhan atau tempat rehabilitasi yang tentu saja sangat
tidak menyenangkan atau sangat
menyakitkan bagi yang mengalaminya karena di sana ruh-ruh orang yang direhabilitasi akan merasakan langsung penderitaan
pelaksanaan rehabilitasi tersebut
sampai siap untuk dapat beradaptasi
dengan kehidupan akhirat yang disebut
kehidupan dalam surga.
Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa akan datang
masanya bahwa pintu-pintu dan jendela-jendela
neraka akan bergerak-gerak seperti ditiup
angin bagaikan rumah kosong yang telah
ditinggalkan penghuninya, karena semua penghuni neraka telah masuk ke dalam surga.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 31 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar