بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 25
Peringatan Allah
Swt. Kepada Para Pembuat “Parit Api” yang “Bahan Bakarnya” Berbagai Macam Fitnah Keji Terhadap Rasul Allah dan Para Pengikutnya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai tindakan penyeretan mayat Abu Jahal dan para
pemimpin kafir Quraisy lainnya pada jambulnya setelah mereka mengalami kekalahan tragis dalam Perang Badar, yang demikian itu
merupakan hukuman Allah Swt. yang setimpal atas perlakuan zalim mereka selama bertahun-tahun terhadap
orang-orang
Islam yang tidak berdaya di Mekkah,
sebagaimana firman-Nya: کَلَّا لَئِنۡ لَّمۡ یَنۡتَہِ ۬ۙ
لَنَسۡفَعًۢا بِالنَّاصِیَۃِ --
Sekali-kali tidak! Jika ia tidak
berhenti niscaya Kami akan menyeret dia pada jambulnya, نَاصِیَۃٍ کَاذِبَۃٍ خَاطِئَۃٍ -- jambul orang yang mendustakan lagi berdosa.” (Al-A’laq [96]:16-17).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman: فَلۡیَدۡعُ
نَادِیَہٗ --
Maka hendaklah ia memanggil
teman-temannya, سَنَدۡعُ الزَّبَانِیَۃَ -- Kami pun segera akan memanggil para malaikat Zabāniyah
(pelaksana hukuman). کَلَّا ؕ لَا
تُطِعۡہُ وَ اسۡجُدۡ وَ اقۡتَرِبۡ -- Sekali-kali tidak! Janganlah engkau taat
kepadanya, melainkan bersujudlah
dan mendekatlah kepada Allah.”
(Al-A’laq
[96]:18-20).
Zabaniyah berarti: perwira-perwira angkatan bersenjata atau pembesar kepo-lisian; para malaikat
atau penjaga neraka; malaikat-malaikat pelaksana hukuman (Lexicon Lane).
Rangkaian Kedatangan Para Mujaddid Di kalangan Umat Islam & Para Pembuat “Parit
Api” yang Dinyalakan Berbagai “Fitnah”
Selain di masa Nabi Besar Muhammad saw.,
di Akhir
Zaman ini pun – di masa kedatangan kedua kali Nabi besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-5) -- para malaikat Zabāniyah (pelaksanaan hukuman) tersebut
kembali melakukan perintah Allah Swt.
terhadap para pelaku “pembuat parit api”
yang terus menerus melakukan kezaliman
terhadap orang-orang yang beriman kepada Rasul Akhir Zaman,
firman-Nya:
بِسۡمِ
اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ
السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾ وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾ قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾ النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾ اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿﴾ وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ
شُہُوۡدٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ
اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ
الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ
اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ؕ﴿﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ
فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ
لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ
الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾ اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ
الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ ﴾
Aku baca
dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
وَ
السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ -- Demi langit
yang memiliki gugusan-gugusan bintang, وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ -- dan demi Hari yang dijanjikan, وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- dan demi saksi dan yang disaksikan. قُتِلَ اَصۡحٰبُ
الۡاُخۡدُوۡدِ -- Binasalah para pemilik parit, النَّارِ ذَاتِ
الۡوَقُوۡدِ -- yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar, اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ -- ketika mereka duduk di sekitarnya, وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا
یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ -- dan mereka
menjadi saksi atas apa yang
dilakukan mereka terhadap orang-orang
beriman. وَ مَا نَقَمُوۡا
مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَمِیۡدِ ۙ
-- Dan mereka sekali-kali tidak menaruh dendam
terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang
Maha Perkasa, Maha Terpuji, الَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Yang kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit
dan bumi, وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ -- dan Allah
menjadi Saksi atas segala sesuatu.
اِنَّ
الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ
وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ
-- Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa orang-orang
beriman laki-laki dan perempuan kemudian mereka
tidak bertaubat, maka bagi mereka
azab Jahannam dan bagi mereka azab
yang membakar. اِنَّ الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ
الۡکَبِیۡرُ -- Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh bagi mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar (Al-Burūj [85]:1-12).
Makna ayat
وَ السَّمَآءِ
ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ -- Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan
bintang” mengisyaratkan kepada kedatangan para Mujaddid atau 12
gugusan bintang di cakrawala
ruhani Islam, yang akan membuat cahaya
Islam berkilauan terus sesudah matahari
ruhani terbenam, yaitu sesudah 3 abad Islam (umat Islam) paling baik sebagai “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111) berlalu,
sehingga membawa akibat tersebarnya kegelapan
ruhani di seluruh dunia (QS.32:6). Para Mujaddid
itu yang datang di setiap pemulaan abad
tersebut akan memberikan kesaksian
mengenai kebesaran Islam, kebenaran Al-Quran dan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw.
“Hari
yang Dijanjikan” Adalah “Hari Penghakiman” Allah Swt. di Dunia
Makna ayat وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ -- “dan demi Hari yang dijanjikan” itu dapat
berarti hari ketika Mujaddid abad ke-14 -- yang juga sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s. -- akan
dibangkitkan untuk mendatangkan kebangkitan kembali Islam yang kedua kali (QS.61:10).
Pada hakikatnya banyak hari semacam itu dalam sejarah Islam yang dapat disebut “Hari yang dijanjikan”, seperti hari Pertempuran Badar, hari ketika Pertempuran
Khandak berkesudahan dengan kejayaan
besar Nabi Besar Muhammad saw. dan hari
jatuhnya Mekkah.
Tetapi “Hari yang dijanjikan” yang paripurna itu
ialah masa kebangkitan kedua-kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam
pribadi wakil beliau saw. pada abad
ke-14 Hijrah (QS.62:3-5) dalam wujud Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah,
yaitu Mirza Ghulam Ahmad a.s., ketika agama Islam akan memperoleh kehidupan
baru setelah mengalami masa kemunduran selama 1000 tahun (QS.32:6), dan
akan menang atas semua agama lainnya
(QS.61:10).
“Hari yang dijanjikan” itu dapat pula berarti hari
ketika orang-orang bertakwa akan
merasakan kelezatan nikmat pertemuan
dengan Tuhan mereka (Allah Swt.) dalam kehidupannya di duniua ini ketika
berhasil meraih derajat ruhani Nafs-al-Muthmainnah
(jiwa yang tentram -- QS.89:28-31).
Makna ayat selanjutnya: وَ شَاہِدٍ
وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- “dan demi saksi dan yang disaksikan.” Tiap Mushlih
rabbani yakni para Rasul Allah adalah syāhid, yaitu
yang memberi kesaksian, disebabkan beliau merupakan seorang saksi hidup mengenai eksistensi (adanya) Allah Swt., sebagai Wujud
yang senantiasa berkomunikasi dengan hamba-hamba pilihannya (QS.42:52-54).
Demikian pula para nabi Allah pun adalah masyhud (yang
diberi kesaksian) sebab Allah Swt.
memberi kesaksian akan kebenarannya
dengan memperlihatkan Tanda-tanda dan
mukjizat-mukjizat di tangannya.
Tetapi di sini, seperti nampak dari teks, syahid adalah Al-Masih Mau’ud a.s. dan masyhūd adalah Nabi Besar Muhammad saw. (QS.62:3-5).
Dengan demikian ayat وَ شَاہِدٍ
وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- “dan demi saksi dan yang disaksikan.” mengandung arti bahwa Al-Masih Mau’ud a.s. akan
memberi kesaksian akan kebenaran Nabi
Besar Muhammmad saw. dengan uraian-uraian, tabligh-tabligh,
dan tulisan-tulisan beliau dan dengan
Tanda-tanda yang akan ditampakkan Allah
Swt. di tangan beliau, sehingga membungkam mulut orang-orang yang
melontarkan berbagai fitnah keji
berkenaan dengan kesucian beliau saw.
dan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dari kalangan non Muslim (QS.9:32-33; QS.61:10).
Al-Masih Mau’ud a.s. pun akan memberikan kesaksian pula dalam arti bahwa dalam wujud beliau nubuatan yang
disampaikan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri telah memberi kesaksian akan kebenaran pendakwaan beliau sebagai Rasul Akhir Zaman (QS.61:10) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam (QS.43:58) yang
dibangkitkan dari kalangan umat Islam.
Dengan demikian Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Masih
Mau’ud a.s. itu bersama-sama merupakan syāhid dan masyhūd
(saksi dan yang diberi
kesaksian - QS.85:4; QS.11:18);
QS.46:11; QS.61:7).
“Kobaran
Api” Penentangan Terhadap Rasul Allah yang “Bahan Bakarnya” Fitnah-fitnah
Keji
Menurut sebagian ahli tafsir Al-Quran, ayat قُتِلَ
اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ -- “Binasalah para pemilik parit,” ini dianggap menunjuk kepada pembakaran sampai mati beberapa orang Kristen
oleh raja Yahudi, Dzu Nawas, dari Yaman. Menurut sebagian lain, ayat ini
mengisyaratkan kepada peristiwa pelemparan
beberapa pemimpin Bani Israil ke
dalam tanur-tanur (tungku-tungku)
yang sedang menyala-nyala, dilakukan
oleh Raja Nebukadnezar dari Babil (Daniel. 3:19-22).
Ayat
ini lebih tepat dapat ditujukan kepada musuh-musuh
kebenaran yang di masa setiap Mushlih
rabbani (nabi Allah), mereka menentang
keras dan menganiaya orang-orang
yang beriman kepada Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan tersebut (QS.7:35-37;
QS.36:31-33).
Ayat
ini tidaklah dimaksudkan di sini untuk menunjuk kepada suatu kejadian di masa lampau yang kebenarannya meragukan. Dalam Surah Al-Burūj ayat ke-3 Allah Swt. bersumpah dengan “Hari yang dijanjikan”. Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat
berikutnya, nampaknya diisyaratkan bahwa para pengikut Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir
Zaman ini yang harus menghadapi kesulitan-kesulitan
berat pada hari besar itu, akibat
berbagai perbuatan zalim para penentang Rasul Akhir Zaman.
Akibat berbagai fitnah keji yang dilontarkan para
penentang Rasul Akhir Zaman
tersebut maka orang-orang yang beriman
kepada beliau – yakni para anggota Jemaat Muslim
Ahmadiyah -- terpaksa harus menghadapi pembakaran “kobaran
api” dalam “parit api” yang dinyalakan oleh “bahan bakar”
berupa fitnah-fitnah keji yang
semuanya dusta -- serta
membiarkannya tetap bernyala dengan
siraman-siraman “bahan bakar
fitnah-fitnah keji --
firman-Nya: قُتِلَ اَصۡحٰبُ
الۡاُخۡدُوۡدِ -- Binasalah para pemilik parit, النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ -- yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar, اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ -- ketika mereka duduk
di sekitarnya, وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا
یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ -- dan mereka
menjadi saksi atas apa yang
dilakukan mereka terhadap orang-orang
beriman. وَ مَا نَقَمُوۡا
مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَمِیۡدِ ۙ -- Dan mereka
sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang
Maha Perkasa, Maha Terpuji, الَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Yang
kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi, وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ -- dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu. (Al-Burūj [85:5-10).
Musuh-musuh kebenaran yang dibawa Rasul
Allah tersebut mengetahui dalam lubuk
hati mereka bahwa perlawanan dari
pihak mereka itu kejam dan tidak dapat dibenarkan dan bahwa korban sasaran penganiayaan mereka itu tidak berdosa.
Satu-satunya “dosa
besar” mereka -- menurut para
penentang Rasul Allah tersebut -- adalah karena mereka beriman kepada Tauhid Ilahi hakiki yang diajarkan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan
kepada mereka: وَ مَا نَقَمُوۡا
مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَمِیۡدِ ۙ -- Dan mereka
sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah Yang
Maha Perkasa, Maha Terpuji, الَّذِیۡ لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Yang
kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi, وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ -- dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu.”
Ayat-ayat tersebut penuh dengan perasaan pilu hati yang amat sangat. Ayat
ini menanyakan bahwa kebenaran keimanan
kepada Allah Swt. itu seakan-akan merupakan perbuatan yang sangat jahat,
sehingga para penganutnya harus
diperlakukan sekejam itu? Contohnya
adalah berbagai bentuk perbuatan zalim
yang sampai saat ini terjadi di Pakistan
yang mendakwakan sebagai Negara Islam terhadap para anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Kehinaan
yang Akan Menimpa Para Penentang Rasul Allah
Tetapi dalam ayat selanjutnya Allah Swt. memperingatkan
mereka, jika para pembuat “parit kobaran api fitnah” tersebut tidak juga mau berhenti dari kezaliman yang mereka lakukan selama ini, maka kesudahan tragis mereka dinubuatkan dalam ayat selanjutnya, firman-Nya:
اِنَّ بَطۡشَ
رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ ہُوَ
یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾ وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ
الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾ ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾ فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾ فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾ بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾ وَّ
اللّٰہُ مِنۡ وَّرَآئِہِمۡ
مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾ بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ
مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
cengkraman Rabb (Tuhan) engkau
sangat keras. Sesungguhnya Dia-lah Yang memulai penciptaan dan mengulanginya. Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta. Pemilik ‘Arasy, Yang Maha
Mulia, Yang melakukan apa yang Dia kehendaki. ہَلۡ اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ -- Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar? فِرۡعَوۡنَ وَ
ثَمُوۡدَ -- Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud. بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ
تَکۡذِیۡبٍ -- Bahkan orang-orang kafir selalu mendustakan azab Ilahi, وَّ اللّٰہُ مِنۡ
وَّرَآئِہِمۡ مُّحِیۡطٌ -- Padahal Allah
mengepung mereka dari belakang mereka. بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ
مَّجِیۡدٌ -- Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang
sangat mulia, فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- Yang tersimpan dalam papan
yang terjaga. (Al-Burūj [85]:13-23).
Allah menghukum orang-orang yang berlaku zalim terhadap orang-orang beriman di dunia
dan juga di akhirat sebagaimana yang ditimpakan kepada kaum-kaum purbakala yang mendustakan
dan berbuat zalim kepada para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, mulai dari zaman Nabi Adam a.s. sampai dengan
zaman Nabi Besar Muhammad saw. Sunnatullah yang tercantum dalam Al-Quran tersebut tetap berlaku di Akhir Zaman ini juga .
Makna “Lauhil-Mahfud”
Ayat بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ مَّجِیۡدٌ – “bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,
فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang
tersimpan dalam papan
yang terjaga” mengandung suatu nubuatan yang bernadakan tantangan,
bahwa Al-Quran dijaga Allah Swt. terhadap segala macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia (QS.15:10).
Demikian juga dan Sunnatullah
tentang azab Ilahi pun tetap terjaga keberlakuannya dalam Al-Quran bagi
orang-orang tidak bersyukur kepada
Allah Swt. berupa pendustaan dan penentangan terhadap Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan (QS.7:35-37), firman-Nya:
مَا یَفۡعَلُ
اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ
اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah
benar-benar Maha Menghargai, Maha
Mengetahui. (An-Nisa [4]:148).
Syukur dari pihak Allah Swt. terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya
atau memujinya atau memandangnya
dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar
amal-amalnya (Lexicon Lane).
Tetapi jika dalam kenyataannya yang terjadi di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menampakkan kemurkaan-Nya di berbagai
wilayah dunia – termasuk di wilayah Timur
Tengah -- maka dapat disimpulkan
dengan pasti bahwa umumnya umat manusia, khususnya umat beragama, di Akhir Zaman
ini tidak bersyukur dan tidak
beriman kepada Allah Swt. yang telah mengutus Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya
telah dijanjikan kepada semua umat
beragama mereka dengan nama yang berbeda-beda, firman-Nya:
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ
لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ
وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ
عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿ ﴾
Dan
ingatlah ketika Rabb (Tuhan)
kamu mengumumkan: لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ
لَاَزِیۡدَنَّکُم -- ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Ku-limpahkan lebih banyak
karunia kepadamu, وَ لَئِنۡ
کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ -- tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat keras.”
(Ibrahim
[14]:8).
Pendek kata, penyeretan mayat Abu Jahal dan para pemimpin kaum kafir Quraisy pada “jambul” mereka seusai Perang Badar yang dikemukakan dalam
Surah Al-‘Alaq sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Surah Al-Qamar
yang sedang dibahas, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ السَّاعَۃُ
مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ اَدۡہٰی
وَ اَمَرُّ ﴿﴾ اِنَّ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ فِیۡ ضَلٰلٍ وَّ سُعُرٍ ﴿ۘ﴾ یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ
ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ ﴿﴾ اِنَّا کُلَّ شَیۡءٍ
خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ ﴿﴾ وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
اَہۡلَکۡنَاۤ اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾
Atau apakah
mereka berkata: “Kami golongan yang
bersatu yang pasti menang?” Tidak demikian, golongan
itu akan segera dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan dan mengidap penyakit gila. یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی
وُجُوۡہِہِمۡ ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ -- Pada hari ketika mereka akan diseret ke dalam Api bersama pemuka-pemuka mereka, dikatakan: “Rasakanlah
sentuhan azab neraka.” اِنَّا کُلَّ
شَیۡءٍ خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ
-- Sesungguhnya segala sesuatu
Kami telah menciptakannya dengan
ukuran. وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ
-- Dan tidaklah perintah Kami itu kecuali
satu kata seperti kejapan mata. وَ لَقَدۡ اَہۡلَکۡنَاۤ
اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ
مُّدَّکِرٍ -- Dan sungguh
Kami benar-benar telah membinasakan golongan-golongan seperti kamu,
lalu adakah orang yang mengambil
pelajaran? (Al-Qamar [54]:45-52).
Kekalahan pada Pertempuran Badar sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat
bagi orang-orang Quraisy. Kekuasaan
dan kehormatan mereka mengalami pukulan
yang meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin
mereka – termasuk Abu Jahal yang
telah menyeret secara keji orang-orang yang beriman di lorong-lorong Mekkah -- terbunuh
dan mayat mereka diseret serta dilemparkan ke dalam sebuah lubang. Suatu pembalasan yang setimpal atas perbuatan-perbuatan
buruk yang mereka lakukan terhadap orang-orang beriman.
Nabi Besar Muhammad saw. pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada mayat-mayat itu dengan kata-kata yang menurut riwayat berbunyi:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Rabb-ku (Tuhan-ku)
kepadaku” (Bukhari,
Kitab al-Maghazi).
Tiap-tiap kata dalam kabar gaib itu telah menjadi kenyataan.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 11 April 2015
Pajajaran Anyar, 11 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar