Jumat, 03 April 2015

Kedekatan Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. Dengan Nabi Ibrahim a.s. & Ke-Muslim-an Hakiki Nabi Ibrahim a.s. dan Keturunannya dari Kalangan Bani Isma'il




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 17

   
Kedekatan  Ruhani  Nabi Besar  Muhammad Saw. Dengan Nabi Ibrahim a.s. & Ke-Muslim-an   Hakiki  Nabi Ibrahim a.s. dan Keturunannya dari Kalangan Bani Isma’il

 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  para tokoh kekafiran yang  di setiap zaman pengutusan Rasul Allah   tidak segan-segan mengobral janji palsu, sebagaimana firman-Nya berikut ini:
وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ اِنَّہُمۡ  لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَیَحۡمِلُنَّ  اَثۡقَالَہُمۡ  وَ اَثۡقَالًا مَّعَ اَثۡقَالِہِمۡ ۫ وَ لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾ 
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ    -- “Ikutilah jalan kami   dan   kami akan menanggung dosa-dosa kamu.” Padahal mereka tidak dapat memikul dosa-dosa  mereka itu sedikit pun, sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta.   Dan niscaya mereka akan memikul beban mereka dan beban orang lain beserta beban mereka, dan pada Hari Kiamat  niscaya mereka akan di-tanyai  mengenai apa yang mereka ada-adakan. (Al-Ankabut [29]:13-14).

Melarikan Diri dari  Tanggungjawab  Memenuhi Janji Muluk

       Namun ketika mereka berhadapan dengan azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka  oleh Rasul Allah maka seketika itu juga ketakaburan mereka tiba-tiba lenyap, firman-Nya: 
وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ  لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ  ﴿٪﴾ وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah, فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا -- maka akan berkata orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang takabur: اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ --“Sesungguhnya kami dahulu pengikut-pengikut kamu, lalu  tidak dapatkah kamu mengelakkan kami dari azab Allah sedikit pun?” قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ  لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ  -- Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, pasti kami pun telah memberi petunjuk kepada kamu. سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ    -- adalah sama saja bagi kita, apakah kita  berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri.” (Ibrahim [14]:22). Lihat pula  QS.7:39-40;    QS.28:64; QS.33:67-69; QS.34:32-34; QS.40:48-51.
        Makna ayat   وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا  -- “dan mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah” Bukan semata-mata perbuatan buruknya sendiri, yang mendatangkan kejatuhan bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan kejatuhan itu ialah terbukanya kelemahan mereka.
        Setelah kelemahan menjadi nampak, maka gengsi dan nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka  dan merupakan penolong utama untuk sukses mereka — mendapat pukulan maut dengan jatuhnya mereka di mata kaum-kaum lawan mereka, hal mana diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan.
       Makna jawaban para pemimpin kekafiran di akhirat ketika bersama-sama dalam azab Ilahi atau berada  dalam neraka jahannam:  سَوَآءٌ  عَلَیۡنَاۤ  اَجَزِعۡنَاۤ  اَمۡ صَبَرۡنَا مَا لَنَا مِنۡ  مَّحِیۡصٍ    -- “Adalah sama saja bagi kita, apakah kita  berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri bukan saja  bertentangan dengan ketakaburan mereka  di dunia ketika melakukan penentangan secara agresif terhadap Rasul Allah dan orang-orang yang beriman yang dikemukakan sebelumnya  (QS.29:13-14),  ucapan mereka itu pun mengambarkan bahwa suatu kaum yang ditakdirkan binasa suka mengalah kepada rasa putus asa dan dengan serta-merta menyerah kepada nasibnya yang rendah.

Kedustaan Janji-janji  Muluk Syaitan

          Dengan demikian benarlah firman Allah Swt. mengenai tipu-daya syaitan  serta pengingkaran   janjinya berikut ini:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku telah menyalahinya, dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah dirimu sendiri. مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ  --  Aku sama sekali ti-dak dapat menolong kamu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku.   اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡل-- Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya,  اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ -- sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
        Jadi, betapa  sempurnanya makrifat Ilahi yang  dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s.  dalam  menablighkan Tauhid Ilahi  kepada kaumnya yang musyrik (QS.2:259; QS.6:76-84), sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
وَ قَالَ  اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا ۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ  نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim, berkata: “Sesungguhnya kamu telah mengambil berhala-berhala selain Allah  sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia. Kemudian pada Hari Kiamat  sebagian dari kamu akan menolak  sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain. Dan tempat tinggal kamu adalah Api, dan tidak akan ada bagi kamu seorang penolong. (Al-Ankabūt [29]:25-26).

Nabi Besar Muhammad Saw. Adalah Orang yang Paling “Dekat” dengan Ke-Muslim-an Nabi Ibrahim a.s.

      Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi mengenai  nikmat-nikmat yang dianugerahkan-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. sebagai anugerah atas kemurnian Tauhid Ilahi yang beliau laksanakan secara tulus-ikhlas dalam kehidupannya:
فَاٰمَنَ لَہٗ  لُوۡطٌ ۘ وَ  قَالَ  اِنِّیۡ مُہَاجِرٌ  اِلٰی رَبِّیۡ ؕ اِنَّہٗ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ  اِسۡحٰقَ وَ  یَعۡقُوۡبَ وَ  جَعَلۡنَا فِیۡ  ذُرِّیَّتِہِ النُّبُوَّۃَ  وَ الۡکِتٰبَ وَ اٰتَیۡنٰہُ  اَجۡرَہٗ  فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka Luth  beriman kepadanya dan ia (Ibrahim)  berkata:  “Sesungguhnya aku berhijrah kepada Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” Dan Kami menganugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub, dan Kami menjadikan dalam keturunannya kenabian serta kitab, dan  Kami mem-berikan kepadanya (Ibrahim) ganjarannya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk di antara orang-orang saleh. (Al-Ankabūt [29]:27-28).
        Salah satu arti lainnya dari ayat  28   ialah pada Akhir Zaman orang-orang Muslim, Yahudi dan Nasrani  sama-sama akan menghormati Nabi Ibrahim a.s. sebagai “leluhur” mereka, sehingga beliau menjadi semacam “rebutan  di antara  ketiga keturunannya, berikut firman-Nya kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani (Kristen): 
اَمۡ  تَقُوۡلُوۡنَ  اِنَّ  اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطَ کَانُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ قُلۡ ءَاَنۡتُمۡ  اَعۡلَمُ اَمِ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ کَتَمَ شَہَادَۃً عِنۡدَہٗ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ مَا اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Ataukah kamu berkata: “Sesungguhnya  Ibrahim, Isma’il,  Ishaq, Ya’qub dan keturunannya adalah Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah: “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah  Allah?” Dan  siapakah  yang lebih zalim  daripada orang yang menyembunyikan kesaksian  dari Allah yang ada padanya? Dan Allah sekali-kali  tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah [2]:141).
       Kaum Yahudi dan Kristen secara tidak langsung telah diberitahukan, bagaimana keadaan Nabi Ibrahim a.s. dan putra-putra beliau, seperti dinyatakan oleh mereka bahwa keselamatan itu monopoli mereka semata-mata (QS.2:112 & 136), sebab beliau-beliau hidup pada masa sebelum Nabi Musa a.s. yaitu ketika agama Yahudi dan Kristen belum berwujud (QS.2:131-134).
       Kaum Yahudi dan Kristen diperingatkan pula bahwa adanya mereka turunan nabi-nabi Allah tidak ada gunanya bagi mereka. Mereka akan harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri karena tiada orang yang harus memikul beban orang lain, termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   -- yang dipercayai  telah mati terkutuk di tiang salib guna menebus “dosa warisan  akibat pelanggaran Adam dan Hawa di surga   -- (QS.6:165).
         Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ke-Muslim-an  Nabi Ibrahim a.s.  dan orang-orang yang “dekat” dengan Nabi Ibrahim a.s.:
مَا کَانَ  اِبۡرٰہِیۡمُ یَہُوۡدِیًّا وَّ لَا نَصۡرَانِیًّا وَّ لٰکِنۡ کَانَ حَنِیۡفًا مُّسۡلِمًا ؕ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّ اَوۡلَی النَّاسِ بِاِبۡرٰہِیۡمَ لَلَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡہُ  وَ ہٰذَا النَّبِیُّ وَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ؕ وَ اللّٰہُ وَلِیُّ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Ibrahim sekali-kali bukanlah seorang Yahudi dan  bukan pula seorang Nasrani, وَّ لٰکِنۡ کَانَ حَنِیۡفًا مُّسۡلِمًا  --   melainkan ia seorang yang selalu  cenderung kepada Allah  dan berserah  diri kepada-Nya,  وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ --   dan dia sama sekali bukan dari antara orang-orang musyrik. اِنَّ اَوۡلَی النَّاسِ بِاِبۡرٰہِیۡمَ لَلَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡہُ --   Sesungguhnya manusia yang paling dekat kepada Ibrahim   adalah orang-orang yang benar-benar mengikutinya, وَ ہٰذَا النَّبِیُّ وَ الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا  -- dan terutama  Nabi ini  serta  orang-orang yang beriman kepadanya, وَ اللّٰہُ وَلِیُّ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- dan Allah adalah Pelindung  orang-orang  yang beriman.  (Ali  ’Imran [3]:68-69).

Ke-Muslim-an Paling Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.

     Lebih lanjut Allah Swt. menjelaskan bahwa maqam (martabat ruhani) Nabi Besar Muhammad saw. bukan saja yang paling dekat  dengan Nabi Ibrahim a.s. dari seluruh keturunan beliau, bahkan sebagai pewaris millat Nabi Ibrahim a.s. Nabi Besar Muhammad saw. menjadi pewaris yang paling dibanggakan karena beliau saw. telah meraih maqam (martabat) kedekatan dengan Allah Swt.  yang bahkan melebihi Nabi Ibrahim a.s. sendiri dalam hal ke-Muslim-an  (penyerahan diri kepada Allah Swt.), firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Rabb-ku (Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا --   agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari   orang-orang musyrik.” قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ --  Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku, dan  kematianku  hanyalah untuk Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam;  لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ  --  Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).
    Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi seluruh bidang amal perbuatan manusia; dan Nabi Besar Muhammad saw. diperintahkan Allah Swt.  menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau saw. kepada Allah Swt., semua amal ibadah beliau  saw. dipersembahkan kepada  Allah Swt., semua pengorbanan dilakukan beliau saw. untuk Dia; segala penghidupan dihibahkan beliau  saw. untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama Islam beliau  saw. mencari kematian, itu pun guna meraih keridhaan-Nya.
  Jadi, ke-Muslim-an  (penyerahan diri kepada Allah Swt.) yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad  saw. benar-benar melebihi   ke-Muslim-an  para Rasul Allah sebelumnya  --  termasuk Nabi Ibrahim a.s.   yang merupakan Abul anbiya (bapak para nabi) – yang telah  mewasiyatkan   ke-Muslim-an  kepada  seluruh keturunan beliau (QS.2:131-135), firman-Nya:
 یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا  وَ اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ  لَعَلَّکُمۡ  تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾  وَ جَاہِدُوۡا فِی اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ  اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman,   rukuklah kamu, sujudlah, sembahlah Rabb (Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu memperoleh kebahagiaan.    Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad  yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu dalam urusan agama, مِلَّۃَ  اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  --  Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim, Dia telah memberi kamu nama Muslimin  dahulu dan dalam Kitab ini,  لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ  -- supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu  dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia. فَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ  -- Maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dia Pelindung kamu  maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung  dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hājj [22]:78-79).


Dua Macam Jihad

   Jihad itu ada dua macam: (a) Jihad melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan buruk manusia sendiri, dan (b) jihad melawan musuh-musuh kebenaran yang meliputi pula berperang untuk membela diri (QS.22:41). Jihad macam pertama dapat dinamakan “Jihad dalam Allah” dan yang terakhir “Jihad di jalan Allah”.  Nabi Besar Muhammad saw. telah menamakan jihad yang pertama itu sebagai jihad besar (jihad kabir) dan yang kedua sebagai jihad kecil (jihad saghir).
      Kata-kata  ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  -- “Dia telah memberi kamu nama Muslimin, dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk kepada nubuatan  Nabi Yesaya a.s.:
Maka engkau akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan .....” (Yesaya 62:2 dan 65:15).
        Isyarat dalam kata-kata وَ فِیۡ ہٰذَا    -- “dan dalam Kitab ini” ditujukan kepada doa  Nabi Ibrahim a.s. yang dikutip dalam Al-Quran, yaitu: رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً  لَّکَ --  Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk kepada Engkau.” (QS.2:129).
          Makna lain dari menjadi saksi   adalah sebagai penjaga akhlak dan ruhani umat manusia,  dengan demikian makna  ayat لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ  -- "supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu  dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia" bahwa sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw.  dengan suri teladan sempurnanya (QS.33:22) sebagai saksi (penjaga) para sahabat di kalangan umat Islam  di masa awal   -- sehingga mereka menjadi "umat terbaik" yang diciptakan bagi kemanfaatan umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- demikian juga kewajiban sebagai saksi (penjaga) tersebut menjadi  tanggungjawab generasi umat Islam selanjutnya, sehingga gelar sebagai "umat terbaik" dapat dipertahankan.


 


(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 April     2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar