بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 30
Penyebab Banjir Besar di Zaman Nabi Nuh a.s. & Khazanah “Sumber Mata Air Ruhani” Al-Quran yang Tak Terbatas
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai sikap penuh rahmat Nabi Besar Muhammad saw. terhadap para penentang beliau saw. menunjukkan perbedaan yang sangat mencolok, dibandingkan sikap para Rasul Allah
sebelumnya. Dalam pertempuran Uhud,
ketika dua buah gigi beliau saw. patah dan beliau saw. terluka parah serta darah beliau saw. mengucur dengan derasnya,
kata-kata yang keluar dari mulut beliau saw. hanyalah:
“Betapa
suatu kaum akan memperoleh keselamatan, sedang mereka telah melukai nabi mereka
dan melumuri mukanya dengan darah, karena kesalahan yang tidak lain selain ia
telah mengajak mereka kepada Tuhan. Ya, Tuhan-ku, ampunilah kiranya kaumku ini,
sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat” (Zurqani dan Hisyam).
Dengan demikian bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah Rasul
Allah sebagai “rahmat bagi seluruh
alam” (QS.21:108) terbukti kebenarannya, firman-Nya:
لَقَدۡ
جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌ مِّنۡ اَنۡفُسِکُمۡ عَزِیۡزٌ عَلَیۡہِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِیۡصٌ
عَلَیۡکُمۡ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ رَءُوۡفٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَقُلۡ حَسۡبِیَ اللّٰہُ ۫٭ۖ لَاۤ اِلٰہَ
اِلَّا ہُوَ ؕ عَلَیۡہِ
تَوَکَّلۡتُ وَ ہُوَ رَبُّ الۡعَرۡشِ
الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾٪
Sungguh
benar-benar telah datang kepada kamu seorang Rasul dari antara kamu sendiri, berat terasa olehnya apa yang menyusahkan
kamu, ia sangat mendambakan kesejahteraan
bagimu dan terhadap orang-orang
beriman ia sangat berbelas kasih lagi
penyayang. Tetapi jika
mereka berpaling maka
katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan kecuali Dia, kepada-Nya-lah aku bertawakkal, dan Dia-lah Pemilik 'Arasy yang agung. (At-Taubah [9]:128-129).
Ayat ini boleh dikenakan
kepada orang-orang beriman maupun kepada orang-orang kafir, tetapi terutama kepada orang-orang beriman, bagian permulaannya mengenai orang-orang kafir dan bagian terakhir
mengenai orang-orang beriman.
Kepada orang-orang kafir
nampaknya ayat ini mengatakan: “Nabi Besar Muhammad saw. merasa sedih melihat kamu mendapat
kesusahan, yaitu sekalipun kamu mendatangkan kepadanya segala macam keaniayaan
dan kesusahan, namun hatinya begitu sarat dengan rasa kasih-sayang kepada umat
manusia, sehingga tidak ada tindakan yang datang dari pihak kamu dapat
mem-buatnya menjadi keras hati terhadap kamu dan membuat ia menginginkan
keburukan bagimu. Ia begitu penuh kasih-sayang dan belas kasihan terhadap kamu,
sehingga ia tidak tega hati melihat kamu menyimpang dari jalan kebenaran hingga
mendatangkan kesusahan kepadamu.”
Kepada orang-orang beriman ayat ini berkata: “Nabi Besar Muhammad saw. penuh
dengan kecintaan, kasih-sayang, dan rahmat bagi kamu, yaitu ia dengan riang dan
gembira ikut dengan kamu dalam menanggung kesedihan dan kesengsaraan kamu. Lagi
pula, seperti seorang ayah yang penuh dengan kecintaan ia memperlakukan kamu,
dengan sangat murah hati dan kasih-sayang.”
Meskinya seperti itu pulalah sikap yang harus
diperlihatkan umat Islam di Akhir Zaman ini sebagai “umat terbaik” yang dijadikan Allah Swt.
untuk kemanfaatan seluruh umat manusia (QS.2:144; QS.3:111).
Perintah Membuat “Bahtera” yang Dicemoohkan
Kaum Nabi Nuh a.s.
Kembali kepada sikap buruk para pemuka kaum Nabi Nuh a.s. ketika melihat
Nabi Nuh a.s. – atas perintah
Allah Swt -- sedang membuat bahtera (perahu), firman-Nya:
وَ
اُوۡحِیَ اِلٰی نُوۡحٍ اَنَّہٗ لَنۡ یُّؤۡمِنَ مِنۡ قَوۡمِکَ اِلَّا مَنۡ قَدۡ
اٰمَنَ فَلَا تَبۡتَئِسۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ﴿ۚۖ﴾ وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا وَ
لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ ﴿﴾ وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ
مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ
قَالَ اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا
نَسۡخَرُ مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ
یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ
عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ ﴿﴾
Dan telah diwahyukan kepada Nuh: “Sungguhnya tidak akan
pernah beriman seorang pun dari kaum engkau selain orang yang telah beriman sebelumnya maka janganlah engkau bersedih mengenai apa yang
senantiasa mereka kerjakan. وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ
وَحۡیِنَا -- “Dan
buatlah
bahtera itu di hadapan pengawasan mata Kami dan sesuai dengan wahyu Kami. وَ لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ -- dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku
mengenai orang yang zalim, sesungguhnya
mereka itu akan ditenggelamkan.” وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ
قَوۡمِہٖ سَخِرُوۡا مِنۡہُ -- Dan ia mulai membuat bahtera itu, dan setiap kali pemuka-pemuka kaumnya sedang
melewatinya, mereka itu menertawakannya.
قَالَ اِنۡ
تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا نَسۡخَرُ
مِنۡکُمۡ کَمَا تَسۡخَرُوۡنَ -- Ia, Nuh,
berkata: “Jika kini kamu mentertawakan kami maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakan kamu,
seperti kamu mentertawakan kami.
فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ مَنۡ یَّاۡتِیۡہِ عَذَابٌ
یُّخۡزِیۡہِ وَ یَحِلُّ عَلَیۡہِ
عَذَابٌ مُّقِیۡمٌ -- Maka segera kamu akan mengetahui
siapa yang kepadanya akan datang azab
yang akan menistakannya, dan kepada
siapa akan menimpa azab yang tetap.”
(Hūd
[11]:37-40).
Wilayah
kaum Nabi Nuh a.s. jauh dari laut, bahkan mungkin merupakan suatu wilayah yang sebelumnya tidak
pernah mengalami banjir, itulah
sebabnya pembuatan perahu yang dilakukan Nabi Nuh a.s. menurut pandangan kaumnya
adalah perbuatan yang sangat menggelikan
mereka, sehingga mereka merasa mendapat kesempatan besar untuk memperolok-olok beliau serta mentertawakannya.
Bukan Banjir yang Melanda Seluruh Muka Bumi
A’yun
dalam ayat وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا -- “Dan buatlah
bahtera itu di hadapan pengawasan mata Kami dan sesuai dengan wahyu Kami,” a’yun itu
jamak dari ‘ain yang berarti: mata: pandangan atau pemandangan; para
penghuni sebuah rumah; perlindungan (Lexicon
Lane).
Jadi, maka ayat tersebut bahwa pembuatan “bahtera” Nabi Nuh a.s. benar-benar bukan
saja sesuai dengan petunjuk wahyu Allah Swt. juga akan mendapat perlindungan Allah Swt.,
sehingga bagaimana pun hebatnya gelombang
serta badai yang akan menerpanya
tidak mampu menenggelamkan “bahtera” tersebut, firman-Nya:
حَتّٰۤی اِذَا
جَآءَ اَمۡرُنَا وَ فَارَ التَّنُّوۡرُ ۙ قُلۡنَا احۡمِلۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلٍّ
زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ وَ اَہۡلَکَ اِلَّا مَنۡ سَبَقَ عَلَیۡہِ الۡقَوۡلُ وَ مَنۡ
اٰمَنَ ؕ وَ مَاۤ اٰمَنَ مَعَہٗۤ
اِلَّا قَلِیۡلٌ ﴿﴾ وَ قَالَ ارۡکَبُوۡا
فِیۡہَا بِسۡمِ اللّٰہِ مَجۡؔرٖىہَا وَ مُرۡسٰىہَا ؕ اِنَّ رَبِّیۡ لَغَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ وَ ہِیَ تَجۡرِیۡ بِہِمۡ فِیۡ مَوۡجٍ
کَالۡجِبَالِ ۟ وَ نَادٰی نُوۡحُۨ ابۡنَہٗ وَ کَانَ فِیۡ مَعۡزِلٍ یّٰـبُنَیَّ ارۡکَبۡ مَّعَنَا وَ لَا
تَکُنۡ مَّعَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ
سَاٰوِیۡۤ اِلٰی جَبَلٍ
یَّعۡصِمُنِیۡ مِنَ الۡمَآءِ ؕ قَالَ لَا
عَاصِمَ الۡیَوۡمَ مِنۡ
اَمۡرِ اللّٰہِ اِلَّا مَنۡ
رَّحِمَ ۚ وَ حَالَ بَیۡنَہُمَا الۡمَوۡجُ
فَکَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِیۡنَ ﴿﴾ وَ قِیۡلَ یٰۤاَرۡضُ
ابۡلَعِیۡ مَآءَکِ وَ یٰسَمَآءُ اَقۡلِعِیۡ وَ غِیۡضَ الۡمَآءُ وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ وَ اسۡتَوَتۡ عَلَی
الۡجُوۡدِیِّ وَ قِیۡلَ بُعۡدًا
لِّلۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ﴿﴾
Hingga
apabila datang perintah Kami dan sumber mata air telah menyembur Kami berfirman: ”Naikkanlah ke atas bahtera itu sepasang dari setiap jenis
jantan dan betina, dan keluarga engkau, kecuali orang yang telah terdahulu
ditetapkan keputusan terhadapnya, dan mereka yang telah beriman. Dan sama
sekali tidak ada yang beriman kepadanya kecuali sedikit jumlahnya. وَ قَالَ
ارۡکَبُوۡا فِیۡہَا بِسۡمِ اللّٰہِ مَجۡؔرٖىہَا وَ مُرۡسٰىہَا -- Dan ia (Nuh) berkata: “Naiklah
ke atasnya, dengan nama Allah
berlayarnya dan berlabuhnya, اِنَّ رَبِّیۡ لَغَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ -- sesungguhnya Rabb-ku (Tuhan-ku) Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” وَ ہِیَ تَجۡرِیۡ بِہِمۡ فِیۡ مَوۡجٍ کَالۡجِبَالِ -- Dan
bahtera itu melaju dengan membawa mereka di tengah ombak seperti
gunung, وَ نَادٰی نُوۡحُۨ
ابۡنَہٗ وَ کَانَ فِیۡ مَعۡزِلٍ یّٰـبُنَیَّ
ارۡکَبۡ مَّعَنَا --
dan Nuh berseru kepada anaknya
yang senantiasa berada di tempat
terpisah: “Hai anakku, naiklah beserta kami وَ لَا تَکُنۡ مَّعَ الۡکٰفِرِیۡنَ -- dan janganlah
engkau termasuk orang-orang kafir.” قَالَ
سَاٰوِیۡۤ اِلٰی جَبَلٍ
یَّعۡصِمُنِیۡ مِنَ الۡمَآءِ Ia menjawab: “Aku segera akan mencari sendiri perlindungan ke sebuah gunung
yang akan menjagaku dari air
itu.” قَالَ لَا عَاصِمَ الۡیَوۡمَ مِنۡ
اَمۡرِ اللّٰہِ اِلَّا مَنۡ
رَّحِمَ -- Ia, Nuh berkata: “Tidak ada tempat berlindung pada hari ini bagi seorang pun
dari perintah Allah, kecuali bagi orang yang Dia kasihani.” وَ حَالَ بَیۡنَہُمَا الۡمَوۡجُ
فَکَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِیۡنَ -- Lalu ombak menjadi penghalang di antara
keduanya maka jadilah ia termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. وَ قِیۡلَ یٰۤاَرۡضُ ابۡلَعِیۡ مَآءَکِ وَ یٰسَمَآءُ اَقۡلِعِیۡ وَ غِیۡضَ
الۡمَآء -- Dan difirmankan: “Hai bumi,
telanlah airmu, dan hai langit, hentikanlah hujan.” Maka air pun surut وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ وَ اسۡتَوَتۡ عَلَی الۡجُوۡدِیِّ -- dan
perintah itu selesai, dan bahtera
itu pun berlabuh di atas Al-Judi.
وَ قِیۡلَ
بُعۡدًا لِّلۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ -- dan dikatakan: “Kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim!” (Hūd
[11]:41-45).
Peristiwa terjadinya banjir besar disertai badai
dahsyat yang terjadi di kawasan
tersebut -- bukan di seluruh bumi sebagaimana pendapat
keliru yang umumnya dipercayai -- penyebabnya secara alami adalah bukan saja
disebabkan oleh tersemburnya air dari
sumber-sumber mata air, tetapi
seperti jelas dari QS.54:12-13, penyebab
yang sesungguhnya ialah merekahnya awan
yang menurunkan hujan yang sangat
lebat.
Melaksanakan Perintah
Allah Swt. dan Pengabulan Doa Nabi
Nuh a.s.
Namun di luar semua hukum sebab-akibat secara alami tersebut ada penyebab utama terjadinya banjir besar disertai badai
dahsyat yang terjadi zaman Nabi Nuh a.s. tersebut yaitu Allah Swt.
telah memerintahkan hal
tersebut kepada langit dan bumi guna melaksanakan keputusan-Nya mengenai kaum
Nabi Nuh a.s. yang sangat takabbur: حَتّٰۤی
اِذَا جَآءَ اَمۡرُنَا وَ فَارَ التَّنُّوۡرُ -- “Hingga apabila datang perintah Kami dan sumber
mata air telah menyembur…,” yaitu sebagai bukti
pengabulan Allah Swt. atas doa
Nabi Nuh a.s., firman-Nya:
کَذَّبَتۡ
قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ فَکَذَّبُوۡا عَبۡدَنَا وَ قَالُوۡا
مَجۡنُوۡنٌ وَّ ازۡدُجِرَ ﴿﴾ فَدَعَا رَبَّہٗۤ
اَنِّیۡ مَغۡلُوۡبٌ فَانۡتَصِرۡ ﴿﴾ فَفَتَحۡنَاۤ
اَبۡوَابَ السَّمَآءِ
بِمَآءٍ مُّنۡہَمِرٍ ﴿۫ۖ﴾ وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا فَالۡتَقَی
الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ
قُدِرَ ﴿ۚ﴾ وَ حَمَلۡنٰہُ
عَلٰی ذَاتِ اَلۡوَاحٍ وَّ دُسُرٍ
﴿ۙ﴾ تَجۡرِیۡ
بِاَعۡیُنِنَا ۚ جَزَآءً لِّمَنۡ
کَانَ کُفِرَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
تَّرَکۡنٰہَاۤ اٰیَۃً فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾ فَکَیۡفَ کَانَ عَذَابِیۡ وَ
نُذُرِ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾
Sebelum
mereka pun kaum Nuh telah mendustakan, lalu mereka
mendustakan hamba Kami dan mereka berkata: مَجۡنُوۡنٌ وَّ ازۡدُجِرَ -- “Ia orang
gila dan terusir.” فَدَعَا رَبَّہٗۤ اَنِّیۡ
مَغۡلُوۡبٌ فَانۡتَصِر -- Maka ia berdoa kepada Rabb-nya (Tuhan-nya): “Sesungguhnya aku dikalahkan, maka tolonglah
aku.” فَفَتَحۡنَاۤ اَبۡوَابَ السَّمَآءِ بِمَآءٍ
مُّنۡہَمِرٍ -- Maka Kami
membukakan pintu-pintu awan dengan air
yang tercurah deras. وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا
فَالۡتَقَی الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ
قُدِرَ -- maka Kami
memancarkan sumber-sumber air di bumi
lalu kedua air itu bertemu
untuk suatu perintah yang telah
ditentukan. وَ حَمَلۡنٰہُ
عَلٰی ذَاتِ اَلۡوَاحٍ وَّ دُسُرٍ -- Dan Kami
mengangkut dia di atas sesuatu yang terbuat
dari papan dan paku, تَجۡرِیۡ بِاَعۡیُنِنَا ۚ جَزَآءً لِّمَنۡ کَانَ کُفِرَ
-- yang berlayar di bawah pengawasan Kami sebagai ganjaran bagi orang yang senantiasa
diingkari. Dan
sungguh Kami benar-benar telah meninggalkan peristiwa itu sebagai
Tanda, maka apakah ada yang mengambil peringatan? Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! وَ لَقَدۡ
یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ
-- Dan sesungguhnya Kami telah mempermudah Al-Quran untuk diingat, maka apakah ada orang yang mengambil peringatan? (Al-Qamar [54]:10-18).
Air hujan yang tercurah dengan deras dari angkasa (langit) dan air
yang menyembur dari dalam tanah, “kedua air itu” menyebabkan banjir raksasa yang menenggelamkan
seluruh negeri, dan dengan demikian menjadi genaplah takdir Ilahi menghancurkan kaum Nabi Nuh a.s., itulah makna
ayat: فَفَتَحۡنَاۤ اَبۡوَابَ السَّمَآءِ بِمَآءٍ
مُّنۡہَمِرٍ
-- Maka Kami membukakan pintu-pintu awan dengan air yang tercurah deras. وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا
فَالۡتَقَی الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ
قُدِرَ -- maka Kami memancarkan sumber-sumber
air di bumi lalu kedua air itu bertemu untuk suatu perintah
yang telah ditentukan.”
Al-Quran telah dipermudah pula dalam artian bahwa Kitab itu meliputi semua ajaran kekal abadi dan tidak termusnahkan yang terdapat di
dalam Kitab-kitab wahyu lainnya,
dengan banyak ajaran yang perlu
sekali sebagai petunjuk bagi manusia
hingga Hari Kiamat (QS.98:4).
Khazanah Sumber Mata Air Ruhani Al-Quran yang Tak
terbatas
Khazanah-khazanah makrifat Ilahi
dan rahasia-rahasia gaib yang
tersembunyi di dalam Al-Quran, hanya dapat dijangkau oleh sedikit bilangan hamba Allah
yang bertakwa yang dilimpahi pengertian ruhani istimewa dan yang
telah menaiki jenjang ketinggian
perhubungan dengan Dzat Ilahi dan
telah disucikan oleh Allah Swt.,
firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ
کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ
کَرِیۡمٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ
رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ تَجۡعَلُوۡنَ
رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ
تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
itu
benar-benar Al-Quran yang mulia, فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ
-- dalam suatu kitab yang sangat terpelihara, لَّا
یَمَسُّہٗۤ اِلَّا
الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- Yang tidak
dapat menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam. اَفَبِہٰذَا
الۡحَدِیۡثِ اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ -- Maka apakah
terhadap firman ini kamu menganggap sepele? وَ
تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ
-- Dan bahwa kamu dengan men-dustakannya kamu menjadikannya
sebagai rezekimu? (Al-Wāqi’ah [56]:78-83).
Bahwa Al-Quran itu sebuah Kitab wahyu Ilahi yang terpelihara
dan terjaga baik (QS.15:10) merupakan tantangan
terbuka kepada seluruh dunia, tetapi selama 14 abad, tantangan itu tetap tidak terjawab
atau tidak mendapat sambutan. Tidak ada upaya yang telah disia-siakan para
pengecam yang tidak bersahabat untuk mencela
kemurnian teksnya.
Tetapi semua daya upaya ke arah ini telah
membawa kepada satu-satunya hasil yang tidak terelakkan – walaupun tidak enak
dirasakan oleh musuh-musuh – bahwa
kitab yang disodorkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. kepada dunia empat belas abad yang
lalu, telah sampai kepada kita tanpa
perubahan barang satu huruf pun (Williams Muir).
Al-Quran adalah sebuah Kitab yang sangat terpelihara dalam
pengertian bahwa hanya orang-orang
beriman yang hatinya bersih dapat
meraih khazanah keruhanian seperti
diterangkan dalam ayat berikutnya: لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- Yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan.”
Ayat اِنَّہٗ لَقُرۡاٰنٌ کَرِیۡمٌ -- Sesungguhnya itu benar-benar Al-Quran yang mulia, فِیۡ کِتٰبٍ مَّکۡنُوۡنٍ --
dalam suatu kitab yang sangat terpelihara,” ini pun dapat berarti
bahwa cita-cita dan asas-asas yang terkandung dalam Al-Quran itu tercantum di dalam kitab alam, yaitu cita-cita dan
asas-asas itu sepenuhnya serasi
dengan hukum alam. Seperti hukum
alam, cita-cita dan asas-asas itu juga kekal
dan tidak berubah serta hukum-hukumnya
tidak dapat dilanggar tanpa menerima hukuman.
Atau, ayat tersebut dapat diartikan bahwa Al-Quran dipelihara dalam fitrat yang telah dianugerahkan Allah Swt. kepada manusia (QS.30:31). Fitrat insani berlandaskan pada hakikat-hakikat dasar dan telah
dilimpahi kemampuan untuk sampai
kepada keputusan yang benar. Orang
yang secara jujur bertindak sesuai
dengan naluri atau fitratnya ia dengan mudah dapat mengenal kebenaran Al-Quran.
Para “Penyentuh” Khazanah Ruhani Al-Quran yang Hakiki
& Penolakan ”Kebenaran” Sebagai Sumber
Rezaki Duniawi
Makna ayat لَّا یَمَسُّہٗۤ
اِلَّا الۡمُطَہَّرُوۡنَ -- Yang tidak dapat menyentuhnya
kecuali orang-orang yang disucikan,” hanya
orang yang bernasib baik
sajalah yang diberi pengertian mengenai dan dapat mendalami kandungan arti Al-Quran yang hakiki, melalui cara menjalani kehidupan bertakwa lalu meraih kebersihan hati dan dimasukkan ke dalam alam rahasia ruhani makrifat Ilahi, yang
tertutup bagi orang-orang yang hatinya tidak bersih. Secara sambil lalu
dikatakannya bahwa kita hendaknya jangan menyentuh
atau membaca Al-Quran sementara
keadaan fisik kita tidak bersih.
Makna ayat اَفَبِہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
اَنۡتُمۡ مُّدۡہِنُوۡنَ -- Maka apakah terhadap firman ini kamu menganggap sepele? وَ تَجۡعَلُوۡنَ رِزۡقَکُمۡ
اَنَّکُمۡ تُکَذِّبُوۡنَ --
Dan bahwa kamu dengan
men-dustakannya kamu menjadikannya sebagai rezekimu?” Orang-orang kafir takut kalau-kalau mereka menerima
kebenaran akan dijauhkan dari sumber-sumber
kehidupan mereka. Jadi, demi memperoleh keuntungan
kotor itulah maka mereka menolak
seruan Ilahi.
Atau, ayat ini dapat
diartikan bahwa orang-orang kafir menolak
kebenaran sebagai sesuatu yang seakan-akan kehidupan atau sumber rezeki duniawi mereka bergantung padanya saja, karena itu bagimana jua
pun keadaannya, mereka tidak akan menerima
kebenaran, berikut adalah
firman-Nya mengenai alasan penolak kaum kafir
Quraisy Mekkah terhadap pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw. dan Al-Quran:
وَ
قَالُوۡۤا اِنۡ نَّتَّبِعِ الۡہُدٰی مَعَکَ نُتَخَطَّفۡ مِنۡ اَرۡضِنَا ؕ اَوَ لَمۡ نُمَکِّنۡ لَّہُمۡ
حَرَمًا اٰمِنًا یُّجۡبٰۤی اِلَیۡہِ ثَمَرٰتُ
کُلِّ شَیۡءٍ رِّزۡقًا مِّنۡ لَّدُنَّا وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau tentu kami akan diusir dari negeri kami.” Katakanlah: “Bukankah Kami
telah menempatkan mereka pada tempat
suci yang aman, yang didatangkan kepadanya segala macam buah-buahan, sebagai rezeki dari sisi Kami?” Akan tetapi kebanyakan me-reka tidak mengetahui. (Al-Qashash
[28]:58).
Ayat
ini berarti bahwa tidak beralasan
untuk takut bahwa bila syariat baru itu diterima maka orang-orang akan menyerang kota Mekkah dan merampas
dari kaum Mekkah hak milik dan kemerdekaan mereka. Ayat ini bermaksud
mengatakan, bahwa dari zaman purbakala Mekkah
(yang kini akan menjadi pusat agama baru itu) tetap merupakan tempat suci yang aman, dan mereka yang
pernah coba-coba mengganggu kesuciannya,
mereka sendiri jugalah yang menemui kehancuran
dan kebinasaan, contohnya kehancuran pasukan gajah yang dipimpin Abrahah
Asram – Raja muda di Yaman, wakil Negus, raja kerajaan Kristen Abessinia -- Kristen Abbessinia,
yang bermaksud untuk menghancurkan Ka’bah
QS.105:1-6).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar