بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 22
Fenomena Gerhana Bulan Total Berwarna “Merah Darah” & Berbagai Tanda “Hari Kiamat” di Akhir Zaman Saat
Ini
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai para utusan (rasul)
yang datang bertamu kepada Nabi
Ibrahim a.s.:
وَ لَمَّا
جَآءَتۡ رُسُلُنَاۤ اِبۡرٰہِیۡمَ
بِالۡبُشۡرٰی ۙ قَالُوۡۤا اِنَّا مُہۡلِکُوۡۤا اَہۡلِ ہٰذِہِ الۡقَرۡیَۃِ ۚ اِنَّ اَہۡلَہَا کَانُوۡا ظٰلِمِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾ قَالَ اِنَّ فِیۡہَا لُوۡطًا ؕ قَالُوۡا نَحۡنُ
اَعۡلَمُ بِمَنۡ فِیۡہَا ٝ۫ لَنُنَجِّیَنَّہٗ
وَ اَہۡلَہٗۤ اِلَّا امۡرَاَتَہٗ
٭۫ کَانَتۡ مِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾
Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada
Ibrahim membawa kabar gembira mereka
berkata: “Sesungguhnya kami akan
membinasakan penduduk kota ini, karena sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang zalim.” Ia, Ibrahim,
berkata: “Sesungguhnya di dalamnya
ada Luth.” Mereka berkata: “Kami
lebih mengetahui siapa yang ada di dalamnya. Kami sesungguhnya akan menyelamatkan dia dan keluarganya, kecuali istrinya, ia termasuk
orang-orang yang meninggalkan diri di belakang.” (Al-Ankabūt [29]:32-33).
Ada
perbedaan pendapat mengenai “utusan-utusan” yang menjumpai Nabi
Ibrahim a.s. tersebut, sebagian mufasir ada yang berpendapat bahwa
mereka itu adalah malaikat dengan alasan:
(1) mereka tidak menyentuh makanan berupa daging sapi yang dibakar yang
dihidangkan Nabi Ibrahim a.s. kepada
mereka (QS.11:70-71; QS.51:25-28).
(2) mereka memberitahukan bahwa istri
Nabi Ibrahim a.s. yang bernama Sarah – yang sekian lama berumahtangga dengan
Nabi Ibrahim a.s. tidak pernah melahirkan bahwa ia akan melahirkan seorang anak --
bahwa ia akan mempunyai seorang anak laki-laki serta seorang cucu
(QS.11:72-74; QS.15:52-57; QS.39:32; QS.51:29-31-38);
(3) mereka memberitahukan mengenai azab Ilahi yang akan menimpa kaum Nabi
Luth a.s. (QS.15:58-67; QS.29:32-33; QS.51:32).
(4) ketika kaum Nabi Luth a.s. hendak menangkap mereka yang berada di rumah Nabi Luth
a.s. tidak berhasil menemukan para “tamu” Nabi Luth a.s. tersebut
(QS.11:75-78; QS.15:68-75).
Ayat-ayat Al-Quran yang Mutasyābihāt & Arti
Tafsir dan Ta’wil
Alasan yang paling memungkinkan para penafsir berpendapat bahwa para tamu Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s.
adalah para malaikat adalah ucapan-ucapan
mereka yang seakan-akan Allah Swt. yang berfirman,
sebagaimana dikemukakan dalam firman-Nya
sebelum ini dan firman Allah Swt.
berikut ini ketika mereka
menjumpai Nabi Luth a.s.:
وَ لَمَّاۤ اَنۡ جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوۡطًا سِیۡٓءَ بِہِمۡ
وَ ضَاقَ بِہِمۡ ذَرۡعًا وَّ قَالُوۡا لَا تَخَفۡ وَ لَا تَحۡزَنۡ ۟ اِنَّا
مُنَجُّوۡکَ وَ اَہۡلَکَ اِلَّا
امۡرَاَتَکَ کَانَتۡ مِنَ
الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّا مُنۡزِلُوۡنَ عَلٰۤی اَہۡلِ ہٰذِہِ الۡقَرۡیَۃِ رِجۡزًا مِّنَ السَّمَآءِ بِمَا
کَانُوۡا یَفۡسُقُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ تَّرَکۡنَا مِنۡہَاۤ اٰیَۃًۢ
بَیِّنَۃً لِّقَوۡمٍ
یَّعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Luth, ia merasa susah atas kabar mereka, dan hatinya merasa sempit mengenai
kabar dari mereka itu. Dan mereka itu berkata: “Janganlah engkau takut,
dan jangan pula bersedih. Sesungguhnya kami pasti akan menyelamatkan engkau dan keluarga engkau kecuali istri
engkau, yang termasuk orang-orang
yang meninggalkan diri di belakang. Sesungguhnya
Kami akan menurunkan atas penduduk kota ini siksaan dari langit
disebabkan mereka melakukan kedurhakaan. Dan
sungguh Kami benar-benar telah
meninggalkan darinya suatu Tanda yang nyata bagi kaum yang menggunakan akal. (Al-Ankabūt [29]:34-36).
Nampaknya ayat-ayat Al-Quran berkenaan
para utusan (rasul) yang menjumpai
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. termasuk ayat-ayat Al-Quran yang mutasyābihāt (QS.3:8) karena itu terdapat perbedaan penafsiran mengenai siapa sebenarnya para tamu misterius Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. tersebut,
berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا
الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ
ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
Dia-lah yang
menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada
engkau, di antaranya
ada aya-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok
Al-Kitab, sedangkan yang lain ayat-ayat mutasyābihāt. Maka ada pun
orang-orang yang di dalam hatinya
ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt karena ingin
menimbulkan fitnah dan ingin
mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: اٰمَنَّا بِہٖ ۙ
کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا -- “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal. رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا
بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا
مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ -- Ya Rabb
(Tuhan) kami, janganlah Eng-kau
menyimpangkan hati kami setelah Engkau
memberi kami petunjuk, dan anugerahilah
kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Āli
‘Imran [3]:8-9).
Mutasyābih dalam
ayat وَ اُخَرُ
مُتَشٰبِہٰتٌ -- “sedangkan yang lain ayat-ayat mutasyābihāt” dipakai mengenai:
(1) ucapan, kalimat atau ayat
yang memungkinkan adanya penafsiran yang berbeda, meskipun selaras;
(2) hal yang bagian-bagiannya
mempunyai persamaan atau yang selaras satu sama lain;
(3) hal yang makna sebenarnya
mengandung persamaan dengan artian yang tidak dimaksudkan;
(4) hal yang arti sebenarnya
diketahui hanya dengan menunjuk kepada apa yang disebut muhkam;
(5) hal yang tidak dapat dipahami
dengan segera tanpa pengamatan yang
berulang-ulang;
(6) sesuatu ayat yang berisi
ajaran sesuai dengan atau menyerupai apa yang dikandung oleh Kitab-kitab wahyu terlebih dahulu (Al-Mufradat).
Ta’wil dalam ayat فَاَمَّا
الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ
ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ -- “Maka adapun orang-orang
yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang
mutasyābihāt karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang
salah” berarti: (1) penafsiran atau penjelasan; (2) terkaan mengenai arti
suatu pidato atau tulisan; (3) penyimpangan suatu pidato atau tulisan dari penafsiran yang benar; (4) penafsiran
suatu impian; (5) akhir, hasil atau akibat sesuatu (Lexicon Lane).
Dalam ayat ini kata ta’wil itu dijumpai dua kali, pada tempat pertama kata itu mengandung arti yang kedua atau yang
ketiga, sedangkan pada tempat kedua kata itu mempunyai arti yang pertama atau
yang kelima. Itulah makna kata ta’wil dalam
firman-Nya:
وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ ﴿﴾
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami
beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Tuhan kami.” وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- Dan tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal. رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا
بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا
مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ -- Ya
Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami
setelah Engkau memberi kami petunjuk, dan anugerahilah
kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Āli
‘Imran [3]:8-9).
Isyarat dari Langit “Gerhana Bulan” Total Berwarna “Merah Darah” & Mengalirnya “Darah” yang Berkepanjangan di Wilayah
Arabia
Pada tanggal 4 April 2015 di berbagai kawasan dunia – termasuk di
wilayah NKRI -- masyarakat
digemparkan oleh suatu peristiwa berupa pemandangan di langit
yang jarang terjadi, yaitu gerhana bulan total yang berwarna “merah darah.”
Pasti setiap orang mempunyai tafsiran mau pun ta’wil
yang berlainan mengenai terjadinya peristiwa
di langit yang langka tersebut.
Salah satu tafsiran yang berkaitan
dengan bulan adalah kenyataan bahwa bangsa Arab menjadikan bulan
sebagai lambang kebangsaannya,
sedangkan bangsa Iran lambangnya
adalah matahari.
Jadi, peristiwa langka “gerhana bulan” berwarna “merah darah” yang terjadi pada tg. 4 April 2015 tersebut
dapat saja melambangkan atau mengisyaratkan kepada keadaan
mengerikan yang saat ini tengah terjadi di wilayah Arabia berupa peperangan
antara sesama Muslim sehingga di berbagai wilayah Arabia telah dibasahi
dan diwarnai oleh aliran darah sesama Muslim.
Penyerbuan
tentara koalisi pimpinan Saudi Arabia yang menyerang Yaman
– yang kebetulan pemerintahannya
dikuasai oleh golongan Syiah pimpinan
Abdul Hussein Haothi -- semakin memperkuat isyarat yang diberikan langit
berupa gerhana bulan total berwarna merah darah yang mengerikan siapa pun yang melihatnya tersebut. WalLāhu ‘alam.
Berikut firman Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai
berbagai Tanda Ilahi yang mendukung kebenaran Al-Quran dan beliau saw.,
termasuk di Akhir Zaman ini yakni di
masa pengutusan kedua kali Nabi Besar
Muhammad saw. secara ruhani (QS.63:2-5) dalam wujud Imam
Mahdi a.s. atau Al-Masih
Mau’ud a.s. yakni misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58):
قُلۡ اَرَءَیۡتُمۡ
اِنۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ
اللّٰہِ ثُمَّ کَفَرۡتُمۡ بِہٖ مَنۡ
اَضَلُّ مِمَّنۡ ہُوَ فِیۡ
شِقَاقٍۭ بَعِیۡدٍ ﴿﴾ سَنُرِیۡہِمۡ
اٰیٰتِنَا فِی الۡاٰفَاقِ وَ
فِیۡۤ اَنۡفُسِہِمۡ حَتّٰی
یَتَبَیَّنَ لَہُمۡ اَنَّہُ
الۡحَقُّ ؕ اَوَ لَمۡ یَکۡفِ بِرَبِّکَ
اَنَّہٗ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ
شَہِیۡدٌ ﴿﴾ اَلَاۤ اِنَّہُمۡ
فِیۡ مِرۡیَۃٍ مِّنۡ لِّقَآءِ
رَبِّہِمۡ ؕ اَلَاۤ اِنَّہٗ بِکُلِّ
شَیۡءٍ مُّحِیۡطٌ﴿٪﴾
Katakanlah:
”Bagaimana pendapat kamu jika Al-Quran
ini dari Allah kemudian kamu
kafir terhadapnya, siapakah yang
lebih sesat dari orang yang telah melantur jauh dari kebenaran?” سَنُرِیۡہِمۡ اٰیٰتِنَا فِی الۡاٰفَاقِ وَ فِیۡۤ
اَنۡفُسِہِمۡ حَتّٰی یَتَبَیَّنَ
لَہُمۡ اَنَّہُ الۡحَقُّ -- Segera
Kami akan memperlihatkan kepada mereka Tanda-tanda Kami di wilayah-wilayah
dunia ini dan di dalam diri
mereka sendiri, sehingga akan nyata kepada mereka, bahwasanya Al-Quran itu
benar. اَوَ لَمۡ یَکۡفِ بِرَبِّکَ اَنَّہٗ
عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ -- Tidak cukupkah Rabb
(Tuhan) engkau bahwa Dia sebagai Saksi
atas segala sesuatu? اَلَاۤ اِنَّہُمۡ
فِیۡ مِرۡیَۃٍ مِّنۡ لِّقَآءِ
رَبِّہِمۡ ؕ -- Ketahuilah, sesungguhnya mereka itu ada dalam keragu-raguan mengenai pertemuan
dengan Rabb (Tuhan) mereka. اَلَاۤ
اِنَّہٗ بِکُلِّ شَیۡءٍ
مُّحِیۡطٌ -- Ketahuilah, sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu. (Al-Fushshilat [41]:53-55).
Kiamat Akan Terjadi Secara Tiba-tiba
Fenomena “gerhana bulan” total berwarna “merah
darah” tersebut hendaknya menjadi perhatian umat Islam, karena dari semua umat
beragama yang paling berkepentingan dengan terjadinya “peristiwa langit” berupa
terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari tersebut adalah umat
Islam, karena merupakan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. bahwa
apabila terjadi “gerhana bulan” mau pun “gerhana
matahari” beliau saw. melakukan shalat
khushuf dan shalat kusuf
masing-masing 2 rakaat.
Berikut adalah firman Allah Swt. berkenaan
dengan peristiwa gerhana bulan mau pun gerhana
matahari dalam Al-Quran:
یَسۡـَٔلُ اَیَّانَ یَوۡمُ الۡقِیٰمَۃِ ؕ﴿﴾ فَاِذَا بَرِقَ الۡبَصَرُ ۙ﴿﴾ وَ خَسَفَ
الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾ وَ جُمِعَ
الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾ یَقُوۡلُ الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ اَیۡنَ الۡمَفَرُّ ﴿ۚ﴾ کَلَّا لَا
وَزَرَ ﴿ؕ﴾ اِلٰی رَبِّکَ
یَوۡمَئِذِۣ الۡمُسۡتَقَرُّ ﴿ؕ﴾ یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ
اَخَّرَ ﴿ؕ﴾ بَلِ الۡاِنۡسَانُ
عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ ﴿ۙ﴾ وَّ لَوۡ
اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہٗ ﴿ؕ﴾ لَا تُحَرِّکۡ بِہٖ لِسَانَکَ لِتَعۡجَلَ بِہٖ ﴿ؕ﴾
Ia bertanya:
“Kapankah Hari Kiamat itu?” Maka
apabila penglihatan silau, وَ
خَسَفَ الۡقَمَرُ -- dan terjadi
gerhana bulan, وَ جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ -- dan matahari
serta bulan dikumpulkan. یَقُوۡلُ
الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ اَیۡنَ
الۡمَفَرُّ -- Pada hari
itu manusia akan berkata: “Ke
manakah tempat
melarikan diri?” کَلَّا لَا وَزَرَ -- Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung dari azab. اِلٰی
رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ
الۡمُسۡتَقَرُّ -- Hanya
kepada Rabb (Tuhan) engkau-lah pada hari itu tempat istirahat. یُنَبَّؤُا
الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ -- Pada hari
itu manusia akan diberitahukan mengenai apa yang dia dahulukan dan dia
belakangkan. بَلِ الۡاِنۡسَانُ عَلٰی نَفۡسِہٖ
بَصِیۡرَۃٌ -- Bahkan manusia menjadi saksi terhadap dirinya
sendiri. وَّ لَوۡ اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہ -- Walaupun ia mengemukakan alasan-alasannya. (Al-Qiyāmah [75]:7-16).
Orang yang bertanya
dalam ayat یَسۡـَٔلُ اَیَّانَ یَوۡمُ
الۡقِیٰمَۃِ -- “Ia
bertanya: “Kapankah Hari Kiamat itu?” tersebut mengisyaratkan kepada orang-orang kafir yang tidak mempercayai adanya Hari Kiamat. Jawaban dalam ayat
selanjutnya bukan mengenai waktu
terjadinya -- sebab kecuali
Allah Swt. tidak ada seorang rasul pun, termasuk nabi Besar Muhammad saw. yang mengetahui
kapan waktu terjadinya Hari Kiamat tersebut (QS.7:188; QS.31:35;
QS.33:64; QS.43:86; QS.51:13-15; QS.78:3; QS.79:43-47) --
karena itu yang dikemukakan dalam Al-Quran
hanyalah tanda-tandanya, berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.
یَسۡـَٔلُوۡنَکَ عَنِ
السَّاعَۃِ اَیَّانَ مُرۡسٰہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا
عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ ؕۘؔ ثَقُلَتۡ
فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ لَا تَاۡتِیۡکُمۡ اِلَّا بَغۡتَۃً ؕ یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا ؕ قُلۡ اِنَّمَا
عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ
وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Mereka bertanya kepada engkau mengenai Kiamat: اَیَّانَ مُرۡسٰہَا -- “Kapan terjadinya?” قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ -- Katakanlah:
”Pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku).
لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ -- Tidak ada yang dapat menampakkan
mengenai waktunya kecuali Dia. ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Sangat berat
Kiamat itu di seluruh langit dan bumi, لَا تَاۡتِیۡکُمۡ اِلَّا بَغۡتَۃً -- tidak
akan datang kepada kamu melainkan dengan
tiba-tiba.” یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا -- Mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya, katakanlah: قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ اللّٰہِ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا
یَعۡلَمُوۡنَ -- “Sesungguhnya pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Al-A’rāf
[7]:188).
Arti mursa
dalam ayat
اَیَّانَ مُرۡسٰہَا -- “Kapan terjadinya?” adalah kata-benda masdar, atau kata-waktu atau kata-tempat (Lexicon Lane).
Pertanyaan tersebut dijawab Allah Swt. melalui Nabi Besar Muhammad saw.: قُلۡ اِنَّمَا عِلۡمُہَا عِنۡدَ رَبِّیۡ ۚ لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ -- Katakanlah: ”Pengetahuan mengenai itu hanya ada pada sisi Rabb-ku (Tuhan-ku).
لَا یُجَلِّیۡہَا لِوَقۡتِہَاۤ اِلَّا ہُوَ -- Tidak ada yang dapat menampakkan mengenai waktunya kecuali Dia.”
Terjadinya Hari Kiamat Sangat Berat Bagi Allah
Swt. dan Bagi Manusia
Makna kata tsaqulat
dalam ayat selanjutnya: ثَقُلَتۡ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”, berarti bahwa memberikan hukuman itu bagi Allah Swt. sama pedihnya seperti halnya bagi
manusia menerimanya, dan itulah arti
kata-kata: "Sangat berat Kiamat itu di seluruh langit dan bumi”.
“Langit”
menampilkan Allah Swt. dan para malaikat pihak yang
menurunkan azab (hukuman -- QS.2:211)
sedangkan “bumi” menampilkan manusia
yang menerima azab Ilahi, firman-Nya:
ہَلۡ یَنۡظُرُوۡنَ اِلَّاۤ اَنۡ یَّاۡتِیَہُمُ اللّٰہُ فِیۡ ظُلَلٍ مِّنَ
الۡغَمَامِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Apakah yang mereka tunggu-tunggu kecuali bahwa Allah
datang kepada mereka dalam
naungan awan bersama malaikat-malaikat dan agar
perkara itu diputuskan? Dan kepada
Allah segala perkara dikembalikan (Al-Baqarah [2]:211).
Perkataan “kedatangan
Allah” dipakai oleh Al-Quran di tempat lain juga (QS.16:27; QS.59:3) dan
berarti siksaan Allah Swt. kepada kaum yang mendustakan dan menentang pendakwaan Rasul
Allah yang diutus kepada mereka. Dan kata al-ghamām telah dipakai
oleh Al-Quran untuk menyatakan rahmat
(QS.7:161) dan azab (QS.25:26).
Hafiyy dalam ayat یَسۡـَٔلُوۡنَکَ کَاَنَّکَ حَفِیٌّ عَنۡہَا -- “mereka bertanya kepada engkau seolah-olah engkau benar-benar mengetahuinya” (QS.7:180) sebelumnya berarti:
memperlihatkan keinginan yang
sangat dan menampakkan kegembiraan
atau kesenangan di saat bertemu
dengan orang lain; berupaya sampai ke
batas terakhir dalam bertanya atau mencari tahu; atau mengetahui sedalam-dalamnya (Lexicon Lane).
Jadi,
kecuali Allah Swt. tidak ada seorang Rasul Allah pun -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw. --
yang mengetahui kapan waktu terjadinya
Hari Kiamat tersebut, karena itu
Allah Swt. hanya mejelaskan tanda-tanda berkenaan dengan Hari
Kiamat agar manusia dapat mengambil pelajaran atau peringatan darinya.
Mengapa
demikian? Sebab jika Hari Kiamat
terjadi secara tiba-tiba tanpa
memberi kesempatan kepada manusia untuk mempersiapkan
diri untuk menghadapinya maka manusia
akan memiliki alasan atau dalih atau tuntutan kepada Allah Swt., sebagaimana firman-Nya berikut ini
mengenai Sunnatullah pengutusan Rasul Allah sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada suatu kaum atau kepada umat manusia yang yang mendustakannya
(QS.17:16), firman-Nya:
وَ قَالُوۡا
لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ
اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ
قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ
فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ
الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan
mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Rabb-nya (Tuhannya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? وَ لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ
لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی -- Dan seandainya
Kami membinasakan mereka dengan azab
sebelum ini niscaya mereka akan
berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, mengapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang
rasul supaya kami mengikuti
Ayat-ayat Engkau sebelum kami
direndahkan dan dihinakan?"
قُلۡ کُلٌّ
مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ
اہۡتَدٰی -- Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan me-ngetahui siapakah yang
ada pada jalan yang lurus dan siapa
yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).
Rangkaian Kemurkaan Allah Swt. Akibat Pendustaan dan Penentangan Terhadap Rasul Akhir Zaman
Berdasarkan petunjuk firman Allah Swt. tersebut, seharusnya jika umat
manusa -- terutama para pemuka semua umat beragama agama – dapat mengambil kesimpulan yang benar dengan terjadinya rangkaian bermacam-macam azab
Ilahi yang terus menerus menimpa umat
manusia di berbagai kawasan dunia di Akhir Zaman ini, termasuk di Timur Tengah yang terus menerus terjadi peperangan, bukan saja
antara pihak Muslim dengan Israel, tetapi juga peperangan di kalangan sesama
Muslim yang tak kunjung berakhir.
Seharusnya mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa
pasti Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di Akhir
Zaman ini telah datang (QS.7:35-37; QS.43:58; QS.6110; QS.62:3-5), sebab
jika tidak demikian maka mustahil di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menerus menampakkan berbagai
bentuk kemurkaan-Nya kepada umat manusia, padahal kegiatan peribadahan tetap dilakukan oleh seluruh umat beragama, terutama oleh umat Islam.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 8 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar