بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 37
Makna Pengutusan
Kedua Kali Rasul-rasul Allah Pada “Hari
Keputusan” di Akhir Zaman & Kemelut
Berkepanjangan di Timur Tengah
Sebagai Tanda Datangnya Ajal (Batas Waktu) Bani Isma’il
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai nubuatan kebangkitan kembali kaum-kaum purbakala di Akhir
Zaman dalam Surah Al-Mursalāt yang
artinya “orang-orang yang diutus”
atau “rasul-rasul,” sebagaimana
ayat selanjutnya وَ اِذَا
الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan” (ayat 12),
ayat tersebut mengisyaratkan ketika seorang pembaharu samawi datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah serta seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yaitu Nabi
Besar Muhammad saw. dan Al-Masih
Mau’ud a.s. yang merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. di Akhir Zaman ini,
firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Kebangkitan Kembali Kaum-kaum
Purbakala dan Para Rasul Allah di
Akhir Zaman
Sehubungan dengan akan datangnya
seorang Rasul Allah yang kedatangan
seakan-akan merupakan pengutusan kedua kali para pasul
Allah sebelumnya tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kebinasaan yang akan menimpa bangsa-bangsa di Akhir Zaman ini yang mengikuti
berbagai perbuatan buruk kaum-kaum purbakala, karena seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali:
لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga
hari apakah azab itu ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa
yang engkau ketahui mengenai Hari
Keputusan itu? وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. اَلَمۡ نُہۡلِکِ
الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tidakkah Kami telah
membinasakan kaum-kaum dahulu?
ثُمَّ نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ
-- Kemudian Kami mengikutkan
mereka orang-orang yang datang kemudian. کَذٰلِکَ
نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang
berdosa. وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt
[77]:13-20).
Dalam Surah Al-Ankabūt kisah semua kaum purbakala ditampilkan tetapi dengan urutan yang berbeda, yaitu kaum Nabi Nuh a.s., kaum Nabi Ibrahim a.s., kaum Nabi Luth a.s.,
kaum ‘Ad, kaum Tsamud, kaum Madyan dan
Fir’aun. Padahal urutan berdasarkan waktu
keberadaan kaum-kaum tersebut setelah
kaum Nabi Nuh a.s. adalah kaum
‘Ad yakni kaum Nabi Hud a.s., lalu kaum
Tsamud yakni kaum Nabi Shaleh a.s., kaum
Nabi Ibrahim a.s., kaum Nabi Luth a.s., kaum Madyan yakni kaum Nabi Syu’aib
a.s., lalu kisah Fir’aun dan kaumnya (QS.7:60-142;
QS.11:26-101).
Setelah mengemukakan kaum Nabi Ibrahim a.s.
dan kaum Nabi Luth a.s. Allah Swt.
berfirman mengenai kaum Nabi Syu’aib
a.s. yakni kaum Madyan (Midian):
وَ
اِلٰی مَدۡیَنَ اَخَاہُمۡ شُعَیۡبًا ۙ
فَقَالَ یٰقَوۡمِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ وَ ارۡجُوا الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ لَا
تَعۡثَوۡا فِی الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَکَذَّبُوۡہُ فَاَخَذَتۡہُمُ الرَّجۡفَۃُ فَاَصۡبَحُوۡا فِیۡ
دَارِہِمۡ جٰثِمِیۡنَ ﴿۫﴾
Dan
kepada kaum Madyan Kami utus saudara mereka Syu’aib فَقَالَ یٰقَوۡمِ اعۡبُدُوا اللّٰہَ وَ ارۡجُوا الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ
وَ لَا تَعۡثَوۡا فِی الۡاَرۡضِ مُفۡسِدِیۡنَ
-- lalu ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah
Allah, dan harapkanlah hari akhir dan janganlah
kamu melakukan ketidak-adilan di bumi
sambil berbuat kerusakan.” فَکَذَّبُوۡہُ فَاَخَذَتۡہُمُ الرَّجۡفَۃُ فَاَصۡبَحُوۡا فِیۡ
دَارِہِمۡ جٰثِمِیۡنَ -- Maka mereka
menyebut dia pendusta, lalu mereka
disergap gampa yang dahsyat, dan mereka
tertelungkup di dalam rumah-rumah
mereka” (Al-Ankabūt [29]:37-38).
Pengulangan Perbuatan
Buruk Kaum Madyan (Midian) Dalam Hal Pengurangan “Timbangan” dan “Sukatan”
(Takaran)
Mengenai jenis keburukan yang dilakukan kaum Madyan
dijelaskan dalam QS.6:153; 7:86;
QS.11:86 yaitu mengurangi timbangan
dan sukatan (takaran) dalam hal perniagaan,
yang juga di Akhir Zaman ini dilakukan oleh
umumnya bangsa-bangsa terutama dalam bidang ekonomi, dengan cara-cara kecurangan yang mutakhir. Mengenai perbuatan buruk tersebut Allah Swt. memperingatkan mereka dalam firman-Nya berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَیۡلٌ لِّلۡمُطَفِّفِیۡنَ ۙ ﴿﴾ الَّذِیۡنَ اِذَا
اکۡتَالُوۡا عَلَی النَّاسِ یَسۡتَوۡفُوۡنَ ۫﴿ۖ﴾ وَ اِذَا
کَالُوۡہُمۡ اَوۡ وَّزَنُوۡہُمۡ یُخۡسِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَلَا یَظُنُّ اُولٰٓئِکَ
اَنَّہُمۡ مَّبۡعُوۡثُوۡنَ ۙ﴿﴾
لِیَوۡمٍ
عَظِیۡمٍ ۙ﴿﴾ یَّوۡمَ
یَقُوۡمُ النَّاسُ لِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ؕ﴿﴾ کَلَّاۤ اِنَّ کِتٰبَ الۡفُجَّارِ لَفِیۡ سِجِّیۡنٍ ؕ﴿﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
وَیۡلٌ لِّلۡمُطَفِّفِیۡنَ
-- Celakalah bagi orang-orang
yang mengurangi timbangan, الَّذِیۡنَ اِذَا اکۡتَالُوۡا عَلَی النَّاسِ یَسۡتَوۡفُوۡنَ -- Yaitu
orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain me-reka meminta penuh, وَ اِذَا کَالُوۡہُمۡ اَوۡ وَّزَنُوۡہُمۡ یُخۡسِرُوۡنَ
-- tetapi apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain mereka mengurangi.
اَلَا یَظُنُّ اُولٰٓئِکَ
اَنَّہُمۡ مَّبۡعُوۡثُوۡنَ -- ppakah mereka tidak yakin bahwasanya mereka akan dibangkitkan, لِیَوۡمٍ عَظِیۡمٍ ۙ -- pada suatu Hari yang besar? یَّوۡمَ یَقُوۡمُ النَّاسُ لِرَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ -- yaitu
hari ketika umat manusia akan berdiri
di hadapan Rabb (Tuhan) seluruh alam. کَلَّاۤ اِنَّ کِتٰبَ الۡفُجَّارِ لَفِیۡ سِجِّیۡنٍ ؕ
-- Sekali-kali tidak,
sesungguhnya kitab para pendurhaka adalah di dalam sijjīn (Al-Muthaffifīn [83]:1-8).
Di Akhir
Zaman ini bentuk kecurangan
berupa pengurangan dalam hal timbangan
dan sukatan (takaran) tersebut meliputi berbagai segi,
termasuk pengurangan dalam segi kualitas
barang. Berbagai bentuk kecurangan tersebut bukan saja terjadi
dalam perekonomian tingkat internasional dan tingkat nasional, bahkan telah
merambah ke dunia ekonomi tingkat
kalangan bawah.
Contohnya, di berbagai media
cetak maupun elektronik sering dikemukakan tayangan mengenai kasus-kasus
kecurangan pengurangan “timbangan” dan “sukatan” tersebut, contohnya kasus
pemanfaatan “ayam tiren” (ayam mati
kemaren) yang diolah sedemikian dengan
cara-cara yang dapat mendatangkan bahaya
bagi para konsumen.
Demikian pula kasus pemanfaatan
daging celeng (babi hutan) serta daging-daging hewan lainnya
-- yang bukan saja
dinyatakan haram dalam ajaran Islam -- tetapi juga memanfaatkan barang-barang kedaluwarsa tersebut telah dibuang ke
“tempat sampah.”
Berbagai kasus pemakaian bahan pewarna tekstil serta penggunaan formalin sebagai pewarna dan pengawet makanan
pun marak dilakukan oleh oknum-oknum
pedagang kecil yang berusaha mencari keuntungan
ekonomi dengan cara-cara yang merugikan dan membahayakan
pihak-pihak lain.
Baru-baru ini bentuk pengurangan
timbangan dan sukatan (takaran) tersebut
dibongkar aparat kepolisian
berupa pemalsuan air
Zam-zam serta obat-obat herbal dan sebagainya, bahkan sebelumnya pemalsuan air mineral pun marak
dilakukan oleh para pengusaha air minum
yang tidak bertanggungjawab.
Kecurangan lainnya adalah yang berkaitan
dengan minyak goreng, ada yang
memamsukan plastic bungkus minyak
goreng curah ke dalam miyak goreng
yang digunakan menggoreng makanan dengan alasan agar makanan yang digoreng
tersebut renyah dan tahan lama. Ada pula yang memasukan lilin ke dalam nyinyak goreng panas yang
digunakan untuk menggoreng produk makanan lainnya.
Kasus yang baru terungkap akhir-akhir ini adalah mengenai perbuatan buruk yang dilakukan orang-orang yang tak bertanggungjawab -- semata-mata demi memperoleh keuntungan duniawi -- adalah mencampurkan ganja dan narkoba ke dalam makanan, antara lain ke dalam coklat dan kue.
Pengulangan Zaman
Jahiliyah di Akhir Zaman & Pengulangan Pengutusan Para Rasul Allah
Dalam Wujud Rasul Akhir Zaman
Pendek kata, di Akhir Zaman ini berbagai bentuk kecurangan
dan ketidak jujuran benar-benar telah merambah ke dalam berbagai
bidang kehidupan manusia, termasuk ke
wilayah yang berkaitan dengan masalah agama yang seharusnya tidak boleh terjadi hal-hal buruk dalam pelaksanaannya.
Jadi, betapa pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya
berikut ini – berkenaan keadaan di zaman
jahiliyah menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. -- telah kembali terulang di Akhir Zaman ini:
ظَہَرَ
الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ
اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan per-buatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat seba-gian perbuatan yang mereka lakukan, supaya
mereka kembali dari
kedurhakaannya. قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی
الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ -- Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruk-nya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini.
Kebanyakan mereka itu orang-orang
musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ
مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ
لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ
یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang
lurus, sebelum datang dari Allah
hari yang tidak dapat dihindarkan,
pada hari itu orang-orang
beriman dan kafir akan terpisah (Ar-Rūm [30]:42-44).
Berdasarkan kenyataan itu pulalah -- sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya -- Allah Swt. pun telah menubuatkan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam wujud wakil beliau terbesar, yaitu Al-Masih Mau’ud a.s. atau Rasul Akhir Zaman, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
firman-Nya: وَ اِذَا الرُّسُلُ
اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul
didatangkan pada waktu
yang ditentukan” (Al-Mursalat ayat 12), firman-Nya lagi:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ
وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا
مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga
akan membangkitkannya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
Akibat Tidak Mempercayai Hari kebangkitan & Datangnya Ajal (Jangka Waktu) Bani
Ismail
Menurut Allah Swt., penyebab utama semua perbuatan curang tersebut itu
diisyaratkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
اَلَا
یَظُنُّ اُولٰٓئِکَ اَنَّہُمۡ
مَّبۡعُوۡثُوۡنَ -- Apakah mereka tidak yakin bahwasanya mereka akan dibangkitkan, لِیَوۡمٍ عَظِیۡمٍ ۙ -- Pada
suatu Hari yang besar? یَّوۡمَ یَقُوۡمُ النَّاسُ لِرَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ -- yaitu
hari ketika umat manusia akan berdiri
di hadapan Rabb (Tuhan) seluruh alam. (Al-Muthaffifīn [83]:5-7).
Ada Hari
Hisab dalam kehidupan di Hari Kemudian
di Akhirat , ketika manusia harus mempertanggung-jawabkan
perbuatan mereka kepada Rabb (Tuhan)
dan Majikan mereka, tetapi hari perhitungan pun datang
atas suatu kaum (bangsa) di dunia ini juga, ketika perbuatan-perbuatan jahat mereka melampaui batas-batas, dan
dengan demikian mereka menemui dua
pembalasan mereka, yakni di dunia
dan di akhirat.
Allah Swt. menyebut Hari Penghisaban di dunia sebagai as-Sa’ah tanda Kiamat),
yang telah ditetapkan Allah Swt.
bagi setiap kaum, firman-Nya:
وَ لِکُلِّ
اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas
waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula
dapat memajukannya. یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ -- Wahai Bani Adam, jika da-tang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan
bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- Dan orang-orang
yang men-dustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya.
(Al-A’rāf
[7]:35-37).
Jadi, terjadinya berbagai kobaran api pertentangan dan peperangan
di wilayah Timur Tengah pada saat
ini yang tak berkesudahan, pada
hakikatnya membuktikan kebenaran firman Allah Swt. mengenai Sunnah-Nya tersebut yakni ajal
(jangka waktu) yang telah ditetapkan
Allah Swt. bagi Bani Ismail -- sebagai “kaum pengganti” Bani Israil -- telah mencapai batas akhirnya: وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- Dan
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:37).
Itulah Sunnatullah
mengapa
pada akhirnya Allah Swt. membinasakan kaum-kuam purbakala yang telah mendustakan
dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, padahal mereka itu sedang berada dalam puncak kesuksesan kehidupan duniawi
mereka, firman-Nya: کَلَّاۤ اِنَّ
کِتٰبَ الۡفُجَّارِ لَفِیۡ
سِجِّیۡنٍ ؕ
-- Sekali-kali tidak,
sesungguhnya kitab para pendurhaka adalah di dalam sijjīn (Al-Muthaffifīn [83]:8).
Makna Sijjin
Sijjīn dianggap oleh sementara ahli tafsir
Al-Quran dengan keliru sebagai suatu kata bukan bahasa Arab, namun menurut beberapa sumber terkemuka seperti
Farra’, Zajjaj, Abu Ubaidah, dan Mubarrad, kata itu memang bahasa Arab yang
diambil dari kata sajana. Kamus
Lisan-al-’Arab menganggapnya
sama dengan sijn (penjara).
Sijjīn adalah buku registrasi di dalamnya tercatat segala perbuatan jahat yang dilakukan oleh para penjahat yang konon tersimpan di alam akhirat. Kata itu berarti pula sesuatu yang keras, hebat, dan dahsyat; berkesinambungan,
lestari atau kekal abadi (Lexicon Lane).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾ کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ اِنَّہُمۡ
لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾
ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah
yang engkau ketahui, apa sijjīn
itu? Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu
orang-orang yang mendustakan Hari
Pembalasan. Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak,
bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi
karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya
pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka. ثُمَّ
اِنَّہُمۡ لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ -- Kemudian sesungguhnya mereka
pasti masuk ke dalam Jahannam. ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ -- Kemudian
dikatakan: “Inilah apa yang
senantiasa kamu dustakan.”
(Al-Muthaffifīn
[83]:9-18).
Kata sijjīn berdasarkan
berbagai artinya yang dikemukakan sebelumnya menunjukkan, bahwa hukuman
bagi orang-orang kafir durjana itu
akan amat keras dan kekal. Atau ayat ini dapat berarti bahwa
orang-orang durjana yang ditempatkan
di dalam suatu tempat hina lagi nista, dan keputusan itu tidak dapat dibatalkan lagi.
Atau, sijjīn dan ‘illiyyīn itu
mungkin dua bagian yang dituturkan Al-Quran; yang pertama membicarakan orang-orang yang menolak Amanat Allah serta hukuman
yang akan dijatuhkan kepada mereka, sedang ‘illiyyīn membicarakan hamba-hamba Allah yang bertakwa serta ganjaran-ganjaran yang akan dianugerahkan kepada mereka. Jadi
maksud ayat ini ialah bahwa keputusan
yang tercantum di dalam kedua bagian Al-Quran
itu tidak dapat diubah atau diganti.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 23 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar