Rabu, 18 Maret 2015

Munculnya "HIzbullah" (Golongan Allah) Hakiki di Akhir Zaman Sebagai Hasil "The Big Bang" Ruhani Pengutusan Rasul Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 4

Munculnya Hizbullah (Golongan Allah)  Hakiki   di Akhir Zaman Sebagai Hasil "The Big Bang" (Ledakan Besar) Ruhani Pengutusan Rasul Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai proses “ratqan” (penggumpalan) ruhani  di Akhir Zaman.   Alasan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. --  yang muncul dari kalangan umat Islam tersebut  --    adalah karena proses “penggumpalan” atau  ratqan (QS.21:31) secara berangsur-angsur melanda umat Islam, setelah   masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun) sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi kepentingan  seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111),  firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.   (As-Sajdah [32]:6). Lihat pula QS.17:86-88; QS.25:46-47; QS.81:2-3.
         Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
       Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya.
        Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
          Dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw. – sehubungan  Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 mengenai  wa ākharīni minhum”, diriwayatkan pernah bersabda bahwa jika iman akan terbang ke Bintang Suraya  maka seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).

The Big Bang” (Ledakan Besar)  Ruhani di Akhir Zaman

       Dengan kedatangan  Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.  - dalam awal abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan Islam  atau keadaan   ratqan (menggumpal) yang terjadi di kalangan umat Islam,  telah terhenti dan  proses “pemecahan gumpalan  (QS.21:31) tersebut  melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut mulai terjadi,   berupa   kebangkitan Islam kembali yang mulai berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  – yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5) di Akhir Zaman ini, sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
    Jika sejak masa kejayaan umat Islam yang pertama selama 3 abad  sebagai umat terbaik (QS.2:144; QS.3:111) proses kemunduran -- atau proses “penggumpalan”  (ratqan)  -- terjadi, maka dapat dibayangkan pekatnya keadaan ratqan (penggumpalan) yang terjadi di kalangan agama-agama sebelum Islam, (QS.30:42), sehingga untuk memecahkan “gumpalan” (ratqan)  agar terjadi “the Big Bang” (Ledakan Besar) ruhani di Akhir Zaman ini   -- sehingga kembali tercipta kembali “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49; QS.39:69-71)  -- benar-benar dibutuhkan suatu “energi” yang sangat kuat,  yang harus datang dari hadirat Allah Swt. yakni Rasul Allah,  firman-Nya: 
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?          وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
        Pada hakikatnya mengisyaratkan kepada munculnya “kaum lain” dari kalangan umat Islam di Akhir Zaman  itulah (QS.62:3-4) yang dimaksud dengan makna  ayat فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya”, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ --  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ  --   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).

Munculnya Hizbullah (Jemaat Ilahi) Hakiki di Akhir Zaman

       Nama lain dari “kaum akharin” yang muncul dari  kalangan umat Islam di Akhir Zaman tersebut adalah Hizbullah (Golongan Allah) atau "Jemaat Ilahi", firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿﴾  اِنَّمَا وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ  الزَّکٰوۃَ  وَ ہُمۡ  رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪۵۶﴾
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka Allah segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap  orang-orang beriman  dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا  یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ  -- Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ  یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki  وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ  عَلِیۡمٌ  -- dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui.    Sesungguhnya pelindung ka-mu adalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  --  Dan barangsiapa menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung,  فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ -- maka  sesungguhnya   jamaat Allah pasti menang. (Al-Maidah [5]:55-57).
         Mengsyaratkan kepada Hizbullah (Jemaat Ilahi) itu pulalah penyebutan Hizbullah dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾   لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ  --  Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan me-nang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.  َا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ    --  Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ --    walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka.   اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ    -- Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri,  وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا  -- dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.   رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ --  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya.  اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ  -- Itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah  itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadilah [58]:21-23).
   Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran yang diajarkan para Rasul Allah senantiasa menang terhadap kepalsuan walau pun pendukungnya merupakan golongan mayoritas.  Itulah makna ayat    کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ  -- “Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku apasti akan me-nang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.”
  Makna ayat selanjutnya, bahwa sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman  dengan  orang-orang kafir. Sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain, dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka orang-orang beriman  diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.
  Ikatan agama  harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim atau yang senantiasa aktif memusuhi orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya djanjikan.

Proses Berkesinambungan Pembuatan Batu Permata dan Batu Mulia (Batu Akik)

       Kembali kepada proses  pemecahan ratqan (gumpalan)  pada proses awal penciptaan alam semesta (QS.21:31), Sunnatullah tersebut berlaku juga  dalam dunia pertambangan, misalnya   pertambangan baru permata dan batu mulia lainnya seperti batu akik yang saat ini sedang  merebak atau “booming” di  berbagai wilayah di NKRI, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?          وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
         Proses pertama yang dilakukan oleh para pembuat perhiasan dari  hasil tambang tersebut  adalah memecahkan  gumpalan batu permata atau batu mulia tersebut sesuai dengan  besar perhiasan  yang diinginkan oleh konsumen atau pun pemakai batu permata atau batu akik tersebut.
        Selanjutnya dilakukan  proses pembentukan  serta    beberapa tingkat proses penghalusan dan cutting  sampai akhirnya menjadi batu permata atau batu akik  yang siap untuk dipasang pada  pengikatnya, baik berupa cincin, liontin mau pun gelang serta  berbagai jenis aksesoris lainnya,  yang memiliki nila jual yang sangat tinggi karena memiliki nilai seni serta kualitas  batu yang sangat baik, termasuk kadar kekerasannya.
       Demikian pula halnya fungsi ujian keimanan  di jalan Allah Swt.  dan hubungannya dengan pembentukan dan penyempurnaan akhlak dan ruhani manusia. Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَنۡ کَانَ یَرۡجُوۡا لِقَآءَ اللّٰہِ  فَاِنَّ  اَجَلَ اللّٰہِ  لَاٰتٍ ؕ وَ ہُوَ  السَّمِیۡعُ  الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾  وَ مَنۡ جَاہَدَ فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ لِنَفۡسِہٖ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  لَغَنِیٌّ  عَنِ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَحۡسَنَ  الَّذِیۡ  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Barangsiapa mengharapkan  pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang ditetapkan Allah pasti tiba, dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.  وَ مَنۡ جَاہَدَ فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ لِنَفۡسِہٖ  --   Barangsiapa telah berjihad  maka sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri, اِنَّ  اللّٰہَ  لَغَنِیٌّ  عَنِ  الۡعٰلَمِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari yakni tidak memerlukan seluruh  alam.   وَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَحۡسَنَ  الَّذِیۡ  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ  --  Dan orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, niscaya akan Kami jauhkan dari mereka keburukan-keburukan mereka, dan pasti akan Kami berikan pahala kepada mereka yang lebih baik dari yang mereka kerjakan. (Al-Ankabūt [29]:6-8). 
     Yarju (harapan-harapan) berasal dari kata raja yakni  ia berharap memperoleh barang itu atau ia khawatir akan itu. Dalam pengertian khawatir kata itu dipergunakan pada peristiwa-peristiwa bila barang-barang yang diharapkan itu mungkin dapat memberi kepuasan (Al-Mufradat).

Jihad yang Hakiki di Jalan Allah

       Ayat  وَ مَنۡ جَاہَدَ فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ لِنَفۡسِہٖ  --   barangsiapa telah berjihad  maka sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya sendiri, اِنَّ  اللّٰہَ  لَغَنِیٌّ  عَنِ  الۡعٰلَمِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari yakni tidak memerlukan seluruh  alam”,   ayat ini memberikan gambaran singkat tetapi tepat mengenai seseorang mujahid — seorang pejuang sejati di jalan Allah.  Firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَاہَدُوۡا فِیۡنَا لَنَہۡدِیَنَّہُمۡ سُبُلَنَا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ  لَمَعَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang berjuang  untuk Kami niscaya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka pada jalan-jalan Kami, dan se-sungguhnya Allah beserta orang-orang yang berbuat ihsan.  (Al-Ankabūt [29]:1-5).
       Jihad sebagaimana diperintahkan oleh Islam, tidak berarti harus membunuh atau menjadi kurban pembunuhan, melainkan harus berjuang keras guna memperoleh keridhaan Ilahi, sebab kata fīnā berarti “untuk menjumpai Kami,” firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ  اِنَّکَ کَادِحٌ  اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا  فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾
Hai insan  (manusia), sesungguhnya engkau bekerja keras dengan sungguh-sungguh menuju Rabb (Tuhan) engkau, maka  engkau akan bertemu dengan-Nya. (Al-Insyiqaq [85]:7).
        Cita-cita yang tinggi serta mulia, dan usaha yang gigih dan dawam dalam pengamalannya, itulah yang dalam istilah Islam disebut jihad; dan barangsiapa memiliki cita-cita semulia itu dan hidup sesuai dengan cita-cita itu ia adalah seorang muhajid dalam arti kata yang sebenarnya, dan hasilnya dari “jihad” yang dilakukan tersebut selanjutnya digambarkan:   وَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَحۡسَنَ  الَّذِیۡ  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ  --  Dan orang-orang  yang beriman dan beramal saleh, niscaya akan Kami jauhkan dari mereka keburukan-keburukan mereka, dan pasti akan Kami berikan pahala kepada mereka yang lebih baik dari yang mereka kerjakan.”  (Al-Ankabūt [29]:8). 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19  Maret      2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar