بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 3
Dua Kali Pengutusan Nabi Besar Muhammad Saw. Merupakan “The
Big Bang” (Ledakan Besar) Alam
Semesta Ruhani di Masa Awal Islam dan di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai Nabi Besar Muhammad saw. yang
merupakan Rasul Allah pembawa syariat
yang terakhir dan tersempurna
(QS.5:4), sehingga dalam diri beliau
saw. terhimpun semua kelebihan dari para Rasul Allah baik dalam kuantitas
maupun kualitasnya yang paling sempurna
(QS.2:254), itulah sebabnya Allah Swt.,
memberi gelar Khātaman Nabiyyīn
kepada beliau saw., firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ اَحَدٍ
مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ
بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah
seorang laki-laki di antara laki-laki
kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah وَ خَاتَمَ النَّبِیّٖنَ -- dan
meterai sekalian nabi, dan
Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (Al-Ahzab [33]:41).
Firman Allah Swt. menceritakan “bapak-keruhanian” Nabi Besar Muhammad
saw. sebagai Rasul Allah untuk
seluruh umat manusia, bukan hanya
untuk bangsa Arab saja (QS.7:159;
QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), karena itu nikmat-nikmat
ruhani yang disediakan Allah Swt.
bagi para pengikut hakiki beliau
saw. pun tidak terbatas hanya bagi bangsa Arab saja (QS.3:32;
QS.4:70-71;QS.33:22; QS.61:10;
QS.63:3-5), firman-Nya:
تِلۡکَ
الرُّسُلُ فَضَّلۡنَا بَعۡضَہُمۡ عَلٰی
بَعۡضٍ ۘ مِنۡہُمۡ مَّنۡ کَلَّمَ اللّٰہُ وَ رَفَعَ بَعۡضَہُمۡ دَرَجٰتٍ ؕ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ
بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا اقۡتَتَلَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ وَ لٰکِنِ اخۡتَلَفُوۡا
فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اٰمَنَ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
کَفَرَ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ
مَا اقۡتَتَلُوۡا ۟ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَفۡعَلُ مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾٪
Itulah rasul-rasul yang telah Kami lebihkan
sebagian dari mereka di atas yang lain, di antara mereka ada
yang Allah bercakap-cakap dengannya,
dan Dia meninggikan sebagian dari mereka
dalam derajat, dan Kami
memberi Isa ibnu Maryam bukti-bukti yang nyata dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Dan seandainya Allah menghendaki, orang-orang yang sesudah mereka sekali-kali tidak akan saling memerangi setelah bukti-bukti yang nyata datang kepada mereka, akan tetapi mereka tetap berselisih, maka di
antara mereka ada yang beriman dan ada
pula yang kafir. Dan seandainya Allsh menghendaki mereka tidak
akan saling memerangi, tetapi Allah
mela-kukan apa yang Dia inginkan.(Al-Baqarah [2]:254).
Pemecahan “Gumpalan Kejahiliyah” Melalui Dua Kali Pengutusan Nabi Besar
Muhammad Saw.
Berikut gambaran keadaan ratqan (menggumpal) yang terjadi di kalangan umat manusia – termasuk umat
beragama – menjelang diutusnya Nabi
Besar Muhammad saw. sebagai sarana
“pemecah gumpalan” yang dijanjikan Allah Swt. (QS.3:180;
QS.72:27-29; QS.2:128-130; QS.62:3-5):
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan
agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya
semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia
sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci
yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah
padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang
kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun
lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban
laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya
telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan,
sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan
pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu Nabi Besar Muhammad saw. -- Guru
umat manusia terbesar -- muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan
terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab syariat
yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan
keburukan -- teristimewa yang
dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
Kata-kata “daratan dan lautan”
dalam ayat ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
-- “Kerusakan telah meluas di daratan dan di
lautan disebabkan per-buatan tangan manusia”
(QS.30:42) dapat diartikan:
(a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman
manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya
serta peradabannya didasari oleh wahyu
Ilahi;
(b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup
di pulau-pulau. Ayat ini berarti,
bahwa semua bangsa di dunia saat itu telah menjadi rusak sampai kepada intinya,
baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
Itulah keadaan ratqan (mengumpal) yang dikemukakan dalam QS.21:31 sebelum ini mengenai keadaan
awal alam semesta dalam dunia
keruhanian yang “dipecahkan” oleh Nabi Besar Muhammad saw., sehingga
tercipta tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53;
QS.39:69-71), firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan
bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami
pisahkan keduanya? ؕ وَ
جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ
حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
اَفَلَا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Pemisahan “Yang Baik” dari “ Yang Buruk”
Melalui “Ujian Keimanan”
Kembali kepada Surah Al-Ankabūt, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai fungsi terjadinya “Ledakan Besar” di alam ruhani dan ujian keimanan melalui pengutusan Rasul Allah:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ اَحَسِبَ
النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ فَتَنَّا
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ الۡکٰذِبِیۡنَ
﴿﴾ اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ
یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ
یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا
یَحۡکُمُوۡنَ
﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. الٓـمّٓ -- Aku, Allah Yang Maha Mengetahui. اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ
ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ
-- Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan mereka
tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ
لَیَعۡلَمَنَّ الۡکٰذِبِیۡنَ -- Dan
sungguh Kami benar-benar telah
menguji orang-orang se-belum mereka, maka pasti Allah mengetahui orang-orang yang berkata benar dan pasti
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
اَمۡ حَسِبَ
الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ
یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا
یَحۡکُمُوۡنَ -- Ataukah orang-orang
yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka
akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk apa yang mereka putuskan! (Al-Ankabūt
[29]:1-5).
Sehubungan
dengan ayat وَ لَقَدۡ فَتَنَّا
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِم -- Dan
sungguh Kami benar-benar telah
menguji orang-orang sebelum mereka, فَلَیَعۡلَمَنَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ
لَیَعۡلَمَنَّ الۡکٰذِبِیۡنَ -- maka
pasti Allah mengetahui orang-orang yang berkata benar dan pasti
Dia mengetahui orang-orang yang dusta,”
bahwa ‘ilm (ilmu) ada dua macam:
(a) Ilmu
berupa pengetahuan mengenai sesuatu sebelum sesuatu itu mengambil wujud. Ilmu semacam itu tidak dimaksudkan di
sini, sebab Allah Swt. adalah yang paling
mengetahui segala yang nampak
maupun yang gaib (QS.59:23).
(b) Ilmu berupa pengetahuan mengenai peristiwa
yang benar-benar terjadi. Ilmu semacam itulah yang dimaksud di
sini.
Ayat ini berarti bahwa makrifat Ilahi yang sederhana dan bertaraf rendah akan mengambil
bentuk ilmu lahiriah (yang nyata).
Atau ayat itu mengandung arti bahwa Allah
Swt. akan memisahkan orang-orang pendusta-pendusta dari orang-orang jujur, sebagaimana kata ‘ilm
memiliki juga pengertian membedakan
antara dua benda, terutama bila kata
itu disusul oleh kata perangkai min (dari). Lihat juga QS.2:144 dan
QS.3:141.
Berdasarkan
firman-Nya tersebut orang-orang
yang beriman ditakdirkan untuk melalui kesulitan-kesulitan
besar dan serba berkekurangan,
dan keimanan mereka mendapat ujian yang berat; dan sesudah mereka
keluar dari percobaan-percobaan itu
dengan berhasil, barulah kenyataan akan menjadi terbukti, bahwa
mereka adalah hamba-hamba Allah yang sejati dan tulus-ikhlas. Dengan jalan ujian-ujian
keimanan inilah mereka dipisahkan dari orang-orang
munafik, yakni palsu dalam pengakuan iman mereka.
“The Bing Bang” (Ledakan
Besar) di Akhir Zaman
Proses pemecahan “gumpalan” (ratqan) dalam dunia ruhani melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut terjadi dua kali, pertama di masa
awal sebagai misal Nabi Musa a.s. (QS.46:11) dan yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10; QS.62:3-5)
melalui pengutusan Al-Masih Mau’ud a.s.
atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) -- yakni Rasul
Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu
kedatangannya oleh semua umat beragama dengan nama (sebutan) yang berlainan (QS.77:12).
Berikut adalah firman-Nya mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di masa awal dan di masa akhir (Akhir
Zaman) tersebut:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ -- walaupun sebelumnya
mereka berada dalam kesesatan yang
nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan
juga akan membangkitkan-nya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ
فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ
-- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [63]:3-5).
Dalam firman Allah Swt.
berikut ini dua kali kedatangan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut
diisyaratkan dalam dua macam perumpamaan
dalam Taurat dan dalam Injil, firman-Nya:
مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ
فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad itu
adalah Rasul Allah, وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ -- dan orang-orang
besertanya sangat keras
terhadap orang-orang ka-fir, tetapi berkasih-sayang di antara mereka, فَضۡلًا مِّنَ اللّٰہِ
وَ رِضۡوَانًا تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ -- engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ -- ciri-ciri
pe-ngenal mereka terdapat pada wajah
mereka dari bekas-bekas sujud. ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ -- Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ فِی التَّوۡرٰىۃِ -- dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya,
kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan
penanam-penanamnya لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ -- supaya Dia membangkit-kan amarah orang-orang kafir
dengan perantaraan itu. وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا -- Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath
[48]:30).
Pengutusan Misal
Nabi Musa s.s. dan Misal Nabi isa
Ibnu Maryam a.s. di Kalangan Bani
Isma’il (Umat Islam)
Keadaan umat
Islam di zaman awal yang diumpamakan
dalam dalam Taurat tersebut adalah
mengisyatkan kepada persamaan posisi Nabi Besar Muhammad Saw. dengan Nabi Musa a.s. yakni sebagai misal
Nabi Musa a.s., firman-Nya:
قُلۡ اَرَءَیۡتُمۡ
اِنۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ وَ کَفَرۡتُمۡ بِہٖ وَ شَہِدَ شَاہِدٌ مِّنۡۢ بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی مِثۡلِہٖ فَاٰمَنَ وَ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿٪﴾
Katakanlah:
"Terangkanlah kepadaku jika Al-Quran
ini dari Allah dan kamu tidak
percaya kepadanya dan seorang
saksi dari antara Bani Israil memberi kesaksian
terhadap kedatangan seseorang
semisalnya lalu ia beriman tetapi kamu
berlaku sombong?" Sesungguhnya Allāh
tidak memberi petunjuk kepada kaum
yang zalim. (Al-Ahqaf [46]:11).
Saksi dari antara Bani Israil adalah Nabi Musa a.s.. Kepada nubuatan
beliau berkenaan dengan kedatangan Nabi
Besar Muhammad saw. itulah
yang telah diisyaratkan dalam ayat ini. Adapun nubuatan itu berbunyi sebagai berikut: "Bahwa Aku akan menjadikan bagi mereka itu seorang nabi dari antara
segala saudaranya yang seperti engkau, dan Aku akan memberikan segala firman-Ku
dalam mulutnya dan ia pun akan mengatakan segala yang Kusuruh akan dia. Bahwa
sesungguhnya barangsiapa yang tidak mau dengar akan segala firman-Ku yang akan
dikatakan olehnya dengan nama-Ku niscaya Aku menuntutnya kelak kepada orang itu
(Ulangan 18:18-19).
Ayat 11 yang didukung oleh Ulangan 18:18 tersebut menunjuk
kepada kedatangan seorang nabi Allah dari antara Bani Isma’il. Ayat yang sekarang ini menunjuk ke tanah Arab sebagai tempat turunnya nabi
Allah yang akan mempunyai persamaan dengan Nabi Musa a.s. itu dan juga kepada Kitab (Al-Quran) yang akan menggenapi nubuatan-nubuatan yang terkandung di dalam Kitab Musa (Taurat) dan juga akan diunggulinya.
Nubuatan yang bersangkutan adalah sebagai
berikut: "Bahwa inilah firman akan
hal negeri Arab: Di dalam gurun Arab kamu akan bermalam, hai kafilah orang
Dedan. Datanglah mendapatkan orang yang berdahaga sambil membawa air, hai orang
isi negeri Tema! Dan unjuklah roti kepada orang-orang yang lari itu" (Yesaya 21:13-15).
Sedangkan perumpamaan umat Islam yang dikemukakan dalam Injil mengisyaratkan kepada pengutusan
kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir
Zaman dalam wujud Al-Masih Mau’ud
a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لَمَّا ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ
مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan
apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai
misal tiba-tiba kaum engkau
meneriakkan penentangan terhadapnya (Az-Zukhruf [43]:58).
Proses “Ratqan” (Penggumpalan) Ruhani
di Akhir Zaman
Alasan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. dalam wujud misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau’ud a.s. -- yang muncul dari kalangan umat Islam tersebut -- adalah karena proses “penggumpalan” atau ratqan (QS.21:31) secara berangsur-angsur melanda umat Islam, setelah masa kejayaan yang pertama selama 3 abad (300 tahun) sebagai umat terbaik yang diciptakan bagi
kepentingan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111), firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿ ﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu
hari, yang hitungan lamanya seribu
tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6). Lihat
pula QS.17:86-88; QS.25:46-47; QS.81:2-3.
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan
yang mantap selama 3 abad pertama
kehidupannya.
Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya,
kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi
& Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat). Islam mulai mundur
sesudah 3 abad pertama masa keunggulan
dan kemenangan yang tiada
henti-hentinya.
Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000
tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: “Kemudian perintah itu
akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
Dalam hadits lain Nabi Besar
Muhammad saw. – sehubungan Surah Al-Jumu’ah ayat 3-4 mengenai “wa
ākharīni minhum”, diriwayatkan pernah bersabda bahwa jika iman akan terbang ke
Bintang Suraya maka seseorang dari
keturunan Parsi akan mengembalikannya ke bumi (Bukhari, Kitab-ut-Tafsir).
Dengan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – yakni
Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad a.s. - dalam abad
ke-14 sesudah Hijrah, laju kemerosotan
Islam atau keadaan ratqan
(menggumpal) yang terjadi di kalangan umat
Islam, telah terhenti dan proses “pemecahan gumpalan” (QS.21:31) tersebut melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut mulai terjadi, berupa kebangkitan Islam kembali yang mulai
berlaku, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak me-nyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat
ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih
Mau’ud a.s.) atau misal Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. (QS.43:58) – yang pada
hakikatnya merupakan pengutusan kedua
kali Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5) di Akhir Zaman ini, sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan
Islam di atas semua agama akan
menjadi kepastian.
Jika
sejak masa kejayaan umat Islam yang pertama selama 3 abad
sebagai umat terbaik
(QS.2:144; QS.3:111) proses kemunduran
-- atau proses “penggumpalan”
(ratqan) -- terjadi, maka dapat
dibayangkan pekatnya keadaan ratqan (penggumpalan) yang terjadi di
kalangan agama-agama sebelum Islam, (QS.30:42), sehingga untuk memecahkan “gumpalan” (ratqan) agar terjadi “the Big Bang” (Ledakan Besar) ruhani
di Akhir Zaman ini -- sehingga
kembali tercipta kembali “langit baru
dan bumi baru” (QS.14:49;
QS.39:69-71) -- benar-benar dibutuhkan
suatu “energi” yang sangat kuat, firman-Nya:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan
bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami
pisahkan keduanya? وَ
جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ
حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
اَفَلَا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 18 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar