بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 1
Ujian Keimanan
yang Pasti Dialami Orang-orang yang Menyatakan Beriman Kepada Allah Swt.
dan Rasul Allah yang Dijanjikan
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
S
|
ebagian
terbesar pendapat para ulama cenderung meletakkan turunnya Surah Al-Ankabūt di pertengahan atau akhir
pertengahan masa Mekkah. Surah ini agaknya memperoleh nama dari ayat 42, di
tempat itu kepalsuan dan sia-sianya kepercayaan musyrik digambarkan dengan sebuah tamsil (perumpamaan) bahwa itikad-itikad
itu, karena lemah dan rapuh seperti sarang laba-laba (Al-Ankabūt), tidak tahan kecaman
yang berlandaskan pertimbangan akal sehat,
firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang
mengambil penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan
laba-laba yang membuat rumah
(sarang), dan sesungguhnya selemah-lemah
rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. (Al-Ankabūt [29]42).
Surah sebelumnya (Al-Qashash) berakhir
dengan catatan, bahwa Nabi Besar Muhammad
saw. akan datang kembali
sebagai pemenang dan penakluk kota kelahiran beliau yaitu Mekkah, dari tempat itu beliau saw. telah
diusir sebagai seorang pelarian
hampir tanpa seorang sahabat pun (QS.8:31; QS.9:40), sedang suatu hadiah besar dijanjikan bagi siapa yang
dapat menangkap beliau saw. dalam
keadaan baik hidup ataupun mati.
Surah Al-Ankabūt
ini memulai dengan peringatan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah Swt.bahwa pekerjaan berat pada waktu yang panjang,
menderita kesusahan, dan kekurangan yang dialami dengan penuh ketabahan dan
kesabaran, itu semua merupakan syarat
mutlak bagi kehidupan yang
berhasil (sukses).
Ikhtisar
Surah Al-Ankabūt
Surah ini lebih lanjut
membicarakan masalah pokoknya, yaitu
bahwa nikmat dan rahmat besar yang akan dilimpahkan
kepada orang-orangyang beriman kepada Allah Swt. dalan Rasul-Nya
di dunia ini dan di akhirat itu tidak akan diberikan kepada
mereka sebelum mereka dihadapkan kepada ujian
yang berat. Mereka akan terpaksa
melalui kesulitan dan penderitaan untuk memperoleh rahmat dan nikmat itu.
Hanya dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas bertobat dan dengan menghadap kepada Allah Swt. seraya hati sangat merendahkan diri
serta penuh penyesalan, lagi dengan
menimbulkan perubahan sejati dan kekal di dalam kehidupannya, orang dapat
menerima pengampunan Allah Swt. dan menjadi layak memperoleh rahmat dan karunia Ilahi.
Sambil kembali kepada soal perlakuan terhadap orang-orang beriman,
Surah Al-Ankabūt seterusnya mengatakan, bahwa mereka hendaknya
jangan membiarkan kesulitan-kesulitan
dan kekurangan-kekurangan, biar
sebesar apa pun menghambat pengkhidmatan
mereka di jalan Allah Swt., dan
dengan tandas dan tegas mereka dianjurkan supaya menempatkan kesetiaan mereka kepada Allah Swt. di atas kesetiaan kepada orang-tua mereka, bila kedua-dua kesetiaan itu berbenturan
dan bertentangan.
Kemudian disinggungnya secara
singkat kisah hidup Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Luth a.s., dan beberapa utusan (rasul) Ilahi lainnya, untuk menunjukkan, bahwa penganiayaan tidak mungkin menghentikan
atau memperlambat kemajuan agama hakiki, dan bahwa paksaan dalam perkara keagamaan tidak berguna, dan suatu kaum
tidak dapat dipaksa untuk selamanya
menganut paham-paham yang dipaksakan dengan kekerasan.
Surah Al-Ankabūt lebih lanjut mengatakan, bahwa kepercayaan syirik karena rapuh
seperti sarang laba-laba, tidak dapat
bertahan terhadap kecaman menurut
akal dan selidik. Oleh karena itu orang-orang
kafir tidak mempunyai alasan atau
pembelaan untuk terus berpegang pada kemusyrikan, sedang sebuah kitab yakni Al-Quran telah diturunkan, yang sungguh-sungguh memenuhi sepenuhnya segala kepentingan dan keperluan akhlak manusia, dan nyata cocok benar untuk mengangkat
manusia ke puncak martabat akhlak
tertinggi.
Surah ini lebih lanjut menyangkal kecaman yang sering kali dilontarkan orang-orang kafir bahwa Al-Quran
itu telah dikarang oleh Nabi Besar
Muhammad saw., justru kebalikannyalah Al-Quran
dikemukakan sebagai mukjizat Ilahi
terbesar Nabi Besar Muhammad saw.. Itulah jawaban
terhadap tuntutan orang-orang kafir
yang meminta tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat kepada Nabi Besar
Muhammad saw..
Menjelang akhir Surah, orang-orang beriman dihibur dan hati
mereka ditenangkan dengan jaminan,
bahwa bila mereka bersabar dalam menderita aniaya yang ditimpakan kepada
mereka, maka suatu masa depan yang besar dan gemilang menanti di hadapan mereka.
Surah Al-Ankabūt ini berakhir dengan catatan, bahwa orang-orang beriman
akan terpaksa mengangkat senjata dalam mempertahankan Islam dan untuk menjalankan jihad secara hebat dan dahsyat terhadap kekuatan-kekuatan keburukan. Akan tetapi jihad yang hakiki, demikian dikatakan oleh Surah ini, terkandung
bukan dalam membunuh atau terbunuh, melainkan dalam berjuang keras untuk mendapat keridhaan Ilahi dan dalam menablighkan amanat Al-Quran.
Kepastian Adanya Ujian Keimanan & Peristiwa “Ledakan Besar”
Demikianlah ikhtisar Surah Al-Ankabūt, dan dalam firman-Nya berikut ini di awal Surah Allah
Swt. berfirman mengenai tujuan ujian
keimanan bagi orang-orang yang menyatakan telah beriman kepada Allah Swt.
dan kepada Rasul Allah yang
kedatangannya dijanjikan kepada
mereka:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ الٓـمّٓ ۚ﴿﴾ اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ
ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ
فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ
صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ
الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ
اَنۡ یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا یَحۡکُمُوۡنَ ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓ -- Aku, Allah Yang Maha Mengetahui. اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ
ہُمۡ لَا یُفۡتَنُوۡنَ -- Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan mereka
tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ
اللّٰہُ الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ
لَیَعۡلَمَنَّ الۡکٰذِبِیۡنَ -- Dan
sungguh Kami benar-benar telah
menguji orang-orang se-belum mereka, maka pasti Allah mengetahui orang-orang yang berkata benar dan pasti
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
اَمۡ حَسِبَ
الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ
یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ مَا
یَحۡکُمُوۡنَ -- Ataukah orang-orang
yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka
akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk apa yang mereka putuskan! (Al-Ankabūt
[29]:1-5).
Berkenaan dengan proses penciptaan
alam semesta yang disebut peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar), Allah
Swt. berfirman:
اَوَ
لَمۡ یَرَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا
اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang
yang kafir melihat اَنَّ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu
suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami pisahkan keduanya? ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ شَیۡءٍ حَیٍّ -- Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air.
اَفَلَا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Tidakkah mereka
mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
Ayat ini mengisyaratkan landasan agung satu kebenaran
ilmiah. Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam semesta, ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat
itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta khususnya tata surya, -- sesuai dengan Sifat Rabbubiyat Allah Swt. (QS.1:2) -- telah berkembang
dari “gumpalan” yang belum mempunyai
bentuk atau segumpal kabut.
Selaras dengan asas yang Allah Swt. lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai
menjadi kesatuan-kesatuan wujud
tata-surya (“The Universe
Surveyed” oleh Harold Richards
dan “The Nature of the Universe”
oleh Fred Hoyle). وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ
شَیۡءٍ حَیٍّ -- Sesudah
itu Allah Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
Ayat ini nampaknya mengandung
arti bahwa seperti alam kebendaan,
demikian pula alam keruhanian pun
berkembang dari “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk, yang terdiri dari alam
pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan
yang bukan-bukan.
Sebagaimana Allah Swt. dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset
dan sesuai dengan rencana agung-Nya telah memecahkan “gumpalan” zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran dan tersusun
menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula
Dia mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau (QS.30:42).
Pengutusan Rasul Allah Sebagai Sarana
Pemecah “Gumpalan” & “Kemarau
Panjang” Dunia Ruhani
Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh
serta angkasa keruhanian
menjadi tersaput oleh awan yang padat
dan sesak, Allah Swt. menyebabkan
munculnya suatu cahaya berupa seorang
utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar luas itu, dan dari gumpalan yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan -- yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani -- lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi
seluruh bumi, menerima kehidupan
dan pengarahan, dari tenaga penggerak yang berada di
belakangnya berupa wahyu Ilahi, yang
dalam Al-Quran digambarkan sebagai
turunnya air hujan yang menghidupkan bumi yang telah mati karena
mengalami musim kemarau panjang, firman-Nya:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ تَخۡشَعَ
قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ اللّٰہِ وَ مَا
نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا
الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ
الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang
yang beriman, bahwa hati mereka
tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka, وَ لَا یَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ -- dan mereka tidak menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
قَدۡ بَیَّنَّا
لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ
تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami telah
menjelaskan Tanda-tanda kepadamu
supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd
[57]:17-18).
Mengisyaratkan kepada Sunnatullah
yang dikemukakan dalam ayat وَ لَا یَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ -- dan mereka tidak menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?” firman-Nya berikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. (Ar-Rūm [30]:42).
Ungkapan ayat ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ
الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی
النَّاسِ -- “Kerusakan telah meluas di daratan
dan di lautan disebabkan per-buatan
tangan manusia” menggambarkan keadaan keadaan ratqan
yakni suatu yang telah “menggumpal” (ratqan) sehingga sulit memisahkan mana bagian-bagian yang baik dan mana bagian-bagian yang buruk dari “gumpalan” tersebut.
Pengutusan Rasul Allah Merupakan “The
Big Bang” (Ledakan Besar) Dalam Dunia
Ruhani
Dalam
ayat tersebut Allah Swt. mengemukakan Sunnah-Nya yang senantiasa terjadi dalam dunia keruhanian, bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang nabi sebagai “sarana” pemecah gumpalan” (ratqan) -- yang
disebut “the Big Bang” (Ledakan
Besar) -- untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya,
yaitu Allah Swt.: اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ
کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu
فَفَتَقۡنٰہُمَا -- lalu Kami pisahkan keduanya? (QS.21:31), firman-Nya:
مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ
وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ
وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا
فَلَکُمۡ اَجۡرٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan
orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ
عَلَی الۡغَیۡبِ -- Dan
Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ
یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- tetapi Allah memilih di an-tara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, ۪
فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ -- karena itu berimanlah ka-mu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ
عَظِیۡمٌ -- dan
jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
Ayat مَا کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی
مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی
یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ – “Allah sekali-kali tidak akan
membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya hingga
Dia memisahkan yang buruk dari yang baik” maksudnya adalah bahwa setelah terjadi proses “pemecahan gumpalan” di kalangan umat
manusia melalui pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw., percobaan dan kemalangan
yang telah dialami kaum Muslimin hingga
saat itu tidak akan segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang
beriman sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah
iman, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ
بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ
الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ الَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ
رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai
orang-orang yang ber-iman, mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dan janganlah
kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa mereka
itu mati, tidak bahkan mereka
hidup, tetapi kamu tidak menyadari. وَ
لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ
الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ -- Dan Kami niscaya akan
menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan
da-lam harta, jiwa dan buah-buahan, وَ بَشِّرِ
الصّٰبِرِیۡنَ -- dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ اِنَّاۤ اِلَیۡہِ
رٰجِعُوۡنَ -- Yaitu orang-orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, mereka
berkata: ”Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami
kembali.” اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟
وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ -- Mereka itulah orang-orang
yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat
dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka
inilah yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah
[2]:154-157).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, Senin 16 Maret
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar