Minggu, 29 Maret 2015

Pentingnya Keberadaan Para 'Ilmuwan Hakiki dan Para 'Ulama Rabbani yang Mendapat Bimbingan Wahyu Ilahi





 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 13

 
  Pentingnya Keberadaan  Para ‘Ilmuwan Hakiki   dan  ‘Ulama Rabbani yang Mendapat Bimbingan  Wahyu Ilahi

 
 Oleh


Ki Langlang Buana Kusuma




D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  Ats-tsaqalān dalam ayat  سَنَفۡرُغُ   لَکُمۡ  اَیُّہَ  الثَّقَلٰنِ  -- segera Kami akan menghadapi kamu,  hai dua golongan yang kuat  berarti:  dua jenis barang yang berat (Lexicon Lane), dapat berarti: “manusia/ins” dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan oleh seluk-beluk kalimatnya (konteks-nya), atau orang-orang Arab dan orang-orang bukan Arab, atau dalam bahasa politik dewasa ini,  dua blok besar” – Rusia atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan kelas kapitalis (majikan) dan kelas buruh (pekerja).
   Dari cara kedua blok besar (Ats-tsaqalān) itu – yakni Blok Amerika Serikat (jin) dan Blok Rusia  (ins)  -- bertingkah laku   nampaknya sewaktu-waktu mereka dapat terlibat dalam sengketa maut berupa Perang Dunia yang akan menghancur-leburkan seluruh karya manusia -- yang dilakukan dari abad ke abad untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan   --  dapat menyebabkan kehidupan di atas bumi ini, nyaris tiada (musnah).

Nubuatan  Akan Terjadinya Rangkaian Perang  Dunia

    Ayat ini nampaknya   mengandung peringatan akan kemungkinan yang sangat menakutkan tersebut. Dalam kenyataannya dua  kali  Perang Dunia yang terjadi secara tiba-tiba merupakan bukti mengenai kebenaran peringatan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut, dan Perang Dunia III atau Perang Nuklir pun, insya Allah, sedang mengancam kehidupan umat manusia dengan akibat-akibatnya yang jauh lebih mengerikan daripada akibat-akibat yang ditimbulkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
   Ayat   selanjutnya: یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  --  Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya  kecuali dengan kekuatan  (Ar-Rahmān [55]:34) telah diberi bermacam-macam penafsiran.
      Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan dan para ahli filsafat Non-Muslim yang membanggakan diri mengenai kemajuan besar yang telah dicapai mereka dalam bidang ilmu duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai mereka dalam pengetahuan dan teknologi (iptek). Tetapi  mereka tidak dapat memahami semua hukum alam yang mengatur alam semesta ini dengan sepenuhnya.
    Betapa pun mereka berusaha, mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka karena  khazanah rahasia iptek   (ilmu pengehauan dan teknolongi) yang terkandung di alam semesta ciptaan Allah Swt. tidak terbatas, firman-Nya:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ  قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ  جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ  مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya lautan menjadi tinta untuk me­nuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku), niscaya  lautan itu akan habis se­belum kalimat-kalimat Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya.   (Al-Kahf [18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ مِنۡ شَجَرَۃٍ  اَقۡلَامٌ  وَّ  الۡبَحۡرُ  یَمُدُّہٗ  مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ  اَبۡحُرٍ  مَّا نَفِدَتۡ  کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan  seandainya pohon-pohon  di bumi ini menjadi pena dan laut    ditambahkan kepadanya  sesudahnya tujuh  laut menjadi tinta,  kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28.
   Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan diri atas penemuan­-penemuan dan hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru  bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu sendiri. Hal itu hanya pembualan yang sia-sia belaka.

Khazanah Rahasia-rahasia Alam Semesta yang Tidak Terbatas

   Khazanah rahasia-rahasia Allah Swt. tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami,  sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan dengan  khazanah rahasia-rahasia Allah Swt. belumlah merupakan setitik pun air dalam samudera.
         Bilangan “7” dan “70” digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh” sebagai angka-angka bilangan lazim. Bahkan jangankan manusia, para malaikat pun  menyatakan tidak mengetahui seluruhnya khazanah rahasia-rahasia  Sifat-sifat sempurna Allah Swt.  – yakni al-Asmā --   kecuali yang telah diberitahukan Allah Swt. kepada-Nya.
         Kenyataan tersebut dikemukakan dalam kisah monumnental “Adam – Malaikat – Iblis” sehubungan dengan kehendak Allah Swt. akan menjadikan seorang Khalifah-Nya  di muka bumi  guna mewujudkan “langit baru dan bumi baru” dalam umat manusia yang telah “menggumpal  (ratqan - QS.21:31), firman-Nya:
وَ  اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾  وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ  اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman  kepada para  malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang  khalifah di bumi”, mereka berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya yakni di bumi orang yang akan membuat kerusakan  di dalamnya dan akan menumpahkan darah, وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ  --  padahal kami senantiasa  bertasbih dengan pujian Engkau  dan kami senantiasa mensucikan  Engkau?” قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ - Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ    --   Dan  Dia mengajarkan kepada Adam  nama-nama itu semuanya   kemudian Dia mengemukakan mereka itu kepada para malaikat فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ  -- lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kamu memang   benar.” قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ  --  Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami tidak  memiliki  pe-ngetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Ma-ha Mengetahui, Mahabijaksana.” قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ  --  Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah  kepada mereka nama-nama mereka itu”,  فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ  اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  -- maka tatkala dibe-ritahukannya kepada mereka nama-nama mereka itu, Dia berfirman: “Bukankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui  rahasia seluruh langit dan bumi وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ  --   dan mengetahui apa pun yang kamu nyatakan dan apa pun yang    kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah [2]:31-34).

Pentingnya Keberadaan ‘Ilmuwan Duniawi dan ‘Ilmuwan Ruhani

        Jadi, hanya manusia yang bodoh yang mengatakan  bahwa mereka tidak memerlukan keberadaan para ilmuwan dalam berbagai bidang kehidupan duniawi, hanya para ilmuwan yang bodoh dan jahil yang mendakwakan bahwa mereka telah mengetahui sepenuhnya khazanah rahasia-rahasia ilmu pengetahuan  yang terkandung di alam semesta, sebagaimana yang didakwakan oleh para ilmuwan   dan ahli fisafat Barat yang beragama Kristen.
     Mengapa demikian? Sebab dengan merujuk kepada Sifat Rabubiyat-Nya  mengenai penciptaan alam semesta (QS.1:2) Allah Swt. berfirman:
وَ  اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ   اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ  مَا  نُنَزِّلُہٗۤ  اِلَّا بِقَدَرٍ  مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan  tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang tidak terbatas, dan  Kami sama sekali tidak menurunkannya melainkan dalam ukuran yang tertentu.   (Al-Hijr [15]:22).
        Allah Swt.   memiliki persediaan  atau khazanah segala sesuatu dalam jumlah yang tidak terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya akan benda itu. Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian pula Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian  tak terbatas yang dibukakan kepada manusia sesuai dengan keperluan zaman melalui para ilmuwan ruhani atau para ‘ulama hakiki (yakni para wali Allah dan para mujaddid --QS.34:28-29)  terutama para Rasul Allah  (QS.71:27-29).
        Oleh karena itu hanya  orang-orang   bodoh sajalah  yang mengatakan  mereka  tidak memperlukan para ‘ulama untuk memahami dan melaksanakan agama (syariat). Demikian pula   dan  hanya para ‘ulama yang bodoh dan jahil  yang mengatakan tidak memperlukan keberadaan para ‘ulama hakiki    -- terutama para wali Allah dan para nabi Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. di kalangan Bani Adam sampai Hari Kiamat (QS.7:35-37)   -- karena mereka menganggap diri mereka telah menguasai  ilmu fiqih  dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan ibadah secara zahir (jasmani), atau  menganggap diri mereka sebagai “pewaris para nabi.”
        Berikut firman Allah Swt. mengenai pentingnya keberadaan Rasul Allah di kalangan  umat manusia, terutama ketika kehidupan beragama telah kembali menjadi ratqan (menggumpal – QS.21:31; QS.30:42) serta keadaan hati umumnya manusia telah menjadi keras membatu  seperti yang   terjadi  di Akhir Zaman ini (QS.57:17-18),  Allah Swt. berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾  لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ    وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Allah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun,  اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ -- kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,  فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ  بَیۡنِ یَدَیۡہِ  وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا  -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ  اَنۡ  قَدۡ  اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ      --  supaya Dia mengetahui bahwa  sungguh  mereka telah menyam-paikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ  شَیۡءٍ عَدَدًا --      dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29).

Keunggulan Pengetahuan Gaib Para Rasul Allah & Tiga Cara Allah Swt. Berkomunikasi dengan Manusia

     Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.  Ayat ini merupakan ukuran yang tiada tara bandingannya guna membedakan antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada orang-orang   beriman  yang bertakwa lainnya.
  Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati kehormatan serupa itu.
   Tambahan pula wahyu Ilahi yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
 Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi yang harus disampaikan oleh mereka, terutama Nabi  Besar Muhammad saw. yang mengemban amanat syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4); QS.15:10).
    Karena  itu merupakan pendapat orang-orang bodoh dan jahil  yang mengatakan bahwa setelah Allah Swt. mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dan mewahyukan  Al-Quran maka seluruh jenis kenabian dan wahyu Ilahi telah tertutup rapat, seakan-akan Sifat Al-Mutakallim (Maha Berbicara) Allah Swt. telah berhenti alias  Allah Swt. --  na’ūdzubillāāhi min dzālik  -- telah bisu, padahal Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai 3 cara Allah Swt. melaksanakan Sifat Al-Mutakallim-Nya (Maha Berbicara-Nya) dalam berkomunikasi dengan manusia:
وَ مَا کَانَ  لِبَشَرٍ اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ  اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا  الۡاِیۡمَانُ وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ  نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ  بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ  مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ﴿ۙ﴾  صِرَاطِ اللّٰہِ  الَّذِیۡ  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪﴾
Dan sekali-kali tidak mungkin bagi manusia bahwa Allah berbicara kepadanya, اِلَّا وَحۡیًا  -- kecuali dengan wahyu  اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ  -- atau dari belakang tabir  اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ  -- atau dengan mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan dengan seizin-Nya  apa yang Dia kehendaki, اِنَّہٗ عَلِیٌّ  حَکِیۡمٌ  -- sesungguhnya Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana.  وَ کَذٰلِکَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا  --  Dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman ini  dengan perintah Kami.  مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا الۡکِتٰبُ  -- Engkau sekali-kali tidak mengetahui apa Kitab itu,  وَ لَا  الۡاِیۡمَانُ   --  dan tidak pula apa iman itu,  وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ  نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ  بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ  مِنۡ عِبَادِنَا ؕ  --  tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami memberi petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari antara hamba-hamba Kami.   وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ -- Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus, صِرَاطِ اللّٰہِ  الَّذِیۡ  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ  --   Jalan Allah Yang milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi. اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ   -- Ketahuilah, kepada Allah segala perkara kembali.  (Asy-Syūra [42]:52-54).
    Ayat 27 menyebut tiga cara Allah Swt.    berbicara atau berkomunikasi kepada hamba-Nya dan menampakkan Wujud-Nya kepada mereka:
  (a)  Allah Swt.  berfirman secara langsung kepada mereka tanpa perantara.
  (b) Allah Swt. membuat mereka menyaksikan kasyaf (penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang membuat mereka mendengar kata-kata dalam keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak melihat wujud  yang berbicara kepada mereka. Inilah arti kata-kata "dari belakang tabir,"
 (c) Allah Swt. mengutus  seorang rasul  atau seorang malaikat yang menyampaikan Amanat Ilahi yaitu Malaikat Jibril a.s. (QS.2:98-100; QS.26:193-198).

Upaya “Menembus Alam Sementa  Ruhani   dengan Iman dan Amal Shaleh & Upaya “Menembus Alam Semesta Jasmani   dengan Pesawat Antariksa  dan Telescope Ruang Angkasa 

    Al-Quran disebut dalam ayat 53 sini rūh (nafas hidup — Lexicon Lane), sebab dengan perantaraannya  bangsa yang telah mati keadaan akhlak dan keruhaniannya mendapat kehidupan baru:   وَ کَذٰلِکَ  اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا  --  Dan demikianlah Kami telah mewahyukan kepada engkau firman ini  dengan perintah Kami.” 
  Islam (Al-Quran) adalah kehidupan, nur, dan jalan yang membawa manusia kepada Allah  Swt. dan menyadarkan manusia akan tujuan agung dan luhur kejadiannya untuk beribadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) serta menjadi  refleksi dari Sifat-sifat Tasybihiyyah-Nya sebagaimana diperagakan oleh para Rasul Allah, terutama Nabi Besar Muhammad saw.: وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ -- Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus, صِرَاطِ اللّٰہِ  الَّذِیۡ  لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ  --   Jalan Allah Yang milik-Nya apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi.”
  Makna ayat  اَلَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ   -- Ketahuilah, kepada Allah segala perkara kembali,” bahwa   permulaan dan akhir segala sesuatu terletak di Tangan Allah Swt.
     Pendek kata, sebagaimana dalam masalah duniawi diperlukan keberadaan  para ilmuwan yang hakiki guna menggali khazanah rahasia i-rahasia alam semesta sesuai keperluan kehidupan manusia,  demikian pula dalam masalah ruhani  keberadaan para ‘ulama rabbani  -- terutama para Rasul Allah (QS.7:35-37) – pengutusan mereka benar-benar sangat dibutuhkan manusia, kecuali oleh orang-orang yang takabbur seperti Iblis,  yang merasa sangat dirugikan kepentingan duniawinya  oleh pengutusan Adam, sebagai Khalifah Allah di muka bumi (QS.2:35; QS.7:12-15; QS.15:29-33; QS.17:62;  QS.18:51; QS.20:117; QS.38:72-77).  
         Tanpa keberadaan wujud-wujud suci yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi maka  kehidupan manusia akan menjurus kepada “kobaran api   yang berkesinambungan karena  mereka akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak mendapat petunjuk Allah Swt. melalui wahyu Ilahi,  sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman ini.
     Kembali kepada  firman Allah Swt. sebelumnya, menurut penafsiran lain, ayat یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ  اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ  تَنۡفُذُوۡا مِنۡ  اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا  تَنۡفُذُوۡنَ  اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ  --  Hai golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah, namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan  (Ar-Rahmān [55]:34)   memperingatkan orang-orang berdosa yang menentang kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:
Biarkanlah mereka memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri dari azab Ilahi.”  
   Ayat ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik, serta pesawat antariksa lainnya dan sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang Rusia dan Amerika Serikat berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai beberapa planet terdekat dari bumi, tetapi jagat-jagat raya kepunyaan Allah Swt. tidak mungkin dapat dijelajahi seluruhnya.
   Dengan demikian jelaslah,  bahwa pada hakikatnya  semua  keberhasilan pengembangan iptek (ilmu pengatahuan dan teknologi) yang dicapai oleh Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru (QS.20:103-105) -- di Akhir Zaman ini  itu erat kaitannya dengan Surah Al-Zilzal   ayat 1-9 yang sedang dibahas.
   Makna ayat  Surah Ar Rahmān selanjutnya:  یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا  تَنۡتَصِرٰنِ  --  Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala api, dan leburan tembaga,  lalu kamu berdua tidak akan dapat menolong diri sendiri.” (Ar-Rahmān [55]:36), ayat  ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi menakutkan, yang akan menimpa kedua blok yang bermusuhan itu. Dunia rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang berkobar-kobar dengan dahsyat  dan nyala apinya mengancam akan menghanguskan seluruh peradaban manusia.  Betapa jelasnya gambaran tentang azab Ilahi  yang diancamkan itu  dalam ayat selanjutnya:  فَاِذَا  انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ  فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ  --  maka  apabila langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah” (Ar Rahmān [55]:38).
   Makna ayat selanjutnya: فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ  اِنۡسٌ وَّ لَا  جَآنٌّ  -- Pada hari itu tidak akan ditanya dosa  ins (manusia)  dan tidak pula  jin. (Ar Rahmān [55]:40).      Amal-amal buruk orang-orang durhaka dari kedua golongan atau kedua Blok golongan Jin dan Ins tersebut akan tertera pada wajah mereka, sehingga mereka tidak akan ditanya lagi mengenai apakah mereka telah melakukan kedurhakaan atau tidak. Sebagaimana tersebut pada tempat lain dalam Al-Quran (QS.41:21), anggota-anggota tubuh orang-orang kafir itu sendiri akan menjadi saksi atas mereka.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,30 Maret      2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar