بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 36
Membantah
Kisah-kisah Dusta Dalam Bible yang Menghina Kesucian Para Nabi Allah &
Kedatangan Kedua Kali Kaum-kaum
Purbakala dan Para Rasul Allah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai para tamu
Nabi Ibrahim a.s. dalam ayat: قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ -- “Mereka berkata: ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ
ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- kecuali
pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya
Kami pasti akan menyelamatkan mereka
semuanya, اِلَّا امۡرَاَتَہٗ قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ -- kecuali
isterinya Kami telah memutuskan, sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”
Membantah Kisah Dusta Dalam
Bible Berkenaan Nabi Luth a.s. dan Kedua Putrinya
Dari penjelasan ayat-ayat tersebut diketahui bahwa
yang beriman kepada Nabi Luth a.s.
bukan hanya kedua anak perempuan
beliau saja, tetapi ada pula dari kalangan
kaum beliau yang beriman, tetapi kebanyakan
dari kaumnya – termasuk istrinya -- tidak beriman kepada Nabi
Luth a.s..
Makna
ayat فَلَمَّا
جَآءَ اٰلَ لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ -- “Maka tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pengikutnya, قَالَ
اِنَّکُمۡ قَوۡمٌ مُّنۡکَرُوۡنَ -- ia (Luth) berkata: ”Sesungguhnya kamu adalah orang-orang asing,” Nabi
Luth a.s. menduga bahwa para “utusan” yang sebelumnya menjumpai Nabi Ibrahim a.s. hanyalah para musafir biasa yang kebetulan saja berkunjung ke tempat itu.
Kata
ganti hum (mereka punya) dalam ungkapan adbāra-hum (belakang
mereka) yang dipergunakan dalam ayat: فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ
بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ --
“maka berangkatlah engkau dengan
keluarga engkau di bagian akhir malam, وَ اتَّبِعۡ
اَدۡبَارَہُمۡ -- dan
engkau ikutlah di belakang mereka” menunjukkan, bahwa rombongan orang-orang yang meninggalkan kota
bersama Nabi Luth a.s. itu
tidak hanya terdiri dari kedua putrinya
saja, seperti dinyatakan dalam Bible (Kejadian
Bab 19), tetapi terdiri dari orang-orang
beriman lainnya juga, sebagiannya tentu laki-laki
seperti ditegaskan oleh kata pengganti
jamak bentuk laki-laki. Pandangan
ini didukung oleh Bible di tempat
lain (Kejadian 18:32).
Kata-kata
وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ
وَّ امۡضُوۡا حَیۡثُ تُؤۡمَرُوۡنَ -- “janganlah seorang pun dari kamu menoleh ke
belakang, dan teruskanlah perjalanan kamu sekalian ke
mana kamu telah diperintahkan,” itu
mungkin telah dipergunakan secara kiasan,
yang artinya: “Janganlah seorang di
antara kamu mengingat akan” atau “merasa
khawatir terhadap mereka yang
ditinggalkan di belakang.”
Tetapi kalau ayat tersebut diartikan secara harfiah maka maksud ungkapan
tersebut adalah bahwa waktu yang tersisa menjelang akan terjadinya azab Ilahi yang menghancurkan kota Sodom dan Gommorah sangat
singkat, karena itu rombongan orang-orang yang beriman
yang berangkat bersama Nabi Luth a.s.
diperintahkan pergi dengan cepat agar mereka tidak terjangkau oleh gempa
bumi dahsyat yang akan terjadi. Itulah sebabnya posisi Nabi Luth a.s.
berada di belakang rombongan tersebut
agar jangan ada seorang pun pun dari
rombongan itu yang tertinggal.
Dengan demikian penjelasan Al-Quran tersebut membantah kedustaan “kisah tidak bermoral” yang
dikemukakan Bible (Kejadian
19:1-38) mengenai perbuatan tak senonoh
yang dilakukan kedua kedua orang putri
Nabi Luth a.s. dengan ayahnya dalam sebuah goa, yang sebelumnya telah diberi minum anggur yang membuat mabuk, sehingga kedua putrinya itu hamil dan melahirkan dua orang anak laki-laki. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
Kembali kepada dialog antara
Nabi Luth a.s. dengan kaumnya yang meminta agar beliau menyerahkan para “tamu” yang datang, firman-Nya:
وَ جَآءَ
اَہۡلُ الۡمَدِیۡنَۃِ یَسۡتَبۡشِرُوۡنَ ﴿﴾ قَالَ
اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ ضَیۡفِیۡ فَلَا تَفۡضَحُوۡنِ ﴿ۙ﴾ وَ اتَّقُوا
اللّٰہَ وَ لَا تُخۡزُوۡنِ ﴿﴾ قَالُوۡۤا
اَوَ لَمۡ نَنۡہَکَ عَنِ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ ہٰۤؤُلَآءِ بَنٰتِیۡۤ اِنۡ کُنۡتُمۡ فٰعِلِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan
datanglah penduduk kota dengan bergembira.
Ia (Luth) berkata: ”Sesungguhnya mereka itu tamuku maka janganlah kamu membuat aku malu. Dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menghinaku.” Mereka berkata: “Tidakkah kami telah melarang engkau melindungi
orang-orang lain?” Ia berkata: “Mereka ini adalah anak-anak perempuanku sebagai jaminan jika kamu harus
berbuat sesuatu.” (Al-Hijr [15]:68-72).
Nabi
Luth a.s. telah diberitahu
oleh kaumnya agar jangan membawa orang-orang
asing ke dalam kota itu, dan oleh karenanya ketika tamu-tamu itu datang kepada beliau, mereka bergembira bahwa beliau dapat dipersalahkan
karena telah mengabaikan peringatan-peringatan
mereka.
Nabi
Luth a.s. minta kepada
kaumnya agar jangan menghina beliau
disebabkan beliau menjamu orang-orang asing itu. Itulah makna ayat قَالَ اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ ضَیۡفِیۡ
فَلَا تَفۡضَحُوۡنِ
-- ”Sesungguhnya mereka itu tamuku maka janganlah
kamu membuat aku malu. وَ
اتَّقُوا اللّٰہَ وَ لَا
تُخۡزُوۡنِ -- Dan
bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menghinaku.”
Oleh
karena hubungan antara kaum Luth a.s.
dan kabilah-kabilah yang bertentangan sedang tegang, kaum beliau telah memberi peringatan kepada Nabi Luth a.s. agar tidak membawa orang-orang
asing ke dalam kota. Akan tetapi karena perjalanan di bagian kawasan itu tidak aman dan sukar,
Nabi Luth a.s. biasa menerima
musafir-musafir yang kesunyian dan tersesat jalan di rumah beliau.
Kebiasaan ini ditentang oleh kaum beliau, yang sedang mencari-cari helah untuk mengusir
Luth a.s. dari kota itu, sebab mereka sudah lama merasa jemu dengan ajaran dan tabligh beliau. (QS.27:55-57). Akan
tetapi mereka tidak dapat mengusir
beliau tanpa alasan yang kuat.
Sekarang mereka menemukan satu dalih
yang kelihatannya baik untuk melampiaskan
kemarahan mereka terhadap beliau, sebab beliau telah memberikan naungan kepada orang-orang asing di rumah beliau, hal itu berlawanan dengan peringatan-peringatan mereka.
Alasan Untuk Mengusir
Nabi Luth a.s. dari Kota Kaum Nabi Luth
a.s.
Dari kejadian itu jelaslah, bahwa
kaum Nabi Luth a.s. datang
kepada beliau tidak dengan niat buruk
untuk berbuat homo-seksual dengan tamu-tamu beliau, melainkan untuk
menyampaikan kepada beliau peringatan-peringatan,
bahwa mereka telah memperoleh alasan yang
kuat untuk mengusir beliau dari
kota itu. Agaknya inilah yang menjadi alasan mengapa mereka bersukacita, firman-Nya:
وَ لُوۡطًا
اِذۡ قَالَ لِقَوۡمِہٖۤ اَتَاۡتُوۡنَ
الۡفَاحِشَۃَ وَ اَنۡتُمۡ تُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾ اَئِنَّکُمۡ لَتَاۡتُوۡنَ الرِّجَالَ شَہۡوَۃً مِّنۡ
دُوۡنِ النِّسَآءِ ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ قَوۡمٌ
تَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾ فَمَا کَانَ جَوَابَ
قَوۡمِہٖۤ اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوۡۤا اَخۡرِجُوۡۤا اٰلَ لُوۡطٍ
مِّنۡ قَرۡیَتِکُمۡ ۚ اِنَّہُمۡ اُنَاسٌ یَّتَطَہَّرُوۡنَ ﴿﴾ فَاَنۡجَیۡنٰہُ وَ
اَہۡلَہٗۤ اِلَّا امۡرَاَتَہٗ ۫ قَدَّرۡنٰہَا مِنَ
الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ اَمۡطَرۡنَا
عَلَیۡہِمۡ مَّطَرًا ۚ فَسَآءَ مَطَرُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah Luth ketika ia
berkata kepada kaumnya: “Apakah kamu
berbuat kekejian padahal kamu
melihat? Apakah kamu mendatangi
laki-laki dengan nafsu syahwat
selain perempuan-perempuan? Bahkan
kamu kaum yang jahil.” Maka
sekali-kali tidak ada jawaban dari
kaumnya kecuali mereka berkata bahwa: ”Usirlah keluarga Luth dari kota
kamu, sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang menganggap
dirinya suci” Lalu Kami menyelamatkan dia dan keluarganya kecuali istrinya,
Kami telah menakdirkannya termasuk orang-orang yang tertinggal di belakang.
Dan Kami menghujankan atas mereka hujan, maka sangat
buruk hujan atas orang-orang yang
telah diberi peringatan itu. (An-Naml [27]:55-59).
Makna kalimat
yatathahharun dalam ucapan kaum Nabi Luth a.s. فَمَا کَانَ جَوَابَ قَوۡمِہٖۤ اِلَّاۤ
اَنۡ قَالُوۡۤا اَخۡرِجُوۡۤا اٰلَ لُوۡطٍ مِّنۡ قَرۡیَتِکُمۡ ۚ اِنَّہُمۡ اُنَاسٌ یَّتَطَہَّرُوۡنَ -- “Maka
sekali-kali tidak ada jawaban dari
kaumnya kecuali mereka berkata bahwa: ”Usirlah keluarga Luth dari kota kamu, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang me-nganggap dirinya suci,”
berarti: mereka memperagakan dan
memamerkan diri sebagai orang suci dan bertakwa
luar biasa; mereka mempunyai rasa kebanggaan atas ketakwaan dan kesucian
mereka. (Lexicon Lane).
Setelah
mengemukakan kisah Nabi Luth a.s.
dengan kaummya yang durhaka
selanjutnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
لَعَمۡرُکَ
اِنَّہُمۡ لَفِیۡ سَکۡرَتِہِمۡ یَعۡمَہُوۡنَ ﴿﴾ فَاَخَذَتۡہُمُ
الصَّیۡحَۃُ مُشۡرِقِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنَا عَالِیَہَا سَافِلَہَا وَ اَمۡطَرۡنَا
عَلَیۡہِمۡ حِجَارَۃً مِّنۡ
سِجِّیۡلٍ ﴿ؕ﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیٰتٍ لِّلۡمُتَوَسِّمِیۡنَ ﴿﴾ وَ اِنَّہَا
لَبِسَبِیۡلٍ مُّقِیۡمٍ ﴿﴾ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿ؕ﴾
Demi usia
engkau, Muhammad, sesungguhnya mereka pun benar-benar terombang-ambing kebingungan dalam kemabukan mereka. Maka azab itu menimpa mereka pada saat matahari terbit. Maka Kami menjadikan kota mereka itu
bagian atasnya terbalik ke bawah,
dan Kami menghujankan atas mereka
batu-batu dari tanah liat. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Ayat-ayat
bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda.
Dan sesungguhnya kota itu
benar-benar terletak pada sebuah jalan yang masih
tetap dipakai. Sesungguhnya dalam
yang demikian itu benar-benar ada
Tanda bagi orang-orang yang beriman.
(Al-Hijr
[15]:73-78).
Nubuatan Dalam Kisah Nabi Luth a.s. dan
Kaumnya & Kedatangan Rasul Akhir Zaman
Pada “Hari keputusan”
Mutawassimīn dalam
ayat اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیٰتٍ لِّلۡمُتَوَسِّمِیۡنَ -- “Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Ayat-ayat
bagi orang-orang yang memperhatikan tanda-tanda,
“ adalah jamak dari mutawassim
yang berasal dari kata tawassama dan berarti seseorang yang
menimbang-nimbang satu hal dan menelitinya,
atau berbuat demikian berulang-ulang untuk memperoleh pengetahuan yang jelas mengenai hal itu (Al-Aqrab-al-Mawarid).
Sebuah
jalan dikatakan muqīm bila jalan
itu terus-menerus dipergunakan oleh
para musafir. Jalan yang diisyaratkan
di sini, ialah jalan yang
menghubungkan negeri Arab dan Suriah yang masih tetap dipergunakan,
dan dengan demikian menggenapkan kabar
gaib yang tersirat dalam bentuk kata sifat
yang dipergunakan untuk itu dalam ayat ini. Jalan itu menyusuri Laut Mati yang dikenal oleh penduduk
setempat sebagai Laut Luth. Itulah
makna ayat وَ اِنَّہَا لَبِسَبِیۡلٍ مُّقِیۡمٍ -- “Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak pada sebuah jalan yang masih
tetap dipakai.”
Kalimat
“jalan yang tetap dipakai”
dapat pula mengisyaratkan bahwa jalan
kehidupan kaum Nabi Luth a.s. yang buruk
tersebut akan dilakukan lagi di masa datang oleh kaum-kaum yang durhaka
kepada Allah Swt. dan Rasul Allah, dengan demikian ayat
tersebut merupakan nubuatan
tentang akan dilakukannya lagi tiga
macam perbuatan buruk yang dilakukan oleh Nabi Luth tersebut, firman-Nya:
وَ لُوۡطًا
اِذۡ قَالَ لِقَوۡمِہٖۤ اِنَّکُمۡ لَتَاۡتُوۡنَ الۡفَاحِشَۃَ ۫ مَا
سَبَقَکُمۡ بِہَا مِنۡ اَحَدٍ مِّنَ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اَئِنَّکُمۡ
لَتَاۡتُوۡنَ الرِّجَالَ وَ تَقۡطَعُوۡنَ السَّبِیۡلَ ۬ۙ وَ تَاۡتُوۡنَ فِیۡ
نَادِیۡکُمُ الۡمُنۡکَرَ ؕ فَمَا کَانَ
جَوَابَ قَوۡمِہٖۤ اِلَّاۤ اَنۡ قَالُوا ائۡتِنَا بِعَذَابِ اللّٰہِ اِنۡ
کُنۡتَ مِنَ الصّٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ رَبِّ انۡصُرۡنِیۡ عَلَی الۡقَوۡمِ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan ingatlah
Luth ketika ia berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu mengerjakan pekerjaan keji yang tidak
ada seorang pun di antara manusia sebelum kamu melakukannya. Apakah kamu mendatangi laki-laki serta menyamun di jalan, dan kamu melakukan kemunkaran pada
pertemuan-pertemuanmu? Maka tidak
ada jawaban dari kaumnya melainkan mereka berkata: “Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” Ia, Luth, berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), tolonglah
aku terhadap kaum yang berbuat kerusakan.” (Al-Ankabāt [29]:29-31),
Karena qata’a ath-thariqa
berarti: ia membuat jalan itu berbahaya bagi orang-orang musafir, dan melarang mereka
mempergunakannya; ungkapan Al-Quran itu berarti: (a) Kamu merampok di
jalan raya (kaum Nabi Luth a.s. telah
biasa mencari nafkah dengan merampok di jalan); (b) Kamu melanggar hukum-hukum Ilahi yang telah ditetapkan
mengenai hubungan kelamin, dan (3) melakukan pelanggaran-pelanggaran
secara tidak wajar dalam petemuan-pertemuan
mereka.
Jadi, tiga
macam dosa telah dituduhkan kepada
kaum Nabi Luth a.s. di dalam ayat ini; (1) dosa yang tidak
wajar; (2) rampok-samun di jalan raya; (3) melakukan keburukan-keburukan secara terbuka tanpa
malu-malu di dalam pertemuan-pertemuan
mereka.
Makna Nubuatan
Kedatangan Kembali Para Rasul Allah
Ketiga macam keburukan yang dilakukan oleh kaum Nabi Luth a.s. dan berbagai macam perbuatan buruk atau perbuatan
dosa lainnya yang dilakukan oleh kaum-kaum purbakala lainnya terbukti
kembali dilakukan oleh umumnya umat manusia di Akhir Zaman ini, seakan-akan kaum-kaum
purbakala tersebut telah bangkit
kembali.
Itulah sebabnya Allah Swt. telah menubuatkan
mengenai kedatangan seorang Rasul Akhir
Zaman yang kedatangannya ditunggu-tunggu
oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan pada Hari
Keputusan di dunia ini, sehingga kedatangannya seakan-akan merupakan kedatangan kedua kali para rasul
Allah yang sebelumnya telah diutus (QS.77:12), firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ وَ الۡمُرۡسَلٰتِ عُرۡفًا ۙ﴿﴾ فَالۡعٰصِفٰتِ
عَصۡفًا ۙ﴿﴾ وَّ
النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا ۙ﴿﴾ فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا ۙ﴿﴾ فَالۡمُلۡقِیٰتِ ذِکۡرًا
ۙ﴿﴾ عُذۡرًا
اَوۡ نُذۡرًا ۙ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. وَ
الۡمُرۡسَلٰتِ عُرۡفًا -- Demi mereka yang diutus menyebarkan kebajikan,
فَالۡعٰصِفٰتِ
عَصۡفًا -- Lalu
mereka bergerak maju dengan cepat,
وَّ النّٰشِرٰتِ نَشۡرًا -- Demi mereka yang menyebarkan kebenaran
sebaik-baiknya. فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا -- Maka mereka membedakan hak dan batil sebeda-bedanya, فَالۡمُلۡقِیٰتِ
ذِکۡرًا -- Lalu mereka menyampaikan peringatan Allah. عُذۡرًا اَوۡ نُذۡرًا -- Sebagai alasan
atau sebagai peringatan. (Al-Mursalāt [77]:1-7).
Wujud-wujud atau makhluk-makhluk yang disebut
di dalam ayat ini dan empat ayat berikutnya telah dianggap oleh berbagai sumber
mengisyaratkan kepada angin, malaikat, rasul-rasul Allah dan para pengikut
mereka; dan terutama dan sangat kena kepada para sahabat Nabi Besar Muhamad saw..
Bertalian dengan para sahabat, ayat-ayat ini akan berarti
bahwa mula-mula para sahabat Nabi
Besar Muhammad saw. menyebarkan seruan
Islam dengan perlahan-lahan dan lemah lembut. Tetapi sesudah kesukaran-kesukaran awal dalam rangka
usaha tabligh Islam dapat diatasi,
para sahabat beliau saw. bergerak lebih cepat dan meneruskan seruan Islam dengan semangat lebih
berkobar; atau, ayat ini dapat berarti bahwa dengan bantuan ajaran Al-Quran mereka menghancurkan
kepalsuan dan kekuatan-kekuatan
kejahatan di hadapan mereka menjadi laksana potongan jerami dihembus angin. Itulah makna ayat: وَ الۡمُرۡسَلٰتِ عُرۡفًا -- demi mereka yang diutus menyebarkan kebajikan,
فَالۡعٰصِفٰتِ
عَصۡفًا -- Lalu
mereka bergerak maju dengan cepat.”
Mereka menyatakan dan menyebarkan seruan kebenaran ke tempat-tempat jauh
dan seluas-luasnya, atau menyebarkan benih-benih
kebaikan ke mana-mana. Dengan penyebaran Amanat Al-Quran, akan menjadi nyata bedanya kebenaran dari kepalsuan
dan orang-orang baik dari orang-orang jahat: فَالۡفٰرِقٰتِ فَرۡقًا -- Maka mereka membedakan hak dan batil sebeda-bedanya.”
Ayat عُذۡرًا اَوۡ
نُذۡرًا -- “sebagai alasan
atau sebagai peringatan”, berarti
bahwa kenyataan akan dibuktikan bahwa
mereka telah menyampaikan dan menunaikan tugas
kewajiban yang telah diserahkan kepada mereka dengan sebaik-baiknya.
Lebih lanjut Allah Swt.
berfirman mengenai peristiwa besar yang akan terjadi
-- baik pada masa pengutusan
Nabi Besar Muhammad saw. yang pertama
di kalangan bangsa Arab mau pun pada pengutusan
beliau saw. yang kedua kali secara
ruhani di kalangan “kaum lain” di Akhir Zaman (QS.62:3-4) -- firman-Nya:
اِنَّمَا
تُوۡعَدُوۡنَ لَوَاقِعٌ ؕ﴿﴾ فَاِذَا
النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ ۙ﴿﴾ وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ ﴿ۙ﴾ وَ اِذَا الرُّسُلُ
اُقِّتَتۡ ﴿ؕ﴾
Sesungguhnya
apa yang telah dijanjikan kepada
kamu niscaya akan terjadi. Maka apabila cahaya bintang-bintang telah pudar, dan apabila langit terbelah, dan apabila gunung-gunung dihancurkan, وَ
اِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتۡ -- dan
apabila rasul-rasul didatangkan
pada waktu yang ditentukan. (Al-Mursalāt [77]:8-12).
Tanda-tanda Terjadinya “Hari Kiamat”
Ayat فَاِذَا
النُّجُوۡمُ طُمِسَتۡ -- “Maka apabila cahaya
bintang-bintang telah pudar” berarti, ketika berbagai malapetaka hampir menimpa kaum
itu. Orang-orang Arab menganggap lenyapnya
bintang-bintang sebagai pertanda bencana
hampir tiba. Sedangkan makna ayat وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ -- “dan apabila langit terbelah” yaitu ketika berbagai bencana dan kemalangan
menimpa dunia, sebab Allah Swt. telah berfirman bahwa salah satu
fungsi langit adalah sebagai atap bagi bumi (QS.2:23):
الَّذِیۡ
جَعَلَ لَکُمُ الۡاَرۡضَ فِرَاشًا وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً ۪ وَّ اَنۡزَلَ مِنَ
السَّمَآءِ
مَآءً فَاَخۡرَجَ بِہٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّکُمۡ ۚ
فَلَا تَجۡعَلُوۡا لِلّٰہِ اَنۡدَادًا وَّ اَنۡتُمۡ
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dia-lah Yang menjadikan bagi kamu bumi
sebagai hamparan, وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً -- dan langit sebagai bangunan,
dan Dia
menurunkan air dari awan lalu dengan itu Dia mengeluarkan buah-buahan sebagai
rezeki bagi kamu, maka janganlah kamu menjadikan sembahan-sembahan
tandingan bagi Allah padahal kamu
mengetahui. (Al-Baqarah [2]:23).
Ungkapan وَّ السَّمَآءَ بِنَآءً -- “dan langit sebagai bangunan”
mengisyaratkan bahwa persis seperti suatu bangunan
atau atap merupakan sarana keselamatan untuk mereka yang
tinggal di dalam atau di bawahnya, demikian pula bagian-bagian dari alam semesta yang jauh itu berperan
sebagai sarana keselamatan bagi
planit bumi.
Mereka yang telah mempelajari ilmu perbintangan, awan, dan gejala-gejala
atmosfir lainnya mengetahui bagaimana benda-benda
langit lainnya menempuh jalan peredaran (orbit) mereka melalui ruang tanpa batas, jauh tinggi di atas bumi di semua jurusan memberi keamanan dan kekokohan kepada bumi. Pula diisyaratkan di sini bahwa
penyempurnaan alam kebendaan itu
tergantung dari koordinasi, antara kekuatan-kekuatan
bumi dan langit.
Karena itu makna ayat وَ اِذَا السَّمَآءُ فُرِجَتۡ -- “dan apabila langit terbelah” mengisyaratkan kepada dibukakan-Nya berbagai pintu azab yang datang dari langit mapun dari bumi seperti halnya hujan yang sangat lebat yang turun di zaman Nabi Nuh a.s. telah merangsang naiknya berbagai sumber mata air dalam bumi ke permukaan
sehingga terjadilah banjir dan badai
dahsyat yang menenggelamkan kaum Nabi Nuh a.s. yang durhaka dan takabur (QS.54:12-17; QS.11:41-43).
Makna ayat وَ اِذَا
الۡجِبَالُ نُسِفَتۡ -- “dan apabila gunung-gunung dihancurkan” yaitu ketika terjadi perubahan-perubahan besar, atau ketika orang-orang berkuasa lagi berpengaruh
yang bagaikan gunung-gunung direndahkan; atau ketika lembaga-lembaga yang telah tua dan usang dihancurkan sampai ke akar-akarnya. Pendek kata, ketika seluruh orde yang telah menjadi rusak itu mati.
Kebangkitan Kembali Kaum-kaum Purbakala di Akhir Zaman
Sedangkan makna ayat selanjutnya وَ اِذَا الرُّسُلُ
اُقِّتَتۡ -- “dan apabila rasul-rasul
didatangkan pada waktu
yang ditentukan” mengisyaratkan ketika seorang
pembaharu samawi datang dengan kekuatan
dan jiwa rasul-rasul Allah serta
seolah-olah memakai jubah-jubah
mereka, yaitu Nabi Besar Muhammad saw.
dan Al-Masih Mau’ud a.s. yang merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkit-kan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka,
yang membacakan kepada mereka
Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah
walaupun sebelumnya mereka
berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Sehubungan dengan akan datangnya
seorang Rasul Allah yang kedatangan
seakan-akan merupakan pengutusan kedua kali para pasul
Allah sebelumnya tersebut, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kebinasaan yang akan menimpa bangsa-bangsa di Akhir Zaman ini yang mengikuti
berbagai perbuatan buruk kaum-kaum purbakala, karena seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit kembali:
لِاَیِّ یَوۡمٍ اُجِّلَتۡ ﴿ؕ﴾ لِیَوۡمِ
الۡفَصۡلِ ﴿ۚ﴾ وَ مَاۤ
اَدۡرٰىکَ مَا یَوۡمُ الۡفَصۡلِ ﴿ؕ﴾ وَیۡلٌ
یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾ اَلَمۡ
نُہۡلِکِ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ ﴿﴾ کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ
بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿﴾
Hingga
hari apakah azab itu ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa
yang engkau ketahui mengenai Hari
Keputusan itu? وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. اَلَمۡ نُہۡلِکِ
الۡاَوَّلِیۡنَ -- Tidakkah Kami telah
membinasakan kaum-kaum dahulu? ثُمَّ
نُتۡبِعُہُمُ الۡاٰخِرِیۡنَ -- Kemudian Kami mengikutkan mereka orang-orang
yang datang kemudian. کَذٰلِکَ نَفۡعَلُ بِالۡمُجۡرِمِیۡنَ -- Demikianlah perlakuan Kami terhadap orang-orang
berdosa. وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ
لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ -- Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalāt
[77]:13-20).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar