بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 28
Hakikat
Tertutupnya “Pintu-pintu
Langit” Bagi Orang-orang Takabbur & Hubungan
Kedengkian Kepada Rasul Allah dengan Terciptanya Kehidupan “Neraka Jahannam” di Dunia
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai sia-sianya ketakaburan para penentang Rasul Allah -- yang membanggakan banyaknya jumlah
mereka serta besarnya kekayaan serta kekuatan duniawi mereka -- itu pulalah makna dialog antara orang-orang yang berada di Al-A’rāf dengan para penghuni neraka dalam firman
Allah Swt. berikut ini:
وَ نَادٰۤی
اَصۡحٰبُ الۡاَعۡرَافِ رِجَالًا یَّعۡرِفُوۡنَہُمۡ بِسِیۡمٰہُمۡ قَالُوۡا
مَاۤ اَغۡنٰی عَنۡکُمۡ جَمۡعُکُمۡ وَ مَا
کُنۡتُمۡ تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾ اَہٰۤؤُلَآءِ الَّذِیۡنَ
اَقۡسَمۡتُمۡ لَا یَنَالُہُمُ اللّٰہُ بِرَحۡمَۃٍ ؕ اُدۡخُلُوا
الۡجَنَّۃَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡکُمۡ وَ لَاۤ
اَنۡتُمۡ تَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾
Dan
penghuni 'Arāf berseru
kepada beberapa orang laki-laki yang
dikenal mereka dengan tanda-tanda
pada wajahnya sambil berkata: مَاۤ
اَغۡنٰی عَنۡکُمۡ جَمۡعُکُمۡ وَ مَا کُنۡتُمۡ تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ -- “Sekali-kali tidak bermanfaat bagi kamu bilangan kamu
yang banyak dan tidak pula apa
yang kamu sombongkan itu. اَہٰۤؤُلَآءِ الَّذِیۡنَ
اَقۡسَمۡتُمۡ لَا یَنَالُہُمُ اللّٰہُ بِرَحۡمَۃٍ -- Apakah mereka yang beriman inikah orang-orang yang kamu bersumpah bahwa Allah
tidak akan menyampaikan rahmat kepada mereka?” Allah berfirman: اُدۡخُلُوا
الۡجَنَّۃَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡکُمۡ وَ لَاۤ اَنۡتُمۡ
تَحۡزَنُوۡنَ --
“Masuklah
kamu ke dalam surga, tidak ada ketakutan
atas kamu dan tidak pula kamu akan bersedih.”( Al-A’rāf [7]:49-50).
Tertutupnya Pintu-pintu
Langit Ruhani Bagi Orang-orang Takabbur
Kepada Rasul Allah
Mengenai siapa sebenarnya
orang-orang yang berada di Al-A’rāf
perlu dijelaskan, karena ada yang berpendapat bahwa mereka itu
segolongan manusia yang “nasibnya belum
jelas”, apakah akan menjadi penghuni
surga ataukah penghuni neraka,
firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَا لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ
اَبۡوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا
یَدۡخُلُوۡنَ الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ ؕ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ ؕ وَ کَذٰلِکَ
نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur
berpaling darinya, لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ اَبۡوَابُ
السَّمَآءِ وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ
الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ -- tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit ruhani dan tidak
pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی
الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami membalas orang-orang yang
berdosa. لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ
مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ -- Bagi mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut
Jahannam, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ -- dan demiki-anlah
Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:41-42).
Nabi Besar
Muhammad saw. telah bersabda mengenai
pentingnya bersikap merendahkan diri
atau tidak takabbur:
Tiada Allah akan menambah-nambah kepada seorang hamba
akan kemaafan kecuali Allah akan
menambah-nambah kemuliaan. Dan tiada orang yang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatnya.”(HR.Imam Muslim,melalui Abu Hurairah r.a.).
Dalam riwayat lain Nabi Besar Muhammad saw. bersabda:
“Bilamana seorang hamba mau merendahkan dirinya maka
Allah akan mengangkat (derajat)nya
sampai ke langit ke tujuh.” ( HR.Imam Baihaqi melalui Ibnu Abbas r.a. )
Dari semua bentuk ketakabburan, yang paling
buruk adalah sikap takabbur
kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya
sebagaimana yang dilakukan iblis ketika
menolak perintah Allah Swt. untuk “sujud”
(patuh-taat) kepada Adam -- Khalifah-Nya
di muka bumi pada zamannya (QS.2:31-40)
-- dan sebagai akibat ketakaburannya tersebut
Allah Swt. telah mengusir iblis dari “surga keridhaan” Allah Swt. (QS.7:12-14).
Dalam firman-Nya tersebut Allah Swt.
mengemukakan kerugian besar yang dialami orang-orang yang berlaku takabbur kepada Rasul Allah serta mendustakan berbagai Tanda-tanda Allah yang dikemukakannya
yaitu: لَا تُفَتَّحُ لَہُمۡ اَبۡوَابُ
السَّمَآءِ وَ لَا یَدۡخُلُوۡنَ
الۡجَنَّۃَ حَتّٰی یَلِجَ الۡجَمَلُ فِیۡ سَمِّ الۡخِیَاطِ -- tidak akan dibukakan bagi mereka
pintu-pintu langit ruhani dan tidak
pula mereka akan masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum.”
Jamal
(unta) juga dapat diartikan seutas tali,
sebab tali mempunyai persamaan lebih dekat dengan benang yang dimasukkan ke dalam lobang jarum. Adalah mustahil bagi para pengingkar Tanda-tanda Ilahi – yakni yang mendustakan dan menentang
para rasul Allah -- masuk surga.
Lihat Matius 19:24.
Mereka yang Berhamparan Api dan Berselimut Api
Ketika Allah Swt. menutup rapat “pintu-pintu langit ruhani” bagi orang-orang yang takabbur kepada Rasul Allah tersebut maka akibat yang pasti adalah mereka akan tidak akan bisa keluar dari berbagai bentuk “kobaran api” kemurkaan Allah Swt yang akan muncul dari atas mereka mau pun dari bawah
mereka: وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الۡمُجۡرِمِیۡنَ -- dan demikianlah Kami
membalas orang-orang yang
berdosa. لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ
مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ -- Bagi mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut
Jahannam, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ -- dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang zalim,” sebagaimana yang di Akhir Zaman ini tengah melanda umat
manusia – termasuk di kalangan umat
beragama -- firman-Nya:
قُلۡ
ہُوَ الۡقَادِرُ عَلٰۤی اَنۡ یَّبۡعَثَ عَلَیۡکُمۡ عَذَابًا مِّنۡ
فَوۡقِکُمۡ اَوۡ مِنۡ تَحۡتِ اَرۡجُلِکُمۡ اَوۡ یَلۡبِسَکُمۡ شِیَعًا وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ ؕ اُنۡظُرۡ کَیۡفَ نُصَرِّفُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّہُمۡ
یَفۡقَہُوۡنَ﴿﴾ وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ بِوَکِیۡلٍ ﴿ؕ﴾ لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Dia-lah Yang berkuasa mengirimkan azab
kepada kamu dari atas kamu atau dari bawah kaki kamu atau mencampur-baurkan kamu menjadi
golongan-golongan yang saling berselisih dan membuat sebagian kamu merasakan keganasan sebagian yang lain.”
Lihatlah bagaimana Kami membentangkan Tanda-tanda supaya mereka mengerti. وَ کَذَّبَ بِہٖ قَوۡمُکَ وَ ہُوَ
الۡحَقُّ ؕ قُلۡ لَّسۡتُ عَلَیۡکُمۡ
بِوَکِیۡلٍ -- Dan kaum
engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran. Katakanlah: ”Aku sekali-kali bukan
penanggungjawab atas kamu.” لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- Bagi tiap
kabar gaib ada masa yang tertentu,
dan kamu segera akan mengetahui. (Al-An’ām [6]:66-68).
“Azab dari atas” maknanya: kelaparan, gempa bumi, air bah, taufan,
penin-dasan terhadap golongan yang lemah oleh yang kuat, penderitaan mental,
dan sebagainya, sedangkan makna “siksaan dari bawah” berarti:
penyakit-penyakit, wabah, pemberontakan orang-orang bawahan, dan sebagainya.
Kemudian ada hukuman Allah Swt. berupa kekacauan, perpecahan-perpecahan dan
perselisihan yang kadang-kadang berakhir dalam perang saudara, seperti yang saat ini melanda kawasan Timur-Tengah. Hal demikian ini diisyaratkan dalam kata-kata وَّ یُذِیۡقَ
بَعۡضَکُمۡ بَاۡسَ بَعۡضٍ – “dan membuat sebagian kamu merasakan
keganasan sebagian yang lain.”
Di sini kata
ganti “nya” dalam ayat وَ کَذَّبَ بِہٖ
قَوۡمُکَ وَ ہُوَ الۡحَقُّ ؕ -- Dan kaum
engkau telah mendustakannya, padahal itu
adalah kebenaran,” menunjuk kepada: (1) perkara yang sedang
dibahas; (2) Al-Quran; (3) azab Ilahi. Jika kita ambil arti yang terakhir, maka
kata-kata “padahal itu adalah kebenaran” akan berarti bahwa azab Ilahi yang dijanjikan
pasti akan tiba (terjadi), sebab: لِکُلِّ نَبَاٍ مُّسۡتَقَرٌّ ۫ وَّ سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- Bagi tiap
kabar gaib ada masa yang tertentu,
dan kamu segera akan mengetahui”.
Ayat itu berarti bahwa Allah Swt. sesuai dengan hikmah-Nya yang tidak dapat salah itu, telah menentukan satu saat penggenapan setiap kabar gaib. (nubuatan), maka azab yang telah dijanjikan-Nya kepada orang-orang
yang menolak kebenaran -- dan bersikap takabbur kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada mereka
(QS.7:35-37) -- azab
Ilahi tersebut akan datang juga pada
saatnya yang tepat.
Ketika saat yang dijanjikan itu tiba – sebagaimana keadaan yang saat ini sedang melanda umumnya umat manusia di
berbagai kawasan dunia, terutama di Timur Tengah -- sehingga firman Allah Swt. sebelum ini
menjadi kenyataan: لَہُمۡ مِّنۡ جَہَنَّمَ مِہَادٌ وَّ
مِنۡ فَوۡقِہِمۡ غَوَاشٍ -- bagi mereka ada hamparan Jahannam
sedangkan di atas mereka ada selimut
Jahannam, وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِی الظّٰلِمِیۡنَ -- dan demikianlah
Kami membalas orang-orang yang zalim. (Al-A’rāf [7]:42).
Mereka yang Menikmati “Kehidupan Surgawi” di Dunia & Buruknya Kedengkian
Berbeda atau bertolak-belakang dengan keadaan
mereka yang bersikap takabbur kepada Rasul Allah tersebut, selanjutnya Allah
Swt. berfirman mengenai orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan:
وَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا
وُسۡعَہَاۤ ۫ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ
الۡجَنَّۃِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ غِلٍّ
تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ ۚ وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ
ہَدٰىنَا لِہٰذَا ۟ وَ مَا کُنَّا لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ ۚ لَقَدۡ جَآءَتۡ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ ؕ وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ الۡجَنَّۃُ اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ
﴿﴾
Dan
orang-orang yang beriman dan beramal saleh -- Kami tidak
membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya -- mereka inilah
penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. وَ نَزَعۡنَا مَا فِیۡ صُدُوۡرِہِمۡ مِّنۡ
غِلٍّ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ -- Dan
Kami mencabut segala dendam yang ada
di dalam dada mereka. تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہِمُ الۡاَنۡہٰرُ -- di bawah mereka mengalir sungai-sungai وَ قَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰہِ الَّذِیۡ
ہَدٰىنَا لِہٰذَا -- dan mereka berkata: ”Segala
puji bagi Allah Yang telah menunjuki
kami kepada surga ini, وَ مَا کُنَّا
لِنَہۡتَدِیَ لَوۡ لَاۤ اَنۡ ہَدٰىنَا
اللّٰہُ -- dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk seandainya Allah
tidak memberi kami petunjuk. لَقَدۡ جَآءَتۡ
رُسُلُ رَبِّنَا بِالۡحَقِّ -- Sungguh benar-benar telah datang
rasul-rasul Rabb (Tuhan) kami dengan haq.”
وَ نُوۡدُوۡۤا اَنۡ تِلۡکُمُ
الۡجَنَّۃُ اُوۡرِثۡتُمُوۡہَا بِمَا
کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ -- Dan akan diserukan kepada mereka: “Inilah surga yang diwariskan kepada kamu sebagai ganjaran atas apa yang senantiasa kamu kerjakan.” (Al-A’rāf
[7]:43-44).
Anak kalimat sisipan لَا نُکَلِّفُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَاۤ -- “Kami tidak membebani sesuatu jiwa di luar
kemampuannya”, bertolak belakang dengan paham agama Kristen -- serta menolaknya dengan tegas -- yang menyatakan bahwa dosa itu terpendam dalam fitrat manusia sebagai “dosa warisan” dari Adam dan Hawa, karena itu upaya menghilangkan
dosa itu berada di luar jangkauan kekuasaan
(kemampuan) manusia.
Menurut
firman Allah Swt. tersebut, bahwa pada hakikatnya, kehidupan
surgawi dimulai sejak dari dunia
ini juga (QS.55:47), dan seseorang dikatakan sedang menikmati kehidupan surgawi apabila hatinya bebas dari rasa permusuhan, irihati, dendam-kesumat, dan kegelisahan
mental, sebagaimana yang saat ini sedang melanda umumnya umat
manusia, sehingga mengakitkan terjadi konflik
berkepanjangan dan membuat terjadinya “kehidupan neraka jahannam” di dunia ini
juga.
Sikap iri hati atau rasa dengki (kedengkian) yang diperagakan iblis terhadap Adam itu
pulalah yang telah membuat iblis diusir
dari “kehidupan surgawi”
(QS.7:12-15). Kedengkian yang
diperagakan Kain terhadap saudaranya,
Habil, yang kemudian membuat Kain harus menanggung akibat buruknya (QS.5:28-32). Kedengkian sereta sikap takabbur
yang diperagakan para pemuka
kaum Bani Israil terhadap para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan
mereka itu pulalah sehingga membuat mereka -- yang sebelumnya sebagai “kaum pilihan Tuhan” -- menjadi kaum yang dimurkai dan dikutuk
Allah Swt. dan Rasul Allah (QS.1:7;
QS.2:88-91; QS.5:14, 61, 65 &
79-81) dan menjadi “pohon terkutuk”
(QS.17:61).
Hakikat Ucapan Nabi Besar Muhammad Saw. Kepada Mayat Abu Jahal dan Kawan-kawannya
Selanjutnya
Allah Swt. berfirman mengenai dialog
antara penghuni surga dengan penghuni
neraka jahannam:
وَ
نَادٰۤی اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ اَصۡحٰبَ
النَّارِ اَنۡ قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ
مَّا وَعَدَ رَبُّکُمۡ حَقًّا ؕ قَالُوۡا نَعَمۡ ۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ
بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ
یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا ۚ وَ ہُمۡ
بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ ﴿ۘ﴾
Dan
penghuni surga berseru kepada penghuni neraka bahwa: اَنۡ قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا
رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ مَّا وَعَدَ رَبُّکُمۡ حَقًّا -- “Sungguh kami
telah mendapati apa yang Rabb (Tuhan) kami janjikan kepada kami itu benar, maka
apakah kamu pun mendapati
apa yang dijanjikan Tuhan kamu
itu benar?” قَالُوۡا نَعَمۡ -- Mereka berkata: “Ya benar.” فَاَذَّنَ
مُؤَذِّنٌۢ بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ
اللّٰہِ عَلَی الظّٰلِمِیۡنَ -- Lalu
seorang penyeru di antara
mereka berseru: “Laknat Allah atas orang-orang
zalim. الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا -- Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan mereka menghendaki jalan itu bengkok, وَ ہُمۡ
بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ -- dan mereka itu tidak percaya kepada akhirat.” Al-A’rāf [7]:45-46).
Dialog antara penghuni surga dengan penghuni
neraka jahannam dalam ayat tersebut: وَ نَادٰۤی اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ اَصۡحٰبَ النَّارِ اَنۡ
قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ مَّا وَعَدَ
رَبُّکُمۡ حَقًّا ؕ قَالُوۡا نَعَمۡ -- Dan penghuni surga berseru kepada penghuni
neraka bahwa: “Sungguh
kami
telah mendapati apa yang Rabb (Tuhan) kami janjikan kepada kami itu benar, maka
apakah kamu pun mendapati
apa yang dijanjikan Tuhan kamu
itu benar?” قَالُوۡا نَعَمۡ -- Mereka berkata: “Ya benar.”
Dengan demikian jelaslah, bahwa perkataan yang diucapkan Nabi Besar
Muhammad saw. kepada mayat Abu Jahal
dan mayat
beberapa pemimpin kaum kafir
Quraisy -- yang diseret
pada jambul mereka setelah selesai Perang Badar, lalu mayat mereka dilemparkan
secara hina ke dalam sebuah lubang
yang sengaja digali untuk mengubur
mereka -- membukti benarnya
firman Allah Swt. mengenai dialog antara penghuni surga dengan penghuni
neraka jahannam tersebut. Beliau saw.
bersabda:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Rabb-ku
(Tuhan-ku) kepadaku” (Bukhari,
Kitab al-Maghazi).
Pertanyaan Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut adalah sebagai penggenapan nubuatan
dalam firman-Nya berikut ini mengenai kekalahan telak pasukan
kaum Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal
dalam Perang Badar, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ السَّاعَۃُ
مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ اَدۡہٰی
وَ اَمَرُّ ﴿﴾ اِنَّ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ فِیۡ ضَلٰلٍ وَّ سُعُرٍ ﴿ۘ﴾ یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ
ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ ﴿﴾ اِنَّا کُلَّ شَیۡءٍ
خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ ﴿﴾ وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
اَہۡلَکۡنَاۤ اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾
Atau apakah
mereka berkata: “Kami golongan yang
bersatu yang pasti menang?” Tidak
demikian, golongan itu akan segera dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan dan mengidap penyakit gila. یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی
وُجُوۡہِہِمۡ ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ -- Pada hari ketika mereka akan diseret ke dalam Api bersama pemuka-pemuka mereka, dikatakan: “Rasakanlah
sentuhan azab neraka.” اِنَّا کُلَّ
شَیۡءٍ خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ
-- Sesungguhnya segala sesuatu
Kami telah menciptakannya dengan
ukuran. وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ
-- Dan tidaklah perintah Kami itu
kecuali satu kata seperti kejapan mata. وَ لَقَدۡ اَہۡلَکۡنَاۤ
اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ
مُّدَّکِرٍ -- Dan sungguh Kami benar-benar telah membinasakan
golongan-golongan seperti kamu, lalu adakah
orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar [54]:45-52).
Orang-orang yang Menghendaki “Jalan Allah” Bengkok
Kekalahan pada Pertempuran Badar sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat
bagi orang-orang Quraisy. Kekuasaan
dan kehormatan mereka mengalami pukulan
yang meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin
mereka – termasuk Abu Jahal yang
telah menyeret secara keji orang-orang yang beriman di lorong-lorong Mekkah -- terbunuh
dan mayat mereka diseret serta dilemparkan ke dalam sebuah lubang. Suatu pembalasan yang setimpal atas perbuatan-perbuatan
buruk yang mereka lakukan terhadap orang-orang beriman.
Nabi Besar Muhammad saw. pergi
ke tepi lubang itu seraya berkata
kepada mayat-mayat itu dengan
kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Rabb-ku
(Tuhan-ku) kepadaku” (Bukhari,
Kitab al-Maghazi).
Pasti
jawaban Abu Jahal dan
kawan-kawannya pun seperti jawaban para penghuni neraka jahannam tersebut, dan yang mendengar jawaban
dari mayat Abu Jahal dan kawan-kawannya
saat itu pasti hanya Nabi Besar Muhammad saw., sebab terjadi dalam peristiwa kasyaf, dan jawaban Abu
Jahal dan kawan-kawannya pun adalah:
قَالُوۡا
نَعَمۡ -- mereka berkata: “Ya benar.” Selanjutnya Allah Set.
berfirman: فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ اللّٰہِ
عَلَی الظّٰلِمِیۡنَ -- Lalu seorang
penyeru di antara mereka berseru: “Laknat Allah atas orang-orang zalim. الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا -- Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan mereka menghendaki jalan itu bengkok, وَ ہُمۡ
بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ -- dan mereka itu tidak percaya kepada akhirat.” Al-A’rāf [7]:46).
Ungkapan الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ
اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا -- “
Yaitu orang-orang yang
menghalang-halangi manusia dari jalan
Allah dan mereka menghendaki jalan
itu bengkok,” berarti bahwa orang-orang durhaka berkeinginan merusak agama yang sejati. Mereka tidak hanya jahat terhadap diri mereka sendiri, melainkan juga berusaha membuat orang lain seperti mereka
sendiri, dan bahkan berusaha mengubah
bentuk dan memalsukan ajaran agama.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 14 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar