بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 4
Munculnya Hizbullah
(Golongan Allah) Hakiki di Akhir Zaman Sebagai Hasil "The Big Bang" (Ledakan Besar) Ruhani Pengutusan Rasul Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai proses “ratqan” (penggumpalan) ruhani di Akhir Zaman. Alasan pengutusan
kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. -- yang
muncul dari kalangan umat Islam
tersebut -- adalah karena proses “penggumpalan” atau ratqan (QS.21:31) secara berangsur-angsur melanda umat Islam, setelah masa kejayaan
yang pertama selama 3 abad (300
tahun) sebagai umat terbaik yang
diciptakan bagi kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144;
QS.3:111), firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu
hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6). Lihat
pula QS.17:86-88; QS.25:46-47; QS.81:2-3.
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan
yang mantap selama 3 abad pertama
kehidupannya.
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya,
kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi
& Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur
sesudah 3 abad pertama masa keunggulan
dan kemenangan yang tiada
henti-hentinya.
Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000
tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu
akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
Dalam hadits lain Nabi Besar
Muhammad saw. – sehubungan Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 mengenai “wa
ākharīni minhum”, diriwayatkan pernah bersabda bahwa jika iman akan terbang ke
Bintang Suraya maka seseorang dari
keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
“The Big Bang” (Ledakan
Besar) Ruhani di Akhir Zaman
Dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni
Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad a.s. - dalam awal abad
ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan
Islam atau keadaan ratqan
(menggumpal) yang terjadi di kalangan umat
Islam, telah terhenti dan proses “pemecahan gumpalan” (QS.21:31) tersebut melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut mulai terjadi, berupa kebangkitan Islam kembali yang mulai
berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat
ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih
Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.43:58) – yang pada
hakikatnya merupakan pengutusan kedua
kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5) di Akhir Zaman ini, sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan
Islam di atas semua agama akan
menjadi kepastian.
Jika sejak masa kejayaan umat Islam yang pertama selama 3
abad sebagai umat terbaik (QS.2:144; QS.3:111) proses kemunduran -- atau proses “penggumpalan” (ratqan)
-- terjadi, maka dapat dibayangkan pekatnya
keadaan ratqan (penggumpalan) yang
terjadi di kalangan agama-agama
sebelum Islam, (QS.30:42), sehingga
untuk memecahkan “gumpalan” (ratqan)
agar terjadi “the Big Bang”
(Ledakan Besar) ruhani di Akhir Zaman ini -- sehingga kembali tercipta kembali “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49; QS.39:69-71)
-- benar-benar dibutuhkan suatu “energi”
yang sangat kuat, yang harus datang dari hadirat Allah Swt. yakni Rasul Allah, firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu
suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami pisahkan keduanya? وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Pada hakikatnya mengisyaratkan kepada
munculnya “kaum lain” dari kalangan umat Islam di Akhir Zaman itulah
(QS.62:3-4) yang dimaksud dengan makna
ayat فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami
pisahkan keduanya”, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ -- walaupun sebelumnya
mereka berada dalam kesesatan yang
nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- dan juga akan
membangkitkan-nya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --
Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia
kehendaki. Dan Allah mempunyai
karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
Munculnya Hizbullah
(Jemaat Ilahi) Hakiki di Akhir Zaman
Nama lain dari “kaum akharin” yang muncul dari
kalangan umat Islam di Akhir Zaman tersebut adalah Hizbullah (Golongan Allah) atau "Jemaat Ilahi",
firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَنۡ یَّرۡتَدَّ مِنۡکُمۡ عَنۡ دِیۡنِہٖ فَسَوۡفَ یَاۡتِی
اللّٰہُ بِقَوۡمٍ یُّحِبُّہُمۡ وَ یُحِبُّوۡنَہٗۤ ۙ اَذِلَّۃٍ عَلَی
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اَعِزَّۃٍ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ۫ یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ لَوۡمَۃَ
لَآئِمٍ ؕ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ ﴿﴾ اِنَّمَا
وَلِیُّکُمُ اللّٰہُ وَ رَسُوۡلُہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا الَّذِیۡنَ
یُقِیۡمُوۡنَ الصَّلٰوۃَ وَ یُؤۡتُوۡنَ
الزَّکٰوۃَ وَ ہُمۡ رٰکِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿٪۵۶﴾
Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di
antara kamu murtad dari agamanya maka Allah
segera akan mendatangkan suatu kaum, Dia
akan mencintai mereka dan mereka pun
akan mencintai-Nya, mereka akan
bersikap lemah-lembut terhadap
orang-orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. یُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ لَا یَخَافُوۡنَ
لَوۡمَۃَ لَآئِمٍ -- Mereka
akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ
مَنۡ یَّشَآءُ -- Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ
عَلِیۡمٌ -- dan
Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya pelindung ka-mu adalah Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang beriman yang
senantiasa mendirikan shalat dan
membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. وَ مَنۡ یَّتَوَلَّ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا -- Dan barangsiapa
menjadikan Allah, Rasul-Nya dan mereka yang beriman sebagai pelindung, فَاِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ
الۡغٰلِبُوۡنَ -- maka
sesungguhnya jamaat
Allah pasti menang. (Al-Maidah
[5]:55-57).
Mengsyaratkan kepada Hizbullah (Jemaat Ilahi) itu pulalah penyebutan Hizbullah dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ
مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
akan me-nang.” Sesungguhnya Allah
Maha Kuat, Maha Perkasa. َا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ
بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ
یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ -- Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ -- walau pun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ
اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ -- Mereka
itulah orang-orang yang di dalam hati
mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, وَ یُدۡخِلُہُمۡ
جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا
-- dan Dia akan memasukkan mereka
ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Mereka kekal di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ -- Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ
اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ
ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Itulah golongan Allah. Ketahuilah,
sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang
yang berhasil. (Al-Mujadilah [58]:21-23).
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran yang diajarkan para Rasul Allah senantiasa menang terhadap kepalsuan walau pun pendukungnya
merupakan golongan mayoritas. Itulah makna ayat کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- “Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku apasti
akan me-nang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa.”
Makna ayat selanjutnya,
bahwa sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan
cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman
dengan orang-orang kafir. Sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan
itu bertentangan satu sama lain, dan
karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka orang-orang
beriman diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.
Ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat
sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan
umum. Tetapi secara khusus seruan
itu tertuju kepada orang-orang kafir yang
ada dalam berperang dengan kaum Muslim atau yang senantiasa aktif memusuhi orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya djanjikan.
Proses Berkesinambungan Pembuatan Batu Permata dan Batu Mulia
(Batu Akik)
Kembali kepada proses pemecahan ratqan
(gumpalan) pada proses awal penciptaan alam semesta (QS.21:31), Sunnatullah tersebut berlaku juga dalam dunia pertambangan, misalnya
pertambangan baru permata dan batu mulia lainnya seperti batu
akik yang saat ini sedang merebak atau “booming” di berbagai wilayah
di NKRI, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu
suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami pisahkan keduanya? وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Proses pertama yang dilakukan oleh
para pembuat perhiasan dari hasil
tambang tersebut adalah memecahkan gumpalan batu
permata atau batu mulia tersebut
sesuai dengan besar perhiasan yang diinginkan
oleh konsumen atau pun pemakai batu permata atau batu akik tersebut.
Selanjutnya
dilakukan proses pembentukan serta beberapa tingkat proses penghalusan dan cutting sampai akhirnya menjadi batu permata atau batu akik yang siap untuk dipasang pada pengikatnya, baik berupa cincin, liontin mau pun gelang serta
berbagai jenis aksesoris
lainnya, yang memiliki nila jual yang sangat tinggi karena memiliki nilai seni serta kualitas batu yang sangat
baik, termasuk kadar kekerasannya.
Demikian pula halnya fungsi ujian keimanan di jalan Allah Swt. dan hubungannya dengan pembentukan dan penyempurnaan
akhlak dan ruhani manusia.
Mengenai hal tersebut selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَنۡ کَانَ
یَرۡجُوۡا لِقَآءَ اللّٰہِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰہِ لَاٰتٍ ؕ وَ ہُوَ السَّمِیۡعُ
الۡعَلِیۡمُ ﴿﴾ وَ مَنۡ جَاہَدَ
فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ لِنَفۡسِہٖ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ لَغَنِیٌّ عَنِ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَحۡسَنَ الَّذِیۡ
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Barangsiapa mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang ditetapkan Allah
pasti tiba, dan Dia Maha Mendengar,
Maha Mengetahui. وَ مَنۡ جَاہَدَ فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ
لِنَفۡسِہٖ
-- Barangsiapa telah berjihad maka
sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya
sendiri, اِنَّ اللّٰہَ لَغَنِیٌّ
عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari yakni
tidak memerlukan seluruh alam. وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ اَحۡسَنَ الَّذِیۡ
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ -- Dan orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, niscaya akan Kami jauhkan dari mereka keburukan-keburukan
mereka, dan pasti akan Kami berikan
pahala kepada mereka yang lebih baik
dari yang mereka kerjakan. (Al-Ankabūt
[29]:6-8).
Yarju
(harapan-harapan) berasal dari kata raja yakni ia
berharap memperoleh barang itu atau ia
khawatir akan itu. Dalam pengertian khawatir
kata itu dipergunakan pada peristiwa-peristiwa bila barang-barang yang diharapkan
itu mungkin dapat memberi kepuasan (Al-Mufradat).
Jihad yang Hakiki di Jalan Allah
Ayat وَ مَنۡ جَاہَدَ فَاِنَّمَا یُجَاہِدُ
لِنَفۡسِہٖ
-- barangsiapa telah berjihad maka
sesungguhnya ia berjihad untuk dirinya
sendiri, اِنَّ اللّٰہَ لَغَنِیٌّ
عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ -- sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya dari yakni
tidak memerlukan seluruh alam”, ayat
ini memberikan gambaran singkat
tetapi tepat mengenai seseorang mujahid
— seorang pejuang sejati di jalan Allah. Firman-Nya:
وَ الَّذِیۡنَ جَاہَدُوۡا فِیۡنَا
لَنَہۡدِیَنَّہُمۡ سُبُلَنَا ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ
لَمَعَ الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang yang berjuang untuk Kami niscaya Kami akan memberi petunjuk kepada mereka
pada jalan-jalan Kami, dan se-sungguhnya
Allah beserta orang-orang yang berbuat ihsan. (Al-Ankabūt [29]:1-5).
Jihad sebagaimana diperintahkan oleh Islam, tidak berarti harus membunuh atau menjadi kurban pembunuhan, melainkan harus berjuang keras guna memperoleh keridhaan Ilahi, sebab kata fīnā berarti
“untuk menjumpai Kami,” firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الۡاِنۡسَانُ اِنَّکَ
کَادِحٌ اِلٰی رَبِّکَ کَدۡحًا فَمُلٰقِیۡہِ ۚ﴿﴾
Hai insan (manusia),
sesungguhnya engkau bekerja keras dengan
sungguh-sungguh menuju Rabb (Tuhan) engkau, maka engkau
akan bertemu dengan-Nya. (Al-Insyiqaq [85]:7).
Cita-cita
yang tinggi serta mulia, dan usaha yang
gigih dan dawam dalam pengamalannya,
itulah yang dalam istilah Islam
disebut jihad; dan barangsiapa memiliki cita-cita semulia itu dan hidup
sesuai dengan cita-cita itu ia
adalah seorang muhajid dalam arti kata yang sebenarnya, dan hasilnya
dari “jihad” yang dilakukan tersebut
selanjutnya digambarkan: وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا
الصّٰلِحٰتِ لَنُکَفِّرَنَّ عَنۡہُمۡ سَیِّاٰتِہِمۡ وَ لَنَجۡزِیَنَّہُمۡ
اَحۡسَنَ الَّذِیۡ کَانُوۡا
یَعۡمَلُوۡنَ -- Dan
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, niscaya akan Kami jauhkan dari mereka
keburukan-keburukan mereka, dan pasti
akan Kami berikan pahala kepada mereka yang lebih baik dari yang mereka
kerjakan.” (Al-Ankabūt [29]:8).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar