Senin, 16 Maret 2015

Pengutusan Rasul Allah yang Dijanjikan -- Terutama Nabi Besar Muhammad Saw. -- Merupakan "The Big Bang" (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani Guna Melakukan Pemisahan yang Baik dari yang Buruk di Kalangan Umat Manusia, Khususnya Umat beragama




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt



Bab 2


Pengutusan Rasul Allah yang Dijanjikan   -- Terutama Nabi Besar Muhammad  saw. -- Merupakan “The Big Bang” (Ledakan Besar) Alam Semesta Ruhani Guna Melakukan Pemisahan  yang “Baik” dari “yang “Buruk”  di Kalangan Umat Manusia, khususnya Umat Beragama
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai proses penciptaan tatanan alam semesta jasmani melalui peristiwa “the Big Bang” (Ledakan Besar), dan  Sunnatullah yang sama terjadi pula dalam  proses penciptaan tatanan alam semesta ruhani, firman-Nya:
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?  ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).

Peristiwa “Ledakan Besar” di Alam Ruhani  Berupa Pengutusan Rasul Allah

       Berikut  adalah peristiwa  “the Big Bang” (Ledakan Besar),  dalam  proses penciptaan tatanan alam semesta ruhani, firman-Nya:
مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya   hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik.  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ  -- Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ  -- tetapi Allah memilih di an-tara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki, ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ    -- karena itu berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,  وَ  اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ  اَجۡرٌ  عَظِیۡمٌ  -- dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Ali ‘Imran [3]:180).
         Ayat   مَا  کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ  اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ  الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ  – “Allah sekali-kali tidak akan  membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu berada di dalamnya    hingga  Dia memisahkan yang buruk dari yang baik  maksudnya adalah  bahwa setelah terjadi proses “pemecahan gumpalan” di kalangan umat manusia melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,  percobaan dan kemalangan yang telah dialami kaum Muslimin hingga saat itu tidak akan segera berakhir.
        Masih banyak lagi percobaan yang tersedia bagi mereka, dan percobaan-percobaan itu akan terus-menerus datang, hingga orang-orang beriman  sejati, akan benar-benar dibedakan dari kaum munafik dan yang lemah iman, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِیۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَ الصَّلٰوۃِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ ؕ وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ۙ   الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ ﴿﴾ؕ اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman,  mohonlah pertolongan dengan sabar   dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.  Dan  janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa  mereka itu mati, tidak bahkan mereka hidup,  tetapi kamu tidak menyadari. وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ  --     Dan  Kami niscaya  akan  menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan,  kekurangan da-lam harta,  jiwa dan buah-buahan, وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ --  dan berilah kabar gembira kepada  orang-orang yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ  --  Yaitu orang-orang yang  apabila  suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata:  Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali.” اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ    -- Mereka itulah  orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah  yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah [2]:154-157).

Makna Perintah  Sabar Mendahului Perintah Shalat (Doa)

        Karena penciptaan alam semesta ada di bawah sifat Rabbubiyat Allah Swt.  --  yakni melalui rangkaian proses hukum sebab-akibat yang berkesinambungan, bukan melalui  firman-Nya: “Kun fayakun   --  Jadilah!” Maka terjadilah  --  karena itu  dalam ayat tersebut  Allah Swt. telah menekankan masalah sabar mendahului masalah shalat (doa).
       Shabr (sabar) berarti: (1) tekun dalam menjalankan sesuatu; (2) memikul kemalangan dengan ketabahan dan tanpa berkeluh-kesah; (3) berpegang teguh kepada syariat dan petunjuk akal; (4) menjauhi perbuatan yang dilarang oleh syariat dan akal  (Al-Mufradat).
        Contohnya, pasangan suami-istri yang baru menikah yang mengharapkan lahirnya seorang anak mereka mereka harus bersabar menunggu kelahiran anak mereka sekitar 9 bulan selain terus menerus berdoa kepada Allah Swt. agar memperoleh keturunan (anak)   (QS.7:190). Doa kepadaAllah Swt. perlu terus menerus dipanjatkan sebab dalam menunggu selama 9 bulan tersebut banyak kemungkinan yang akan terjadi pada janin (bayi)  yang dikandung istrinya.
         Jadi ayat tersebut  mengandung satu asas yang hebat sekali untuk mencapai keberhasilan:
          Pertama, seorang Muslim harus tekun dalam usahanya dan sedikit pun tidak boleh berputus asa. Di samping itu ia harus menjauhi apa-apa yang berbahaya dan berpegang teguh kepada segala hal yang baik.
          Kedua, ia hendaknya mendoa kepada  Allah Swt. . untuk keberhasilan, sebab hanya Allah Swt.   sajalah Sumber segala kebaikan.
          Kata shabr (sabar) mendahului kata shalat dalam ayat ini dengan maksud untuk menekankan pentingnya memahami dan  melaksanakan hukum Ilahi yang terkadang diremehkan karena tidak mengetahui. Lazimnya doa akan terkabul hanya bila didampingi oleh penggunaan segala sarana yang dijadikan  Allah Swt. melalui Sifat Rahmāniyat-Nya (Maha Pemurah-Nya)    untuk mencapai sesuatu tujuan.
        Ahya dalam ayat  وَ لَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ یُّقۡتَلُ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡیَآءٌ وَّ لٰکِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ  -- “Dan janganlah kamu mengatakan mengenai orang-orang yang terbunuh di jalan Allah bahwa  mereka itu mati, tidak bahkan mereka hidup,  tetapi kamu tidak menyadari kata ahya itu jamak dari hayy yang antara lain berarti: (1) seseorang dengan amal yang diperbuat selama hidupnya tidak menjadi sia-sia; (2) orang yang kematiannya dituntut balas.
         Ayat ini mengandung suatu kebenaran agung dari segi ilmu jiwa yang diperkirakan memberikan pengaruh hebat kepada kehidupan dan kemajuan suatu kaum. Karena suatu kaum yang tidak menghargai pahlawan-pahlawan yang telah syahid secara sepatutnya dan tidak mengambil langkah-langkah untuk melenyapkan rasa takut mati dari hati mereka, sebenarnya telah menutup masa depan mereka sendiri.

Pentingnya Sikap Istiqamah (Teguh)  Melangkah di Jalan Allah

         Ayat   وَ لَنَبۡلُوَنَّکُمۡ بِشَیۡءٍ مِّنَ الۡخَوۡفِ وَ الۡجُوۡعِ وَ نَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَ الۡاَنۡفُسِ وَ الثَّمَرٰتِ  --     Dan  Kami niscaya  akan  menguji kamu dengan sesuatu berupa ketakutan, kelaparan,  kekurangan da-lam harta,  jiwa dan buah-buahan”     merupakan kelanjutan yang tepat dari ayat yang mendahuluinya. Kaum Muslimin harus siap-sedia bukan saja mengorbankan jiwa mereka untuk kepentingan Islam tetapi mereka harus juga bersedia menderita segala macam kesedihan yang akan menimpa mereka sebagai cobaan atau ujian di jalan Allah sebagai resiko beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Swt..
       Selanjutnya Allah Swt. berfiman: وَ بَشِّرِ الصّٰبِرِیۡنَ --  dan berilah kabar gembira kepada  orang-orang yang sabar. الَّذِیۡنَ اِذَاۤ  اَصَابَتۡہُمۡ مُّصِیۡبَۃٌ  ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ  --  Yaitu orang-orang yang  apabila  suatu musibah menimpa mereka, mereka berkata: Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali.” اُولٰٓئِکَ عَلَیۡہِمۡ صَلَوٰتٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ وَ رَحۡمَۃٌ ۟ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُہۡتَدُوۡنَ    -- Mereka itulah  orang-orang yang dilimpahi berkat-berkat dan rahmat dari Rabb (Tuhan) mereka dan mereka inilah  yang mendapat petunjuk  (Al-Baqarah [2]:156-157).
  Allah Swt.  adalah Pemilik segala yang manusia miliki, termasuk dirinya (jiwanya).  Bila Sang Pemilik itu, sesuai dengan kebijaksanaan-Nya yang tidak ada batasnya, menganggap tepat untuk mengambil sesuatu dari manusia maka manusia  tidak punya alasan untuk berkeluh-kesah atau menggerutu serta menghujat Allah Swt. lalu meninggalkan-Nya.
    Oleh karena itu tiap-tiap kemalangan yang menimpa manusia  -- khususnya orang-orang beriman --  daripada membuat  putus asa, sebaliknya hendaknya menjadi dorongan untuk mengadakan usaha yang lebih hebat lagi untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam hidupnya.  Jadi  rumusan yang ada dalam ayat اِنَّا لِلّٰہِ وَ  اِنَّاۤ اِلَیۡہِ رٰجِعُوۡنَ  Sesungguhnya kami  milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kami  kembali   bukan semata-mata suatu ucapan bertuah belaka, melainkan suatu nasihat yang bijak dan peringatan yang tepat pada waktunya.
        Firman Allah Swt.  ayat  selanjutnya  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ -- “Dan Allah sekali-kali tidak akan  memperlihatkan  yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih  di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki itu tidaklah berarti bahwa sebagian rasul-rasul adalah terpilih dan sebagian lagi tidak. Kata-kata itu berarti bahwa dari orang-orang yang ditetapkan Allah Swt.    sebagai rasul-rasul-Nya, Dia memilih yang paling sesuai untuk zaman tertentu, di zaman rasul  Allah itu dibangkitkan, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
تِلۡکَ الرُّسُلُ  فَضَّلۡنَا بَعۡضَہُمۡ عَلٰی بَعۡضٍ ۘ مِنۡہُمۡ مَّنۡ کَلَّمَ اللّٰہُ وَ رَفَعَ بَعۡضَہُمۡ  دَرَجٰتٍ ؕ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی  ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ مَا اقۡتَتَلَ الَّذِیۡنَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡہُمُ الۡبَیِّنٰتُ وَ لٰکِنِ اخۡتَلَفُوۡا فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اٰمَنَ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  کَفَرَ ؕ وَ لَوۡ شَآءَ اللّٰہُ  مَا اقۡتَتَلُوۡا ۟ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَفۡعَلُ  مَا یُرِیۡدُ ﴿﴾٪
Itulah rasul-rasul yang telah Kami lebihkan sebagian dari mereka di atas yang lain, di antara mereka ada yang Allah bercakap-cakap dengannya, dan  Dia meninggikan sebagian dari mereka dalam derajat, dan  Kami memberi Isa ibnu Maryam bukti-bukti yang nyata dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. Dan seandainya  Allah menghendaki,  orang-orang yang sesudah mereka sekali-kali  tidak akan saling memerangi setelah bukti-bukti yang nyata datang kepada mereka,  akan tetapi mereka tetap berselisih, maka  di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Dan seandainya Allsh menghendaki mereka tidak akan saling memerangi, tetapi Allah mela-kukan apa yang Dia inginkan.(Al-Baqarah [2]:254).

Nabi Besar Muhammad Saw. Himpunan Keistimewaan Seluruh Rasul Allah & Gelar Khātaman Nabiyyīn

    Karena Nabi Besar Muhammad saw. merupakan  Rasul Allah pembawa syariat yang terakhir dan tersempurna (QS.5:4) maka dalam diri beliau saw. terhimpun semua kelebihan dari para Rasul Allah tersebut baik dalam kuantitas maupun kualitasnya yang paling   sempurna, sehingga Allah Swt., memberi gelar Khātaman Nabiyyīn kepada beliau saw., firman-Nya:
مَا کَانَ مُحَمَّدٌ اَبَاۤ  اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِکُمۡ وَ لٰکِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰہِ وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ ؕ وَ  کَانَ اللّٰہُ  بِکُلِّ شَیۡءٍ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu, akan tetapi ia adalah Rasul Allah  وَ خَاتَمَ  النَّبِیّٖنَ  -- dan meterai sekalian nabi, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.  (Al-Ahzab [33]:41).
       Firman Allah Swt. menceritakan “bapak-keruhanian” Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk bangsa Arab saja (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29), karena itu nikmat-nikmat ruhani yang  disediakan Allah Swt. bagi para pengikut hakiki beliau saw.  pun tidak terbatas hanya bagi bangsa Arab saja (QS.3:32; QS.4:70-71;QS.33:22;  QS.61:10; QS.63:3-5).
       Berikut gambaran keadaan ratqan (menggumpal) yang terjadi  di kalangan umat manusia – termasuk umat beragama – menjelang diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. sebagai sarana “pemecah gumpalan” yang dijanjikan Allah Swt. (QS.3:180; QS.72:27-29; QS.2:128-130;  QS.62:3-5):
Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s.  di dalam aliran darah manusia telah padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan, sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
        Demikianlah keadaan umat manusia pada waktu  Nabi Besar Muhammad saw.   --   Guru umat manusia terbesar -- muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab  syariat yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan keburukan  -- teristimewa yang dikenal sebagai akar keburukan --  menampakkan diri telah menjadi mapan.
       Kata-kata “daratan dan lautan” dalam ayat  ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ    -- “Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia” (QS.30:42) dapat diartikan:
      (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi;
       (b) orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia  saat itu telah menjadi rusak sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
 Itulah keadaan ratqan (mengumpal) yang dikemukakan dalam QS.21:31 sebelum ini  mengenai keadaan awal alam semesta dalam dunia keruhanian yang “dipecahkan” oleh Nabi Besar Muhammad saw., sehingga tercipta tatanan “langit baru dan bumi baru” (QS.14:49-53; QS.39:69-71),  firman-Nya: 
اَوَ لَمۡ  یَرَ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡۤا  اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا فَفَتَقۡنٰہُمَا ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ ؕ اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Tidakkah orang-orang  yang kafir melihat اَنَّ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ کَانَتَا رَتۡقًا -- bahwa seluruh langit dan bumi keduanya dahulu suatu massa yang menyatu فَفَتَقۡنٰہُمَا --   lalu Kami pisahkan keduanya?  ؕ وَ جَعَلۡنَا مِنَ الۡمَآءِ کُلَّ  شَیۡءٍ حَیٍّ  -- Dan Kami   jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. اَفَلَا یُؤۡمِنُوۡنَ  -- Tidakkah  mereka   mau beriman? (Al-Anbiya [21]:31).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17  Maret      2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar