بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 17
Kedekatan Ruhani Nabi Besar
Muhammad Saw. Dengan Nabi Ibrahim a.s. & Ke-Muslim-an Hakiki Nabi Ibrahim a.s. dan Keturunannya dari
Kalangan Bani Isma’il
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai para tokoh kekafiran yang di setiap zaman
pengutusan Rasul Allah tidak segan-segan mengobral janji palsu, sebagaimana firman-Nya
berikut ini:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوا اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ
خَطٰیٰکُمۡ ؕ وَ مَا ہُمۡ بِحٰمِلِیۡنَ مِنۡ خَطٰیٰہُمۡ مِّنۡ شَیۡءٍ ؕ
اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ وَ
لَیَحۡمِلُنَّ اَثۡقَالَہُمۡ وَ اَثۡقَالًا مَّعَ اَثۡقَالِہِمۡ ۫ وَ
لَیُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ عَمَّا کَانُوۡا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: اتَّبِعُوۡا سَبِیۡلَنَا وَ لۡنَحۡمِلۡ خَطٰیٰکُمۡ -- “Ikutilah
jalan kami dan
kami akan menanggung dosa-dosa
kamu.” Padahal mereka tidak dapat memikul
dosa-dosa mereka itu
sedikit pun, sesungguhnya mereka itu
benar-benar pendusta. Dan niscaya
mereka akan memikul beban mereka dan beban
orang lain beserta beban mereka, dan pada Hari Kiamat niscaya mereka akan di-tanyai mengenai apa
yang mereka ada-adakan. (Al-Ankabut [29]:13-14).
Melarikan Diri dari Tanggungjawab Memenuhi Janji
Muluk
Namun ketika mereka berhadapan dengan azab Ilahi yang diancamkan kepada mereka
oleh Rasul Allah maka seketika
itu juga ketakaburan mereka tiba-tiba
lenyap, firman-Nya:
وَ
بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا
اِنَّا کُنَّا لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ
اللّٰہِ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ ﴿٪﴾ وَ قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ
اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا
کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ
اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ
فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ
مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan
mereka itu semua akan tampil di hadapan
Allah, فَقَالَ الضُّعَفٰٓؤُا لِلَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡۤا -- maka
akan berkata orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang takabur: اِنَّا کُنَّا
لَکُمۡ تَبَعًا فَہَلۡ اَنۡتُمۡ مُّغۡنُوۡنَ عَنَّا مِنۡ عَذَابِ اللّٰہِ مِنۡ
شَیۡءٍ
--“Sesungguhnya kami dahulu
pengikut-pengikut kamu, lalu tidak dapatkah kamu mengelakkan kami dari
azab Allah sedikit pun?” قَالُوۡا لَوۡ ہَدٰىنَا اللّٰہُ لَہَدَیۡنٰکُمۡ ؕ سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- Mereka berkata: “Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, pasti kami pun telah memberi petunjuk kepada kamu.
سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- adalah sama saja bagi kita, apakah kita berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak
ada bagi kita jalan untuk melepaskan diri.” (Ibrahim
[14]:22). Lihat pula QS.7:39-40; QS.28:64; QS.33:67-69; QS.34:32-34;
QS.40:48-51.
Makna ayat
وَ بَرَزُوۡا لِلّٰہِ جَمِیۡعًا -- “dan
mereka itu semua akan tampil di hadapan Allah” Bukan semata-mata perbuatan buruknya sendiri, yang
mendatangkan kejatuhan bagi suatu kaum, tetapi yang terutama mendatangkan kejatuhan itu ialah terbukanya kelemahan mereka.
Setelah kelemahan menjadi
nampak, maka gengsi dan nama baik mereka — yang melebihi hasil karya mereka dan merupakan penolong utama untuk sukses
mereka — mendapat pukulan maut dengan
jatuhnya mereka di mata kaum-kaum lawan mereka, hal mana
diikuti oleh kemunduran dan kemerosotan.
Makna jawaban para pemimpin
kekafiran di akhirat ketika
bersama-sama dalam azab Ilahi atau
berada dalam neraka jahannam: سَوَآءٌ عَلَیۡنَاۤ
اَجَزِعۡنَاۤ اَمۡ صَبَرۡنَا مَا
لَنَا مِنۡ مَّحِیۡصٍ -- “Adalah
sama saja bagi kita, apakah kita
berkeluh-kesah atau kita bersabar, sekali-kali tidak ada bagi kita jalan
untuk melepaskan diri” bukan
saja bertentangan dengan ketakaburan mereka di dunia ketika melakukan penentangan secara agresif terhadap Rasul Allah dan orang-orang yang beriman yang dikemukakan sebelumnya (QS.29:13-14), ucapan mereka itu pun mengambarkan bahwa suatu
kaum yang ditakdirkan binasa suka mengalah
kepada rasa putus asa dan dengan
serta-merta menyerah kepada nasibnya yang rendah.
Kedustaan Janji-janji Muluk Syaitan
Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.
mengenai tipu-daya syaitan serta pengingkaran janjinya berikut ini:
وَ
قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ
الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ
فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ
اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ
لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا
بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ
بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan
syaitan berkata: “Sesungguhnya Allah
telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepadamu tetapi aku
telah menyalahinya, dan aku sekali-kali tidak memiliki kekuasaan
apa pun atas kamu, melainkan aku
telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah dirimu sendiri. مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ -- Aku sama sekali ti-dak dapat menolong kamu
dan kamu pun sama sekali tidak dapat
menolongku. اِنِّیۡ کَفَرۡتُ
بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡل-- Sesungguhnya
aku telah mengingkari apa yang kamu
persekutukan denganku sebelumnya, اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ
لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ -- sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu bagi mereka ada azab
yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).
Jadi, betapa
sempurnanya makrifat Ilahi
yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. dalam
menablighkan Tauhid Ilahi kepada kaumnya yang musyrik (QS.2:259; QS.6:76-84), sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
وَ
قَالَ اِنَّمَا اتَّخَذۡتُمۡ مِّنۡ دُوۡنِ
اللّٰہِ اَوۡثَانًا ۙ مَّوَدَّۃَ بَیۡنِکُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا ۚ ثُمَّ
یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ یَکۡفُرُ بَعۡضُکُمۡ بِبَعۡضٍ وَّ یَلۡعَنُ بَعۡضُکُمۡ بَعۡضًا
۫ وَّ مَاۡوٰىکُمُ النَّارُ وَ مَا لَکُمۡ مِّنۡ
نّٰصِرِیۡنَ ﴿٭ۙ﴾
Dan ia, Ibrahim,
berkata: “Sesungguhnya kamu telah
mengambil berhala-berhala selain Allah sebagai sembahan atas kecintaan di antara kamu dalam kehidupan dunia.
Kemudian pada Hari Kiamat sebagian dari kamu akan menolak sebagian yang lain, dan sebagian kamu melaknati sebagian yang lain.
Dan tempat tinggal kamu adalah Api,
dan tidak akan ada bagi kamu seorang
penolong.” (Al-Ankabūt [29]:25-26).
Nabi Besar Muhammad Saw. Adalah Orang yang Paling “Dekat” dengan Ke-Muslim-an Nabi Ibrahim a.s.
Selanjutnya Allah Swt. berfirman lagi mengenai
nikmat-nikmat
yang dianugerahkan-Nya kepada Nabi Ibrahim a.s. sebagai anugerah atas kemurnian Tauhid
Ilahi yang beliau laksanakan secara tulus-ikhlas
dalam kehidupannya:
فَاٰمَنَ
لَہٗ لُوۡطٌ ۘ وَ قَالَ
اِنِّیۡ مُہَاجِرٌ اِلٰی رَبِّیۡ ؕ
اِنَّہٗ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ
اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ جَعَلۡنَا فِیۡ ذُرِّیَّتِہِ النُّبُوَّۃَ وَ الۡکِتٰبَ وَ اٰتَیۡنٰہُ اَجۡرَہٗ
فِی الدُّنۡیَا ۚ وَ اِنَّہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ لَمِنَ الصّٰلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka Luth
beriman kepadanya dan ia (Ibrahim) berkata: “Sesungguhnya aku berhijrah kepada Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
Dan Kami menganugerahkan kepadanya Ishaq
dan Ya’qub, dan Kami menjadikan dalam keturunannya kenabian serta kitab,
dan Kami mem-berikan
kepadanya (Ibrahim) ganjarannya di dunia,
dan sesungguhnya dia di akhirat termasuk
di antara orang-orang saleh. (Al-Ankabūt [29]:27-28).
Salah
satu arti lainnya dari ayat 28 ialah
pada Akhir Zaman orang-orang Muslim, Yahudi dan Nasrani sama-sama akan menghormati Nabi Ibrahim a.s. sebagai “leluhur” mereka, sehingga
beliau menjadi semacam “rebutan” di antara ketiga
keturunannya, berikut firman-Nya kepada orang-orang
Yahudi dan Nasrani (Kristen):
اَمۡ تَقُوۡلُوۡنَ اِنَّ اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ وَ اِسۡحٰقَ وَ یَعۡقُوۡبَ وَ الۡاَسۡبَاطَ کَانُوۡا ہُوۡدًا اَوۡ
نَصٰرٰی ؕ قُلۡ ءَاَنۡتُمۡ اَعۡلَمُ اَمِ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ
اَظۡلَمُ مِمَّنۡ کَتَمَ شَہَادَۃً عِنۡدَہٗ مِنَ
اللّٰہِ ؕ وَ مَا
اللّٰہُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾
Ataukah kamu
berkata: “Sesungguhnya Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan keturunannya
adalah Yahudi atau Nasrani?” Katakanlah:
“Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah?”
Dan siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan Allah
sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah
[2]:141).
Kaum Yahudi dan Kristen secara
tidak langsung telah diberitahukan, bagaimana keadaan Nabi Ibrahim a.s. dan putra-putra beliau, seperti dinyatakan oleh mereka bahwa keselamatan
itu monopoli mereka semata-mata
(QS.2:112 & 136), sebab beliau-beliau hidup pada masa sebelum Nabi Musa a.s. yaitu ketika agama Yahudi dan Kristen belum berwujud (QS.2:131-134).
Kaum Yahudi dan Kristen diperingatkan pula bahwa adanya mereka turunan nabi-nabi Allah tidak ada gunanya bagi
mereka. Mereka akan harus mempertanggungjawabkan
perbuatan mereka sendiri karena tiada
orang yang harus memikul beban orang
lain, termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
-- yang dipercayai telah mati terkutuk di tiang salib guna menebus “dosa
warisan” akibat pelanggaran Adam dan Hawa
di surga -- (QS.6:165).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai ke-Muslim-an Nabi Ibrahim
a.s. dan orang-orang yang “dekat” dengan Nabi Ibrahim a.s.:
مَا
کَانَ اِبۡرٰہِیۡمُ یَہُوۡدِیًّا وَّ لَا
نَصۡرَانِیًّا وَّ لٰکِنۡ کَانَ حَنِیۡفًا مُّسۡلِمًا ؕ وَ مَا کَانَ مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اَوۡلَی
النَّاسِ بِاِبۡرٰہِیۡمَ لَلَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡہُ وَ ہٰذَا النَّبِیُّ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا ؕ وَ اللّٰہُ وَلِیُّ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾
Ibrahim sekali-kali bukanlah seorang Yahudi dan bukan
pula seorang Nasrani, وَّ لٰکِنۡ کَانَ حَنِیۡفًا مُّسۡلِمًا -- melainkan ia seorang yang selalu cenderung
kepada Allah dan berserah
diri kepada-Nya, وَ مَا کَانَ مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan dia sama sekali bukan
dari antara orang-orang musyrik. اِنَّ اَوۡلَی النَّاسِ بِاِبۡرٰہِیۡمَ
لَلَّذِیۡنَ اتَّبَعُوۡہُ -- Sesungguhnya manusia yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang
yang benar-benar mengikutinya, وَ ہٰذَا النَّبِیُّ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا -- dan terutama Nabi
ini serta orang-orang yang beriman
kepadanya, وَ اللّٰہُ وَلِیُّ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- dan Allah adalah Pelindung orang-orang
yang beriman. (Ali ’Imran
[3]:68-69).
Ke-Muslim-an Paling Sempurna Nabi Besar Muhammad Saw.
Lebih
lanjut Allah Swt. menjelaskan bahwa maqam
(martabat ruhani) Nabi Besar Muhammad
saw. bukan saja yang paling dekat dengan Nabi Ibrahim a.s. dari seluruh
keturunan beliau, bahkan sebagai pewaris
millat Nabi Ibrahim a.s. Nabi Besar Muhammad saw. menjadi pewaris yang paling dibanggakan karena beliau saw. telah meraih maqam (martabat) kedekatan
dengan Allah Swt. yang bahkan melebihi Nabi Ibrahim a.s. sendiri dalam
hal ke-Muslim-an (penyerahan diri kepada Allah Swt.),
firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا
قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا
ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّ
صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ
مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ
وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا اَوَّلُ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk
oleh Rabb-ku (Tuhan-ku kepada jalan
lurus, agama yang teguh, دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا -- agama
Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah
dari orang-orang musyrik.” قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ -- Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku,
dan kematianku
hanyalah untuk Allah, Rabb
(Tuhan) seluruh alam; لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ
وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا اَوَّلُ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- Tidak
ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah
aku diperintahkan, dan akulah orang pertama yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).
Shalat, korban, hidup, dan mati meliputi
seluruh bidang amal perbuatan manusia; dan Nabi Besar Muhammad saw. diperintahkan
Allah Swt. menyatakan bahwa semua segi kehidupan di dunia ini dipersembahkan oleh beliau saw. kepada
Allah Swt., semua amal ibadah beliau saw. dipersembahkan kepada Allah Swt., semua pengorbanan dilakukan beliau saw. untuk
Dia; segala penghidupan dihibahkan
beliau saw. untuk berbakti kepada-Nya, maka bila di jalan agama Islam beliau saw. mencari kematian, itu pun guna meraih keridhaan-Nya.
Jadi, ke-Muslim-an (penyerahan diri kepada Allah Swt.) yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.
benar-benar melebihi ke-Muslim-an para Rasul
Allah sebelumnya -- termasuk Nabi
Ibrahim a.s. yang merupakan Abul anbiya (bapak para nabi) – yang
telah mewasiyatkan ke-Muslim-an kepada
seluruh keturunan beliau
(QS.2:131-135), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا وَ
اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾ وَ جَاہِدُوۡا فِی
اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی
الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ
وَ فِیۡ ہٰذَا لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ
شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, rukuklah
kamu, sujudlah, sembahlah Rabb (Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu
memperoleh kebahagiaan. Dan
berjihadlah kamu di jalan Allah
dengan jihad yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu dalam urusan agama,
مِلَّۃَ اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا -- Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim, Dia
telah memberi kamu nama Muslimin
dahulu dan dalam Kitab ini, لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا
عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ -- supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia. فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ -- Maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat,
dan berpegang-teguhlah kepada Allah.
Dia Pelindung kamu maka Dia-lah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hājj
[22]:78-79).
Dua Macam Jihad
Jihad
itu ada dua macam: (a) Jihad
melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan buruk manusia sendiri, dan (b)
jihad melawan musuh-musuh kebenaran
yang meliputi pula berperang untuk membela diri (QS.22:41). Jihad macam pertama dapat dinamakan “Jihad
dalam Allah” dan yang terakhir “Jihad di jalan Allah”. Nabi Besar Muhammad saw. telah menamakan jihad yang pertama itu sebagai jihad besar (jihad kabir) dan
yang kedua sebagai jihad kecil (jihad saghir).
Kata-kata ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ
قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا -- “Dia
telah memberi kamu nama Muslimin, dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk
kepada nubuatan Nabi Yesaya a.s.:
“Maka engkau akan disebut dengan nama yang
baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan .....” (Yesaya 62:2 dan 65:15).
Isyarat dalam kata-kata وَ فِیۡ ہٰذَا -- “dan dalam Kitab
ini” ditujukan kepada doa Nabi Ibrahim a.s. yang dikutip
dalam Al-Quran, yaitu: رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ -- “Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada
Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk kepada
Engkau.” (QS.2:129).
Makna lain dari menjadi saksi adalah sebagai penjaga akhlak dan ruhani umat manusia, dengan demikian makna ayat لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ
تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ -- "supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia" bahwa sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw. dengan suri teladan sempurnanya (QS.33:22) sebagai saksi (penjaga) para sahabat di kalangan umat Islam di masa awal -- sehingga mereka menjadi "umat terbaik" yang diciptakan bagi kemanfaatan umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- demikian juga kewajiban sebagai saksi (penjaga) tersebut menjadi tanggungjawab generasi umat Islam selanjutnya, sehingga gelar sebagai "umat terbaik" dapat dipertahankan.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar