Sabtu, 21 Maret 2015

Ciri "Orang Munafik" Suka Mengobral "Sumpah" dan Keadaannya Seperti "Batang Kayu yang Tersandar"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 6

  Ciri Orang Munafik Suka Mengobral “Sumpah  dan Keadaannya  Seperti   Batang Kayu yang  Tersandar 
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai  kemungkinan terjadinya  pertentangan  kecintaan dan kesetiaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan kecintaan dan kesetiaan terhadap kedua orang tua, sebagaimana Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ اَوۡلِیَآءَ اِنِ اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ مِّنۡکُمۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَ اَبۡنَآؤُکُمۡ وَ اِخۡوَانُکُمۡ وَ اَزۡوَاجُکُمۡ  وَ عَشِیۡرَتُکُمۡ وَ اَمۡوَالُۨ  اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَ تِجَارَۃٌ تَخۡشَوۡنَ  کَسَادَہَا وَ مَسٰکِنُ  تَرۡضَوۡنَہَاۤ  اَحَبَّ  اِلَیۡکُمۡ مِّنَ اللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ  وَ جِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ بِاَمۡرِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ  لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ  الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman,  janganlah kamu mengambil bapak-bapakmu dan saudara-saudara laki-laki kamu menjadi sahabat jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada  iman. Dan barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka seba-gai  pelindung-pelindung maka mereka  adalah orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Jika ayah-ayah kamu, anak-anak lelaki kamu,  saudara-saudara lelaki kamu,  istri-istri kamu, kerabat kamu, harta yang kamu telah meng-upayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, kesemuanya lebih kamu cintai daripada Allah,  Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). (At-Taubah [9]:23-24).

Ciri-ciri Hizbullah (Jemaat Ilahi) yang Hakiki

      Ayat 23   mengisyaratkan kepada segolongan orang-orang kafir yang aktif memusuhi Islam dan berupaya keras untuk memusnahkannya. Dalam ayat selanjutnya dijelaskan bahwa  ikatan-ikatan kekeluargaan dan kecintaan kepada kaum kerabat serta pertimbangan-pertimbangan duniawi lainnya -- seperti kekayaan, perdagangan dan harta  -- hendaknya jangan dibiarkan menjadi penghalang, bila ada suatu perhubungan yang lebih berharga dan suatu tujuan yang lebih mulia dan pertimbangan-pertimbangan yang lebih penting menuntut pengorbanan mereka.
      Sehubungan dengan hal tersebut Allah  Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai ciri utama Hizbullah (golongan Allah) yang hakiki – yakni  orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. dan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka, firman-Nya:
  لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,  walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya.  رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ  --  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ  -- Itulah golongan Allah. اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ      --  Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah  itulah orang-orang yang berhasil.(Al-Mujadilah [58]:23).
    Sudah nyata bahwa tidak mungkin terdapat persahabatan atau perhubungan cinta sejati atau sungguh-sungguh di antara orang-orang beriman  dengan  orang-orang kafir    -- sekali pun mereka itu kedua orang tua mau pun saudara-saudara sekandung  --  sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan itu bertentangan satu sama lain, dan karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh erat menjadi tidak ada, maka dalam ayat tersebut orang-orang beriman  diminta jangan mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra dengan orang-orang kafir.
  Ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya merupakan seruan umum. Tetapi secara khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim atau yang aktif dalam melakukan  penentangan. 
  Demikian juga sebaliknya, pertentangan  dalam masalah keimanan terhadap Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut dapat pula terjadi antara kedua orangtua yang beriman dengan anak-anaknya yang ingkar,   firman-Nya:
وَ الَّذِیۡ  قَالَ  لِوَالِدَیۡہِ  اُفٍّ لَّکُمَاۤ اَتَعِدٰنِنِیۡۤ   اَنۡ  اُخۡرَجَ وَ قَدۡ خَلَتِ الۡقُرُوۡنُ مِنۡ  قَبۡلِیۡ ۚ وَ ہُمَا یَسۡتَغِیۡثٰنِ اللّٰہَ وَیۡلَکَ اٰمِنۡ ٭ۖ اِنَّ  وَعۡدَ اللّٰہِ  حَقٌّ ۚۖ فَیَقُوۡلُ مَا ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اَسَاطِیۡرُ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾  اُولٰٓئِکَ  الَّذِیۡنَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ  الۡقَوۡلُ فِیۡۤ اُمَمٍ  قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ  قَبۡلِہِمۡ  مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ؕ اِنَّہُمۡ  کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan orang yang berkata kepada kedua ibu-bapaknya: "Cih kamu berdua! Apakah kamu mengancamku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal telah berlalu beberapa keturunan (generasi) sebelumku?" Dan mereka berdua meratap kepada Allah memohon pertolongan   seraya  berkata: "Celaka engkau, berimanlah, sesungguhnya janji Allah itu benar."  فَیَقُوۡلُ مَا ہٰذَاۤ  اِلَّاۤ  اَسَاطِیۡرُ  الۡاَوَّلِیۡنَ  -- Tetapi ia berkata: "Al-Quran ini sekali-kali tidak lain melainkan dongengan orang-orang dahulu." اُولٰٓئِکَ  الَّذِیۡنَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ  الۡقَوۡلُ فِیۡۤ اُمَمٍ  قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ  قَبۡلِہِمۡ  مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ --  Mereka itulah orang-orang yang telah pasti  atas mereka ketetapan azab bersama  umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari kalangan jin dan ins  (manusia), اِنَّہُمۡ  کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ --  sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang rugi. (Al-Ahqāf [46]:18-19.

Orang-orang yang Gagal Menghadapi “ujian-ujian Keimanan” di Jalan Allah Swt.

         Kembali kepada Surah Al-Ankabūt, selanjutnya Allah Swt. berrfirman mengenai orang-orang  yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan pada peristiwa “The Big Bang” (Ledakan Besar) ruhani,  tetapi ketika menghadapi ujian-ujian keimanan (QS.29:2) ternyata  mereka tidak termasuk ke dalam jenis “batu permata” atau “batu mulia” yang siap untuk menghadapi proses penyempurnaan selanjutnya  yang keras dan berat agar layak menjadi “perhiasan” yang bernilai seni dan nilai jual  yang tinggi,  firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  الٓـمّٓ ۚ﴿﴾  اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ  ﴿﴾  اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓ  --   Aku, Allah Yang Maha Mengetahui.   اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ --   Apakah manusia menyangka  bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan  mereka tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ    --  Dan  sungguh Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka pasti Allah   mengetahui  orang-orang yang berkata benar dan pasti Dia  mengetahui orang-orang yang dusta. اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  --  Ataukah orang-orang yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk  apa yang mereka putuskan!   (Al-Ankabūt [29]:1-5).
           Mengenai  orang-orang yang memiliki kualitas keimanan yang redah seperti itu  itu selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ  فَاِذَاۤ اُوۡذِیَ فِی اللّٰہِ جَعَلَ فِتۡنَۃَ  النَّاسِ کَعَذَابِ اللّٰہِ ؕ وَ لَئِنۡ جَآءَ  نَصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّکَ لَیَقُوۡلُنَّ  اِنَّا کُنَّا مَعَکُمۡ ؕ اَوَ لَیۡسَ اللّٰہُ  بِاَعۡلَمَ بِمَا فِیۡ صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan dari antara manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah,” tetapi ketika mereka disusahkan pada jalan Allah, mereka menganggap cobaan dari manusia sebagai azab Allah.  Dan jika datang pertolongan dari  Rabb (Tuhan) engkau tentu mereka berkata: “Sesungguhnya kami beserta kamu.”  Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang terkandung dalam dada   seluruh manusia?  Dan Allah niscaya mengetahui orang-orang yang beriman dan niscaya Dia   mengetahui orang-orang munafik.   (Al-Ankabūt [29]:11-12).  

Kepengecutan Orang-orang Munafik dan Suka Mengobral “Sumpah

     Jadi, sebagai kebalikan dari keimanan yang teguh seperti diperlihatkan oleh orang-orang Islam  (Muslim) di zaman permulaan di bawah  cobaan (ujian) yang maha bera  -- dan seperti pula dibuktikan oleh orang-orang beriman sejati di tiap-tiap abad — selamanya di dalam barisan orang-orang beriman terdapat juga orang yang begitu lemah keimanannya, sehingga mereka bisa goyah karena kesulitan-kesulitan yang biasa saja, bahkan tega melepaskan keimanan mereka daripada menderita kerugian duniawi.
       Mereka selamanya menyatakan persahabatan dengan orang-orang yang beriman, bila mereka melihat datang pertolongan Ilahi kepada orang-orang yang beriman serta mereka dapat meraih keuntungan duniawi  darinya.   Mengenai mereka  itu Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Munāfiqūn berikut ini kepda Nabi Besar Muhammad saw.:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ اِذَا جَآءَکَ  الۡمُنٰفِقُوۡنَ  قَالُوۡا نَشۡہَدُ اِنَّکَ  لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ ۘ  وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ  اِنَّکَ لَرَسُوۡلُہٗ ؕ وَ اللّٰہُ  یَشۡہَدُ  اِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ لَکٰذِبُوۡنَ ۚ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Apabila orang-orang munafik datang kepada engkau mereka berkata:  نَشۡہَدُ اِنَّکَ  لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ  -- “Kami menyaksikan sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.” ۘ  وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ  اِنَّکَ لَرَسُوۡلُہٗ   --  Dan Allah mengetahui sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya,  وَ اللّٰہُ  یَشۡہَدُ  اِنَّ  الۡمُنٰفِقِیۡنَ لَکٰذِبُوۡنَ ۚ  -- tetapi Allah pun menyaksikan sesungguhnya   orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. (Al-Munāfiqūn [63]:1-2).
    Ciri khas orang munafik ialah dengan suara lantang ia menyatakan keiman-annya dan dengan itu berusaha menyembunyikan kekhianatan dan kemunafikan hatinya, sebagaimana tergambar dari ucapan mereka: نَشۡہَدُ اِنَّکَ  لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ  -- “Kami menyaksikan sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.”
    Lebih lanjut Allah Swt. menjelaskan mengenai ciri-ciri mereka, yakni suka mengobral sumpah guna meyakinkan orang-orang yang dikelabuinya,  firman-Nya:
اِتَّخَذُوۡۤا  اَیۡمَانَہُمۡ  جُنَّۃً  فَصَدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ اِنَّہُمۡ سَآءَ  مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ  اٰمَنُوۡا ثُمَّ  کَفَرُوۡا  فَطُبِعَ عَلٰی  قُلُوۡبِہِمۡ  فَہُمۡ  لَا  یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka perisai, maka  mereka menghalang-halangi orang-orang dari jalan Allah. Sesungguhnya sangat buruk apa yang telah mereka kerjakan.   Yang demikian itu karena mereka beriman kemudian mereka  kafir, lalu kalbu mereka dimeterai maka mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munāfiqūn [63]:3-4). 

Penampilan Fisik Mereka Mengagumkan & Seperti “Batang Kayu yang  Tersandar

    Orang-orang munafik tampaknya telah kehilangan akal sehat dan kehilangan pengertian, karena mereka bekerja dengan anggapan keliru bahwa tipu muslihat dan kelicikan bicara mereka, dapat menipu Allah Swt.  dan Rasul-Nya. Karena pertimbangan pernyataan keimanan mereka kepada Rasul Allah Swt. adalah semata-mata keuntungan duniawi,  maka  sangat wajar jika dari segi penampilan fisik serta kehidupan duniawinya  mereka itu sangat menarik, firman-Nya:
وَ اِذَا  رَاَیۡتَہُمۡ  تُعۡجِبُکَ اَجۡسَامُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ یَّقُوۡلُوۡا  تَسۡمَعۡ  لِقَوۡلِہِمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ ؕ یَحۡسَبُوۡنَ  کُلَّ صَیۡحَۃٍ  عَلَیۡہِمۡ ؕ ہُمُ  الۡعَدُوُّ  فَاحۡذَرۡہُمۡ ؕ قٰتَلَہُمُ   اللّٰہُ ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ  ﴿﴾
Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka membuat engkau kagum. Dan jika mereka berkata engkau mendengarkan ucapan mereka. کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ  -- Mereka itu seolah-olah kayu  yang tersandar,  یَحۡسَبُوۡنَ  کُلَّ صَیۡحَۃٍ  عَلَیۡہِمۡ  --      mereka menyangka setiap teriakan terhadap mereka. ہُمُ  الۡعَدُوُّ  فَاحۡذَرۡہُمۡ  -- Mereka adalah musuh maka waspadalah terhadap mereka.  ٰتَلَہُمُ   اللّٰہُ ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ    -- Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka dipalingkan dari kebenaran. (Al-Munāfiqūn [63]:5). 
    Makna ayat کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ  -- “Mereka itu seolah-olah batang kayu  yang tersandar” Seorang munafik kurang memiliki kepercayaan kepada diri sendiri. Ia senantiasa mencari orang lain  yang kepadanya ia dapat bersandar. Atau, ayat ini dapat juga berarti bahwa keadaan batinnya tidak sesuai dengan keadaan lahirnya. Ia berperilaku demikian sehingga ia secara lahiriah tampak berpikiran sehat terhormat, dan jujur, tetapi di dalamnya ia kosong melompong dan busuk sampai ke hati sanubarinya, bagaikan keadaan batang kayu yang di tengahnya bolong dan tersandar   pada dinding tetapi  jika dipukul berbunyi keras.
      Ia berusaha mengambil hati orang dengan ucapannya yang fasih, namun karena ia seorang pengecut ia dihinggapi oleh rasa curiga dan melihat bahaya di mana-mana. Mengisyaratkan kepada  orang-orang munafik seperti itu  itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ بِالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ مَا ہُمۡ بِمُؤۡمِنِیۡنَ ۘ﴿۸﴾ یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا یَخۡدَعُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ؕ﴿﴾  فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ  اللّٰہُ  مَرَضًا ۚ  وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ  ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾  
Dan di antara manusia ada yang mengatakan:  Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka  sama sekali bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka  hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal  mereka tidak menipu melainkan  diri mereka sendiri  tetapi  mereka  sama sekali tidak menyadarinya.  فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ  اللّٰہُ  مَرَضًا -- Dalam hati mereka ada pe-nyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka   وَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌۢ  ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ -- dan bagi mereka ada azab yang pedih disebabkan mereka senantiasa berdusta. (Al-Baqarah [2]:9-11).

Pembuat Kerusakan di Muka Bumi

        Hanya  Allah Swt.    dan Hari Kemudian yang dibicarakan dalam ayat 9, sedangkan Rukun Iman lainnya tidak disebut, karena Allah Swt.  dan Hari Kemudian itu masing-masing rukun pertama dan terakhir dalam Rukun Iman pada ajaran Islam. Pernyataan iman kepada kedua hal itu dengan sendirinya mengandung pernyataan iman kepada rukun-rukun lainnya. Di tempat lain Al-Quran menyatakan bahwa iman kepada Hari Kemudian meliputi iman kepada para malaikat, seperti juga kepada Kitab-kitab Suci (QS.6:93).
        Makna  Khāda’a-hu dalam ayat یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا یَخۡدَعُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡ  -- “Mereka  hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal  mereka tidak menipu melainkan  diri mereka sendiri  tetapi  mereka  sama sekali tidak menyadarinya” berarti:  ia berusaha atau ingin menipu dia, tetapi tidak berhasil dalam usaha itu. Khadā’a-hu berarti: ia berhasil dalam usaha menipunya; ia meninggalkan dia atau sesuatu (Baqa). Jadi,  khāda’a-hu dipakai mengenai seseorang bila ia tidak mencapai keinginannya; dan  khadā’a-hu bila ia mencapainya (Lexicon  Lane).
    Allah Swt.  telah memperlihatkan begitu banyak Tanda (mukjizat) untuk mendukung Islam dan berangsur-angsur Islam telah menjadi begitu berkuasa, sehingga orang-orang munafik telah menjadi makin lama makin takut terhadap kaum Muslimin, dan sebagai akibatnya telah bertambah dalam kemunafikan mereka.
      Mereka selalu menganggap   perbuatannya  sebagai perbuatan baik  padahal  sebaliknya, firman-Nya:
وَ اِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ ۙ  قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ مُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾     وَاِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ  السُّفَہَآءُ  وَ لٰکِنۡ لَّا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila dikatakan kepada mereka:   Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”, mereka  berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang  melakukan perbaikan.”   Ketahuilah, sesungguhnya me-reka itulah  pembuat kerusakan  tetapi mereka tidak menyadarinya.  وَاِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ --   Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”,  قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ -- mereka  berkata: “Apakah kami harus beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu telah beriman?” اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ  السُّفَہَآءُ  وَ لٰکِنۡ لَّا  یَعۡلَمُوۡنَ  -- Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah  orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (Al-Baqarah [2]:12-14).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Maret      2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar