Kamis, 23 April 2015

Membantah "Kisah-kisah Dusta" Dalam Bible yang Menghina Kesucian Para Nabi Allah & Kedatangan Kedua Kali "Kaum-kaum Purbakala" dan Para Rasul Allah di Akhir Zaman



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 36

   Membantah Kisah-kisah Dusta Dalam Bible yang Menghina Kesucian Para Nabi Allah &   Kedatangan Kedua Kali  Kaum-kaum Purbakala dan Para Rasul Allah 
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai   para tamu Nabi Ibrahim a.s.  dalam ayat:  قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ  اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ  -- “Mereka berkata:  ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ  --  kecuali pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya Kami pasti akan menyelamatkan mereka semuanya,  اِلَّا امۡرَاَتَہٗ  قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا  لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ  --   kecuali isterinya Kami telah memutuskan,   sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”

Membantah Kisah Dusta Dalam Bible  Berkenaan Nabi Luth a.s. dan Kedua Putrinya

        Dari  penjelasan ayat-ayat tersebut diketahui bahwa yang beriman kepada Nabi Luth a.s. bukan hanya kedua anak perempuan beliau saja, tetapi ada pula dari kalangan kaum beliau yang beriman, tetapi kebanyakan dari kaumnya – termasuk istrinya    --  tidak beriman kepada  Nabi Luth a.s..
        Makna ayat فَلَمَّا جَآءَ  اٰلَ  لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ  -- “Maka  tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pengikutnya,  قَالَ  اِنَّکُمۡ  قَوۡمٌ  مُّنۡکَرُوۡنَ   -- ia (Luth) berkata: ”Sesungguhnya kamu adalah orang-orang asing,”   Nabi Luth a.s.  menduga  bahwa para “utusan” yang sebelumnya menjumpai Nabi Ibrahim a.s.  hanyalah para musafir biasa yang kebetulan saja berkunjung ke tempat itu.
       Kata ganti hum (mereka punya) dalam ungkapan adbāra-hum (belakang mereka) yang dipergunakan dalam ayat:  فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ   -- “maka berangkatlah engkau dengan keluarga engkau di bagian akhir malam, وَ اتَّبِعۡ اَدۡبَارَہُمۡ   -- dan engkau ikutlah di belakang mereka   menunjukkan, bahwa rombongan orang-orang yang meninggalkan kota bersama Nabi Luth a.s.    itu tidak hanya terdiri dari kedua putrinya saja, seperti dinyatakan dalam Bible (Kejadian Bab 19), tetapi terdiri dari orang-orang beriman lainnya juga, sebagiannya tentu laki-laki seperti ditegaskan oleh kata pengganti jamak bentuk laki-laki. Pandangan ini didukung oleh Bible di tempat lain (Kejadian 18:32).
       Kata-kata  وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ  اَحَدٌ وَّ امۡضُوۡا  حَیۡثُ  تُؤۡمَرُوۡنَ -- “janganlah seorang pun dari kamu menoleh ke belakang, dan  teruskanlah perjalanan kamu sekalian ke mana kamu telah diperintahkan, itu mungkin telah dipergunakan secara kiasan, yang artinya: “Janganlah seorang di antara kamu mengingat akan” atau “merasa khawatir terhadap  mereka yang ditinggalkan di belakang.”
      Tetapi kalau ayat tersebut diartikan secara harfiah maka maksud ungkapan tersebut  adalah bahwa waktu yang tersisa menjelang akan terjadinya azab Ilahi yang menghancurkan kota Sodom dan Gommorah sangat singkat,  karena itu rombongan orang-orang yang beriman yang berangkat bersama Nabi Luth a.s.  diperintahkan pergi dengan cepat agar mereka tidak terjangkau oleh gempa bumi  dahsyat yang akan terjadi. Itulah sebabnya posisi Nabi Luth a.s. berada di belakang rombongan  tersebut agar jangan ada seorang pun  pun dari rombongan itu yang tertinggal.
        Dengan demikian penjelasan Al-Quran tersebut membantah kedustaan “kisah tidak bermoral” yang dikemukakan Bible (Kejadian 19:1-38) mengenai perbuatan tak senonoh yang dilakukan kedua kedua orang putri Nabi Luth a.s. dengan ayahnya dalam sebuah goa, yang sebelumnya telah diberi minum anggur  yang membuat mabuk, sehingga kedua putrinya itu hamil dan melahirkan dua orang anak laki-laki. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
         Kembali kepada dialog antara Nabi Luth a.s. dengan kaumnya yang meminta agar beliau menyerahkan  para “tamu  yang datang, firman-Nya:
وَ جَآءَ اَہۡلُ الۡمَدِیۡنَۃِ یَسۡتَبۡشِرُوۡنَ ﴿﴾   قَالَ  اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ ضَیۡفِیۡ فَلَا تَفۡضَحُوۡنِ ﴿ۙ﴾  وَ اتَّقُوا  اللّٰہَ  وَ لَا  تُخۡزُوۡنِ ﴿﴾  قَالُوۡۤا  اَوَ لَمۡ  نَنۡہَکَ  عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ ہٰۤؤُلَآءِ بَنٰتِیۡۤ  اِنۡ کُنۡتُمۡ فٰعِلِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan datanglah  penduduk kota dengan  bergembira.  Ia (Luth) berkata:  ”Sesungguhnya mereka itu tamuku  maka janganlah kamu membuat aku malu. Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menghinaku.”  Mereka berkata: “Tidakkah kami telah melarang engkau melindungi orang-orang lain?”   Ia berkata:  “Mereka ini adalah anak-anak perempuanku sebagai  jaminan jika  kamu harus berbuat sesuatu.” (Al-Hijr [15]:68-72).
       Nabi Luth a.s.  telah diberitahu oleh kaumnya agar jangan membawa orang-orang asing ke dalam kota itu, dan oleh karenanya ketika tamu-tamu itu datang kepada beliau, mereka bergembira bahwa beliau dapat dipersalahkan karena telah mengabaikan peringatan-peringatan mereka.
         Nabi Luth  a.s. minta kepada kaumnya agar jangan menghina beliau disebabkan beliau menjamu orang-orang asing itu. Itulah makna ayat قَالَ  اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ ضَیۡفِیۡ فَلَا تَفۡضَحُوۡنِ  --  ”Sesungguhnya mereka itu tamuku  maka janganlah kamu membuat aku malu. وَ اتَّقُوا  اللّٰہَ  وَ لَا  تُخۡزُوۡنِ  -- Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menghinaku.”   
     Oleh karena hubungan antara kaum Luth a.s.  dan kabilah-kabilah yang bertentangan sedang tegang, kaum beliau telah memberi peringatan kepada Nabi Luth a.s. agar tidak membawa orang-orang asing ke dalam kota. Akan tetapi karena perjalanan di bagian kawasan itu tidak aman dan  sukar, Nabi Luth a.s.  biasa menerima musafir-musafir yang kesunyian dan tersesat jalan di rumah beliau.
        Kebiasaan ini ditentang oleh kaum beliau, yang sedang mencari-cari helah untuk mengusir Luth a.s. dari kota itu, sebab mereka sudah lama merasa jemu dengan ajaran dan tabligh beliau. (QS.27:55-57). Akan tetapi mereka tidak dapat mengusir beliau tanpa alasan yang kuat. Sekarang mereka menemukan satu dalih yang kelihatannya baik untuk melampiaskan kemarahan mereka terhadap beliau, sebab beliau telah memberikan naungan kepada orang-orang asing di rumah beliau, hal itu berlawanan dengan peringatan-peringatan mereka.

Alasan Untuk Mengusir Nabi Luth a.s.  dari Kota Kaum Nabi Luth a.s.

         Dari kejadian itu jelaslah, bahwa kaum Nabi Luth a.s. datang kepada beliau tidak dengan niat buruk untuk berbuat homo-seksual dengan tamu-tamu beliau, melainkan untuk menyampaikan kepada beliau peringatan-peringatan, bahwa mereka telah memperoleh alasan yang kuat untuk mengusir beliau dari kota itu. Agaknya inilah yang menjadi alasan mengapa mereka bersukacita, firman-Nya:
وَ لُوۡطًا اِذۡ قَالَ لِقَوۡمِہٖۤ  اَتَاۡتُوۡنَ الۡفَاحِشَۃَ  وَ اَنۡتُمۡ  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  اَئِنَّکُمۡ لَتَاۡتُوۡنَ الرِّجَالَ شَہۡوَۃً مِّنۡ دُوۡنِ النِّسَآءِ ؕ بَلۡ  اَنۡتُمۡ  قَوۡمٌ  تَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾  فَمَا کَانَ جَوَابَ قَوۡمِہٖۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ قَالُوۡۤا اَخۡرِجُوۡۤا اٰلَ لُوۡطٍ مِّنۡ  قَرۡیَتِکُمۡ ۚ  اِنَّہُمۡ اُنَاسٌ  یَّتَطَہَّرُوۡنَ ﴿﴾ فَاَنۡجَیۡنٰہُ وَ اَہۡلَہٗۤ   اِلَّا  امۡرَاَتَہٗ ۫ قَدَّرۡنٰہَا  مِنَ  الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾  وَ اَمۡطَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ مَّطَرًا ۚ فَسَآءَ مَطَرُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan  ingatlah Luth  ketika ia berkata kepada kaumnya: “Apakah kamu berbuat kekejian padahal kamu melihat? Apakah kamu mendatangi laki-laki dengan nafsu syahwat selain perempuan-perempuan? Bahkan kamu kaum yang jahil.”   Maka sekali-kali tidak ada jawaban dari kaumnya kecuali mereka berkata bahwa:  Usirlah keluarga Luth dari kota kamu, sesungguhnya mereka adalah  orang-orang yang menganggap dirinya suci   Lalu Kami menyelamatkan dia dan keluarganya  kecuali istrinya, Kami telah menakdirkannya termasuk orang-orang yang tertinggal di belakang.    Dan Kami menghujankan atas mereka hujan,  maka sangat buruk hujan atas orang-orang yang telah diberi peringatan itu. (An-Naml [27]:55-59).
         Makna kalimat  yatathahharun  dalam  ucapan kaum Nabi Luth a.s.  فَمَا کَانَ جَوَابَ قَوۡمِہٖۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ قَالُوۡۤا اَخۡرِجُوۡۤا اٰلَ لُوۡطٍ مِّنۡ  قَرۡیَتِکُمۡ ۚ  اِنَّہُمۡ اُنَاسٌ  یَّتَطَہَّرُوۡنَ  --  “Maka sekali-kali tidak ada jawaban dari kaumnya kecuali mereka berkata bahwa:  Usirlah keluarga Luth dari kota kamu, sesungguhnya mereka adalah  orang-orang yang me-nganggap dirinya suci,”  berarti: mereka memperagakan dan memamerkan diri sebagai orang suci dan bertakwa  luar biasa; mereka mempunyai rasa kebanggaan atas ketakwaan dan kesucian mereka. (Lexicon Lane).
       Setelah  mengemukakan kisah Nabi Luth a.s. dengan kaummya yang durhaka selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَعَمۡرُکَ اِنَّہُمۡ لَفِیۡ سَکۡرَتِہِمۡ یَعۡمَہُوۡنَ ﴿﴾  فَاَخَذَتۡہُمُ  الصَّیۡحَۃُ  مُشۡرِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾  فَجَعَلۡنَا عَالِیَہَا سَافِلَہَا وَ اَمۡطَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ  حِجَارَۃً  مِّنۡ  سِجِّیۡلٍ ﴿ؕ﴾  اِنَّ  فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّلۡمُتَوَسِّمِیۡنَ ﴿﴾  وَ  اِنَّہَا لَبِسَبِیۡلٍ  مُّقِیۡمٍ ﴿﴾  اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Demi usia engkau, Muhammad, sesungguhnya mereka pun  benar-benar terombang-ambing  kebingungan dalam kemabukan mereka.    Maka azab itu menimpa mereka pada saat matahari terbit.   Maka   Kami menjadikan kota mereka itu bagian atasnya terbalik ke bawah, dan Kami menghujankan atas mereka batu-batu dari tanah liat.    Sesungguhnya dalam yang demikian itu  ada Ayat-ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar   terletak pada sebuah jalan yang masih tetap dipakai.  Sesungguhnya  dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda bagi orang-orang yang beriman. (Al-Hijr [15]:73-78). 

Nubuatan Dalam Kisah Nabi Luth a.s. dan Kaumnya & Kedatangan Rasul Akhir Zaman Pada “Hari keputusan

        Mutawassimīn dalam ayat  اِنَّ  فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّلۡمُتَوَسِّمِیۡنَ  -- “Sesungguhnya dalam yang demikian itu  ada Ayat-ayat bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda, “   adalah jamak dari mutawassim yang berasal dari kata tawassama dan berarti seseorang yang menimbang-nimbang satu hal dan menelitinya, atau berbuat demikian berulang-ulang untuk memperoleh pengetahuan yang jelas mengenai hal itu (Al-Aqrab-al-Mawarid).
       Sebuah jalan dikatakan muqīm bila jalan itu terus-menerus dipergunakan oleh para musafir. Jalan yang diisyaratkan di sini, ialah jalan yang menghubungkan negeri Arab dan Suriah yang masih tetap dipergunakan, dan dengan demikian menggenapkan kabar gaib yang tersirat dalam bentuk kata sifat yang dipergunakan untuk itu dalam ayat ini. Jalan itu menyusuri Laut Mati yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai Laut Luth. Itulah makna ayat  وَ  اِنَّہَا لَبِسَبِیۡلٍ  مُّقِیۡمٍ  -- “Dan sesungguhnya kota itu benar-benar   terletak pada sebuah jalan yang masih tetap dipakai.”
       Kalimat  jalan yang tetap dipakai” dapat pula mengisyaratkan bahwa jalan kehidupan kaum Nabi Luth a.s. yang buruk tersebut akan  dilakukan lagi di masa datang oleh kaum-kaum yang durhaka kepada Allah Swt. dan Rasul Allah, dengan demikian ayat tersebut merupakan nubuatan tentang  akan dilakukannya lagi   tiga macam perbuatan buruk yang dilakukan oleh Nabi Luth tersebut,  firman-Nya:
وَ لُوۡطًا اِذۡ قَالَ لِقَوۡمِہٖۤ  اِنَّکُمۡ  لَتَاۡتُوۡنَ الۡفَاحِشَۃَ ۫ مَا سَبَقَکُمۡ  بِہَا مِنۡ اَحَدٍ مِّنَ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  اَئِنَّکُمۡ لَتَاۡتُوۡنَ الرِّجَالَ وَ تَقۡطَعُوۡنَ السَّبِیۡلَ ۬ۙ وَ تَاۡتُوۡنَ فِیۡ نَادِیۡکُمُ الۡمُنۡکَرَ ؕ فَمَا کَانَ  جَوَابَ قَوۡمِہٖۤ  اِلَّاۤ اَنۡ  قَالُوا ائۡتِنَا بِعَذَابِ اللّٰہِ  اِنۡ  کُنۡتَ مِنَ الصّٰدِقِیۡنَ ﴿﴾  قَالَ رَبِّ انۡصُرۡنِیۡ عَلَی الۡقَوۡمِ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya:  “Sesungguhnya kamu mengerjakan pekerjaan keji yang  tidak ada seorang pun di antara manusia sebelum kamu melakukannya. Apakah kamu mendatangi laki-laki serta menyamun di jalan, dan kamu melakukan kemunkaran pada pertemuan-pertemuanmu? Maka tidak ada jawaban dari kaumnya melainkan mereka berkata: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.”  Ia, Luth, berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),  tolonglah aku terhadap kaum yang berbuat kerusakan.” (Al-Ankabāt [29]:29-31),
      Karena qata’a ath-thariqa berarti:  ia membuat jalan itu berbahaya bagi orang-orang musafir, dan melarang mereka mempergunakannya; ungkapan Al-Quran itu berarti: (a) Kamu merampok di jalan raya (kaum Nabi Luth a.s.  telah biasa mencari nafkah dengan merampok di jalan); (b) Kamu melanggar hukum-hukum Ilahi yang telah ditetapkan mengenai hubungan kelamin, dan (3) melakukan pelanggaran-pelanggaran secara tidak wajar dalam petemuan-pertemuan mereka.
        Jadi, tiga macam dosa telah dituduhkan kepada kaum Nabi Luth a.s. di dalam ayat ini; (1) dosa yang tidak wajar; (2) rampok-samun di jalan raya; (3) melakukan keburukan-keburukan secara terbuka tanpa malu-malu di dalam pertemuan-pertemuan mereka.

Makna Nubuatan Kedatangan Kembali Para Rasul Allah

        Ketiga macam keburukan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth a.s.  dan berbagai macam perbuatan buruk atau perbuatan dosa  lainnya yang dilakukan oleh kaum-kaum purbakala lainnya terbukti kembali dilakukan oleh umumnya umat manusia di Akhir Zaman ini, seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali.
       Itulah sebabnya Allah Swt. telah menubuatkan mengenai kedatangan seorang  Rasul Akhir  Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan  pada Hari Keputusan di dunia ini, sehingga kedatangannya seakan-akan  merupakan kedatangan kedua kali  para rasul Allah yang  sebelumnya telah diutus (QS.77:12), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا ۙ﴿﴾   فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا ۙ﴿﴾   وَّ  النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا ۙ﴿﴾   فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا ۙ﴿﴾   عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا ۙ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا   -- Demi mereka yang diutus   menyebarkan  kebajikan,  فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا  --  Lalu  mereka bergerak maju dengan cepat,       وَّ  النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا  -- Demi mereka yang menyebarkan  kebenaran sebaik-baiknya. فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا --   Maka mereka membedakan hak dan batil  sebeda-bedanya,    فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا  --  Lalu mereka menyampaikan peringatan Allah.  عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا  --  Sebagai alasan atau  sebagai peringatan. (Al-Mursalāt [77]:1-7).
    Wujud-wujud atau makhluk-makhluk yang disebut di dalam ayat ini dan empat ayat berikutnya telah dianggap oleh berbagai sumber mengisyaratkan kepada angin, malaikat, rasul-rasul Allah dan para pengikut mereka; dan terutama dan sangat kena kepada para sahabat Nabi Besar Muhamad saw..
  Bertalian dengan para sahabat, ayat-ayat ini akan berarti bahwa mula-mula para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. menyebarkan seruan Islam dengan perlahan-lahan dan lemah lembut. Tetapi sesudah kesukaran-kesukaran awal dalam rangka usaha tabligh Islam dapat diatasi, para sahabat beliau saw. bergerak lebih cepat dan meneruskan seruan Islam dengan semangat lebih berkobar; atau, ayat ini dapat berarti bahwa dengan bantuan ajaran Al-Quran  mereka menghancurkan kepalsuan dan kekuatan-kekuatan kejahatan di hadapan mereka menjadi laksana potongan jerami dihembus angin. Itulah makna ayat: وَ الۡمُرۡسَلٰتِ  عُرۡفًا   -- demi mereka yang diutus   menyebarkan  kebajikan,  فَالۡعٰصِفٰتِ عَصۡفًا  --  Lalu  mereka bergerak maju dengan cepat.”      
    Mereka menyatakan dan menyebarkan seruan kebenaran ke tempat-tempat jauh dan seluas-luasnya, atau menyebarkan benih-benih kebaikan ke mana-mana. Dengan penyebaran Amanat Al-Quran, akan menjadi nyata bedanya kebenaran dari kepalsuan dan orang-orang baik dari orang-orang jahat: فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا --   Maka mereka membedakan hak dan batil  sebeda-bedanya.    
   Ayat   عُذۡرًا  اَوۡ  نُذۡرًا  --  “sebagai alasan atau  sebagai peringatan”,  berarti bahwa kenyataan akan dibuktikan bahwa mereka telah menyampaikan dan menunaikan tugas kewajiban yang telah diserahkan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
     Lebih lanjut Allah Swt. berfirman mengenai  peristiwa besar yang akan terjadi   -- baik pada masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama di kalangan  bangsa Arab mau pun pada pengutusan beliau saw. yang kedua kali secara ruhani di kalangan “kaum lain” di Akhir Zaman (QS.62:3-4)  -- firman-Nya:
اِنَّمَا تُوۡعَدُوۡنَ  لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾ فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepada kamu niscaya  akan terjadi Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar,   dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan,  وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ   --   dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan.  (Al-Mursalāt [77]:8-12).

Tanda-tanda Terjadinya “Hari Kiamat

  Ayat  فَاِذَا النُّجُوۡمُ  طُمِسَتۡ   -- “Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya bintang-bintang sebagai pertanda bencana hampir tiba. Sedangkan makna ayat  وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ   -- “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan menimpa dunia, sebab  Allah Swt. telah berfirman bahwa salah satu fungsi langit adalah sebagai atap bagi bumi (QS.2:23):
الَّذِیۡ جَعَلَ لَکُمُ الۡاَرۡضَ فِرَاشًا وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً ۪ وَّ اَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً  فَاَخۡرَجَ بِہٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّکُمۡ ۚ فَلَا تَجۡعَلُوۡا لِلّٰہِ اَنۡدَادًا وَّ اَنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dia-lah  Yang menjadikan bagi kamu bumi  sebagai hamparan,  وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً  -- dan  langit sebagai  bangunan,   dan  Dia menurunkan air dari awan lalu  dengan itu Dia mengeluarkan buah-buahan sebagai rezeki bagi kamu, maka janganlah kamu menjadikan sembahan-sembahan tandingan  bagi Allah padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah [2]:23).
        Ungkapan      وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً  -- “dan    langit sebagai  bangunan” mengisyaratkan bahwa persis seperti suatu bangunan atau atap merupakan sarana keselamatan untuk mereka yang tinggal di dalam atau di bawahnya, demikian pula bagian-bagian dari alam semesta yang jauh itu berperan sebagai sarana keselamatan bagi planit  bumi.
      Mereka yang telah mempelajari ilmu perbintangan, awan, dan gejala-gejala atmosfir lainnya mengetahui bagaimana benda-benda langit lainnya  menempuh jalan peredaran (orbit) mereka melalui ruang tanpa batas, jauh tinggi di atas bumi di semua jurusan memberi keamanan dan kekokohan kepada bumi. Pula diisyaratkan di sini bahwa penyempurnaan alam kebendaan itu tergantung dari koordinasi,  antara kekuatan-kekuatan bumi dan langit.
       Karena itu makna ayat وَ  اِذَا السَّمَآءُ  فُرِجَتۡ   -- “dan apabila langit terbelah” mengisyaratkan kepada dibukakan-Nya berbagai pintu azab yang datang dari langit mapun dari bumi  seperti halnya hujan  yang sangat  lebat  yang turun di zaman  Nabi Nuh a.s. telah merangsang naiknya berbagai sumber mata air dalam bumi ke permukaan sehingga terjadilah banjir dan badai  dahsyat yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh a.s. yang durhaka dan takabur (QS.54:12-17; QS.11:41-43).
     Makna ayat وَ  اِذَا  الۡجِبَالُ  نُسِفَتۡ   -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh  yang bagaikan gunung-gunung direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak itu mati.

Kebangkitan Kembali Kaum-kaum Purbakala  di Akhir Zaman

     Sedangkan makna ayat selanjutnya    وَ  اِذَا  الرُّسُلُ  اُقِّتَتۡ   --       “dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan”  mengisyaratkan ketika seorang pembaharu samawi datang dengan kekuatan dan jiwa rasul-rasul Allah serta seolah-olah memakai jubah-jubah mereka, yaitu Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih Mau’ud a.s.  yang merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾ 
Dia-lah Yang telah membangkit-kan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ    --    Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.  (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
        Sehubungan dengan akan datangnya seorang Rasul Allah yang kedatangan seakan-akan  merupakan pengutusan kedua kali  para pasul Allah sebelumnya tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kebinasaan yang akan menimpa bangsa-bangsa di Akhir Zaman ini yang mengikuti berbagai perbuatan buruk kaum-kaum purbakala, karena  seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali:
لِاَیِّ  یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾  لِیَوۡمِ  الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾  وَ  مَاۤ   اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾  وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga hari apakah azab itu ditangguhkan?   Hingga Hari Keputusan.  Dan apa yang engkau ketahui mengenai Hari Keputusan itu?   وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ    -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.  اَلَمۡ  نُہۡلِکِ  الۡاَوَّلِیۡنَ --  Tidakkah Kami telah  membinasakan kaum-kaum dahulu?  ثُمَّ  نُتۡبِعُہُمُ   الۡاٰخِرِیۡنَ   -- Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang yang datang kemudian.  کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ  بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ  --     Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang berdosa وَیۡلٌ  یَّوۡمَئِذٍ  لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ  -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt [77]:13-20).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22  April   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar