Selasa, 24 Maret 2015

Pentingnya Melakukan "Jihad Akbar" Penyebaran Kesempurnaan "Ajaran Islam" (Al-Quran) Guna Menciptakan "Kehidupan Surgawi" di Dunia & Tujuan Utama "Izin Berperang" Bagi Umat Islam




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 9

   Pentingnya Melakukan  Jihad Akbar  Penyebaran  Kesempurnaan Ajaran Islam (Al-Quran) Guna Menciptakan Kehidupan Surgawi di Dunia  & Tujuan Utama  Izin Berperang Bagi Umat Islam
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai makna kata  wāqi’ah     atau      “peristiwa yang pasti terjadi” itu mengandung makna  melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. di wilayah Arabia akan timbul revolusi besar dalam kehidupan manusia. Suatu dunia baru akan terwujud; si tinggi dan si berkuasa  yakni “gunung-gunung” akan direndahkan dan si tertekan dan si tertindas    akan dijunjung martabatnya  (QS.28:1-7). Itulah makna ayat  خَافِضَۃٌ  رَّافِعَۃٌ   -- “Peristiwa itu akan merendahkan sebagian, dan akan meninggikan sebagian lain.
  Makna ayat selanjutnya  اِذَا  رُجَّتِ الۡاَرۡضُ  رَجًّا   --   apabila bumi  digoncang dengan goncangan hebat.  وَّ  بُسَّتِ الۡجِبَالُ  بَسًّا --      Dan gunung-gunung akan  dihancur-leburkan, فَکَانَتۡ ہَبَآءً  مُّنۡۢبَثًّا  --  maka akan menjadi seperti zarah-zarah debu yang beterbangan” bahwa  melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. seluruh negeri Arab akan digoncangkan sampai ke sendi-sendinya. Kepercayaan, alam pikiran, nilai-nilai budi pekerti, adat kebiasaan, cara hidup, dan lain-lain yang lama akan mengalami perubahan total, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اِذَا وَقَعَتِ الۡوَاقِعَۃُ ۙ﴿﴾   لَیۡسَ  لِوَقۡعَتِہَا  کَاذِبَۃٌ ۘ﴿﴾  خَافِضَۃٌ  رَّافِعَۃٌ ۙ﴿﴾  اِذَا  رُجَّتِ الۡاَرۡضُ  رَجًّا ۙ﴿﴾  وَّ  بُسَّتِ الۡجِبَالُ  بَسًّا ۙ﴿﴾  فَکَانَتۡ ہَبَآءً  مُّنۡۢبَثًّا ۙ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Apabila peristiwa yang pasti terjadi itu terjadi.   Tidak ada seorang pun mendustakan kejadian itu.  Peristiwa itu akan merendahkan sebagian, dan akan meninggikan sebagian lain.  ۙ  اِذَا  رُجَّتِ الۡاَرۡضُ  رَجًّا   --   Apabila bumi  digoncang dengan goncangan hebat.  وَّ  بُسَّتِ الۡجِبَالُ  بَسًّا --      Dan gunung-gunung akan  dihancur-leburkan, فَکَانَتۡ ہَبَآءً  مُّنۡۢبَثًّا  --  maka akan menjadi seperti zarah-zarah debu yang beterbangan.  (Al-Wāqi’ah [56]:1-7).

Dua Golongan Ahli Surga dan Satu Golongan Ahli Neraka

    Pada hakikatnya, orde lama akan mati untuk memberi tempat kepada orde yang sama sekali baru. Ayat   اِذَا  رُجَّتِ الۡاَرۡضُ  رَجًّا   --  apabila bumi  digoncang dengan goncangan hebat  ini bersama-sama dengan ayat-ayat yang mendahuluinya dan ayat-ayat berikutnya dapat  pula bersama-sama dikenakan kepada kebangkitan sesudah mati di alam akhirat, yang  rincian  keadaannya  dijelaskan dalam ayat-ayat selanjutnya mengenai berbagai hal yang akan dialami oleh ketiga golongan manusia di akhirat, firman-Nya:
وَّ کُنۡتُمۡ  اَزۡوَاجًا  ثَلٰثَۃً ؕ﴿﴾ فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ ؕ﴿﴾ وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ۬ۙ مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ ؕ﴿﴾ وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ ﴿ۚۙ﴾ اُولٰٓئِکَ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ۚ﴾ فِیۡ  جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ ﴿﴾  ثُلَّۃٌ  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ قَلِیۡلٌ  مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan kamu menjadi tiga golongan.  فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ   --  maka mereka yang di sebelah kanan,  مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ  -- alangkah bahagianya mereka yang di sebelah kanan itu!  وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ --  dan mereka yang di sebelah kiri, مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ   -- alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri itu!  وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ  -- Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu,  اُولٰٓئِکَ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ --   mereka itulah orang-orang yang didekatkan  kepada Tuhan. فِیۡ  جَنّٰتِ النَّعِیۡمِ  --   mereka berada di dalam surga-surga kenikmatan. ثُلَّۃٌ  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ  --       segolongan besar dari  orang-orang terdahulu,  وَ قَلِیۡلٌ  مِّنَ الۡاٰخِرِیۡنَ   -- dan segolongan kecil dari orang-orang kemudian,  (Al-Wāqi’ah [56]:8-15).
  Mengenai ayat  فَاَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ   --  maka mereka yang di sebelah kanan,  مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَیۡمَنَۃِ  -- alangkah bahagianya mereka yang di sebelah kanan itu!”    di tempat lain (QS.75:3) Al-Quran mengenakan istilah derajat  nafs-al-lawwamahjiwa yang menyesali diri sendiri” kepada golongan orang-orang beriman ini.
 Sedangkan ayat  وَ اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ --  dan mereka yang di sebelah kiri, مَاۤ  اَصۡحٰبُ الۡمَشۡـَٔمَۃِ   -- alangkah celakanya mereka yang di sebelah kiri itu!  Mengisyaratkan kepada golongan manusia pada derajat nafs-al-Ammarah  yakni  “Jiwa yang senantiasa menyuruh kepada kejahatan” (QS.12:54).

Hamba-hamba Allah yang “Dekat” dengan Allah Swt.

da pun ayat   وَ السّٰبِقُوۡنَ  السّٰبِقُوۡنَ  -- Dan yang paling dahulu, mereka benar-benar paling dahulu,  اُولٰٓئِکَ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ --   mereka itulah orang-orang yang didekatkan  kepada Tuhan” mengisyaratkan kepada hamba-hamba Allah Swt. yang meraih derajat nafs-al-Muthmainnah (  Jiwa yang tenteram), firman-Nya:
یٰۤاَیَّتُہَا النَّفۡسُ الۡمُطۡمَئِنَّۃُ ﴿٭ۖ﴾  ارۡجِعِیۡۤ  اِلٰی  رَبِّکِ رَاضِیَۃً  مَّرۡضِیَّۃً ﴿ۚ﴾  فَادۡخُلِیۡ  فِیۡ عِبٰدِیۡ ﴿ۙ﴾ وَ ادۡخُلِیۡ جَنَّتِیۡ ﴿٪﴾
Hai jiwa yang tenteram!   Kembalilah kepada Rabb (Tuhan) engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia pun ridha kepada engkau.  Maka masuklah dalam golongan hamba-hamba-Ku,   dan masuklah ke dalam surga-Ku. (Al-Fajr [89]:28-31).
   Nikmat-nikmat surga yang akan dianugerahkan kepada assābiqūn (orang-orang beriman bernasib baik yang akan dikaruniai kedekatan istimewa kepada Allah Swt.   – yakni mereka yang  meraih derajat nafs-al-Muthmainnah (Jiwa yang tenteram)  --  sebagaimana disebut dalam ayat-ayat 11-27 dalam Surah Al-Wāqi’ah), sangat menyerupai karunia-karunia Allah Swt.  yang telah disebut dalam ayat-ayat 47-62 dalam Surah Al-Rahmān.
l itu menunjukkan bahwa orang-orang mukmin ahli surga yang disebut dalam ayat-ayat 47-62 Surah Al-Rahmān itu dari golongan assābiqūn (mereka yang telah diberi anugerah kedekatan istimewa kepada Allah) dalam Surah Al-Wāqi’ah ini, yang “cahaya” mereka berlari-lari di hadapan mereka.
  Jadi,  kembali kepada  Surah at-Tahrim ayat 9 mengenai doa golongan  orang-orang beriman  yang bersama Rasul Allah yang cahaya mereka berlari-lari di hadapan mereka dan di sebelah kanan mereka, firman-Nya: یَوۡمَ لَا یُخۡزِی اللّٰہُ  النَّبِیَّ  وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَہٗ   -- pada hari ketika Allah tidak akan menghinakan Nabi maupun orang-orang yang beriman besertanya,   نُوۡرُہُمۡ  یَسۡعٰی بَیۡنَ اَیۡدِیۡہِمۡ وَ بِاَیۡمَانِہِمۡ   -- cahaya mereka akan berlari-lari di hadapan mereka dan  di sebelah kanannya,”   mengisyaratkan kepada dua golongan ahli surga dalam Surah  Ar-Rahmān dan Surah Al-Wāqi’ah
 Makna doa golongan ahli surga tersebut: یَقُوۡلُوۡنَ  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ  -- mereka  akan berkata: “Hai Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, dan maafkanlah kami,  sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”, sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah minta pengampunan  dosa yang mereka lakukan, melainkan  mengisyaratkan kepada keinginan tidak kunjung padam bagi kesempurnaan pada pihak orang-orang yang beriman di surga  -- sebagaimana diungkapkan dalam kata-kata,  رَبَّنَاۤ اَتۡمِمۡ  لَنَا نُوۡرَنَا --  “Hai  Rabb (Tuhan) kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami“ menunjukkan bahwa kehidupan di surga itu bukanlah kehidupan menganggur.
  Bahkan kebalikannya, kemajuan ruhani di surga tiada berhingga, sebab bila orang-orang beriman  atau penghuni surga akan mencapai kesempurnaan  yang menjadi ciri tingkat surga tertentu, mereka tidak akan berhenti sampai di situ, melainkan serentak terlihat di hadapannya ada tingkat kesempurnaan lebih tinggi dan diketahuinya bahwa tingkat surgawi yang didapati olehnya itu bukan tingkat tertinggi maka ia akan maju terus dan seterusnya tanpa berakhir.

Makna Penghuni Surga Mohon Maghfirah Dalam Surga

  Selanjutnya dari  ungkapan   وَ اغۡفِرۡ لَنَا ۚ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ  --  “dan maafkanlah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” tampak bahwa setelah masuk surge, orang-orang beriman  akan mencapai maghfirah – penutupan kekurangan (Lexicon Lane).
 Para ahli surga tersebut akan terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. untuk mencapai kesempurnaan dan sama sekali tenggelam dalam Nur Ilahi dan akan terus naik kian menanjak ke atas,  dan memandang tiap-tiap tingkat sebagai ada kekurangan dibandingkan dengan tingkat lebih tinggi yang didambakan oleh mereka, dan karena itu akan berdoa kepada Allah Swt.  supaya Dia berkenan  menutupi ketidaksempurnaannya sehingga mereka akan mampu mencapai tingkat lebih tinggi itu. Inilah makna yang sesungguhnya mengenai istighfar, yang secara harfiah berarti “mohon ampunan atas segala kealpaan.”

Pentingnya Bersikap Tegas Terhadap Orang-orang Kafir dan Munafik

   Selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik:
یٰۤاَیُّہَا  النَّبِیُّ  جَاہِدِ الۡکُفَّارَ وَ الۡمُنٰفِقِیۡنَ وَ اغۡلُظۡ عَلَیۡہِمۡ ؕ وَ مَاۡوٰىہُمۡ   جَہَنَّمُ ؕ وَ  بِئۡسَ  الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Hai Nabi, berjihadlah  terhadap orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap  tegaslah   terhadap mereka. Tempat tinggal mereka adalah Jahannam, dan seburuk-buruk tempat kembali. (At-Tahrīm [66]:9-11).
       Tidak mungkin terdapat kemajuan di kalangan umat Islam   bila orang-orang kafir dan orang-orang munafik tidak diperangi dengan gigih. Sambil lalu ayat ini menjelaskan makna sesungguhnya mengenai jihad yang berarti “berjuang keras” itu. Dan karena orang-orang munafik dianggap merupakan bagian dari kaum Muslimin maka  -- kecuali kepada orang-orang kafir yang secara agresif  menyerang umat Islam (QS.22:40-41)  --  jihad dalam arti berperang dengan menggunakan pedang tidak pernah dilakukan Nabi Besar Muhamad saw.  terhadap mereka (QS.9:73-99).
         Karena itu jihad yang paling tepat  terhadap kedua golongan  tersebut adalah memperlihatkan keteguhan terhadap Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ لَوۡ شِئۡنَا لَبَعَثۡنَا فِیۡ کُلِّ قَرۡیَۃٍ نَّذِیۡرًا ﴿۫ۖ ﴾  فَلَا  تُطِعِ الۡکٰفِرِیۡنَ وَ جَاہِدۡہُمۡ بِہٖ جِہَادًا کَبِیۡرًا ﴿ ﴾
Dan seandainya Kami menghendaki  niscaya Kami membangkitkan di tiap-tiap negeri seorang pemberi ingat.  فَلَا  تُطِعِ الۡکٰفِرِیۡنَ  --   Maka janganlah kamu meng-ikuti orang-orang kafir  وَ جَاہِدۡہُمۡ بِہٖ جِہَادًا کَبِیۡرًا  -- dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Quran ini, jihad yang besar.  (Al-Furqān [25]:52-53).
         Jihad besar dan jihad yang sesungguhnya menurut ayat ini adalah menablighkan amanat Al-Quran. Oleh karena itu berjuang untuk menyiarkan Islam dan menyebarkan serta menaburkan ajaran-ajarannya adalah jihad, yang orang-orang Islam selalu dianjurkan supaya melaksanakannya dengan semangat pantang mundur.
       Jihad inilah yang diisyaratkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.   ketika kembali dari suatu gerakan militer  di Badar (perang Badar)  menurut riwayat beliau saw. pernah bersabda:  Kita telah kembali dari jihad kecil menuju jihad besar (Radd al-Muhtar).  

Kewajiban Umat Islam  Sebagai “Umat Terbaik”

        Ada pun hasil  yang akan diraih umat Islam dengan melaksanakan jihad akbar (jihad besar) seperti itu adalah  terciptanya “umat yang terbaik” yang untuk itulah tujuan utama pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul pembawa syariat terakhir dan tersempurna  (QS.5:4) serta  sebagai suri teladan yang terbaik (QS.3:32; QS.33:22), firman-Nya:
وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنٰکُمۡ اُمَّۃً وَّسَطًا لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا ؕ وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ ؕ وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ  ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿ ﴾
Dan demikianlah  Kami menjadikan kamu اُمَّۃً وَّسَطًا  --  satu umat yang mulia لِّتَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ وَ یَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ عَلَیۡکُمۡ شَہِیۡدًا  -- supaya kamu senantiasa menjadi penjaga manusia dan supaya Rasul itu senantiasa menjadi penjaga  kamu.  وَ مَا جَعَلۡنَا الۡقِبۡلَۃَ الَّتِیۡ کُنۡتَ عَلَیۡہَاۤ  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یَّتَّبِعُ الرَّسُوۡلَ مِمَّنۡ یَّنۡقَلِبُ عَلٰی عَقِبَیۡہِ -- Dan Kami sekali-kali tidak menjadikan kiblat yang kepadanya dahulu engkau berkiblat melainkan supaya Kami mengetahui orang yang mengikuti Rasul dari orang yang berpaling di atas kedua tumitnya. وَ اِنۡ کَانَتۡ لَکَبِیۡرَۃً  اِلَّا عَلَی الَّذِیۡنَ ہَدَی اللّٰہُ    --  Dan sesungguhnya hal ini benar-benar sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allāh. وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُضِیۡعَ اِیۡمَانَکُمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ بِالنَّاسِ لَرَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ  -- Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menyia-nyiakan iman kamu, sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih, Maha Penyayang terhadap manusia. (Al-Baqarah [2]:144).
Firman-Nya lagi:
کُنۡتُمۡ خَیۡرَ اُمَّۃٍ اُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ تَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ وَ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ ؕ وَ لَوۡ اٰمَنَ اَہۡلُ  الۡکِتٰبِ لَکَانَ خَیۡرًا لَّہُمۡ ؕ مِنۡہُمُ الۡمُؤۡمِنُوۡنَ وَ اَکۡثَرُہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Kamu adalah umat terbaik, yang dibangkitkan demi kebaikan umat manusia,  kamu menyuruh ber-buat makruf, dan melarang dari berbuat munkar, dan beriman kepada Allāh. Dan seandainya Ahlul Kitab beriman, niscaya akan lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman tetapi kebanyakan mereka orang-orang fasik. (Ali ‘Imran [3]:111).

Landasan Izin Berperang Bagi Umat Islam

         Kalau pun umat Islam terpaksa harus melakukan jihad dalam bentuk peperangan secara fisik, hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan upaya penyabaran ajaran Islam (Al-Quran) melainkan semata-mata melaksanakan firman Allah Swt. berikut ini:
اُذِنَ لِلَّذِیۡنَ یُقٰتَلُوۡنَ بِاَنَّہُمۡ ظُلِمُوۡا ؕ وَ اِنَّ  اللّٰہَ  عَلٰی  نَصۡرِہِمۡ  لَقَدِیۡرُۨ  ﴿ۙ﴾
Diizinkan berperang bagi mereka yang telah diperangi, karena mereka telah dizalimi,  dan sesungguhnya Allāh berkuasa menolong mereka. (Al-Hājj [22]:40).
         Dengan ayat ini mulai diperkenalkan masalah jihad. Masalah kurban dalam ayat-ayat sebelumnya (QS.22:37-39) merupakan pendahuluan yang tepat bagi pokok yang sangat penting ini. Sebelum umat Islam diberi izin untuk mengadakan perang membela diri, mereka diberi pengertian mengenai pentingnya pengurbanan. Ayat-ayat ini menerangkan dengan sangat jelas tentang pandangan Islam mengenai jihad. Sebagaimana ayat ini menunjukkan  bahwa jihad  adalah berperang untuk membela kebenaran. Tetapi di mana Islam tidak mengizinkan perang agresi macam apa pun  maka perang yang diadakan untuk membela kehormatan sendiri, negara, atau agama itu, dianggap suatu amal shalih yang amat tinggi nilainya..
       Manusia merupakan hasil karya Allah Swt.  yang paling mulia. Ia adalah puncak ciptaan-Nya, tujuan dan maksud-Nya. Manusia  adalah khalifah Allah di bumi dan raja seluruh makhluk-Nya (QS.2:31). Inilah pandangan Islam mengenai kemuliaan manusia di alam raya ini. Oleh sebab itu wajar sekali  bahwa agama yang telah mengangkat manusia ke taraf yang begitu tinggi harus pula menempatkan jiwa manusia pada kedudukan yang sangat penting dan suci.
       Menurut Al-Quran, dari segala sesuatu ciptaan Allah Swt. manusialah yang paling mulia dan tidak boleh diganggu. Merenggut nyawanya merupakan perkosaan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat langka, dan Al-Quran telah menyebutkan secara khusus (QS.5:33; QS.17:34).
        Tetapi menurut Islam, kebebasan menyatakan kata hati   - termasuk  dalam hal memeluk agama dan kepercayaan  -- merupakan hal yang tidak kurang pentingnya. Hal ini merupakan pusaka manusia yang paling berharga — mungkin lebih berharga daripada jiwa manusia sendiri. Al-Quran yang telah memberi kedudukan yang semulia-mulianya kepada kehidupan manusia, tidak mungkin tidak mengakui, dan menyatakan bahwa kesucian dan haknya yang tidak boleh diganggu, sebagai hak asasi yang paling berharga. Untuk membela milik mereka yang paling berharga itulah, orang-orang Muslim telah diberi izin untuk  mengangkat senjata.
        Menurut kesepakatan di antara para ulama, ayat inilah yang merupakan ayat pertama, yang memberi izin kepada orang-orang Islam (Muslim) untuk mengangkat senjata guna membela diri. Ayat ini menetapkan asas-asas yang menurut itu, orang-orang Islam (Muslim) boleh mengadakan perang untuk membela diri, dan bersama-sama dengan ayat-ayat berikutnya mengemukakan alasan-alasan yang membawa orang-orang Islam yang amat sedikit jumlahnya itu — tanpa persenjataan dan alat-alat duniawi lainnya — untuk berperang membela diri.

Tujuan Lainnya Izin Berperang

       Hal itu mereka lakukan sesudah mereka tidak henti-hentinya mengalami penderitaan selama 13 tahun di Mekkah, dan sesudah mereka dikejar-kejar sampai ke Medinah dengan kebencian yang tidak ada reda-redanya dan di sini pun mereka diusik dan diganggu juga. Alasan pertama yang dikemukakan dalam ayat ini  yaitu bahwa mereka diperlakukan secara zalim, firman-Nya:
الَّذِیۡنَ اُخۡرِجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ  بِغَیۡرِ  حَقٍّ اِلَّاۤ  اَنۡ یَّقُوۡلُوۡا رَبُّنَا اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ لَا دَفۡعُ اللّٰہِ النَّاسَ بَعۡضَہُمۡ بِبَعۡضٍ لَّہُدِّمَتۡ صَوَامِعُ وَ بِیَعٌ وَّ صَلَوٰتٌ وَّ مَسٰجِدُ یُذۡکَرُ فِیۡہَا اسۡمُ اللّٰہِ کَثِیۡرًا ؕ وَ لَیَنۡصُرَنَّ اللّٰہُ مَنۡ یَّنۡصُرُہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ لَقَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Yaitu orang-orang yang telah diusir dari rumah-rumah mereka tanpa haq  hanya karena mereka berkata:  رَبُّنَا اللّٰہُ -- “Tuhan kami Allah.” Dan seandai-nya Allāh tidak menangkis   sebagian manusia oleh sebagian yang lain niscaya akan hancur  biara-biara, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah, dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama  Allah, dan  Allah pasti akan menolong siapa yang menolong-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa, Maha Perkasa. (Al-Hājj [22]:41).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 Maret      2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar