بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 6
Ciri Orang
Munafik Suka Mengobral “Sumpah” dan Keadaannya Seperti “Batang
Kayu yang Tersandar”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai kemungkinan terjadinya pertentangan
kecintaan dan kesetiaan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya
dengan kecintaan dan kesetiaan terhadap kedua orang tua, sebagaimana Allah Swt. berikut ini kepada Nabi
Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لَا
تَتَّخِذُوۡۤا اٰبَآءَکُمۡ وَ اِخۡوَانَکُمۡ
اَوۡلِیَآءَ اِنِ
اسۡتَحَبُّوا الۡکُفۡرَ عَلَی الۡاِیۡمَانِ ؕ وَ مَنۡ یَّتَوَلَّہُمۡ مِّنۡکُمۡ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الظّٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنۡ کَانَ اٰبَآؤُکُمۡ وَ اَبۡنَآؤُکُمۡ وَ اِخۡوَانُکُمۡ
وَ اَزۡوَاجُکُمۡ وَ عَشِیۡرَتُکُمۡ وَ اَمۡوَالُۨ اقۡتَرَفۡتُمُوۡہَا وَ
تِجَارَۃٌ
تَخۡشَوۡنَ کَسَادَہَا وَ مَسٰکِنُ تَرۡضَوۡنَہَاۤ اَحَبَّ اِلَیۡکُمۡ مِّنَ
اللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ جِہَادٍ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ
فَتَرَبَّصُوۡا حَتّٰی یَاۡتِیَ اللّٰہُ
بِاَمۡرِہٖ ؕ وَ اللّٰہُ
لَا یَہۡدِی
الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
bapak-bapakmu dan saudara-saudara
laki-laki kamu menjadi sahabat
jika mereka lebih mencintai kekafiran daripada iman.
Dan barangsiapa di antara kamu menjadikan
mereka seba-gai pelindung-pelindung maka
mereka
adalah orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Jika ayah-ayah kamu, anak-anak
lelaki kamu, saudara-saudara lelaki kamu,
istri-istri kamu, kerabat kamu, harta yang kamu telah meng-upayakannya, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kamu menyukainya, kesemuanya
lebih kamu cintai daripada Allah,
Rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (durhaka). (At-Taubah
[9]:23-24).
Ciri-ciri Hizbullah
(Jemaat Ilahi) yang Hakiki
Ayat 23
mengisyaratkan kepada segolongan orang-orang kafir yang aktif memusuhi Islam dan berupaya keras
untuk memusnahkannya. Dalam ayat
selanjutnya dijelaskan bahwa ikatan-ikatan kekeluargaan dan kecintaan kepada kaum kerabat serta pertimbangan-pertimbangan
duniawi lainnya -- seperti kekayaan,
perdagangan dan harta -- hendaknya jangan
dibiarkan menjadi penghalang, bila
ada suatu perhubungan yang lebih berharga dan suatu tujuan yang lebih mulia dan pertimbangan-pertimbangan
yang lebih penting menuntut pengorbanan
mereka.
Sehubungan dengan hal tersebut Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.
mengenai ciri utama Hizbullah (golongan Allah) yang hakiki –
yakni orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt. dan Rasul Allah
yang kedatangannya dijanjikan kepada
mereka, firman-Nya:
لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ
مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum
yang menyatakan beriman kepada
Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi
Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di
dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia
akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ -- Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ
اللّٰہِ -- Itulah golongan Allah. اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Ketahuilah,
sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang berhasil.(Al-Mujadilah
[58]:23).
Sudah nyata bahwa
tidak mungkin terdapat persahabatan
atau perhubungan cinta sejati atau
sungguh-sungguh di antara orang-orang
beriman dengan orang-orang
kafir -- sekali pun mereka itu kedua orang tua mau pun saudara-saudara sekandung --
sebab cita-cita, pendirian-pendirian, dan kepercayaan agama dari kedua golongan
itu bertentangan satu sama lain, dan
karena kesamaan dan perhubungan kepentingan itu merupakan syarat mutlak bagi perhubungan yang sungguh-sungguh
erat menjadi tidak ada, maka dalam ayat tersebut orang-orang beriman diminta jangan
mempunyai persahabatan yang erat lagi mesra
dengan orang-orang kafir.
Ikatan agama harus mengatasi segala perhubungan lainnya, malahan mengatasi pertalian darah yang amat dekat sekalipun. Ayat ini nampaknya
merupakan seruan umum. Tetapi secara
khusus seruan itu tertuju kepada orang-orang kafir yang ada dalam berperang dengan kaum Muslim atau yang aktif dalam
melakukan penentangan.
Demikian juga sebaliknya, pertentangan dalam masalah keimanan terhadap Allah Swt. dan Rasul-Nya tersebut dapat pula terjadi antara kedua orangtua yang beriman dengan anak-anaknya yang ingkar,
firman-Nya:
وَ
الَّذِیۡ قَالَ لِوَالِدَیۡہِ
اُفٍّ لَّکُمَاۤ اَتَعِدٰنِنِیۡۤ
اَنۡ اُخۡرَجَ وَ قَدۡ خَلَتِ
الۡقُرُوۡنُ مِنۡ قَبۡلِیۡ ۚ وَ ہُمَا
یَسۡتَغِیۡثٰنِ اللّٰہَ وَیۡلَکَ اٰمِنۡ ٭ۖ اِنَّ
وَعۡدَ اللّٰہِ حَقٌّ ۚۖ
فَیَقُوۡلُ مَا ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَاطِیۡرُ
الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ الۡقَوۡلُ فِیۡۤ اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan orang
yang berkata kepada kedua ibu-bapaknya:
"Cih kamu berdua! Apakah kamu
mengancamku bahwa aku akan
dibangkitkan, padahal telah berlalu
beberapa keturunan (generasi) sebelumku?" Dan mereka berdua meratap kepada Allah memohon pertolongan seraya
berkata: "Celaka
engkau, berimanlah, sesungguhnya janji Allah itu benar." فَیَقُوۡلُ
مَا ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اَسَاطِیۡرُ
الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tetapi
ia berkata: "Al-Quran ini sekali-kali
tidak lain melainkan dongengan
orang-orang dahulu." اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ حَقَّ عَلَیۡہِمُ الۡقَوۡلُ فِیۡۤ اُمَمٍ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ -- Mereka itulah orang-orang yang telah pasti atas
mereka ketetapan azab bersama
umat-umat yang telah
berlalu sebelum mereka dari kalangan jin
dan ins (manusia), اِنَّہُمۡ کَانُوۡا خٰسِرِیۡنَ -- sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang rugi. (Al-Ahqāf [46]:18-19.
Orang-orang yang Gagal Menghadapi “ujian-ujian Keimanan” di Jalan
Allah Swt.
Kembali kepada Surah Al-Ankabūt, selanjutnya Allah Swt.
berrfirman mengenai orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
pada peristiwa “The Big Bang”
(Ledakan Besar) ruhani, tetapi ketika menghadapi ujian-ujian keimanan
(QS.29:2) ternyata mereka tidak termasuk
ke dalam jenis “batu permata” atau “batu mulia” yang siap untuk menghadapi proses penyempurnaan selanjutnya yang keras
dan berat agar layak menjadi “perhiasan” yang bernilai seni dan nilai jual yang tinggi, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ
ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ
صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ
الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ
اَنۡ یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓ -- Aku, Allah Yang Maha Mengetahui. اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ
ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ -- Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan mereka
tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ
لَیَعۡلَمَنَّ الۡکٰذِبِیۡنَ -- Dan
sungguh Kami benar-benar telah
menguji orang-orang sebelum mereka, maka pasti Allah mengetahui orang-orang yang berkata benar dan pasti
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
اَمۡ حَسِبَ
الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ
یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا
یَحۡکُمُوۡنَ -- Ataukah orang-orang
yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka
akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk apa yang mereka putuskan! (Al-Ankabūt [29]:1-5).
Mengenai orang-orang yang memiliki kualitas keimanan yang redah
seperti itu itu selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
وَ مِنَ
النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ
فَاِذَاۤ اُوۡذِیَ فِی اللّٰہِ جَعَلَ فِتۡنَۃَ النَّاسِ کَعَذَابِ اللّٰہِ ؕ وَ لَئِنۡ
جَآءَ نَصۡرٌ مِّنۡ رَّبِّکَ
لَیَقُوۡلُنَّ اِنَّا کُنَّا مَعَکُمۡ ؕ
اَوَ لَیۡسَ اللّٰہُ بِاَعۡلَمَ بِمَا
فِیۡ صُدُوۡرِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ
لَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan dari
antara manusia ada yang berkata: “Kami beriman kepada Allah,” tetapi ketika mereka disusahkan pada jalan Allah, mereka menganggap cobaan dari manusia sebagai azab Allah. Dan jika datang pertolongan dari Rabb (Tuhan) engkau tentu mereka berkata: “Sesungguhnya
kami beserta kamu.” Bukankah Allah
lebih mengetahui apa yang terkandung dalam dada seluruh
manusia? Dan Allah niscaya mengetahui orang-orang yang beriman dan niscaya Dia mengetahui orang-orang munafik. (Al-Ankabūt
[29]:11-12).
Kepengecutan Orang-orang Munafik dan
Suka Mengobral “Sumpah”
Jadi, sebagai kebalikan dari keimanan yang teguh seperti diperlihatkan oleh orang-orang Islam (Muslim) di zaman
permulaan di bawah cobaan (ujian) yang maha bera -- dan seperti pula dibuktikan oleh orang-orang beriman sejati di tiap-tiap abad — selamanya di dalam barisan orang-orang beriman terdapat
juga orang yang begitu lemah keimanannya,
sehingga mereka bisa goyah karena kesulitan-kesulitan yang biasa saja,
bahkan tega melepaskan keimanan
mereka daripada menderita kerugian duniawi.
Mereka selamanya menyatakan persahabatan
dengan orang-orang yang beriman, bila
mereka melihat datang pertolongan Ilahi
kepada orang-orang yang beriman serta
mereka dapat meraih keuntungan duniawi darinya.
Mengenai mereka itu Allah Swt.
berfirman dalam Surah Al-Munāfiqūn
berikut ini kepda Nabi Besar Muhammad saw.:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اِذَا جَآءَکَ الۡمُنٰفِقُوۡنَ قَالُوۡا نَشۡہَدُ اِنَّکَ لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ ۘ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ اِنَّکَ لَرَسُوۡلُہٗ ؕ وَ اللّٰہُ یَشۡہَدُ
اِنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ
لَکٰذِبُوۡنَ ۚ﴿﴾
Aku baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Apabila orang-orang
munafik datang kepada engkau
mereka berkata: نَشۡہَدُ
اِنَّکَ لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ -- “Kami menyaksikan
sesungguhnya engkau benar-benar Rasul
Allah.” ۘ وَ اللّٰہُ یَعۡلَمُ اِنَّکَ لَرَسُوۡلُہٗ -- Dan
Allah mengetahui sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya, وَ اللّٰہُ یَشۡہَدُ
اِنَّ الۡمُنٰفِقِیۡنَ
لَکٰذِبُوۡنَ ۚ -- tetapi Allah pun menyaksikan sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. (Al-Munāfiqūn [63]:1-2).
Ciri khas orang munafik ialah dengan suara lantang ia menyatakan keiman-annya dan dengan itu berusaha menyembunyikan kekhianatan dan kemunafikan hatinya, sebagaimana
tergambar dari ucapan mereka: نَشۡہَدُ اِنَّکَ
لَرَسُوۡلُ اللّٰہِ -- “Kami menyaksikan sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.”
Lebih lanjut Allah Swt. menjelaskan
mengenai ciri-ciri mereka, yakni suka
mengobral sumpah guna meyakinkan
orang-orang yang dikelabuinya, firman-Nya:
اِتَّخَذُوۡۤا اَیۡمَانَہُمۡ
جُنَّۃً فَصَدُّوۡا عَنۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ ؕ اِنَّہُمۡ سَآءَ مَا کَانُوۡا
یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ اٰمَنُوۡا
ثُمَّ کَفَرُوۡا فَطُبِعَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ
فَہُمۡ لَا یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾
Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka perisai, maka mereka menghalang-halangi orang-orang dari jalan Allah.
Sesungguhnya sangat buruk apa yang telah
mereka kerjakan. Yang demikian itu karena mereka beriman kemudian mereka
kafir, lalu kalbu mereka dimeterai maka mereka tidak dapat mengerti. (Al-Munāfiqūn
[63]:3-4).
Penampilan Fisik
Mereka Mengagumkan & Seperti “Batang Kayu yang Tersandar”
Orang-orang munafik tampaknya telah kehilangan akal sehat dan kehilangan pengertian,
karena mereka bekerja dengan anggapan
keliru bahwa tipu muslihat dan kelicikan bicara mereka, dapat menipu Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Karena pertimbangan pernyataan keimanan mereka kepada Rasul Allah Swt.
adalah semata-mata keuntungan duniawi, maka sangat wajar
jika dari segi penampilan fisik serta
kehidupan duniawinya mereka itu sangat menarik, firman-Nya:
وَ
اِذَا رَاَیۡتَہُمۡ تُعۡجِبُکَ اَجۡسَامُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ
یَّقُوۡلُوۡا تَسۡمَعۡ لِقَوۡلِہِمۡ ؕ کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ
مُّسَنَّدَۃٌ ؕ یَحۡسَبُوۡنَ کُلَّ
صَیۡحَۃٍ عَلَیۡہِمۡ ؕ ہُمُ الۡعَدُوُّ
فَاحۡذَرۡہُمۡ ؕ قٰتَلَہُمُ
اللّٰہُ ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh
mereka membuat engkau kagum. Dan jika mereka berkata engkau mendengarkan
ucapan mereka. کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ
-- Mereka itu seolah-olah kayu yang tersandar, یَحۡسَبُوۡنَ کُلَّ صَیۡحَۃٍ عَلَیۡہِمۡ -- mereka menyangka
setiap teriakan terhadap mereka. ہُمُ الۡعَدُوُّ
فَاحۡذَرۡہُمۡ -- Mereka adalah musuh maka
waspadalah terhadap mereka. ٰتَلَہُمُ
اللّٰہُ ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ -- Allah
membinasakan mereka, bagaimana mereka
dipalingkan dari kebenaran. (Al-Munāfiqūn [63]:5).
Makna ayat کَاَنَّہُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَۃٌ -- “Mereka itu seolah-olah batang
kayu yang tersandar” Seorang munafik
kurang memiliki kepercayaan kepada
diri sendiri. Ia senantiasa mencari orang
lain yang kepadanya ia dapat bersandar. Atau, ayat ini dapat
juga berarti bahwa keadaan batinnya
tidak sesuai dengan keadaan lahirnya.
Ia berperilaku demikian sehingga ia secara
lahiriah tampak berpikiran sehat terhormat, dan jujur, tetapi di dalamnya ia kosong
melompong dan busuk sampai ke
hati sanubarinya, bagaikan keadaan batang
kayu yang di tengahnya bolong dan
tersandar pada dinding tetapi jika dipukul berbunyi keras.
Ia berusaha mengambil hati orang dengan ucapannya
yang fasih, namun karena ia seorang pengecut
ia dihinggapi oleh rasa curiga dan
melihat bahaya di mana-mana.
Mengisyaratkan kepada orang-orang munafik seperti itu itu pulalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ مِنَ
النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ بِالۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَ مَا ہُمۡ
بِمُؤۡمِنِیۡنَ ۘ﴿۸﴾ یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا
یَخۡدَعُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡنَ ؕ﴿﴾ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ فَزَادَہُمُ اللّٰہُ
مَرَضًا ۚ وَ لَہُمۡ عَذَابٌ
اَلِیۡمٌۢ ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا
یَکۡذِبُوۡنَ ﴿﴾
Dan di antara manusia ada yang mengatakan: ”Kami beriman kepada Allah dan Hari
Kemudian”, padahal mereka sama sekali bukanlah orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka
tidak menipu melainkan diri mereka sendiri tetapi
mereka sama sekali tidak menyadarinya. فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ مَّرَضٌ ۙ
فَزَادَہُمُ اللّٰہُ مَرَضًا -- Dalam hati mereka ada pe-nyakit, lalu Allah menambah penyakit mereka وَ لَہُمۡ عَذَابٌ
اَلِیۡمٌۢ ۬ۙ بِمَا کَانُوۡا یَکۡذِبُوۡنَ -- dan bagi mereka ada azab yang pedih
disebabkan mereka senantiasa berdusta.
(Al-Baqarah
[2]:9-11).
Pembuat Kerusakan di Muka Bumi
Hanya Allah Swt. dan Hari Kemudian yang dibicarakan dalam ayat 9, sedangkan Rukun Iman lainnya tidak disebut, karena
Allah Swt. dan Hari
Kemudian itu masing-masing rukun
pertama dan terakhir dalam Rukun Iman pada ajaran Islam. Pernyataan
iman kepada kedua hal itu dengan
sendirinya mengandung pernyataan iman
kepada rukun-rukun lainnya. Di tempat
lain Al-Quran menyatakan bahwa iman
kepada Hari Kemudian meliputi iman kepada para malaikat, seperti juga kepada Kitab-kitab
Suci (QS.6:93).
Makna Khāda’a-hu
dalam ayat یُخٰدِعُوۡنَ اللّٰہَ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ۚ وَ مَا یَخۡدَعُوۡنَ اِلَّاۤ
اَنۡفُسَہُمۡ وَ مَا یَشۡعُرُوۡ -- “Mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang
beriman, padahal mereka tidak menipu melainkan diri
mereka sendiri tetapi mereka sama sekali tidak menyadarinya” berarti: ia berusaha atau ingin menipu dia, tetapi tidak
berhasil dalam usaha itu. Khadā’a-hu berarti: ia berhasil dalam usaha menipunya; ia meninggalkan dia atau
sesuatu (Baqa). Jadi, khāda’a-hu dipakai mengenai seseorang
bila ia tidak mencapai keinginannya; dan khadā’a-hu bila ia mencapainya (Lexicon
Lane).
Allah
Swt. telah memperlihatkan
begitu banyak Tanda (mukjizat) untuk
mendukung Islam dan berangsur-angsur Islam telah menjadi begitu berkuasa,
sehingga orang-orang munafik telah
menjadi makin lama makin takut
terhadap kaum Muslimin, dan sebagai
akibatnya telah bertambah dalam kemunafikan
mereka.
Mereka selalu menganggap perbuatannya
sebagai perbuatan baik padahal sebaliknya, firman-Nya:
وَ اِذَا
قِیۡلَ لَہُمۡ لَا تُفۡسِدُوۡا فِی الۡاَرۡضِ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّمَا نَحۡنُ
مُصۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ
الۡمُفۡسِدُوۡنَ وَ لٰکِنۡ لَّا یَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَاِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ
النَّاسُ قَالُوۡۤا
اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ
السُّفَہَآءُ ؕ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ السُّفَہَآءُ وَ لٰکِنۡ لَّا
یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: ”Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi”, mereka berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ketahuilah, sesungguhnya me-reka itulah
pembuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadarinya. وَاِذَا قِیۡلَ لَہُمۡ اٰمِنُوۡا کَمَاۤ اٰمَنَ النَّاسُ -- Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman”,
قَالُوۡۤا اَنُؤۡمِنُ کَمَاۤ اٰمَنَ السُّفَہَآءُ -- mereka
berkata: “Apakah kami harus
beriman sebagaimana orang-orang
bodoh itu telah beriman?”
اَلَاۤ اِنَّہُمۡ ہُمُ السُّفَہَآءُ وَ لٰکِنۡ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ -- Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang bodoh tetapi mereka tidak mengetahui. (Al-Baqarah
[2]:12-14).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar