Selasa, 07 April 2015

Fenomena "Gerhana Bulan" Total Berwarna "Merah Darah" & Berbagai Tanda Terjadinya Hari Kiamat




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 22

Fenomena Gerhana Bulan Total Berwarna “Merah Darah    & Berbagai Tanda “Hari Kiamat” di Akhir Zaman Saat Ini
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai para utusan (rasul) yang datang bertamu kepada Nabi Ibrahim a.s.:
وَ لَمَّا جَآءَتۡ رُسُلُنَاۤ  اِبۡرٰہِیۡمَ بِالۡبُشۡرٰی ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا مُہۡلِکُوۡۤا اَہۡلِ ہٰذِہِ  الۡقَرۡیَۃِ ۚ اِنَّ  اَہۡلَہَا کَانُوۡا ظٰلِمِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾  قَالَ اِنَّ فِیۡہَا لُوۡطًا ؕ قَالُوۡا نَحۡنُ اَعۡلَمُ بِمَنۡ فِیۡہَا ٝ۫ لَنُنَجِّیَنَّہٗ  وَ اَہۡلَہٗۤ  اِلَّا امۡرَاَتَہٗ ٭۫ کَانَتۡ مِنَ  الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Ibrahim membawa kabar gembira mereka berkata: Sesungguhnya kami akan membinasakan penduduk kota ini, karena sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang zalim.”   Ia, Ibrahim, berkata: “Sesungguhnya di dalamnya ada Luth.” Mereka berkata: “Kami lebih mengetahui siapa yang ada di dalamnya. Kami sesungguhnya akan menyelamatkan dia dan keluarganya,  kecuali istrinya, ia termasuk orang-orang yang meninggalkan diri di belakang.” (Al-Ankabūt [29]:32-33).
         Ada perbedaan pendapat mengenai  utusan-utusan” yang menjumpai Nabi Ibrahim a.s. tersebut, sebagian  mufasir ada yang berpendapat bahwa mereka itu  adalah malaikat dengan alasan: 
        (1) mereka tidak menyentuh makanan  berupa daging sapi yang dibakar yang dihidangkan  Nabi Ibrahim a.s. kepada mereka (QS.11:70-71; QS.51:25-28).
         (2) mereka memberitahukan bahwa istri Nabi Ibrahim a.s. yang bernama Sarah – yang sekian lama berumahtangga dengan Nabi Ibrahim a.s. tidak pernah melahirkan bahwa ia akan melahirkan seorang anak  --  bahwa ia akan mempunyai seorang anak laki-laki serta seorang cucu (QS.11:72-74; QS.15:52-57; QS.39:32; QS.51:29-31-38);
         (3) mereka memberitahukan mengenai azab Ilahi yang akan menimpa kaum Nabi Luth a.s. (QS.15:58-67; QS.29:32-33; QS.51:32).
         (4) ketika kaum Nabi Luth a.s.  hendak menangkap   mereka yang berada di rumah Nabi Luth a.s.  tidak berhasil menemukan para “tamu” Nabi Luth a.s. tersebut (QS.11:75-78; QS.15:68-75).

Ayat-ayat Al-Quran yang  Mutasyābihāt  &  Arti Tafsir dan Ta’wil

        Alasan yang paling memungkinkan para penafsir berpendapat bahwa para tamu  Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. adalah  para malaikat adalah ucapan-ucapan mereka  yang  seakan-akan Allah Swt. yang berfirman, sebagaimana dikemukakan dalam  firman-Nya sebelum ini dan firman Allah Swt.  berikut ini ketika mereka  menjumpai Nabi Luth a.s.:
وَ لَمَّاۤ  اَنۡ جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوۡطًا سِیۡٓءَ بِہِمۡ وَ ضَاقَ بِہِمۡ ذَرۡعًا وَّ قَالُوۡا لَا تَخَفۡ وَ لَا تَحۡزَنۡ ۟ اِنَّا مُنَجُّوۡکَ وَ اَہۡلَکَ  اِلَّا امۡرَاَتَکَ  کَانَتۡ  مِنَ  الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّا مُنۡزِلُوۡنَ عَلٰۤی اَہۡلِ ہٰذِہِ  الۡقَرۡیَۃِ رِجۡزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا کَانُوۡا یَفۡسُقُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ تَّرَکۡنَا مِنۡہَاۤ  اٰیَۃًۢ  بَیِّنَۃً  لِّقَوۡمٍ یَّعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Luth,  ia  merasa susah atas kabar mereka, dan hatinya merasa sempit mengenai kabar dari mereka itu. Dan mereka itu berkata: “Janganlah engkau takut, dan jangan pula bersedih.  Sesungguhnya kami pasti akan menyelamatkan engkau dan keluarga engkau kecuali istri engkau, yang termasuk orang-orang yang meninggalkan diri di belakang.  Sesungguhnya  Kami akan menurunkan atas penduduk kota ini siksaan dari langit disebabkan mereka   melakukan kedurhakaan.  Dan  sungguh Kami benar-benar telah meninggalkan darinya suatu Tanda yang nyata bagi kaum yang menggunakan akal. (Al-Ankabūt [29]:34-36).
         Nampaknya ayat-ayat Al-Quran berkenaan para utusan (rasul) yang menjumpai Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. termasuk ayat-ayat Al-Quran yang mutasyābihāt (QS.3:8) karena itu  terdapat perbedaan penafsiran mengenai  siapa sebenarnya para tamu misterius  Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. tersebut, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau,  di antaranya ada aya-ayat yang muhkamat,  itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan   yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt.    Maka ada pun   orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya  kecuali Allah,   dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا  --  “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ --       Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Eng-kau menyimpangkan hati kami setelah Engkau   memberi kami petunjuk,  dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Āli ‘Imran [3]:8-9).
  Mutasyābih dalam ayat  وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ -- “sedangkan   yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt” dipakai mengenai:
     (1) ucapan, kalimat atau ayat yang memungkinkan adanya penafsiran yang berbeda, meskipun selaras;
      (2) hal yang bagian-bagiannya mempunyai persamaan atau yang selaras satu sama lain;
       (3) hal yang makna sebenarnya mengandung persamaan dengan artian yang tidak dimaksudkan;
       (4) hal yang arti sebenarnya diketahui hanya dengan menunjuk kepada apa yang disebut muhkam;
      (5) hal yang tidak dapat dipahami dengan segera  tanpa pengamatan yang berulang-ulang;
       (6) sesuatu ayat yang berisi ajaran sesuai dengan atau menyerupai apa yang dikandung oleh Kitab-kitab wahyu terlebih dahulu (Al-Mufradat).
     Ta’wil  dalam ayat  فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ  -- “Maka adapun   orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah” berarti: (1) penafsiran atau penjelasan; (2) terkaan mengenai arti suatu pidato atau tulisan; (3) penyimpangan suatu pidato atau tulisan dari penafsiran yang benar; (4) penafsiran suatu impian; (5) akhir, hasil atau akibat sesuatu (Lexicon Lane).
   Dalam ayat ini kata ta’wil itu dijumpai dua kali, pada tempat pertama  kata itu mengandung arti yang kedua atau yang ketiga, sedangkan pada tempat kedua kata itu mempunyai arti yang pertama atau yang kelima. Itulah makna kata ta’wil dalam firman-Nya:
وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya   kecuali Allah,   dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.”  وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.    رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ   --  Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami setelah Engkau  memberi kami petunjuk,  dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Āli ‘Imran [3]:8-9).

Isyarat dari Langit “Gerhana Bulan” Total Berwarna “Merah Darah” & Mengalirnya “Darah” yang Berkepanjangan di Wilayah Arabia

         Pada tanggal 4 April  2015 di berbagai kawasan dunia – termasuk di wilayah NKRI   -- masyarakat digemparkan  oleh suatu peristiwa berupa pemandangan   di langit   yang jarang terjadi, yaitu gerhana bulan  total yang berwarna “merah darah.
        Pasti setiap orang mempunyai tafsiran  mau pun  ta’wil yang berlainan mengenai terjadinya peristiwa di langit yang langka tersebut. Salah satu tafsiran yang berkaitan dengan bulan adalah kenyataan bahwa bangsa Arab   menjadikan bulan sebagai lambang kebangsaannya, sedangkan  bangsa Iran   lambangnya adalah matahari.
       Jadi, peristiwa langka “gerhana bulan” berwarna “merah darah yang terjadi pada tg. 4 April 2015 tersebut dapat saja melambangkan atau mengisyaratkan kepada  keadaan mengerikan yang saat ini tengah terjadi di wilayah Arabia berupa peperangan antara sesama Muslim  sehingga di berbagai wilayah Arabia telah dibasahi dan diwarnai oleh aliran darah  sesama Muslim.  
           Penyerbuan tentara koalisi pimpinan Saudi Arabia yang  menyerang Yaman – yang kebetulan pemerintahannya dikuasai oleh golongan Syiah pimpinan Abdul Hussein Haothi   -- semakin memperkuat isyarat yang diberikan langit berupa gerhana bulan total berwarna merah darah yang mengerikan siapa pun yang melihatnya tersebut. WalLāhu ‘alam.
           Berikut firman Allah Swt.  kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai berbagai Tanda Ilahi yang mendukung kebenaran Al-Quran dan beliau saw., termasuk di Akhir Zaman ini yakni di masa pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.   secara ruhani (QS.63:2-5) dalam wujud Imam Mahdi a.s. atau  Al-Masih Mau’ud a.s. yakni  misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58):
قُلۡ  اَرَءَیۡتُمۡ  اِنۡ کَانَ  مِنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ  ثُمَّ کَفَرۡتُمۡ  بِہٖ مَنۡ  اَضَلُّ  مِمَّنۡ ہُوَ  فِیۡ  شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿﴾ سَنُرِیۡہِمۡ  اٰیٰتِنَا فِی الۡاٰفَاقِ  وَ فِیۡۤ   اَنۡفُسِہِمۡ حَتّٰی یَتَبَیَّنَ  لَہُمۡ  اَنَّہُ  الۡحَقُّ ؕ اَوَ لَمۡ یَکۡفِ بِرَبِّکَ  اَنَّہٗ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ﴿﴾  اَلَاۤ  اِنَّہُمۡ  فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡ  لِّقَآءِ  رَبِّہِمۡ ؕ اَلَاۤ  اِنَّہٗ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ  مُّحِیۡطٌ﴿٪﴾
Katakanlah: ”Bagaimana pendapat kamu jika Al-Quran ini   dari Allah  kemudian kamu kafir terhadapnya, siapakah yang lebih sesat dari orang yang telah melantur jauh dari kebenaran?”  سَنُرِیۡہِمۡ  اٰیٰتِنَا فِی الۡاٰفَاقِ  وَ فِیۡۤ   اَنۡفُسِہِمۡ حَتّٰی یَتَبَیَّنَ  لَہُمۡ  اَنَّہُ  الۡحَقُّ  --  Segera Kami akan memperlihatkan kepada mereka Tanda-tanda Kami di wilayah-wilayah dunia ini dan di dalam diri mereka sendiri, sehingga akan  nyata kepada mereka, bahwasanya Al-Quran itu benar. اَوَ لَمۡ یَکۡفِ بِرَبِّکَ  اَنَّہٗ عَلٰی کُلِّ  شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ  --  Tidak cukupkah  Rabb (Tuhan) engkau bahwa Dia sebagai Saksi atas segala sesuatu?   اَلَاۤ  اِنَّہُمۡ  فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡ  لِّقَآءِ  رَبِّہِمۡ ؕ  --  Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu ada dalam keragu-raguan  mengenai pertemuan dengan Rabb (Tuhan) mereka. اَلَاۤ  اِنَّہٗ  بِکُلِّ  شَیۡءٍ  مُّحِیۡطٌ   -- Ketahuilah,  sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu. (Al-Fushshilat [41]:53-55).

 Kiamat Akan Terjadi Secara Tiba-tiba

       Fenomena “gerhana bulan” total berwarna “merah darah” tersebut hendaknya menjadi perhatian umat Islam, karena dari semua umat beragama yang paling berkepentingan dengan terjadinya “peristiwa langit  berupa terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari tersebut adalah  umat Islam,   karena merupakan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. bahwa apabila terjadi “gerhana bulan  mau pun “gerhana matahari” beliau saw. melakukan shalat khushuf dan shalat kusuf masing-masing    2 rakaat.
         Berikut adalah firman Allah Swt. berkenaan dengan  peristiwa gerhana bulan mau pun gerhana matahari dalam Al-Quran:
یَسۡـَٔلُ  اَیَّانَ یَوۡمُ الۡقِیٰمَۃِ ؕ﴿﴾ فَاِذَا  بَرِقَ الۡبَصَرُ ۙ﴿﴾  وَ  خَسَفَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾  وَ  جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾  یَقُوۡلُ  الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ  اَیۡنَ الۡمَفَرُّ ﴿ۚ﴾  کَلَّا  لَا وَزَرَ ﴿ؕ﴾  اِلٰی  رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ  الۡمُسۡتَقَرُّ ﴿ؕ﴾  یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ ﴿ؕ﴾  بَلِ الۡاِنۡسَانُ  عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ ﴿ۙ﴾  وَّ لَوۡ  اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہٗ ﴿ؕ﴾  لَا تُحَرِّکۡ بِہٖ لِسَانَکَ لِتَعۡجَلَ بِہٖ ﴿ؕ﴾
Ia  bertanya: “Kapankah Hari Kiamat itu?”   Maka apabila penglihatan silau,  وَ  خَسَفَ الۡقَمَرُ   -- dan terjadi gerhana bulan,  وَ  جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ  -- dan   matahari serta bulan dikumpulkan.           یَقُوۡلُ  الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ  اَیۡنَ الۡمَفَرُّ   --  Pada hari itu manusia akan berkata: “Ke manakah  tempat melarikan diri?”  کَلَّا  لَا وَزَرَ --   Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung dari azab.  اِلٰی  رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ  الۡمُسۡتَقَرُّ   -- Hanya kepada Rabb (Tuhan) engkau-lah pada hari itu tempat istirahat.  یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ   -- Pada hari itu manusia akan diberitahukan   mengenai apa yang dia dahulukan dan dia belakangkan. بَلِ الۡاِنۡسَانُ  عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ  --    Bahkan manusia menjadi saksi terhadap dirinya sendiri.  وَّ لَوۡ  اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہ   -- Walaupun ia mengemukakan alasan-alasannya.  (Al-Qiyāmah [75]:7-16).
         Orang yang bertanya dalam ayat  یَسۡـَٔلُ  اَیَّانَ یَوۡمُ الۡقِیٰمَۃِ  -- “Ia  bertanya: “Kapankah Hari Kiamat itu?”     tersebut mengisyaratkan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai adanya Hari Kiamat. Jawaban dalam ayat selanjutnya bukan mengenai waktu terjadinya  --   sebab kecuali Allah Swt. tidak ada seorang rasul pun, termasuk nabi Besar Muhammad saw. yang mengetahui kapan waktu terjadinya Hari Kiamat tersebut (QS.7:188; QS.31:35; QS.33:64; QS.43:86; QS.51:13-15; QS.78:3; QS.79:43-47)  --  karena itu yang dikemukakan dalam Al-Quran hanyalah  tanda-tandanya, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.
یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ ؕۘؔ ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ لَا تَاۡتِیۡکُمۡ  اِلَّا بَغۡتَۃً ؕ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat:  اَیَّانَ مُرۡسٰہَا  -- “Kapan  terjadinya?”  قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ  -- Katakanlah:  Pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku).  لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ --  Tidak ada yang dapat menampakkan mengenai  waktunya kecuali Dia. ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Sangat berat  Kiamat itu di seluruh langit dan bumi, لَا تَاۡتِیۡکُمۡ  اِلَّا بَغۡتَۃً  --  tidak akan datang kepada kamu melainkan dengan tiba-tiba.”  یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا  -- Mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya,  katakanlah:  قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یَعۡلَمُوۡنَ  -- “Sesungguhnya pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-A’rāf [7]:188).
    Arti  mursa  dalam ayat  اَیَّانَ مُرۡسٰہَا  -- “Kapan  terjadinya?”   adalah kata-benda masdar, atau kata-waktu atau kata-tempat (Lexicon Lane). Pertanyaan tersebut dijawab Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw.: قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ  -- Katakanlah:  Pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku).    لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ --  Tidak ada yang dapat menampakkan mengenai  waktunya kecuali Dia.”

Terjadinya Hari Kiamat Sangat Berat Bagi Allah Swt. dan Bagi Manusia

 Makna  kata tsaqulat dalam ayat selanjutnya:   ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”,  berarti bahwa memberikan hukuman itu bagi Allah Swt.  sama pedihnya seperti halnya bagi manusia menerimanya, dan itulah arti kata-kata: "Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”.  
 “Langit” menampilkan  Allah Swt.   dan para malaikat  pihak yang menurunkan azab (hukuman -- QS.2:211)  sedangkan “bumi” menampilkan manusia yang menerima azab Ilahi, firman-Nya:
ہَلۡ یَنۡظُرُوۡنَ  اِلَّاۤ  اَنۡ یَّاۡتِیَہُمُ اللّٰہُ فِیۡ ظُلَلٍ مِّنَ الۡغَمَامِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Apakah yang mereka tunggu-tunggu kecuali bahwa Allah datang  kepada mereka dalam naungan awan  bersama malaikat-malaikat  dan agar perkara itu diputuskan? Dan kepada Allah segala perkara dikembalikan (Al-Baqarah [2]:211).
   Perkataan “kedatangan Allah” dipakai oleh Al-Quran di tempat lain juga (QS.16:27; QS.59:3) dan berarti siksaan  Allah Swt. kepada kaum yang mendustakan dan menentang  pendakwaan   Rasul Allah yang diutus kepada mereka. Dan kata al-ghamām telah dipakai oleh Al-Quran untuk menyatakan rahmat (QS.7:161) dan azab (QS.25:26).
  Hafiyy dalam ayat یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا  -- “mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya” (QS.7:180) sebelumnya  berarti:  memperlihatkan keinginan yang sangat dan menampakkan kegembiraan atau kesenangan di saat bertemu dengan orang lain; berupaya sampai ke batas terakhir  dalam bertanya atau mencari tahu; atau mengetahui sedalam-dalamnya (Lexicon Lane).
     Jadi, kecuali Allah Swt. tidak ada seorang  Rasul Allah pun  -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw.  -- yang mengetahui kapan waktu terjadinya Hari Kiamat tersebut,  karena itu Allah Swt.  hanya mejelaskan tanda-tanda  berkenaan dengan  Hari Kiamat   agar manusia dapat mengambil pelajaran atau peringatan darinya.
 Mengapa demikian? Sebab jika Hari Kiamat terjadi secara tiba-tiba tanpa memberi kesempatan kepada manusia untuk mempersiapkan diri  untuk menghadapinya maka manusia akan memiliki alasan atau dalih atau tuntutan kepada Allah Swt., sebagaimana firman-Nya berikut ini mengenai Sunnatullah pengutusan Rasul Allah sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada suatu kaum atau  kepada umat manusia  yang yang mendustakannya (QS.17:16), firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿﴾  قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Rabb-nya (Tuhannya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?  وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی    --   Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, me­ngapakah   Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی  --   Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan me-ngetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).

Rangkaian Kemurkaan Allah Swt. Akibat Pendustaan dan Penentangan Terhadap Rasul Akhir Zaman

         Berdasarkan petunjuk firman Allah Swt. tersebut, seharusnya jika umat manusa   -- terutama para pemuka semua umat beragama  agama dapat mengambil kesimpulan yang benar dengan terjadinya rangkaian bermacam-macam azab Ilahi yang terus menerus menimpa umat manusia di berbagai  kawasan dunia   di Akhir Zaman ini, termasuk di Timur Tengah yang terus menerus terjadi peperangan, bukan  saja  antara pihak Muslim dengan   Israel, tetapi juga peperangan di kalangan sesama Muslim yang tak kunjung berakhir.
          Seharusnya mereka dapat mengambil kesimpulan  bahwa pasti Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di Akhir Zaman ini telah datang (QS.7:35-37; QS.43:58; QS.6110; QS.62:3-5), sebab jika tidak demikian maka  mustahil di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menerus menampakkan berbagai bentuk kemurkaan-Nya kepada umat manusia, padahal kegiatan peribadahan tetap dilakukan oleh seluruh umat beragama, terutama oleh umat Islam.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 April   2015



Tidak ada komentar:

Posting Komentar