بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 29
Pihak yang
Menertawakan dan Menghina Rasul Akhir Zaman dan Para Pengikutnya Menjadi Pihak yang Ditertawakan
dan Dihinakan Allah Swt. & Hakikat “Doa
Buruk” Nabi Nuh a.s. Terhadap Kaumnya yang Zalim
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya
telah dibahas mengenai nubuat
kekalahan
telak pasukan kaum kafir
Quraisy Mekkah pimpinan Abu Jahal
dalam Perang Badar, firman-Nya:
اَمۡ یَقُوۡلُوۡنَ نَحۡنُ جَمِیۡعٌ مُّنۡتَصِرٌ ﴿﴾ سَیُہۡزَمُ الۡجَمۡعُ وَ یُوَلُّوۡنَ الدُّبُرَ ﴿﴾ بَلِ السَّاعَۃُ
مَوۡعِدُہُمۡ وَ السَّاعَۃُ اَدۡہٰی
وَ اَمَرُّ ﴿﴾ اِنَّ
الۡمُجۡرِمِیۡنَ فِیۡ ضَلٰلٍ وَّ سُعُرٍ ﴿ۘ﴾ یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ
ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ ﴿﴾ اِنَّا کُلَّ شَیۡءٍ
خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ ﴿﴾ وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
اَہۡلَکۡنَاۤ اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾
Atau apakah
mereka berkata: “Kami golongan yang
bersatu yang pasti menang?” Tidak
demikian, golongan itu akan segera dikalahkan dan mereka
akan membalikkan punggung mereka, melarikan diri. Bahkan Saat
itu telah dijanjikan kepada mereka, dan Saat itu paling mengerikan dan paling pahit. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan dan mengidap penyakit gila. یَوۡمَ یُسۡحَبُوۡنَ فِی النَّارِ عَلٰی
وُجُوۡہِہِمۡ ؕ ذُوۡقُوۡا مَسَّ سَقَرَ -- Pada hari ketika mereka akan diseret ke dalam Api bersama pemuka-pemuka mereka, dikatakan: “Rasakanlah
sentuhan azab neraka.” اِنَّا کُلَّ
شَیۡءٍ خَلَقۡنٰہُ بِقَدَرٍ
-- Sesungguhnya segala sesuatu
Kami telah menciptakannya dengan
ukuran. وَ مَاۤ
اَمۡرُنَاۤ اِلَّا وَاحِدَۃٌ کَلَمۡحٍۭ بِالۡبَصَرِ
-- Dan tidaklah perintah Kami itu
kecuali satu kata seperti kejapan mata. وَ لَقَدۡ اَہۡلَکۡنَاۤ
اَشۡیَاعَکُمۡ فَہَلۡ مِنۡ
مُّدَّکِرٍ -- Dan sungguh Kami benar-benar telah membinasakan
golongan-golongan seperti kamu, lalu adakah
orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qamar [54]:45-52).
Pertanyaan Nabi Besar Muhammad Saw. Kepada Mayat Abu Jahal dan Kawan-kawannya
& Orang-orang yang Menghendaki “Jalan Allah” Bengkok
Kekalahan pada Pertempuran Badar sungguh merupakan malapetaka paling dahsyat dan hebat
bagi orang-orang Quraisy, karena kekuasaan dan kehormatan mereka mengalami pukulan
yang meremuk-redamkan. Kebanyakan pemimpin
mereka – termasuk Abu Jahal yang
telah menyeret secara keji orang-orang yang beriman di lorong-lorong Mekkah -- terbunuh
dan mayat mereka diseret serta dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Suatu pembalasan yang setimpal atas perbuatan-perbuatan
buruk yang mereka lakukan terhadap orang-orang beriman. Diriwayatkan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. pergi ke tepi lubang itu seraya berkata kepada mayat-mayat itu dengan kata-kata:
“Tidak benarkah apa yang telah dijanjikan Rabb (Tuhan) kamu kepada kamu?
Sungguh aku telah menyaksikan kebenaran
apa yang telah dijanjikan Rabb-ku
(Tuhan-ku) kepadaku” (Bukhari,
Kitab al-Maghazi).
Pasti
jawaban Abu Jahal dan
kawan-kawannya pun sama seperti jawaban para penghuni neraka jahannam yang ditanya oleh para penghuni surga. Firman-Nya:
وَ
نَادٰۤی اَصۡحٰبُ الۡجَنَّۃِ اَصۡحٰبَ
النَّارِ اَنۡ قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ
مَّا وَعَدَ رَبُّکُمۡ حَقًّا ؕ قَالُوۡا نَعَمۡ ۚ فَاَذَّنَ مُؤَذِّنٌۢ
بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی
الظّٰلِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ
یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا ۚ وَ ہُمۡ
بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ ﴿ۘ﴾
Dan
penghuni surga berseru kepada penghuni neraka bahwa: اَنۡ قَدۡ وَجَدۡنَا مَا وَعَدَنَا
رَبُّنَا حَقًّا فَہَلۡ وَجَدۡتُّمۡ مَّا وَعَدَ رَبُّکُمۡ حَقًّا -- “Sungguh kami
telah mendapati apa yang Rabb (Tuhan) kami janjikan kepada kami itu benar, maka
apakah kamu pun mendapati
apa yang dijanjikan Tuhan kamu
itu benar?” قَالُوۡا نَعَمۡ -- Mereka berkata: “Ya benar.” (Al-A’rāf [7]:45).
Pasti jawaban dari mayat Abu
Jahal dan kawan-kawannya pun sama
dengan jawaban para penghuni neraka yaitu: قَالُوۡا
نَعَمۡ -- Mereka berkata: “Ya benar.” Dan jawaban dari mayat Abu
Jahal dan kawan-kawannya saat itu
pasti hanya Nabi Besar Muhammad saw., sebab terjadi dalam peristiwa kasyaf.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman: فَاَذَّنَ
مُؤَذِّنٌۢ بَیۡنَہُمۡ اَنۡ لَّعۡنَۃُ
اللّٰہِ عَلَی الظّٰلِمِیۡنَ -- Lalu
seorang penyeru di antara
mereka berseru: “Laknat Allah atas orang-orang
zalim. الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا -- Yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan mereka menghendaki jalan itu bengkok, وَ ہُمۡ
بِالۡاٰخِرَۃِ کٰفِرُوۡنَ -- dan mereka itu tidak percaya kepada akhirat.” Al-A’rāf [7]:46).
Ungkapan الَّذِیۡنَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
وَ یَبۡغُوۡنَہَا عِوَجًا -- “
Yaitu orang-orang yang
menghalang-halangi manusia dari jalan
Allah dan mereka menghendaki jalan
itu bengkok,” berarti bahwa orang-orang durhaka berkeinginan merusak agama yang sejati. Mereka tidak hanya jahat terhadap diri mereka sendiri, melainkan juga berusaha membuat orang lain seperti mereka
sendiri, dan bahkan berusaha mengubah
bentuk dan memalsukan ajaran agama.
Pernyataan Para Penghuni Al-A’rāf (Para Rasul Allah)
Penghuni-penghuni "Tempat-tempat Ketinggian" (A’rāf)
itu, yakni nabi-nabi, akan berseru kepada orang-orang tertentu – yakni para pemimpin kekafiran -- dari
antara orang-orang (kaum) yang kepada mereka itu para rasul
Allah itu telah diutus, dan beliau-beliau akan mengenal mereka dari ciri-ciri khas mereka, serta akan
berkata kepada mereka bahwa orang-orang
kafir itu sekarang pasti menyadari
kesudahan mereka yang menyedihkan sebagai akibat perlawanan mereka terhadap para nabi
Allah tersebut.
Itulah
makna ucapan para penghuni ‘Araf
yakni para rasul Allah dalam ayat: مَاۤ اَغۡنٰی عَنۡکُمۡ جَمۡعُکُمۡ وَ مَا کُنۡتُمۡ
تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ -- “Sekali-kali tidak bermanfaat bagi kamu bilangan kamu yang banyak dan tidak pula apa yang kamu sombongkan
itu,” sebagaimana firman-Nya sebelum ini mengenai ketakaburan Fir’aun:
وَ
اَوۡحَیۡنَاۤ اِلٰی مُوۡسٰۤی اَنۡ اَسۡرِ
بِعِبَادِیۡۤ اِنَّکُمۡ مُّتَّبَعُوۡنَ ﴿﴾ فَاَرۡسَلَ فِرۡعَوۡنُ فِی الۡمَدَآئِنِ حٰشِرِیۡنَ ﴿ۚ﴾ اِنَّ
ہٰۤؤُلَآءِ لَشِرۡ ذِمَۃٌ
قَلِیۡلُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ اِنَّہُمۡ
لَنَا لَغَآئِظُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ
اِنَّا لَجَمِیۡعٌ حٰذِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan Kami mewahyukan kepada Musa: اَنۡ اَسۡرِ
بِعِبَادِیۡۤ اِنَّکُمۡ مُّتَّبَعُوۡنَ -- “Bawalah
hamba-hamba-Ku pada waktu malam hari, sesungguhnya kamu akan dikejar.” فَاَرۡسَلَ فِرۡعَوۡنُ فِی
الۡمَدَآئِنِ حٰشِرِیۡنَ -- Dan Fir’aun
mengirimkan penyeru-penyeru ke kota-kota untuk mengumpulkan, اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ
لَشِرۡ ذِمَۃٌ قَلِیۡلُوۡنَ -- “Sesungguhnya mereka itu hanyalah segolongan kecil, وَ اِنَّہُمۡ
لَنَا لَغَآئِظُوۡنَ -- tetapi sesungguhnya mereka benar-benar telah
menimbulkan kemarahan pada kita.“ وَ
اِنَّا لَجَمِیۡعٌ حٰذِرُوۡنَ -- Sedangkan sesungguhnya kita benar-benar golongan besar yang selalu bersiaga. (Asy-Syua’rā
[26]:53-57).
Jadi, yang
dimaksud dalam kata-kata “orang-orang ini” dalam dialog selanjutnya
antara penghuni ‘Arāf dengan para
pemimpin kekafiran tersebut: اَہٰۤؤُلَآءِ الَّذِیۡنَ
اَقۡسَمۡتُمۡ لَا یَنَالُہُمُ اللّٰہُ بِرَحۡمَۃٍ -- apakah orang-orang yang beriman inikah orang-orang yang kamu bersumpah bahwa Allah
tidak akan menyampaikan rahmat kepada mereka?” ( Al-A’rāf [7]:49),
mereka itu adalah
calon penghuni surga.
Yakni,
para nabi Allah akan menyapa penghuni-penghuni neraka dan mengatakan
kepada mereka agar menoleh kepada
calon penghuni surga — yakni orang-orang beriman yang pernah diperolok-olokkan dan dipandang rendah oleh mereka itu di
dunia — lalu akan bertanya kepada
mereka: اَہٰۤؤُلَآءِ الَّذِیۡنَ اَقۡسَمۡتُمۡ
لَا یَنَالُہُمُ اللّٰہُ
بِرَحۡمَۃٍ -- “Orang-orang inikah yang mengenai mereka kamu bersumpah bahwa Allah tidak akan
menyampaikan rahmat kepada mereka?” Allah
berfirman: اُدۡخُلُوا الۡجَنَّۃَ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡکُمۡ وَ لَاۤ
اَنۡتُمۡ تَحۡزَنُوۡنَ -- “Masuklah
kamu ke dalam surga, tidak ada ketakutan
atas kamu dan tidak pula kamu akan bersedih”( Al-A’rāf [7]:49-50).
Mengisyaratkan kepada penghinaan orang-orang kafir
terhadap para Rasul Allah
dan para pengikutnya itu pulalah firman-Nya berikut ini mengenai para pemuka kaum Nabi Nuh a.s.:
فَقَالَ
الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ مَا نَرٰىکَ اِلَّا بَشَرًا
مِّثۡلَنَا وَ مَا نَرٰىکَ اتَّبَعَکَ اِلَّا الَّذِیۡنَ ہُمۡ اَرَاذِلُنَا
بَادِیَ الرَّاۡیِ ۚ وَ مَا نَرٰی لَکُمۡ
عَلَیۡنَا مِنۡ فَضۡلٍۭ بَلۡ نَظُنُّکُمۡ
کٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ یٰقَوۡمِ
اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ
فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ ؕ اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ لَاۤ
اَسۡئَلُکُمۡ عَلَیۡہِ مَالًا ؕ اِنۡ
اَجۡرِیَ اِلَّا عَلَی اللّٰہِ وَ مَاۤ
اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّہِمۡ
وَ لٰکِنِّیۡۤ اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا
تَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ یَّنۡصُرُنِیۡ مِنَ اللّٰہِ اِنۡ طَرَدۡتُّہُمۡ ؕ اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَاۤ
اَقُوۡلُ لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ اللّٰہِ وَ لَاۤ اَعۡلَمُ
الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ اَقُوۡلُ اِنِّیۡ مَلَکٌ وَّ لَاۤ اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ اَعۡیُنُکُمۡ لَنۡ
یُّؤۡتِیَہُمُ اللّٰہُ خَیۡرًا ؕ
اَللّٰہُ اَعۡلَمُ بِمَا فِیۡۤ
اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ اِنِّیۡۤ اِذًا
لَّمِنَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Maka pemuka-pemuka
yang kafir dari kalangan kaumnya
berkata: “Kami sama sekali tidak
memandang engkau melainkan seorang
manusia seperti kami, dan kami
sama sekali tidak melihat mereka yang mengikuti engkau melainkan orang-orang yang keadaan lahirnya paling
hina di antara kami. Dan tidak kami
lihat pada kamu suatu pun kelebihan atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah pendusta.” قَالَ
یٰقَوۡمِ اَرَءَیۡتُمۡ اِنۡ کُنۡتُ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّیۡ وَ اٰتٰىنِیۡ رَحۡمَۃً مِّنۡ عِنۡدِہٖ
فَعُمِّیَتۡ عَلَیۡکُمۡ -- Ia (Nuh) berkata: “Hai kaumku,
bagaimana pandangan kamu, jika aku berdiri atas suatu Tanda yang nyata dari Rabb-ku
(Tuhan-ku), dan Dia telah
menganugerahkan kepadaku rahmat dari sisi-Nya
tetapi itu tetap saja tidak
jelas bagi kamu? اَنُلۡزِمُکُمُوۡہَا وَ اَنۡتُمۡ لَہَا کٰرِہُوۡنَ -- Apakah
kami akan memaksakannya kepada kamu, sedangkan kamu
tidak menyukainya? Dan hai kaumku, aku tidak meminta harta kepada
kamu sebagai balasannya, ganjaranku
hanyalah pada Allah. وَ مَاۤ اَنَا بِطَارِدِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ
اِنَّہُمۡ مُّلٰقُوۡا رَبِّہِمۡ وَ لٰکِنِّیۡۤ
اَرٰىکُمۡ قَوۡمًا تَجۡہَلُوۡنَ -- Dan aku
sama sekali tidak akan mengusir orang yang telah beriman, sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Rabb-nya (Tuhannya),
tetapi tetapi aku memandang kamu
sebagai suatu kaum yang berbuat
kejahilan. وَ یٰقَوۡمِ مَنۡ یَّنۡصُرُنِیۡ
مِنَ اللّٰہِ اِنۡ طَرَدۡتُّہُمۡ -- Dan hai kaumku, siapakah yang dapat
menolongku dari hukuman Allah
jika aku mengusir mereka? اَفَلَا تَذَکَّرُوۡنَ -- Apakah kamu tidak mau mengambil pelajaran?
وَ لَاۤ اَقُوۡلُ
لَکُمۡ عِنۡدِیۡ خَزَآئِنُ
اللّٰہِ -- Dan tidak pula aku berkata kepada kamu:
“Padaku ada khazanah dari Allah,” وَ لَاۤ اَعۡلَمُ الۡغَیۡبَ وَ لَاۤ اَقُوۡلُ
اِنِّیۡ مَلَکٌ -- tidak pula aku mengetahui yang gaib dan
tidak pula aku mengatakan: “Sesungguhnya aku
malaikat.” وَّ لَاۤ اَقُوۡلُ لِلَّذِیۡنَ تَزۡدَرِیۡۤ
اَعۡیُنُکُمۡ لَنۡ یُّؤۡتِیَہُمُ
اللّٰہُ خَیۡرًا -- Dan
tidak pula aku mengatakan mengenai orang-orang yang dipandang hina oleh mata
kamu: لَنۡ یُّؤۡتِیَہُمُ اللّٰہُ خَیۡرًا -- “Allah
tidak akan pernah memberikan kebaikan
apa pun kepada mereka.” اَللّٰہُ اَعۡلَمُ
بِمَا فِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ ۚۖ
اِنِّیۡۤ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِیۡنَ -- Allah lebih mengetahui yang ada dalam diri
mereka, sesungguhnya jika demikian
niscaya aku termasuk orang-orang yang
zalim.” (Hūd [11]:28-32).
Pihak yang Menertawakan Akan
Menjadi Pihak yang Ditertawakan
Penghinaan para penentang
Rasul Allah terhadap Rasul Allah
dan para pengikutnya tersebut
di alam akhirat posisinya akan
berubah, yakni pihak yang menertawakan
akan menjadi pihak yang ditertawakan, mengenai hal itu Allah Swt. berrfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا
مَرُّوۡا بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا
انۡقَلَبُوۡۤا اِلٰۤی اَہۡلِہِمُ
انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ
لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ مَاۤ
اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ حٰفِظِیۡنَ
﴿ؕ﴾ فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ
یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ
یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang berdosa biasa menertawakan
orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka lewat di dekat mereka
itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan apabila mereka kembali kepada sanak-saudara
mereka, mereka kembali dengan gembira.
وَ اِذَا
رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ
-- Dan apabila
mereka melihat mereka itu, mereka berkata, “Sesungguhnya, mereka itu pasti sesat!” وَ مَاۤ
اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ حٰفِظِیۡنَ -- Dan
mereka tidak diutus kepada mereka
itu sebagai penjaga. فَالۡیَوۡمَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ -- Maka pada
hari itu orang-orang mukmin terhadap orang-orang
kafir akan menertawakan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ -- mereka
duduk di atas dipan-dipan sambil memandang.
ہَلۡ
ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ مَا کَانُوۡا
یَفۡعَلُوۡنَ -- Bukankah orang-orang
kafir diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn
[83]:30-37).
Orang-orang kafir
biasa dengan diam-diam menertawakan
nubuatan-nubuatan mengenai penyebaran
serta kemenangan Islam secara cepat,
yang dikumandangkan pada saat ketika Islam
sedang berjuang mati-matian mempertahankan
wujudnya sendiri.
Kata-kata عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ -- mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang” berarti : (1) sambil duduk
di atas singgasana kemuliaan, orang
beriman akan menyaksikan nasib sedih
yang akan menimpa orang-orang kafir
sombong. (2) sambil duduk di atas singgasana
kekuasaan mereka akan berlaku adil
terhadap orang banyak, (3) mereka akan menaruh perhatian layak terhadap
keperluan orang lain, itu pula arti kata nazhara (Lexicon Lane).
Berikut adalah
firman-Nya mengenai para pemimpin kekafiran kaum Nabi Nuh a.s. ketika
mereka menertawakan Nabi Nuh a.s. yang atas perintah Allah Swt. sedang membuat bahtera (perahu), firman-Nya:
وَ
اُوۡحِیَ اِلٰی نُوۡحٍ اَنَّہٗ لَنۡ یُّؤۡمِنَ مِنۡ قَوۡمِکَ اِلَّا مَنۡ قَدۡ
اٰمَنَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ﴿ۚۖ﴾ وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا وَ
لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ ﴿﴾ وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ
مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ
قَالَ اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا
نَسۡخَرُ مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ
یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ
عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ ﴿﴾
Dan telah diwahyukan kepada Nuh: “Sungguhnya tidak akan
pernah beriman seorang pun dari kaum engkau selain orang yang telah beriman sebelumnya maka janganlah engkau bersedih mengenai apa yang
senantiasa mereka kerjakan. وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ
وَحۡیِنَا -- “Dan
buatlah
bahtera itu di hadapan pengawasan mata Kami dan sesuai dengan wahyu Kami. وَ لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ -- dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku
mengenai orang yang zalim, sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan.” وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ
قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ -- Dan ia mulai membuat bahtera itu, dan setiap kali pemuka-pemuka kaumnya sedang
melewatinya, mereka itu menertawakannya.
قَالَ اِنۡ
تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا نَسۡخَرُ
مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ -- Ia, Nuh,
berkata: “Jika kini kamu mentertawakan kami maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakan kamu,
seperti kamu mentertawakan kami.
فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ
یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ
عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ -- Maka segera kamu akan mengetahui
siapa yang kepadanya akan datang azab
yang akan menistakannya, dan kepada
siapa akan menimpa azab yang tetap.”
(Hūd
[11]:37-40).
Hakikat “Doa Buruk” Nabi Nuh a.s.
Kepada Allah Swt. Mengenai Kaumnya yang Degil dan Zalim
Doa Nabi Nuh a.s. yang disinggung dalam
QS.71:27-28 mengenai permohonan agar Allah Swt. mengazab kaum beliau yang kafir dan zalim agaknya
telah diucapkan sesudah ayat ini diwahyukan. Menurut ayat yang sedang dibahas,
Nabi Nuh a.s. telah diberi kabar tentang putusan Allah Swt. bahwa
selanjutnya tidak seorang pun dari
antara kaumnya akan beriman kepada
beliau.
Jadi doa beliau (QS.71:27-28) itu tidak lain selain tunduk kepada kehendak dan putusan Allah Swt. Apa yang dimaksud dengan doa Nabi Nuh a.s. itu ialah
bahwa semoga Allah Swt. melaksanakan apa yang diputuskan-Nya mengenai kehancuran kaum beliau, firman-Nya:
وَ قَالَ
نُوۡحٌ رَّبِّ
لَا تَذَرۡ عَلَی الۡاَرۡضِ مِنَ
الۡکٰفِرِیۡنَ دَیَّارًا ﴿﴾ اِنَّکَ اِنۡ تَذَرۡہُمۡ یُضِلُّوۡا عِبَادَکَ وَ لَا
یَلِدُوۡۤا اِلَّا فَاجِرًا کَفَّارًا ﴿﴾ رَبِّ اغۡفِرۡ لِیۡ
وَ لِوَالِدَیَّ وَ لِمَنۡ دَخَلَ
بَیۡتِیَ مُؤۡمِنًا وَّ لِلۡمُؤۡمِنِیۡنَ
وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ؕ وَ لَا تَزِدِ الظّٰلِمِیۡنَ
اِلَّا تَبَارًا ﴿٪﴾
Dan Nuh berkata: “Hai Rabb-ku
(Tuhan-ku), janganlah Engkau membiarkan
di atas bumi penghuni dari kalangan orang-orang
kafir. Sesungguhnya jika Engkau membiarkan mereka, mereka akan menyesatkan hamba-hamba Engkau dan
mereka tidak akan melahirkan kecuali
orang-orang berdosa lagi kafir. Hai Rabb-ku (Tuhan-ku), ampunilah aku serta ibu-bapakku,
dan yang memasuki rumahku sebagai orang
beriman, serta orang-orang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan Engkau tidak menambahkan kepada
orang-orang zalim kecuali kebinasaan.” (Al-Jin [71]:27-29).
Para Nabi Allah sarat dengan nilai-nilai kebajikan manusiawi. Doa Nabi Nuh a.s. menunjukkan bahwa perlawanan kaumnya terhadap beliau tentu berlangsung sangat lama,
gigih, dan tidak kunjung berkurang, dan bahwa segala usaha beliau membawa kaum beliau kepada jalan lurus telah kandas dan gagal serta tidak ada kemungkinan yang tinggal untuk penambahan lebih lanjut jumlah pengikut Nabi Nuh a.s. yang kecil
itu,.
Selain itu para penentang Nabi Nuh a.s. telah melampaui batas-batas yang wajar dalam menentang dan menganiaya beliau dengan para pengikut
beliau, dan dalam berkecimpung di dalam perbuatan-perbuatan
jahat. Keadaan telah begitu jauh sehingga seorang yang begitu berpembawaan kasih-sayang seperti Nabi Nuh a.s. terpaksa mendoa buruk untuk kaum beliau. Demikian pula halnya dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah mengutuk
orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil (QS.5:79-8i).
Nabi Besar Muhammad Saw. “Rahmat Bagi Seluruh Alam”
Dalam keadaan yang sama sikap Nabi Besar Muhammad saw. terhadap para penentang beliau saw. menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok. Dalam pertempuran Uhud, ketika dua buah gigi beliau saw. patah
dan beliau saw. terluka parah serta darah beliau saw. mengucur dengan derasnya,
kata-kata yang keluar dari mulut beliau hanyalah:
“Betapa
suatu kaum akan memperoleh keselamatan, sedang mereka telah melukai nabi mereka
dan melumuri mukanya dengan darah, karena kesalahan yang tidak lain selain ia
telah mengajak mereka kepada Tuhan. Ya, Tuhan-ku, ampunilah kiranya kaumku ini,
sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat” (Zurqani dan Hisyam).
Dengan demikian bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah Rasul
Allah sebagai “rahmat bagi seluruh
alam” (QS.21:108) terbukti kebenarannya, firman-Nya:
لَقَدۡ
جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ
عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِیَ اللّٰہُ ۫٭ۖ لَاۤ اِلٰہَ
اِلَّا ہُوَ ؕ عَلَیۡہِ
تَوَکَّلۡتُ وَ ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾٪
Sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat terasa olehnya apa yang menyusahkan
kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan
bagimu dan terhadap
orang-orang beriman ia sangat
berbelas kasih lagi penyayang. Tetapi jika mereka berpaling maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan kecuali Dia, kepada-Nya-lah aku bertawakkal, dan Dia-lah Pemilik 'Arasy yang agung. (At-Taubah [9]:128-129).
Ayat ini boleh dikenakan
kepada orang-orang beriman maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama kepada orang-orang beriman,
bagian permulaannya mengenai orang-orang
kafir dan bagian terakhir mengenai orang-orang
beriman.
Kepada orang-orang kafir
nampaknya ayat ini mengatakan: “Nabi Besar Muhammad saw. merasa sedih melihat kamu mendapat
kesusahan, yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan
dan kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat
manusia, sehingga tidak ada tindakan yang datang dari pihak kamu dapat
mem-buatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan
keburukan bagimu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu,
sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga
mendatangkan kesusahan kepadamu.”
Kepada orang-orang beriman ayat ini berkata: “Nabi Besar Muhammad saw. penuh
dengan kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan riang dan
gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan kamu. Lagi
pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan ia memperlakukan kamu,
dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 15 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar