Selasa, 17 Maret 2015

Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. Merupakan "The Big Bang" (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani di Masa Awal Islam dan di Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 3

Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. Merupakan “The Big Bang” (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani  di Masa Awal Islam dan di Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai Nabi Besar Muhammad saw. yang merupakan  Rasul Allah pembawa syariat yang terakhir dan tersempurna (QS.5:4), sehingga  dalam diri beliau saw. terhimpun semua kelebihan dari para Rasul Allah   baik dalam kuantitas maupun kualitasnya yang paling   sempurna (QS.2:254), itulah sebabnya  Allah Swt., memberi gelar Khātaman Nabiyyīn kepada beliau saw., firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ ؕ وَ  کَانَ اللّٰہُ  بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah  وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ  -- dan meterai sekalian nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.  (Al-Ahzab [33]:41).
       Firman Allah Swt. menceritakan “bapak-keruhanian” Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab saja (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), karena itu nikmat-nikmat ruhani yang  disediakan Allah Swt. bagi para pengikut hakiki beliau saw.  pun tidak terbatas hanya bagi bangsa Arab saja (QS.3:32; QS.4:70-71;QS.33:22;  QS.61:10; QS.63:3-5), firman-Nya:
تِلۡکَ الرُّسُلُ  فَضَّلۡنَا بَعۡضَہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ ۘ مِنۡہُمۡ مَّنۡ کَلَّمَ اللّٰہُ وَ رَفَعَ بَعۡضَہُمۡ  دَرَجٰتٍ ؕ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی  ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا اقۡتَتَلَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ وَ لٰکِنِ اخۡتَلَفُوۡا فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اٰمَنَ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  کَفَرَ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  مَا اقۡتَتَلُوۡا ۟ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَفۡعَلُ  مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾٪
Itulah rasul-rasul yang telah Kami lebihkan sebagian dari mereka di atas yang lain, di antara mereka ada yang Allah bercakap-cakap dengannya, dan  Dia meninggikan sebagian dari mereka dalam derajat, dan  Kami memberi Isa ibnu Maryam bukti-bukti yang nyata dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Dan seandainya  Allah menghendaki,  orang-orang yang sesudah mereka sekali-kali tidak akan saling memerangi setelah bukti-bukti yang nyata datang kepada mereka,  akan tetapi mereka tetap berselisih, maka  di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Dan seandainya Allsh menghendaki mereka tidak akan saling memerangi, tetapi Allah mela-kukan apa yang Dia inginkan.(Al-Baqarah [2]:254).

Pemecahan “Gumpalan Kejahiliyah  Melalui Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw.

        Berikut gambaran keadaan ratqan (menggumpal) yang terjadi  di kalangan umat manusia – termasuk umat beragama – menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. sebagai sarana “pemecah gumpalan” yang dijanjikan Allah Swt. (QS.3:180; QS.72:27-29; QS.2:128-130;  QS.62:3-5):
Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
       Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu  Nabi Besar Muhammad saw.   --    Guru umat manusia terbesar -- muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan  -- teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan --  menampakkan diri telah menjadi mapan.
        Kata-kata “daratan dan lautan” dalam ayat  ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ    -- “Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia” (QS.30:42) dapat diartikan:
       (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi;
       (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia  saat itu telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
 Itulah keadaan ratqan (mengumpal) yang dikemukakan dalam QS.21:31 sebelum ini  mengenai keadaan awal alam semesta dalam dunia keruhanian yang “dipecahkan” oleh Nabi Besar Muhammad saw., sehingga tercipta tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53; QS.39:69-71),  firman-Nya: 
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?  ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).

Pemisahan “Yang Baik” dari “ Yang Buruk” Melalui “Ujian Keimanan

         Kembali   kepada  Surah Al-Ankabūt, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai fungsi terjadinya “Ledakan Besar”  di alam ruhani dan ujian keimanan melalui pengutusan Rasul Allah:
 
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  الٓـمّٓ ۚ﴿﴾  اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ  ﴿﴾  اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓ  --   Aku, Allah Yang Maha Mengetahui.   اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ --   Apakah manusia menyangka  bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan  mereka tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ    --  Dan  sungguh Kami benar-benar telah menguji orang-orang se-belum mereka, maka pasti Allah   mengetahui  orang-orang yang berkata benar dan pasti Dia  mengetahui orang-orang yang dusta. اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  --  Ataukah orang-orang yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk  apa yang mereka putuskan!   (Al-Ankabūt [29]:1-5).
    Sehubungan dengan ayat   وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِم    --  Dan  sungguh Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka,  فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ   -- maka pasti Allah   mengetahui  orang-orang yang berkata benar dan pasti Dia  mengetahui orang-orang yang dusta,” bahwa  ‘ilm (ilmu) ada dua macam:
 (a) Ilmu berupa pengetahuan mengenai sesuatu sebelum sesuatu itu mengambil wujud. Ilmu semacam itu tidak dimaksudkan di sini, sebab Allah Swt. adalah yang paling mengetahui segala yang nampak maupun yang gaib (QS.59:23).
(b) Ilmu berupa pengetahuan mengenai peristiwa yang benar-benar terjadi. Ilmu semacam itulah yang dimaksud di sini.
  Ayat ini berarti bahwa makrifat Ilahi yang sederhana dan bertaraf rendah akan mengambil bentuk ilmu lahiriah (yang nyata). Atau ayat itu mengandung arti  bahwa Allah Swt. akan memisahkan orang-orang pendusta-pendusta dari orang-orang jujur, sebagaimana kata ‘ilm memiliki juga pengertian membedakan antara dua benda, terutama bila kata itu disusul oleh kata perangkai min (dari). Lihat juga QS.2:144 dan QS.3:141.
   Berdasarkan  firman-Nya tersebut orang-orang yang beriman ditakdirkan untuk melalui kesulitan-kesulitan besar dan serba berkekurangan, dan keimanan mereka mendapat ujian yang berat; dan sesudah mereka keluar dari percobaan-percobaan itu dengan berhasil, barulah kenyataan akan menjadi terbukti, bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah yang sejati dan tulus-ikhlas. Dengan jalan ujian-ujian keimanan inilah mereka dipisahkan dari orang-orang munafik, yakni palsu dalam pengakuan iman mereka.

The Bing Bang” (Ledakan Besar) di Akhir Zaman

     Proses pemecahan “gumpalan” (ratqan)  dalam dunia ruhani  melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut terjadi dua kali, pertama di masa awal  sebagai misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11) dan yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10; QS.62:3-5) melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  -- yakni Rasul Akhir Zaman  yang ditunggu-tunggu kedatangannya  oleh semua umat beragama dengan nama (sebutan) yang berlainan (QS.77:12).
   Berikut adalah  firman-Nya mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di masa awal dan di masa akhir (Akhir Zaman) tersebut:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ --  walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ  --   Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
       Dalam firman  Allah Swt.  berikut ini dua kali kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut diisyaratkan dalam dua macam perumpamaan dalam Taurat dan dalam Injil, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu adalah Rasul Allah,  وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ  -- dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang ka-fir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ --  engkau melihat mereka rukuk serta sujud   mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ  -- ciri-ciri pe-ngenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ  -- Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,   ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ --  dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ --  supaya Dia membangkit-kan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu.  وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا  -- Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:30).

Pengutusan Misal Nabi Musa s.s. dan Misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. di Kalangan Bani Isma’il (Umat Islam)

         Keadaan umat Islam di zaman awal yang diumpamakan dalam dalam Taurat tersebut adalah mengisyatkan kepada persamaan  posisi   Nabi Besar Muhammad Saw.  dengan  Nabi Musa a.s. yakni   sebagai misal Nabi Musa a.s., firman-Nya:
قُلۡ  اَرَءَیۡتُمۡ  اِنۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ وَ کَفَرۡتُمۡ  بِہٖ وَ شَہِدَ شَاہِدٌ مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ  عَلٰی مِثۡلِہٖ  فَاٰمَنَ وَ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Al-Quran ini dari Allah dan kamu tidak percaya kepadanya dan   seorang saksi dari antara Bani Israil  memberi kesaksian terhadap kedatangan seseorang semisalnya  lalu ia beriman tetapi kamu berlaku sombong?" Sesungguhnya Allāh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Ahqaf [46]:11).
  Saksi dari antara Bani Israil adalah Nabi Musa a.s..  Kepada nubuatan beliau berkenaan dengan kedatangan  Nabi Besar Muhammad saw.  itulah yang telah diisyaratkan dalam ayat ini. Adapun nubuatan itu berbunyi sebagai berikut: "Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang nabi dari antara segala saudaranya yang seperti engkau, dan Aku akan memberikan segala firman-Ku dalam mulutnya dan ia pun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firman-Ku yang akan dikatakan olehnya dengan nama-Ku niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu (Ulangan 18:18-19).
  Ayat 11 yang didukung oleh Ulangan 18:18 tersebut menunjuk kepada kedatangan seorang nabi Allah dari antara Bani Isma’il. Ayat yang sekarang ini menunjuk ke tanah Arab sebagai tempat turunnya nabi Allah  yang akan mempunyai persamaan dengan Nabi Musa a.s. itu dan juga kepada Kitab (Al-Quran) yang akan menggenapi nubuatan-nubuatan yang terkandung di dalam Kitab Musa (Taurat) dan juga akan diunggulinya.
   Nubuatan yang bersangkutan adalah sebagai berikut: "Bahwa inilah firman akan hal negeri Arab: Di dalam gurun Arab kamu akan bermalam, hai kafilah orang Dedan. Datanglah mendapatkan orang yang berdahaga sambil membawa air, hai orang isi negeri Tema! Dan unjuklah roti kepada orang-orang yang lari itu" (Yesaya 21:13-15).
     Sedangkan perumpamaan umat Islam yang dikemukakan dalam Injil mengisyaratkan kepada pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman dalam wujud Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ  مَثَلًا  اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ  یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila   Ibnu Maryam dikemukakan  sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan  penentangan   terhadapnya (Az-Zukhruf [43]:58).

Proses “Ratqan” (Penggumpalan) Ruhani  di Akhir Zaman

        Alasan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. --  yang muncul dari kalangan umat Islam tersebut  --    adalah karena proses “penggumpalan” atau  ratqan (QS.21:31) secara berangsur-angsur melanda umat Islam, setelah   masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun) sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi kepentingan  seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111),  firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.   (As-Sajdah [32]:6). Lihat pula QS.17:86-88; QS.25:46-47; QS.81:2-3.
         Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya.
      Nabi Besar Muhammad saw.  diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan kemenangan yang tiada henti-hentinya.
        Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
         Dalam hadits lain Nabi Besar Muhammad saw. – sehubungan  Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 mengenai  wa ākharīni minhum”, diriwayatkan pernah bersabda bahwa jika iman akan terbang ke Bintang Suraya  maka seseorang dari keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
         Dengan kedatangan  Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.  - dalam abad ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan Islam  atau keadaan   ratqan (menggumpal) yang terjadi di kalangan umat Islam,  telah terhenti dan  proses “pemecahan gumpalan (QS.21:31) tersebut  melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut mulai terjadi,   berupa   kebangkitan Islam kembali yang mulai berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak me-nyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
     Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  – yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5) di Akhir Zaman ini, sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
    Jika sejak masa kejayaan umat Islam yang pertama selama 3 abad  sebagai umat terbaik (QS.2:144; QS.3:111) proses kemunduran -- atau proses “penggumpalan”  (ratqan)  -- terjadi, maka dapat dibayangkan pekatnya keadaan ratqan (penggumpalan) yang terjadi di kalangan agama-agama sebelum Islam, (QS.30:42), sehingga untuk memecahkan “gumpalan” (ratqan)  agar terjadi “the Big Bang” (Ledakan Besar) ruhani di Akhir Zaman ini   -- sehingga kembali tercipta kembali “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49; QS.39:69-71)  -- benar-benar dibutuhkan suatu “energi” yang sangat kuat, firman-Nya: 
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?          وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 18  Maret      2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar