بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 13
Pentingnya Keberadaan Para ‘Ilmuwan
Hakiki dan
‘Ulama Rabbani yang Mendapat
Bimbingan Wahyu Ilahi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai
Ats-tsaqalān dalam ayat سَنَفۡرُغُ لَکُمۡ
اَیُّہَ الثَّقَلٰنِ -- segera Kami akan
menghadapi kamu, hai dua golongan yang kuat” berarti:
dua jenis barang yang berat (Lexicon
Lane), dapat berarti: “manusia/ins”
dan “jin”, sebagaimana diperlihatkan
oleh seluk-beluk kalimatnya (konteks-nya), atau orang-orang Arab dan orang-orang
bukan Arab, atau dalam bahasa politik
dewasa ini, “dua blok besar” – Rusia
atau Cina dan sekutu-sekutu mereka di satu pihak, dan Amerika Serikat beserta sekutu-sekutunya
di pihak lain; atau kata itu dapat diartikan kelas kapitalis (majikan) dan kelas buruh
(pekerja).
Dari
cara kedua blok besar (Ats-tsaqalān)
itu – yakni Blok Amerika Serikat
(jin) dan Blok Rusia (ins)
-- bertingkah laku nampaknya
sewaktu-waktu mereka dapat terlibat
dalam sengketa maut berupa Perang Dunia yang akan menghancur-leburkan seluruh karya manusia
-- yang dilakukan dari abad ke abad untuk mengembangkan seni dan ilmu pengetahuan --
dapat menyebabkan kehidupan di
atas bumi ini, nyaris tiada
(musnah).
Nubuatan Akan Terjadinya Rangkaian Perang
Dunia
Ayat ini nampaknya mengandung peringatan akan kemungkinan yang sangat menakutkan
tersebut. Dalam kenyataannya dua
kali Perang Dunia yang terjadi secara tiba-tiba merupakan bukti
mengenai kebenaran peringatan Allah
Swt. dalam Al-Quran tersebut, dan Perang
Dunia III atau Perang Nuklir pun,
insya Allah, sedang mengancam kehidupan umat manusia dengan akibat-akibatnya yang jauh lebih mengerikan daripada akibat-akibat yang
ditimbulkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Ayat selanjutnya: یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ وَ
الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ -- Hai
golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah,
namun kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan” (Ar-Rahmān
[55]:34) telah diberi bermacam-macam penafsiran.
Menurut suatu penafsiran, para ilmuwan
dan para ahli filsafat Non-Muslim yang membanggakan diri mengenai kemajuan
besar yang telah dicapai mereka dalam bidang
ilmu duniawi telah diberitahu, bahwa kendati pun betapa besarnya kemajuan yang mungkin telah dicapai
mereka dalam pengetahuan dan teknologi (iptek). Tetapi mereka tidak
dapat memahami semua hukum alam
yang mengatur alam semesta ini dengan
sepenuhnya.
Betapa pun mereka berusaha,
mereka tidak akan berhasil dalam pencarian mereka karena khazanah rahasia iptek (ilmu pengehauan dan teknolongi) yang
terkandung di alam semesta ciptaan
Allah Swt. tidak terbatas,
firman-Nya:
قُلۡ لَّوۡ کَانَ الۡبَحۡرُ مِدَادًا
لِّکَلِمٰتِ رَبِّیۡ لَنَفِدَ الۡبَحۡرُ قَبۡلَ اَنۡ تَنۡفَدَ کَلِمٰتُ رَبِّیۡ وَ لَوۡ جِئۡنَا بِمِثۡلِہٖ مَدَدًا ﴿﴾
Katakanlah: "Seandainya
lautan menjadi tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Rabb-ku (Tuhan-ku),
niscaya lautan itu akan habis sebelum kalimat-kalimat
Tuhan-ku habis dituliskan, sekalipun Kami datangkan sebanyak itu lagi sebagai tambahannya. (Al-Kahf [18]:110).
Firman-Nya lagi:
وَ لَوۡ اَنَّ مَا فِی الۡاَرۡضِ
مِنۡ شَجَرَۃٍ اَقۡلَامٌ وَّ
الۡبَحۡرُ یَمُدُّہٗ مِنۡۢ بَعۡدِہٖ سَبۡعَۃُ اَبۡحُرٍ
مَّا نَفِدَتۡ کَلِمٰتُ اللّٰہِ ؕ
اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
حَکِیۡمٌ ﴿﴾
Dan seandainya pohon-pohon di bumi ini menjadi pena dan laut
ditambahkan kepadanya sesudahnya
tujuh laut menjadi
tinta, kalimat Allah sekali-kali tidak akan habis. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Luqman [31]:28.
Bangsa-bangsa Kristen dari barat membanggakan
diri atas penemuan-penemuan dan
hasil-hasil mereka yang besar dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan
nampaknya mereka dikuasai anggapan keliru bahwa mereka telah berhasil mengetahui seluk-beluk rahasia-rahasia takhliq (penciptaan) itu
sendiri. Hal itu hanya pembualan yang
sia-sia belaka.
Khazanah Rahasia-rahasia Alam Semesta yang Tidak
Terbatas
Khazanah rahasia-rahasia Allah
Swt. tidak ada habisnya dan tidak dapat diselami,
sehingga apa yang telah mereka temukan sampai sekarang, dan apa yang nanti akan ditemukan dengan segala susah payah, jika dibandingkan
dengan khazanah rahasia-rahasia Allah Swt. belumlah merupakan setitik pun air dalam
samudera.
Bilangan “7” dan “70”
digunakan dalam bahasa Arab adalah menyatakan jumlah besar, dan bukan benar-benar “tujuh” dan “tujuh puluh”
sebagai angka-angka bilangan lazim. Bahkan jangankan manusia, para malaikat pun menyatakan tidak mengetahui seluruhnya khazanah
rahasia-rahasia Sifat-sifat sempurna Allah Swt.
– yakni al-Asmā -- kecuali yang telah diberitahukan Allah Swt.
kepada-Nya.
Kenyataan
tersebut dikemukakan dalam kisah
monumnental “Adam – Malaikat – Iblis” sehubungan dengan kehendak Allah Swt. akan menjadikan
seorang Khalifah-Nya di muka
bumi guna mewujudkan “langit baru dan bumi baru” dalam umat manusia yang telah “menggumpal” (ratqan - QS.21:31), firman-Nya:
وَ اِذۡ قَالَ رَبُّکَ لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اِنِّیۡ جَاعِلٌ فِی الۡاَرۡضِ خَلِیۡفَۃً ؕ قَالُوۡۤا اَتَجۡعَلُ فِیۡہَا مَنۡ یُّفۡسِدُ فِیۡہَا وَ یَسۡفِکُ الدِّمَآءَ ۚ وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ
وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا
تَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ
کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ
بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ
اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ
بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۚ فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ
لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ ۙ وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika
Rabb (Tuhan) engkau berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”, mereka
berkata: “Apakah Engkau akan menjadikan
di dalamnya yakni di bumi orang
yang akan membuat kerusakan di dalamnya
dan akan menumpahkan darah, وَ نَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِکَ
وَ نُقَدِّسُ لَکَ ؕ -- padahal kami senantiasa bertasbih
dengan pujian Engkau dan kami
senantiasa mensucikan Engkau?”
قَالَ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ - Dia berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” وَ عَلَّمَ اٰدَمَ الۡاَسۡمَآءَ کُلَّہَا ثُمَّ عَرَضَہُمۡ عَلَی
الۡمَلٰٓئِکَۃِ ۙ -- Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama itu semuanya
kemudian Dia mengemukakan mereka itu kepada para malaikat فَقَالَ اَنۡۢبِـُٔوۡنِیۡ
بِاَسۡمَآءِ ہٰۤؤُلَآءِ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ -- lalu Dia berfirman: “Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kamu memang benar.” قَالُوۡا سُبۡحٰنَکَ لَا عِلۡمَ لَنَاۤ
اِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَا ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَلِیۡمُ الۡحَکِیۡمُ -- Mereka berkata: “Mahasuci Engkau, kami
tidak memiliki pe-ngetahuan kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau benar-benar Ma-ha Mengetahui, Mahabijaksana.” قَالَ یٰۤاٰدَمُ اَنۡۢبِئۡہُمۡ
بِاَسۡمَآئِہِمۡ -- Dia berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka
nama-nama mereka itu”, فَلَمَّاۤ اَنۡۢبَاَہُمۡ
بِاَسۡمَآئِہِمۡ ۙ قَالَ اَلَمۡ اَقُلۡ
لَّکُمۡ اِنِّیۡۤ اَعۡلَمُ غَیۡبَ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ
-- maka tatkala dibe-ritahukannya
kepada mereka nama-nama mereka itu, Dia berfirman: “Bukankah telah Aku katakan kepada kamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi وَ اَعۡلَمُ مَا تُبۡدُوۡنَ وَ
مَا کُنۡتُمۡ تَکۡتُمُوۡنَ -- dan mengetahui
apa pun yang kamu nyatakan dan apa
pun yang kamu sembunyikan?” (Al-Baqarah
[2]:31-34).
Pentingnya Keberadaan ‘Ilmuwan Duniawi dan ‘Ilmuwan Ruhani
Jadi, hanya
manusia yang bodoh yang
mengatakan bahwa mereka tidak memerlukan
keberadaan para ilmuwan dalam
berbagai bidang kehidupan duniawi,
hanya para ilmuwan yang bodoh dan jahil yang mendakwakan bahwa mereka telah mengetahui sepenuhnya khazanah rahasia-rahasia ilmu pengetahuan yang terkandung di alam semesta, sebagaimana yang didakwakan oleh para ilmuwan
dan ahli fisafat Barat yang beragama Kristen.
Mengapa
demikian? Sebab dengan merujuk kepada Sifat Rabubiyat-Nya
mengenai penciptaan alam semesta (QS.1:2) Allah Swt. berfirman:
وَ اِنۡ مِّنۡ شَیۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآئِنُہٗ ۫ وَ مَا
نُنَزِّلُہٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ ﴿﴾
Dan tidak ada suatu pun benda melainkan pada Kami ada khazanah-khazanahnya yang
tidak terbatas, dan Kami sama sekali tidak menurunkannya
melainkan dalam ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:22).
Allah Swt. memiliki persediaan atau khazanah
segala sesuatu dalam jumlah yang tidak
terbatas. Akan tetapi sesuai dengan rahmat-Nya
yang tidak berhingga, Dia mengarahkan pikiran
atau otak manusia kepada satu benda yang tertentu, hanya bilamana timbul suatu keperluan yang sesungguhnya
akan benda itu. Seperti halnya alam semesta kebendaan, demikian pula Al-Quran pun merupakan alam semesta keruhanian, di mana tersembunyi khazanah-khazanah ilmu keruhanian tak terbatas yang dibukakan kepada manusia
sesuai dengan keperluan zaman melalui
para ilmuwan ruhani atau para ‘ulama hakiki (yakni para wali Allah dan para mujaddid --QS.34:28-29)
terutama para Rasul Allah (QS.71:27-29).
Oleh karena
itu hanya orang-orang bodoh sajalah yang mengatakan mereka
tidak memperlukan para ‘ulama
untuk memahami dan melaksanakan agama (syariat). Demikian
pula dan hanya para ‘ulama yang bodoh dan jahil yang mengatakan tidak memperlukan keberadaan
para ‘ulama hakiki -- terutama para wali Allah dan para nabi
Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt. di kalangan Bani Adam sampai Hari Kiamat (QS.7:35-37) --
karena mereka menganggap diri mereka
telah menguasai ilmu fiqih dan lain-lain
yang berhubungan dengan masalah pelaksanaan
ibadah secara zahir (jasmani),
atau menganggap
diri mereka sebagai “pewaris para
nabi.”
Berikut
firman Allah Swt. mengenai pentingnya
keberadaan Rasul Allah di
kalangan umat manusia, terutama ketika kehidupan
beragama telah kembali menjadi ratqan
(menggumpal – QS.21:31; QS.30:42) serta keadaan hati umumnya manusia telah menjadi keras membatu seperti
yang terjadi di Akhir
Zaman ini (QS.57:17-18), Allah Swt.
berfirman:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ
عَلٰی غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ
یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا ﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ
اَنۡ قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Allah Yang mengetahui yang
gaib, maka Dia tidak menzahirkan
rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, اِلَّا مَنِ ارۡتَضٰی مِنۡ
رَّسُوۡلٍ -- kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai,
فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ
یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا -- maka sesungguhnya barisan pengawal berjalan di hadapannya
dan di belakangnya, لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ -- supaya Dia mengetahui bahwa
sungguh mereka telah
menyam-paikan Amanat-amanat Rabb (Tuhan) mereka, وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا -- dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan Dia membuat perhitungan mengenai segala sesuatu. (Al-Jin
[72]:27-29).
Keunggulan Pengetahuan Gaib Para Rasul Allah & Tiga Cara Allah Swt. Berkomunikasi
dengan Manusia
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib” berarti: diberi pengetahuan dengan sering dan secara berlimpah-limpah
mengenai rahasia gaib bertalian
dengan dan mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting.
Ayat ini merupakan ukuran yang
tiada tara bandingannya guna membedakan
antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia
gaib yang dibukakan kepada seorang rasul
Allah dan rahasia-rahasia gaib
yang dibukakan kepada orang-orang beriman
yang bertakwa lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati
kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi yang
dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah,
karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi,
keadaannya aman dari pemutar-balikkan atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia
yang dibukakan kepada orang-orang
bertakwa lainnya tidak begitu terpelihara.
Wahyu rasul-rasul Allah itu dijamin keamanannya terhadap pemutarbalikkan atau pemalsuan, sebab para rasul Allah itu membawa tugas dari Allah Swt. yang harus
dipenuhi dan mengemban Amanat Ilahi
yang harus disampaikan oleh mereka, terutama Nabi Besar Muhammad saw. yang mengemban amanat syariat terakhir dan tersempurna (QS.5:4); QS.15:10).
Karena itu merupakan pendapat
orang-orang bodoh dan jahil yang mengatakan bahwa setelah Allah Swt.
mengutus Nabi Besar Muhammad saw. dan
mewahyukan Al-Quran maka seluruh jenis kenabian dan wahyu Ilahi telah tertutup
rapat, seakan-akan Sifat Al-Mutakallim
(Maha Berbicara) Allah Swt. telah berhenti alias Allah Swt. --
na’ūdzubillāāhi min dzālik -- telah
bisu, padahal Allah Swt. telah berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
mengenai 3 cara Allah Swt.
melaksanakan Sifat Al-Mutakallim-Nya (Maha
Berbicara-Nya) dalam berkomunikasi
dengan manusia:
وَ مَا کَانَ لِبَشَرٍ اَنۡ یُّکَلِّمَہُ اللّٰہُ اِلَّا وَحۡیًا اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ
اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ ؕ اِنَّہٗ عَلِیٌّ حَکِیۡمٌ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا ؕ مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ
مَا الۡکِتٰبُ وَ لَا الۡاِیۡمَانُ وَ
لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ نُوۡرًا نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ؕ وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ﴿ۙ﴾ صِرَاطِ اللّٰہِ
الَّذِیۡ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ
وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ اَلَاۤ اِلَی
اللّٰہِ تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ ﴿٪﴾
Dan sekali-kali
tidak mungkin bagi manusia bahwa Allah
berbicara kepadanya, اِلَّا وَحۡیًا -- kecuali dengan wahyu اَوۡ مِنۡ وَّرَآیِٔ حِجَابٍ -- atau dari belakang tabir اَوۡ یُرۡسِلَ رَسُوۡلًا
فَیُوۡحِیَ بِاِذۡنِہٖ مَا یَشَآءُ -- atau dengan
mengirimkan seorang utusan guna mewahyukan
dengan seizin-Nya apa
yang Dia kehendaki, اِنَّہٗ عَلِیٌّ حَکِیۡمٌ -- sesungguhnya Dia Maha Tinggi, Maha Bijaksana. وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ
اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا -- Dan
demikianlah Kami telah mewahyukan kepada
engkau firman ini dengan perintah Kami. مَا کُنۡتَ تَدۡرِیۡ مَا
الۡکِتٰبُ
-- Engkau sekali-kali tidak
mengetahui apa Kitab itu, وَ لَا الۡاِیۡمَانُ --
dan tidak pula apa iman itu,
وَ لٰکِنۡ جَعَلۡنٰہُ نُوۡرًا
نَّہۡدِیۡ بِہٖ مَنۡ نَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِنَا ؕ --
tetapi Kami telah menjadikan wahyu itu nur, yang dengan itu Kami
memberi petunjuk kepada siapa yang
Kami kehendaki dari antara hamba-hamba
Kami. وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ -- Dan sesungguhnya
engkau benar-benar memberi petunjuk ke jalan lurus, صِرَاطِ اللّٰہِ الَّذِیۡ
لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ -- Jalan Allah Yang milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi.
اَلَاۤ اِلَی اللّٰہِ
تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ -- Ketahuilah,
kepada Allah segala perkara kembali. (Asy-Syūra [42]:52-54).
Ayat 27 menyebut tiga cara Allah Swt. berbicara atau berkomunikasi kepada hamba-Nya
dan menampakkan Wujud-Nya kepada
mereka:
(a)
Allah Swt. berfirman secara langsung kepada mereka tanpa
perantara.
(b)
Allah Swt. membuat mereka menyaksikan kasyaf
(penglihatan gaib), yang dapat ditakwilkan atau tidak, atau kadang-kadang
membuat mereka mendengar kata-kata dalam
keadaan jaga dan sadar, di waktu itu mereka tidak
melihat wujud yang berbicara kepada mereka. Inilah arti
kata-kata "dari belakang tabir,"
(c)
Allah Swt. mengutus seorang rasul
atau seorang malaikat yang
menyampaikan Amanat Ilahi yaitu Malaikat Jibril a.s. (QS.2:98-100;
QS.26:193-198).
Upaya “Menembus Alam Sementa Ruhani” dengan Iman
dan Amal Shaleh & Upaya “Menembus Alam Semesta Jasmani”
dengan Pesawat Antariksa dan Telescope
Ruang Angkasa
Al-Quran disebut dalam ayat 53 sini rūh (nafas hidup — Lexicon Lane), sebab dengan
perantaraannya bangsa yang telah mati
keadaan akhlak dan keruhaniannya mendapat kehidupan baru: وَ کَذٰلِکَ اَوۡحَیۡنَاۤ
اِلَیۡکَ رُوۡحًا مِّنۡ اَمۡرِنَا -- Dan
demikianlah Kami telah mewahyukan kepada
engkau firman ini dengan perintah Kami.”
Islam (Al-Quran) adalah kehidupan, nur, dan jalan yang
membawa manusia kepada Allah Swt. dan menyadarkan manusia akan tujuan
agung dan luhur kejadiannya untuk
beribadah kepada Allah Swt.
(QS.51:57) serta menjadi refleksi dari Sifat-sifat Tasybihiyyah-Nya sebagaimana diperagakan
oleh para Rasul Allah, terutama Nabi
Besar Muhammad saw.: وَ اِنَّکَ لَتَہۡدِیۡۤ اِلٰی
صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ -- Dan sesungguhnya engkau benar-benar memberi
petunjuk ke jalan lurus, صِرَاطِ اللّٰہِ
الَّذِیۡ لَہٗ مَا فِی السَّمٰوٰتِ
وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ -- “Jalan Allah Yang milik-Nya apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi.”
Makna
ayat اَلَاۤ اِلَی اللّٰہِ
تَصِیۡرُ الۡاُمُوۡرُ -- Ketahuilah,
kepada Allah segala perkara kembali,” bahwa permulaan dan akhir
segala sesuatu terletak di Tangan Allah
Swt.
Pendek kata, sebagaimana dalam masalah
duniawi diperlukan keberadaan para ilmuwan yang hakiki guna menggali khazanah rahasia i-rahasia alam semesta sesuai keperluan kehidupan
manusia, demikian pula dalam masalah ruhani
keberadaan para ‘ulama rabbani
-- terutama para Rasul Allah (QS.7:35-37) – pengutusan
mereka benar-benar sangat dibutuhkan
manusia, kecuali oleh orang-orang
yang takabbur seperti Iblis, yang merasa sangat dirugikan kepentingan duniawinya oleh pengutusan Adam, sebagai Khalifah Allah
di muka bumi (QS.2:35; QS.7:12-15; QS.15:29-33; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117; QS.38:72-77).
Tanpa
keberadaan wujud-wujud suci yang
mendapat bimbingan wahyu Ilahi maka kehidupan
manusia akan menjurus kepada “kobaran api” yang berkesinambungan
karena mereka akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak mendapat petunjuk Allah Swt. melalui wahyu
Ilahi, sebagaimana yang terjadi di Akhir Zaman ini.
Kembali kepada firman Allah Swt.
sebelumnya, menurut penafsiran lain,
ayat یٰمَعۡشَرَ الۡجِنِّ
وَ الۡاِنۡسِ اِنِ اسۡتَطَعۡتُمۡ
اَنۡ تَنۡفُذُوۡا مِنۡ اَقۡطَارِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ
فَانۡفُذُوۡا ؕ لَا تَنۡفُذُوۡنَ اِلَّا بِسُلۡطٰنٍ -- Hai
golongan jin dan ins (manusia)! Jika kamu memiliki kekuatan untuk menembus batas-batas seluruh langit dan bumi maka tembuslah,
namun kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan” (Ar-Rahmān [55]:34) memperingatkan
orang-orang berdosa yang menentang kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut:
“Biarkanlah mereka
memberanikan diri menembus batas-batas langit dan bumi, mereka tidak akan mampu
menentang hukum-hukum Ilahi tanpa mendapat hukuman, dan mereka tidak akan dapat
meloloskan diri dari azab Ilahi.”
Ayat
ini dapat juga mengisyaratkan kepada pembuatan roket-roket, sputnik-sputnik,
serta pesawat antariksa lainnya dan
sebagainya; dengan alat-alat tersebut orang-orang
Rusia dan Amerika Serikat
berusaha mencapai benda-benda langit. Mereka diberitahu, bahwa paling-paling mereka hanya akan dapat mencapai
beberapa planet terdekat dari bumi,
tetapi jagat-jagat raya kepunyaan
Allah Swt. tidak mungkin dapat dijelajahi
seluruhnya.
Dengan demikian jelaslah, bahwa
pada hakikatnya semua keberhasilan
pengembangan iptek (ilmu pengatahuan
dan teknologi) yang dicapai oleh Gog
(Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang bermata biru (QS.20:103-105) -- di Akhir Zaman ini itu erat
kaitannya dengan Surah Al-Zilzal ayat 1-9 yang sedang dibahas.
Makna ayat Surah Ar Rahmān selanjutnya: یُرۡسَلُ عَلَیۡکُمَا شُوَاظٌ
مِّنۡ نَّارٍ ۬ۙ وَّ نُحَاسٌ فَلَا
تَنۡتَصِرٰنِ -- Akan dikirimkan kepada kamu berdua nyala
api, dan leburan tembaga, lalu kamu
berdua tidak akan dapat menolong
diri sendiri.” (Ar-Rahmān [55]:36), ayat ini menunjuk kepada azab paling dahsyat lagi
menakutkan, yang akan menimpa kedua blok
yang bermusuhan itu. Dunia
rupa-rupanya berdiri di tepi jurang api yang
berkobar-kobar dengan dahsyat dan nyala
apinya mengancam akan menghanguskan
seluruh peradaban manusia. Betapa jelasnya gambaran tentang azab Ilahi yang diancamkan
itu dalam ayat selanjutnya: فَاِذَا انۡشَقَّتِ السَّمَآءُ فَکَانَتۡ وَرۡدَۃً کَالدِّہَانِ -- maka
apabila langit terbelah dan menjadi merah bagaikan kulit merah” (Ar Rahmān [55]:38).
Makna ayat selanjutnya: فَیَوۡمَئِذٍ لَّا یُسۡـَٔلُ
عَنۡ ذَنۡۢبِہٖۤ اِنۡسٌ وَّ لَا جَآنٌّ -- Pada hari
itu tidak akan ditanya dosa ins
(manusia) dan tidak pula jin. (Ar
Rahmān [55]:40). Amal-amal
buruk orang-orang durhaka dari kedua golongan atau kedua Blok golongan Jin dan Ins tersebut akan tertera pada wajah mereka, sehingga mereka tidak akan ditanya lagi mengenai apakah mereka telah melakukan kedurhakaan atau tidak. Sebagaimana tersebut pada tempat lain dalam Al-Quran (QS.41:21), anggota-anggota tubuh orang-orang kafir itu sendiri akan menjadi saksi atas mereka.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,30 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar