Senin, 16 Maret 2015

Ujian Keimanan Pasti Dialami Orang-orang yang Beriman Kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya yang Dijanjikan & "The Big Bang" (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani)



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 1   

Ujian Keimanan yang Pasti Dialami Orang-orang yang Menyatakan Beriman Kepada Allah Swt. dan Rasul Allah yang Dijanjikan  
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

S
ebagian terbesar pendapat para ulama cenderung meletakkan turunnya Surah Al-Ankabūt di pertengahan atau akhir pertengahan masa Mekkah. Surah ini agaknya memperoleh nama dari ayat 42, di tempat itu kepalsuan dan sia-sianya kepercayaan musyrik digambarkan dengan sebuah tamsil (perumpamaan) bahwa itikad-itikad itu, karena lemah dan rapuh seperti sarang laba-laba (Al-Ankabūt), tidak tahan kecaman yang berlandaskan pertimbangan akal sehat, firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah (sarang), dan sesungguhnya selemah-lemah  rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. (Al-Ankabūt  [29]42).
     Surah sebelumnya (Al-Qashash) berakhir dengan catatan, bahwa Nabi Besar Muhammad saw.   akan datang kembali sebagai pemenang dan penakluk kota kelahiran beliau yaitu Mekkah, dari tempat itu beliau saw. telah diusir sebagai seorang pelarian hampir tanpa seorang sahabat pun (QS.8:31; QS.9:40), sedang suatu hadiah besar dijanjikan bagi siapa yang dapat menangkap beliau saw. dalam keadaan baik hidup ataupun mati.
      Surah Al-Ankabūt  ini memulai dengan peringatan kepada orang-orang yang beriman kepada Allah Swt.bahwa pekerjaan berat pada waktu yang panjang, menderita kesusahan, dan kekurangan yang dialami dengan penuh ketabahan dan kesabaran, itu semua merupakan syarat mutlak bagi kehidupan yang berhasil (sukses).

Ikhtisar Surah Al-Ankabūt  

       Surah ini lebih lanjut membicarakan masalah pokoknya, yaitu  bahwa nikmat dan rahmat besar yang akan dilimpahkan kepada orang-orangyang  beriman kepada Allah Swt. dalan Rasul-Nya di dunia ini dan di akhirat itu tidak akan diberikan kepada mereka sebelum mereka dihadapkan kepada ujian yang berat. Mereka akan terpaksa melalui kesulitan dan penderitaan untuk memperoleh rahmat dan nikmat itu.
     Hanya dengan sungguh-sungguh dan tulus ikhlas bertobat dan dengan menghadap kepada Allah Swt. seraya hati sangat merendahkan diri serta penuh penyesalan, lagi dengan menimbulkan perubahan sejati dan kekal di dalam kehidupannya, orang dapat menerima pengampunan Allah Swt.  dan menjadi layak memperoleh rahmat dan karunia Ilahi.
       Sambil kembali kepada soal perlakuan terhadap orang-orang beriman, Surah Al-Ankabūt  seterusnya mengatakan, bahwa mereka hendaknya jangan membiarkan kesulitan-kesulitan dan kekurangan-kekurangan, biar sebesar apa pun menghambat pengkhidmatan mereka di jalan Allah Swt., dan dengan tandas dan tegas mereka dianjurkan supaya menempatkan kesetiaan mereka kepada Allah Swt. di atas kesetiaan kepada orang-tua mereka, bila kedua-dua kesetiaan itu berbenturan dan bertentangan.
        Kemudian disinggungnya secara singkat kisah hidup Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s.,  Nabi Luth a.s., dan beberapa utusan (rasul) Ilahi lainnya, untuk menunjukkan, bahwa penganiayaan tidak mungkin menghentikan atau memperlambat kemajuan agama hakiki, dan bahwa paksaan dalam perkara keagamaan tidak berguna, dan suatu kaum tidak dapat dipaksa untuk selamanya menganut paham-paham yang dipaksakan dengan kekerasan.
       Surah Al-Ankabūt lebih lanjut mengatakan, bahwa kepercayaan syirik karena rapuh seperti sarang laba-laba, tidak dapat bertahan terhadap kecaman menurut akal dan selidik. Oleh karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai alasan atau pembelaan untuk terus berpegang pada kemusyrikan, sedang sebuah kitab yakni Al-Quran telah diturunkan, yang sungguh-sungguh memenuhi sepenuhnya segala kepentingan dan keperluan akhlak manusia, dan nyata cocok benar untuk mengangkat manusia ke puncak martabat akhlak tertinggi.
      Surah ini lebih lanjut menyangkal kecaman yang sering kali dilontarkan orang-orang kafir  bahwa Al-Quran itu telah dikarang oleh Nabi Besar Muhammad saw., justru kebalikannyalah Al-Quran dikemukakan sebagai mukjizat Ilahi terbesar Nabi Besar Muhammad saw..  Itulah jawaban terhadap tuntutan orang-orang kafir yang meminta tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat kepada Nabi Besar Muhammad saw..
       Menjelang akhir Surah, orang-orang beriman dihibur dan hati mereka ditenangkan dengan jaminan, bahwa bila mereka bersabar dalam menderita aniaya yang ditimpakan kepada mereka, maka suatu masa depan yang besar dan gemilang menanti di hadapan mereka.
          Surah Al-Ankabūt ini berakhir dengan catatan, bahwa orang-orang beriman akan terpaksa mengangkat senjata dalam mempertahankan Islam dan untuk menjalankan jihad secara hebat dan dahsyat terhadap kekuatan-kekuatan keburukan. Akan tetapi jihad yang hakiki, demikian dikatakan oleh Surah ini, terkandung bukan dalam membunuh atau terbunuh, melainkan dalam berjuang keras untuk mendapat keridhaan Ilahi dan dalam menablighkan amanat Al-Quran.

Kepastian Adanya Ujian Keimanan & Peristiwa “Ledakan Besar

         Demikianlah ikhtisar Surah Al-Ankabūt, dan  dalam firman-Nya berikut ini di awal Surah Allah Swt. berfirman mengenai tujuan ujian keimanan bagi orang-orang yang menyatakan telah beriman kepada Allah Swt. dan kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  الٓـمّٓ ۚ﴿﴾  اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ  ﴿﴾  اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. الٓـمّٓ  --   Aku, Allah Yang Maha Mengetahui.   اَحَسِبَ النَّاسُ اَنۡ یُّتۡرَکُوۡۤا اَنۡ یَّقُوۡلُوۡۤا اٰمَنَّا وَ ہُمۡ  لَا یُفۡتَنُوۡنَ --   Apakah manusia menyangka  bahwa mereka akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” dan  mereka tidak akan diuji? وَ لَقَدۡ فَتَنَّا الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ فَلَیَعۡلَمَنَّ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ صَدَقُوۡا وَ لَیَعۡلَمَنَّ  الۡکٰذِبِیۡنَ    --  Dan  sungguh Kami benar-benar telah menguji orang-orang se-belum mereka, maka pasti Allah   mengetahui  orang-orang yang berkata benar dan pasti Dia  mengetahui orang-orang yang dusta. اَمۡ حَسِبَ الَّذِیۡنَ یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ اَنۡ  یَّسۡبِقُوۡنَا ؕ سَآءَ  مَا یَحۡکُمُوۡنَ  --  Ataukah orang-orang yang berbuat keburukan menyangka bahwa mereka akan dapat melepaskan diri dari azab Kami? Sangat buruk  apa yang mereka putuskan!   (Al-Ankabūt [29]:1-5).
           Berkenaan dengan proses penciptaan alam semesta   yang disebut peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar), Allah Swt. berfirman:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?  ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).
        Ayat ini mengisyaratkan landasan agung   satu kebenaran ilmiah. Agaknya ayat itu menunjuk kepada alam semesta, ketika masih belum mempunyai bentuk benda, dan ayat itu bermaksud menyatakan bahwa seluruh alam semesta khususnya tata surya, -- sesuai dengan Sifat Rabbubiyat Allah Swt. (QS.1:2)   -- telah berkembang dari “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk atau segumpal kabut.
         Selaras dengan asas yang Allah Swt.  lancarkan Dia memecahkan gumpalan zat itu dan pecahan-pecahan yang cerai-berai menjadi kesatuan-kesatuan wujud tata-surya (“The Universe Surveyed” oleh Harold   Richards dan “The Nature of the Universe” oleh Fred Hoyle). وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ    -- Sesudah itu Allah Swt. menciptakan seluruh kehidupan itu dari air.
        Ayat ini nampaknya mengandung arti bahwa seperti alam kebendaan, demikian pula alam keruhanian pun berkembang dari “gumpalan” yang belum mempunyai bentuk, yang terdiri dari alam pikiran yang kacau-balau dan kepercayaan-kepercayaan yang bukan-bukan.
       Sebagaimana Allah Swt.  dengan hikmah-Nya yang tidak pernah meleset dan sesuai dengan rencana agung-Nya telah memecahkan “gumpalan” zat itu, dan pecahan-pecahan yang bertebaran  dan tersusun menjadi kesatuan wujud berbagai tata surya, maka persis seperti itu pula Dia mewujudkan suatu tertib ruhani yang baru dalam suatu alam yang berguling-gantang di dalam paya-paya cita-cita yang kacau-balau  (QS.30:42).

Pengutusan Rasul Allah  Sebagai Sarana Pemecah “Gumpalan” & “Kemarau Panjang” Dunia  Ruhani

        Bila umat manusia tenggelam ke dalam kegelapan akhlak yang keruh  serta angkasa keruhanian menjadi tersaput oleh awan yang padat dan sesak, Allah Swt. menyebabkan munculnya suatu cahaya berupa seorang utusan Ilahi (rasul Allah) yang mengusir kegelapan ruhani yang telah menyebar luas itu, dan dari gumpalan yang tidak berbentuk dan tanpa kehidupan  -- yang berupa kerendahan akhlak dan ruhani  -- lahirlah suatu alam semesta ruhani yang mulai meluas dari pusatnya dan akhirnya melingkupi seluruh bumi, menerima kehidupan dan pengarahan, dari tenaga penggerak yang berada di belakangnya berupa wahyu Ilahi, yang dalam Al-Quran digambarkan sebagai turunnya air hujan yang menghidupkan bumi yang telah mati  karena mengalami musim kemarau panjang,   firman-Nya:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾    اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka,  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ -- dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ  -- maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا  --  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ  -- Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepadamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
          Mengisyaratkan kepada  Sunnatullah  yang dikemukakan dalam ayat وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ -- dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ  -- maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?” firman-Nya berikut ini:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. (Ar-Rūm [30]:42).
         Ungkapan ayat   ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ    --  Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia” menggambarkan keadaan keadaan  ratqan  yakni  suatu yang telah “menggumpal  (ratqan)   sehingga sulit memisahkan mana  bagian-bagian yang baik dan  mana bagian-bagian yang buruk  dari “gumpalan” tersebut.

Pengutusan Rasul Allah Merupakan “The Big Bang” (Ledakan Besar) Dalam Dunia Ruhani

        Dalam ayat  tersebut Allah Swt. mengemukakan Sunnah-Nya  yang senantiasa terjadi dalam   dunia keruhanian,  bahwa bila kegelapan menyelimuti muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt.  dan menaklukkan diri sendiri kepada penyembahan tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka Allah Swt. membangkitkan seorang nabi  sebagai “sarana” pemecah gumpalan” (ratqan)    -- yang disebut “the Big Bang” (Ledakan Besar)  -- untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya, yaitu Allah Swt.: اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya? (QS.21:31), firman-Nya:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik.  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ  -- Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- tetapi Allah memilih di an-tara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ    -- karena itu berimanlah ka-mu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,  وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ  -- dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
         Ayat   مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ  – “Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya    hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik maksudnya adalah  bahwa setelah terjadi proses “pemecahan gumpalan” di kalangan umat manusia melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,  percobaan dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan segera berakhir. Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang beriman  sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah iman, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ   الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang ber-iman,  mohonlah pertolongan dengan sabar   dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.  Dan  janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa  mereka itu mati, tidak bahkan mereka hidup,  tetapi kamu tidak menyadari. وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ  --     Dan  Kami niscaya  akan  menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan,  kekurangan da-lam harta,  jiwa dan buah-buahan, وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ --  dan berilah kabar gembira kepada  orang-orang yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ  --  Yaitu orang-orang yang  apabila  suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata:  Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali.” اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ    -- Mereka itulah  orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah  yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]:154-157).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, Senin  16  Maret      2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar