بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 31
Menolak “Kebenaran”
Sebagai Sumber Rezeki Duniawi &
Persamaan Pengaruh Air Hujan dengan Wahyu
Ilahi Terhadap Permukaan Bumi dan
Hati Manusia
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai Al-Quran sebagai sebuah Kitab
yang sangat terpelihara, dalam pengertian bahwa hanya orang-orang beriman yang hatinya bersih dapat meraih khazanah keruhanian seperti diterangkan
dalam ayat berikutnya: لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- Yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan,” firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ
کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ
کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ تَجۡعَلُوۡنَ
رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ
تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
itu
benar-benar Al-Quran yang mulia, فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ
-- dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- Yang tidak
dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam. اَفَبِہٰذَا
الۡحَدِیۡثِ اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ -- Maka apakah
terhadap firman ini kamu menganggap sepele? وَ
تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ
-- Dan bahwa kamu dengan mendustakannya kamu menjadikannya
sebagai rezekimu? (Al-Wāqi’ah [56]:78-83).
Para “Penyentuh” Khazanah
Ruhani Al-Quran yang
Ayat اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ -- Sesungguhnya itu benar-benar Al-Quran yang mulia, فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ --
dalam suatu kitab yang sangat terpelihara,” ini pun dapat berarti
bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan
asas-asas itu sepenuhnya serasi
dengan hukum alam. Seperti hukum alam, demikian juga cita-cita dan asas-asas itu juga kekal
dan tidak berubah serta hukum-hukumnya
tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman.
Atau, ayat tersebut dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepada manusia (QS.30:31). Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah
dilimpahi kemampuan untuk sampai
kepada keputusan yang benar. Orang
yang secara jujur bertindak sesuai
dengan naluri atau fitratnya ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
Makna ayat لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ --
Yang tidak dapat menyentuhnya kecuali orang-orang
yang disucikan,” hanya orang yang bernasib baik sajalah yang
diberi pengertian mengenai dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang
tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara sambil lalu
dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh
atau membaca Al-Quran sementara
keadaan fisik kita tidak bersih.
Makna ayat اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ -- Maka apakah terhadap firman ini kamu menganggap sepele? وَ تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ
اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ --
Dan bahwa kamu dengan
men-dustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?” Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka menerima
kebenaran akan dijauhkan dari sumber-sumber
kehidupan mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan
kotor itulah maka mereka menolak
seruan Ilahi.
Hakiki
Penolakan ”Kebenaran” Sebagai Sumber
Rezeki Duniawi
Atau, ayat ini dapat
diartikan bahwa orang-orang kafir menolak
kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan atau sumber rezeki duniawi mereka bergantung padanya saja, karena itu bagimana jua
pun keadaannya, mereka tidak akan menerima
kebenaran, berikut adalah
firman-Nya mengenai alasan penolak kaum kafir
Quraisy Mekkah terhadap pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran:
وَ
قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ اَرۡضِنَا ؕ اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ
حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی اِلَیۡہِ ثَمَرٰتُ
کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau tentu kami akan diusir dari negeri kami.” Katakanlah: “Bukankah Kami
telah menempatkan mereka pada tempat
suci yang aman, yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan me-reka tidak mengetahui. (Al-Qashash
[28]:58).
Ayat
ini berarti bahwa tidak beralasan
untuk takut bahwa bila syariat baru itu diterima maka orang-orang akan menyerang kota Mekkah dan merampas
dari kaum Mekkah hak milik dan kemerdekaan mereka. Ayat ini bermaksud
mengatakan, bahwa dari zaman purbakala Mekkah
(yang kini akan menjadi pusat agama baru itu) tetap merupakan tempat suci yang aman, dan mereka yang
pernah coba-coba mengganggu kesuciannya,
mereka sendiri jugalah yang menemui kehancuran
dan kebinasaan, contohnya kehancuran pasukan gajah yang dipimpin Abrahah
Asram – Raja muda di Yaman, wakil Negus, raja kerajaan Kristen Abessinia -- Kristen Abbessinia,
yang bermaksud untuk menghancurkan Ka’bah,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اَلَمۡ تَرَ کَیۡفَ فَعَلَ رَبُّکَ بِاَصۡحٰبِ الۡفِیۡلِ ؕ﴿﴾ اَلَمۡ
یَجۡعَلۡ کَیۡدَہُمۡ فِیۡ تَضۡلِیۡلٍ ۙ﴿﴾ وَّ
اَرۡسَلَ عَلَیۡہِمۡ طَیۡرًا اَبَابِیۡلَ ۙ﴿﴾ تَرۡمِیۡہِمۡ
بِحِجَارَۃٍ مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۪ۙ﴿۴﴾ فَجَعَلَہُمۡ کَعَصۡفٍ مَّاۡکُوۡلٍ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan
nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Rabb (Tuhan) engkau mem-perlakukan para pemilik gajah?
Tidakkah Dia menjadikan rencana buruk mereka gagal?
Dan Dia
mengirimkan kepada mereka sekawanan burung, yang memakan bangkai mereka, sambil memukul-mukulkan bangkai mereka di atas batu-batu dari tanah keras, maka Dia
menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat (Al-Fīl [105]:1-6).
Akibat Buruk Masa Fatrah
(Masa Jeda) Kesinambungan Turunnya Wahyu Ilahi Kepada Rasul Allah
Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah yaitu
Mirza Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih
Mau’ud a.s., dalam buku beliau yang sangat terkenal “Islami Ushul Ki Falasafi” (Falsafah
Ajaran Islam) menerangkan, bahwa salah
satu khasiat (kemampuan) dari sekian
banyak khasiat air hujan ialah mampu menarik
air dalam tanah ke permukaan
bumi.
Itu pula sebabnya jika hujan
lama tidak turun – misalnya pada musim kamarau panjang -- maka permukaan air dalam bumi pun
semakin jauh dari permukaan bumi. Tetapi
jika hujan turun lagi maka air
dalam bumi pun naik
mendekati permukaan bumi.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah adanya persamaan antara pengaruh yang dimiliki air
hujan dengan pengaruh yang dimiliki wahyu Ilahi berkenaan naik
atau turunnya posisi permukaan
air dalam bumi, berikut adalah firman Allah Swt. mengenai Sunnah-Nya tersebut sebagai nubuatan dan juga peringatan
kepada umat Islam:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah
belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka, dan mereka
tidak menjadi seperti orang-orang yang
diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah mati-nya.
قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Mengisyaratkan kepada telah mengerasnya hati umat manusia serta
semakin durhakanya mereka kepada Allah Swt. dan kepada para Rasul Allah itulah firman Allah Swt.
berikut ini menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ
فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ
اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan per-buatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurha-kaannya.
Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”
فَاَقِمۡ
وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ
-- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, se-belum datang
dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan, pada hari
itu orang-orang beriman dan kafir
akan terpisah. (Ar-Rūm
[30]:42-44).
Bertemunya Air dari Langit dan Air
dari Bumi
Dalam ayat 30 diberi tahu, bahwa bila kegelapan -- yakni kesesatan dan kedurhakaan -- menyelimuti
muka bumi dan manusia melupakan Allah Swt. dan menaklukkan
diri sendiri kepada penyembahan
tuhan-tuhan yang dikhayalkan dan diciptakan oleh mereka sendiri, maka
Allah Swt. membangkitkan seorang nabi untuk mengembalikan gembalaan yang tersesat keharibaan Majikan-nya.
“Permulaan abad ketujuh adalah masa kekacauan nasional dan sosial, dan
agama sebagai kekuatan akhlak, telah lenyap dan telah jatuh, menjadi hanya
semata-mata tatacara dan upacara adat belaka; dan agama-agama besar di dunia
sudah tidak lagi berpengaruh sehat pada kehidupan para penganutnya. Api suci
yang dinyalakan oleh Zoroaster, Musa, dan Isa a.m.s. di dalam aliran darah manusia telah
padam. Dalam abad kelima dan keenam, dunia beradab berada di tepi jurang
kekacauan. Agaknya peradaban besar yang telah memerlukan waktu empat ribu tahun
lamanya untuk menegakkannya telah berada di tepi jurang........ Peradaban
laksana pohon besar yang daun-daunnya telah menaungi dunia dan dahan-dahannya
telah menghasilkan buah-buahan emas dalam kesenian, keilmuan, kesusatraan,
sudah goyah, batangnya tidak hidup lagi dengan mengalirkan sari pengabdian dan
pembaktian, tetapi telah busuk hingga terasnya” (“Emotion as the Basis of Civilization” dan “Spirit of Islam”).
Demikianlah keadaan umat manusia
pada waktu Nabi Besar Muhammad saw., Guru
umat manusia terbesar, muncul pada pentas dunia, dan tatkala syariat yang paling sempurna dan terakhir diturunkan dalam bentuk Al-Quran (QS.5:4), sebab syariat
yang sempurna hanya dapat diturunkan bila semua atau kebanyakan
keburukan -- teristimewa yang
dikenal sebagai akar keburukan -- menampakkan diri telah menjadi mapan.
Kata-kata “daratan dan lautan”
dapat diartikan: (a) bangsa-bangsa yang kebudayaan dan peradabannya
hanya semata-mata berdasar pada akal serta pengalaman manusia, dan
bangsa-bangsa yang kebudayaannya serta peradabannya didasari oleh wahyu Ilahi; (b)
orang-orang yang hidup di benua-benua dan orang-orang yang hidup di
pulau-pulau. Ayat ini berarti, bahwa semua bangsa di dunia telah menjadi rusak
sampai kepada intinya, baik secara politis, sosial maupun akhlaki.
Pendek kata, merupakan Sunnatullah
– baik dalam alam jasmani mau pun alam ruhani (dunia agama)
-- apabila hujan dari langit lama tidak turun maka akibatnya permukaan
air dalam tanah pun semakin meresap
jauh ke dalam bumi, sehingga permukaan bumi menjadi kering-kerontang yang mengakibatkan matinya berbagai janis tumbuh-tumbuhan
terutama yang berakar pendek,
demikian juga halnya dengan keadaan akhlak
dan ruhani manusia.
Allah Swt. menyebut musim kemarau yang terjadi dalam dunia keruhanian (dunia
agama) adalah masa fatrah yakni masa
jeda keberlangsungan turunnya wahyu
Ilahi, firman-Nya:
یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا
یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا
جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ
نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang
menjelaskan syariat
kepada kamu عَلٰی فَتۡرَۃٍ
مِّنَ الرُّسُلِ -- pada masa
jeda pengutusan rasul-rasul,
اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ
بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ -- supaya kamu tidak
mengatakan: “Tidak pernah datang kepada
kami seorang pemberi kabar gembira
dan tidak pula seorang pemberi
peringatan.” فَقَدۡ جَآءَکُمۡ
بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ -- Padahal
sungguh
telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar gembira dan pemberi
peringatan وَ اللّٰہُ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
قَدِیۡرٌ -- dan Allah
Maha kuasa atas segala sesuatu.
(Al-Māidah
[5]:20).
Sejarah bungkam perihal apakah ada seorang nabi (rasul) Allah pernah datang di salah
satu negeri di antara zaman Nabi Besar Muhammad saw. dengan zaman Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang pasti ialah sekurang-kurangnya di
antara para Ahlulkitab tiada seorang nabi
Allah pun datang dalam jangka waktu itu karena Nabi Isa Ibny Maryam
a.s. merupakan rasul Allah terakhir yang
diutus di kalangan Bani Israil.
Pada hakikatnya, dunia telah mengharap-harapkan dan bersiap-siap menerima kedatangan Juru Selamat terbesar bagi umat manusia. Beberapa pernyataan dari
sumber yang diragukan (Kalbi) menyebutkan bahwa setelah Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. . disusul oleh beberapa nabi, di antaranya Khalid bin
Salam termasuk seorang dari antara mereka. Tetapi Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa
antara beliau saw. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak
ada nabi (Bukhari).
Kedatangan “Nur” dari Allah Swt. dan Kitab yang Terang Yakni Nabi Besar Muhammad Saw. dan Al-Quran
Dengan demikian jelaslah bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. adalah Rasul
Allah yang datang pada masa fatrah
(masa terputusnya) keberlangsungan pengutusan Rasul Allah setelah pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., di
kalangan Bani Israil, sehingga kedatangan
beliau saw. bukan saja sebagai penggenapan
kedatangan Nabi yang seperti Musa (Ulangan
15-19; QS;46:11) dan kedatangan “Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Matius
23:37-39) atau “Roh Kebenaran” (Yohanes 16:12-13) sebagaimana yang
tercantum dalam Taurat dan Injil (QS.7:158-159), tetapi juga sebagai penggenapan kedatangan Rasul
Allah yang dinubuatkan dalam agama-agama lainnya pula dengan nama yang berlainan, firman-Nya:
یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا
یُبَیِّنُ لَکُمۡ کَثِیۡرًا مِّمَّا کُنۡتُمۡ تُخۡفُوۡنَ مِنَ الۡکِتٰبِ وَ
یَعۡفُوۡا عَنۡ کَثِیۡرٍ ۬ؕ قَدۡ جَآءَکُمۡ
مِّنَ اللّٰہِ نُوۡرٌ وَّ کِتٰبٌ
مُّبِیۡنٌ ﴿ۙ﴾ یَّہۡدِیۡ بِہِ اللّٰہُ مَنِ اتَّبَعَ رِضۡوَانَہٗ
سُبُلَ السَّلٰمِ وَ یُخۡرِجُہُمۡ مِّنَ
الظُّلُمٰتِ اِلَی النُّوۡرِ بِاِذۡنِہٖ وَ یَہۡدِیۡہِمۡ اِلٰی
صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ﴿﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah
datang kepada kamu Rasul Kami yang menjelaskan
kepada kamu banyak dari apa yang kamu
sembunyikan dari Kitab itu,
dan ia memaafkan banyak dari kesalahan
kamu. Sungguh telah datang kepada
kamu Nur dari Allah dan Kitab yang menerangi. Dengan
itu Allah memberi petunjuk orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya pada jalan-jalan keselamatan, dan mengeluarkan
mereka dari berbagai kegelapan kepada caha-ya
dengan izin-Nya, dan memberi mereka petunjuk kepada jalan lurus. (Al-Māidah [5]:16-17).
Pendek kata, dari uraian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa benar-benar terdapat kesejajaran dalam Sunnatullah mengenai hubungan
“air hujan” dengan naik dan turunnya posisi permukaan air
dalam tanah (bumi), sebab Allah Swt. telah
menciptakan segala sesuatu “berpasangan”
(berjodoh-jodoh), firman-Nya:
سُبۡحٰنَ الَّذِیۡ
خَلَقَ الۡاَزۡوَاجَ کُلَّہَا مِمَّا تُنۡۢبِتُ الۡاَرۡضُ وَ مِنۡ اَنۡفُسِہِمۡ
وَ مِمَّا لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Maha Suci Dzat Yang menciptakan
segala sesuatu berpasang-pasangan baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari
diri mereka sendiri, mau pun dari apa yang tidak mereka ketahui. (Yā Sīn
[36]:37).
Ilmu pengetahuan telah
menemukan kenyataan bahwa pasangan-pasangan
terdapat dalam segala sesuatu — dalam alam
nabati, dan malahan dalam zat
anorganik. Bahkan yang disebut unsur-unsur
pun tidak terwujud dengan sendirinya. Unsur-unsur
itu pun bergantung pada zat-zat lain
untuk dapat mengambil wujud.
Kebenaran ilmiah ini berlaku juga
untuk kecerdasan manusia. Sebelum nur-nur samawi berupa wahyu atau
ilham Ilahi turun, manusia tidak
dapat memperoleh ilmu sejati yang
lahir dari perpaduan wahyu Ilahi dan kecerdasan otak manusia.
Pentingnya Kesinambungan Turunnya Wahyu Ilahi Sebagai Jodoh (Pasangan) Akal Manusia
Itulah sebabnya jika keberlangsungan
turunnya wahyu Ilahi terhenti pada masa fatrah
(masa jeda) pengutusan Rasul
Allah dari kalangan Bani Adam
(QS.7:35-37) maka di kalangan umat manusia akan terjadi musim kemarau panjang ruhani yang akibat buruknya
dikemukakan dalam firman Allah Swt. sebelum ini:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah
belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat kebenaran
yang telah turun kepada mereka, dan mereka
tidak menjadi seperti orang-orang yang
diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?
اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah mati-nya.
قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Mengisyaratkan kepada telah mengerasnya hati umat manusia serta
semakin durhakanya mereka kepada Allah Swt. dan kepada para Rasul Allah itulah firman Allah Swt.
berikut ini menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ
فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ
اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat sebagian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”
فَاَقِمۡ
وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ
-- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, se-belum datang
dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan, pada hari
itu orang-orang beriman dan kafir
akan terpisah. (Ar-Rūm
[30]:42-44).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar