Minggu, 19 April 2015

Tenggelamnya "Bahtera-bahtera" Duniawi Buatan Manusia Ketika Ditabrakkan Kepada "Bahtera Nuh" Akhir Zaman Buatan Allah Swt.






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 33

Tenggelamnya “Bahtera-bahtera” Duniawi Buatan Manusia  Ketika Ditabrakkan Kepada “Bahtera Nuh  Akhir Zaman Buatan Allah Swt.
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai buku “Bahtera Nuh” karya Pendiri Jemaat Ahmadiyah:

RISALAH BAHTERA NUH

Taqwiyatul Iman
(PENGUKUH KEIMANAN)
 بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

 Nahmaduhu wa nushalli  ‘alā  Rasūlihil- karim wa ‘alā   Masihil mau’ud

SUNTIKAN THA’UN

قُلۡ لَّنۡ یُّصِیۡبَنَاۤ اِلَّا مَا کَتَبَ اللّٰہُ  لَنَا ۚ ہُوَ مَوۡلٰىنَا ۚ وَ عَلَی اللّٰہِ  فَلۡیَتَوَکَّلِ  الۡمُؤۡمِنُوۡنَ
“[Katakanlah]: Tidak akan pernah menimpa musibah kepada kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia Pelindung kami dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal” (At Taubah, 51).
  
Patut bersyukur, bahwa karena rasa kasihan  kepada rakyatnya, dalam rangka usaha membasmi wabah tha’un (pes), pemerintah Inggris[1] telah merencanakan gerakan suntikan untuk kedua kalinya. Dan demi kesejahteraan umat Tuhan pemerintah  telah memikul sejumlah biaya yang meliputi beratus-ratus ribu rupees.
         Sesungguhnya tiap warganegara yang bijaksana berkewajiban untuk menyambut gerakan itu dengan  rasa terima kasih. Dan mereka yang berprasangka terhadap gerakan suntikan itu sungguh amat bodoh dan sebenarnya memusuhi dirinya sendiri. Sebab telah berkali-kali terbukti di dalam  pengalaman, bahwa pemerintah sangat berhati-hati, tidak mau melancarkan suatu cara pengobatan yang berbahaya, bahkan  pemerintah selamanya memperkenalkan suatu usaha yang terbukti benar-benar berfaedah, apabila sudah mengadakan banyak kali eksperimen di dalam usaha-usaha seperti itu.
         Adalah suatu sikap yang jauh dari kewajaran dan peri kemanusiaan jika orang mengadakan penilaian terhadap tindakan pemerintah -- yang dengan tulus ikhlas telah mengeluarkan  beratus-ratus ribu rupees untuk tujuan itu -- sebagai tindakan yang mempunyai latar-belakang tujuan tertentu untuk kepentingan sendiri. Alangkah malang nasib mereka yang mempunyai sangka-buruk sejauh itu.
      Sedikit pun tidak diragukan, bahwa sampai sekarang upaya setinggi-tingginya dan semaksimal-maksimalnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah di alam serba kebendaan ini ialah upaya kebendaan itulah, yakni melancarkan gerakan suntikan. Bagaimana pun tidak dapat orang ingkari, bahwa upaya itu terbukti bermanfaat. Oleh karena itu wajib bagi semua warganegara untuk memperhatikan sarana itu dan membantu  melepaskan beban pemerintah yang bermaksud hendak menyelamatkan   jiwa rakyat.

Semata-mata Mentaati Perintah Allah Ta’ala &
Kehebatan Daya Binasa Wabah Pes

       Akan tetapi  dengan segala hormat,  kami ingin mengatakan kepada pemerintah yang baik hati itu, bahwa seandainya tidak ada rintangan samawi (langit),[2] maka kamilah yang pertama-tama di antara semua warganegara yang akan minta disuntik. Rintangan samawi (langit) itu ialah karena Tuhan menghendaki untuk memperlihatkan suatu Tanda kasih-sayang dari langit di zaman ini kepada umat manusia. Oleh karena itu Dia berfirman kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkanku dari wabah  pes  beserta semua orang yang tinggal di dalam  dinding tembok   rumahku, yaitu orang-orang  yang melupakan diri dan menyatukan diri dengan diriku seraya patuh dan taat secara sempurna disertai ketakwaan yang setulus-tulusnya. Dan ini akan menjadi Tanda Ilahi di zaman mutakhir ini, yang dengannya Dia memperlihatkan perbedaan di antara suatu kaum  dengan kaum yang lain. 
       Akan tetapi  orang yang tidak mematuhi secara sempurna mereka itu bukan dariku,  mereka itu tidak usah dihiraukan. Demikianlah perintah Ilahi.  Oleh sebab itu, bagi diriku dan bagi semua orang yang tinggal di dalam  dinding tembok   rumahku tidak perlu suntikan, karena sebagaimana tadi telah aku  terangkan, Tuhan Yang memiliki langit dan bumi, semenjak dahulu telah menurunkan wahyu kepadaku, bahwa Dia akan menyelamatkan dari kematian karena wabah  pes,  setiap orang yang tinggal di dalam dinding tembok   rumahku.
       Tetapi dengan syarat, bahwa mereka melepaskan semua kehendak untuk melawan, lalu masuk ke dalam lingkungan orang-orang yang baiat dengan penuh keikhlasan, ketaatan, dan kerendahan diri. Lagi dengan syarat bahwa mereka dengan cara apa  pun tidak  bersikap takabbur, melawan, sombong, lalai, congkak, dan tinggi hati di hadapan perintah-perintah Ilahi dan Utusan-Nya (Rasul-Nya), dan akan bertingkah-laku sesuai dengan  ajaran-Nya.
     Tuhan berfirman kepadaku bahwa pada umumnya wabah  pes  yang menghancur-luluhkan itu – dan karenanya orang-orang akan mati terhampar bagaikan anjing, dan karena derita kesedihan dan kebingungan orang-orang menjadi gila --  tidak akan melanda  Qadian. Lagi pada umumnya semua orang dalam Jemaatku  – betapa pun banyak bilangannya – dibandingkan dengan orang-orang yang menentangku,   akan terpelihara dari wabah pes.
        Namun demikian,  wabah pes  dapat menjangkiti di antara mereka yang tidak menepati janji mereka dengan sepenuh-penuhnya, atau karena sebab lain yang tersembunyi tentang mereka, dan hanya Allah yang mengetahui. Akan tetapi pada akhirnya orang akan mengakui dengan pandangan takjub  bahwa -- secara relatif dan komparatif --  pertolongan Tuhan ada di samping golongan ini. Dan demikian rupa Dia telah menyelamatkan mereka itu dengan rahmat-Nya yang istimewa sehingga tidak ada tara bandingannya.
           Mengenai hal ini sebagian orang yang bodoh akan tercengang, dan sebagian lagi akan menertawakan, sedangkan sebagian lagi akan menyebutku orang gila. Sebagian lagi akan merasa heran bahwa apakah ada Tuhan serupa itu, Yang tanpa menggunakan sarana-sarana kebendaan pun dapat menurunkan  rahmat-Nya?

Keajaiban Kekuasaan Sempurna Allah Ta’ala &  Bahtera Nuh” Akhir Zaman

      Jawabannya ialah,  tidak diragukan lagi bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa serupa itu   ada. Seandainya Tuhan serupa itu tidak ada, maka orang-orang yang mempunyai ikatan silaturahmi (perhubungan khusus) dengan Dia pasti akan binasa di dalam kehidupan ini.  Wujud Yang Maha Kuasa  itu ajaib (menakjubkan), dan kekuasaan-kekuasaan-Nya yang qudus    pun ajaib pula. Pada satu pihak Dia membiarkan orang-orang yang menentang leluasa menggagahi teman-teman-Nya bagaikan terhadap anjing-anjing, sedang pada pihak lain Dia memperintahkan para malaikat untuk mengkhidmati  mereka itu (QS.2:31-36; QS.7:12; QS.21:104; QS.41:31-33).
       Demikian pula apabila kegusaran-Nya bangkit dan  bersimaharajalela di seluruh   dunia,  dan kemurkaan-Nya bergejolak terhadap orang-orang aniaya, maka mata-Nya memberikan perlindungan kepada orang-orang-Nya yang tertentu. Jika tidak demikian keadaan-Nya maka tugas orang-orang suci akan menjadi kacau-balau, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengenal-Nya.
        Kekuasaan-kekuasaan-Nya tidak terbatas, akan tetapi kekuasaan-kekuasaan tersebut tampak kepada orang-orang menurut kadar keyakinan mereka masing-masing. Terhadap mereka yang dianugerahi keyakinan serta kecintaan, dan yang memutuskan segala hubungan kecuali dengan Dia, dan yang dijauhkan dari kebiasaan-kebiasaan memanjakan hawa-nafsu mereka, kekuasaan-kekuasaan tersebut nampak secara luar biasa.
     Tuhan berbuat apa yang Dia kehendaki. Akan tetapi kehendak untuk memperlihatkan kekuasaan-kekuasaan-Nya secara luar biasa itu, hanya bagi mereka yang mau merobek-robek kebiasaan-kebiasaan mereka demi mementingkan Dia. Pada zaman ini sangat sedikit orang-orang yang mengenal Dia dan percaya kepada kekuasaan-Nya yang ajaib itu. Kebalikannya, terdapat banyak orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Suara-Nya didengar oleh segala sesuatu, Yang bagi-Nya tiada sesuatu yang mustahil.
        Hendaknya diingat, bahwa walaupun tidak berdosa berobat untuk melawan penyakit  pes  dan penyakit lainnya, bahkan tercantum dalam sebuah Hadits, bahwa tidak ada sesuatu penyakit pun melainkan bagi penyakit tersebut Tuhan telah menciptakan obatnya. Akan tetapi, aku menganggap diriku  berdosa jika aku meragukan Tanda Tuhan  -- apabila melakukan suntikan -- yang Dia ingin tampakkan kepada kita dengan sejelas-jelasnya di atas  muka bumi ini.
        Aku tidak ingin mencemari kehormatan Tanda-tanda-Nya yang benar dan janji-Nya yang benar dengan mengambil  faedah dari suntikan. Jika aku berbuat demikian niscaya aku  patut dituntut karena dosa itu, sebab aku  tidak mempercayai janji Tuhan yang telah diberikan kepadaku. Dan seandainya demikian maka semestinya aku berterimakasih kepada sang dokter  yang telah menemukan serum suntikan ini, dan bukan bersyukur kepada Tuhan Yang telah berjanji kepadaku, bahwa tiap-tiap  orang yang tinggal di dalam rumahku  akan diselamatkan oleh Dia.”

Ratusan Ribu Ribu Orang Menjadi Korban Wabah Tha’un (Pes)   & Janji  Allah Swt. Mengenai Akan Berdirinya “Khilafat atas jalan Kenabian” di Akhir Zaman

        Ketika wabah tha’un (pes) tersebut merebak di wilayah Hindustan sesuai nubuatan Al-Masih Mau’ud a.s.,     telah memakan korban ratusan ribu orang dari berbagai golongan manusia dan umat beragama, sedang  orang-orang yang beriman kepada Al-Masih Mau’ud a.s.    – yakni para anggota Jemaat Muslim Ahmadiyah  -- sangat sedikit yang terkena wabah tha’un (pes) tersebut, sesuai janji pemeliharaan dari Allah Swt. kepada beliau melalui  wahyu:
Inny uhāfizhu kulla  man fid-dār”  
“Aku akan memelihara setiap orang yang berada di dalam rumah engkau” 
yakni “rumah ruhani” beliau yang merupakan “Bahtera Nuh” di Akhir Zaman ini.
       Jadi, pembentukan Jemaat Muslim Ahmadiyah oleh  Mirza Ghulam Ahmad a.s. pun pada hakikatnya merupakan semacam “Bahtera” seperti “bahtera” yang dibuat oleh Nabi Nuh  a.s. ribuan tahun lalu  berdasarkan perintah Allah Swt. (QS.11:37-42),  hanya saja ”bahtera” (perahu) yang dibuat oleh Nabi Nuh a.s. terbuat dari papan dan  paku (QS.54:13) sedangkan “Jemaat Muslim Ahmadiyah” merupakan suatu “organisasi ruhani  yang misinya adalah untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:20)  melalui pelaksanaan iman dan amal shaleh, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22), bukan dengan cara-cara paksaan dan kekerasan,  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
        Ada pun yang dimaksud dengan “bahtera” Nabi Nuh a.s. di Akhir Zaman  adalah nizam Khilafat di atas jalan (manhaj)  kenabian, sebagai kelanjutan dari Khilafat  kenabian Nabi Besar Muhammad saw.  sebelumnya yang terputus   sampai dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a.,  akibat ketidak-bersyukuran sebagian umat Islam  di masa itu,   terbukti 3 orang Khalifatur- Rasyidin  setelah Khalifah Abu Bakar Shiidq r.s. disyahidkan, firman-Nya:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿ ﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi me-reka,  dan niscaya Dia akan meng-ubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan mereka. یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا  -- Mereka akan menyembah-Ku dan me-reka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku,  وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ   -- dan barangsiapa ka-fir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka   (An-Nūr [24[:56).

Khilafat Ahmadiyah & “Bahtera-bahtera” Duniawi yang  Dibuat Untuk  Menabrak  “Bahtera” Jemaat Muslim Ahmadiyah

        Satu abad lebih “bahteraJemaat Muslim Ahmadiyah yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s.    – yakni Al-Masih Mau’ud a.s.   --  atas perintah Allah Swt., lalu kepemimpinan Khilafat Jemaat Muslim Ahmadiyah tersebut secara berturut-turut dipimpin oleh para  Khalifatul Masih, saat ini oleh Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad.
         “Bahtera ruhani”  atau Khilafat Ahmadiyah tersebut berlayar    mengarungi  perjalanannya di “lautan  kehidupan” menghadapi terpaan ombak-ombak  raksasa  serta badai  penentangan yang sangat kuat   -- seperti yang juga dialami oleh “bahtera” Nabi Nuh a.s.  ribuan tahun yang lalu  dihadang  terjangan ombak-ombak yang menggunung (QS.11:37-43),  namun “bahtera” Jemaat Muslim Ahmadiyah terus bergerak maju   di bawah  pengawasan dan perlindungan khusus  Allah Swt.    melanjutkan pelayarannya menuju terciptanya “bumi baru dan langit baru” (QS.14:49; QS.39:70) atau  kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10).  
      Bahkan sering kali terjadi  “bahtera-bahtera” organisasi duniawi yang  mengatasnamakan agama mau pun    politik buatan manusia   --    baik tingkat nasional  mau pun internasional, seperti Rabithah ‘Alam Islamy dan lain-lain,     yang dalam segala seginya jauh   jauh lebih besar daripada “bahtera” Jemaat Muslim Ahmadiyah --  dengan sengaja menabrakbahtera” Jemaat Muslim Ahmadiyah, namun dalam kenyataannya bukannya “bahtera” Jemaat Muslim Ahmadiyah yang tenggelam  melainkan yang terjadi sebaliknya.
         Di Pakistan, berbagai organisasi keagamaan yang mengatasnamakan Islam,   seperti   golongan Ahrar yang dibentuk Maulana Mau’udi, golongan  Jama’at-e- Islami;    golongan Khatm-e-Nubuwwat dan lain-lain, yang dibentuk  khusus untuk menghancurkan-luluhkan Jemaat Muslim Ahmadiyah, secara terprogram terus menerus melakukan penghadangan terhadap gerak-laju Jemaat Muslim Ahmadiyah   -- sebagaimana yang diancamkan Iblis kepada Allah Swt. (QS.7:12-19; QS.17:62:66), namun yang terjadi sebaliknya, kehinaan demi kehinaan dari Allah Swt. terus menerus menimpa  para pembuat makar buruk tersebut.
         Tiga  orang pemimpin pemerintahan Negara Muslim Pakistan  -- yaitu Zulfikar Ali Bhutto, Benazir Bhutto, dan Presiden Mohmmad Zia-ul Haq  --   secara zalim  menabrakkan  negara tersebut kepada Jemaat Muslim Ahmadiyah    --  melalui ordonansi khusus yang sangat zalim mengenai Jemaat Ahmadiyah, ketiganya telah menjadi korban  janji Allah Swt. kepada Rasul-Nya berikut ini:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadilah [58]:21-22). Lihat pula QS.58:6-7.
 Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan, firman-Nya lagi: 
اَلَمۡ یَعۡلَمُوۡۤا اَنَّہٗ مَنۡ یُّحَادِدِ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  فَاَنَّ لَہٗ  نَارَ جَہَنَّمَ خَالِدًا فِیۡہَا ؕ ذٰلِکَ  الۡخِزۡیُ  الۡعَظِیۡمُ ﴿﴾
Apakah mereka tidak  mengetahui bahwa sesungguhnya  barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya  maka sesungguhnya baginya  Api Jahannam,  mereka akan kekal di dalamnya, itulah kehinaan yang besar. (At-Taubah [9]:63).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ ﴿﴾  فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah,  dan  jika sekali pun  makar mereka dapat memindahkan gunung-gunung.   Maka janganlah engkau sama sekali menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48).
         Saat ini “bahtera” Jemaat  Muslim Ahmadiyah  dengan karunia Allah Swt. telah menyebar lebih dari 200 negara di seluruh  dunia,  yang dalam menyebarkan keindahan serta kesempurnaan ajaran Islam (Al-Quran) dan  kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. terkenal dengan motto “Love For All Hatred For None” (Cinta Untuk Semua  Tidak Ada Kebencian Untuk Seorang pun).

Menunggu Azab Ilahi Turun di Halaman  Rumah

       Dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kepastian pertolongan-Nya kepada beliau saw.:
وَ  اِنۡ  کَانُوۡا  لَیَقُوۡلُوۡنَ ﴿﴾ۙ لَوۡ  اَنَّ عِنۡدَنَا ذِکۡرًا  مِّنَ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿﴾ۙ   لَکُنَّا عِبَادَ اللّٰہِ الۡمُخۡلَصِیۡنَ ﴿﴾  فَکَفَرُوۡا بِہٖ فَسَوۡفَ یَعۡلَمُوۡنَ﴿﴾ وَ لَقَدۡ سَبَقَتۡ کَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚۖ   اِنَّہُمۡ  لَہُمُ  الۡمَنۡصُوۡرُوۡنَ ﴿﴾۪  وَ  اِنَّ جُنۡدَنَا لَہُمُ  الۡغٰلِبُوۡنَ ﴿﴾  فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ   وَّ اَبۡصِرۡہُمۡ فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾  اَفَبِعَذَابِنَا یَسۡتَعۡجِلُوۡنَ ﴿﴾  فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ ﴿﴾ وَ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ ﴿﴾ۙ  وَّ  اَبۡصِرۡ  فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ ﴿﴾   سُبۡحٰنَ رَبِّکَ رَبِّ الۡعِزَّۃِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿﴾ۚ  وَ الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan sesungguhnya mereka, orang-orang kafir Mekkah, benar-benar akan berkata:  “Seandainya  pada kami ada pemberi   peringatan seperti kepada orang-orang yang terdahulu, niscaya kami menjadi hamba-hamba Allah yang tulus ikhlas.”   Tetapi mereka kafir kepada-Nya maka mereka akan segera mengetahui. وَ لَقَدۡ سَبَقَتۡ کَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الۡمُرۡسَلِیۡنَ --  Dan sungguh benar-benar  telah ditetapkan keputusan Kami untuk hamba-hamba Kami para rasul,  اِنَّہُمۡ  لَہُمُ  الۡمَنۡصُوۡرُوۡنَ --  sesungguhnya mereka itulah yang akan diberi pertolongan, وَ  اِنَّ جُنۡدَنَا لَہُمُ  الۡغٰلِبُوۡنَ --   dan sesungguhnya lasykar Kami itulah yang akan menang. فَتَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ --   Maka berpalinglah engkau dari mereka itu untuk sementara waktu. وَّ  اَبۡصِرۡ  فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ --    dan lihatlah mereka maka mereka pun  segera akan melihat. اَفَبِعَذَابِنَا یَسۡتَعۡجِلُوۡنَ --   Apakah mereka cepat-cepat meminta azab Kami datang? فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ -- Tetapi apabila azab itu turun ke halaman mereka فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ  --   maka sangat buruklah pagi itu bagi orang-orang yang diberi ingat. وَ تَوَلَّ عَنۡہُمۡ حَتّٰی حِیۡنٍ  --  Maka berpalinglah engkau dari mereka itu untuk sementara waktu. وَّ  اَبۡصِرۡ  فَسَوۡفَ یُبۡصِرُوۡنَ   --   Dan lihatlah maka mereka pun akan segera melihat.  سُبۡحٰنَ رَبِّکَ رَبِّ الۡعِزَّۃِ عَمَّا یَصِفُوۡنَ --  Maha Suci Rabb (Tuhan) engkau, Rabb (Tuhan) Yang Memiliki Segala Kebesaran dari apa yang mereka sifatkan.   وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ --   Dan sejahteralah atas para rasul!   وَ الۡحَمۡدُ  لِلّٰہِ  رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ --    Dan segala puji bagi Allah, Rabb (Tuhan) seluruh alam. (Ash-Shaffat [37]:168-183).
       Isyarat ayat  اَفَبِعَذَابِنَا یَسۡتَعۡجِلُوۡنَ --   Apakah mereka cepat-cepat meminta azab Kami datang? فَاِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِہِمۡ فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ -- Tetapi apabila azab itu turun ke halaman mereka فَسَآءَ صَبَاحُ الۡمُنۡذَرِیۡنَ  --   maka sangat buruklah pagi itu bagi orang-orang yang diberi ingat,” ini mungkin tertuju kepada jatuhnya Mekkah, yang sungguh merupakan hari naas bagi orang-orang Mekkah, ketika pasukan Muslim dengan kekuatan 10.000 prajurit memasuki tapal-tapal batasnya. Maka lengkaplah siksa dan kehinaan atas diri mereka, sebab segala rencana buruk mereka yang ditujukan melawan Islam sama sekali telah gagal mutlak dan Islam telah meraih kemenangan gilang-gemilang atas orang-orang ingkar.
       Isyarat ayat وَ  سَلٰمٌ  عَلَی  الۡمُرۡسَلِیۡنَ --   Dan sejahteralah atas para rasul!”    ini agaknya tertuju kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang menampilkan dalam wujud beliau saw. semua nabi dan rasul Allah.

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19  April   2015


[1] Pada waktu  risalah ini ditulis India masih dijajah  oleh Inggris (Pent.)
[2]  Samawi (langit)  dalam makna  kiasan mengisyaratkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah  Ketuhanan  atau masalah keruhanian,   bukan berarti bahwa Allah Ta’ala berada di  langit (Pent.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar