Kamis, 09 April 2015

Fenomena "Gerhana Bulan dan Matahari" Pada Bulan Ramadhan Tahun 1894 di Masa Imam Mahdi yang Hakiki & Fenomena "Terbelahnya Bulan" di Masa Nabi Besar Muhammad Saw.






بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 23

Fenomena Gerhana Bulan dan Matahari Pada Bulan Ramadhan yang Sama  Tahun  1894 di Masa Imam Mahdi a.s. yang Hakiki & Fenomena  Terbelahnya  Bulan  di Masa Nabi Besar Muhammad Saw.   
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai Sunnatullah pengutusan Rasul Allah sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada suatu kaum atau  kepada umat manusia  yang yang mendustakannya (QS.17:16), agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ  تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ  مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی  ﴿﴾  قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatang­kan kepada kami suatu Tanda dari Rabb-nya (Tuhannya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu?  وَ لَوۡ اَنَّـاۤ  اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ  اَرۡسَلۡتَ  اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ  نَّذِلَّ  وَ  نَخۡزٰی    --   Dan seandainya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum ini  niscaya mereka akan berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, me­ngapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ  اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ  وَ مَنِ  اہۡتَدٰی  --   Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun  tunggulah, lalu segera kamu akan me-ngetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).

Rangkaian Kemurkaan Allah Swt. Akibat Pendustaan dan Penentangan Terhadap Rasul Akhir Zaman

         Berdasarkan petunjuk firman Allah Swt. tersebut, seharusnya jika umat manusa   -- terutama para pemuka semua umat beragama  agama  dapat mengambil kesimpulan yang benar dengan terjadinya rangkaian bermacam-macam azab Ilahi yang terus menerus menimpa umat manusia di berbagai  kawasan dunia   di Akhir Zaman ini, termasuk di Timur Tengah yang terus menerus terjadi peperangan, bukan  saja  antara pihak Muslim dengan   Israel, tetapi juga peperangan di kalangan sesama Muslim yang tak kunjung berakhir.
        Seharusnya mereka dapat mengambil kesimpulan  bahwa pasti Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di Akhir Zaman ini telah datang (QS.7:35-37; QS.43:58; QS.6110; QS.62:3-5), sebab jika tidak demikian maka  mustahil di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menerus menampakkan berbagai bentuk kemurkaan-Nya kepada umat manusia, padahal kegiatan peribadahan tetap dilakukan oleh seluruh umat beragama, terutama oleh umat Islam. Padahal Allah Swt. telah berfirman:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengeta-ui. (An-Nisa [4]:148).
   Syukur dari pihak  Allah Swt.    terwujud dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai, dan seterusnya tentu saja membalas atau mengganjar amal-amalnya (Lexicon Lane).
   Tetapi jika dalam kenyataannya yang terjadi di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menampakkan kemurkaan-Nya  di berbagai wilayah dunia – termasuk di wilayah Timur Tengah   -- maka dapat disimpulkan dengan pasti bahwa umumnya umat manusia, khususnya umat beragama, di Akhir Zaman ini  tidak bersyukur dan tidak beriman  kepada Allah Swt. yang telah mengutus Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya telah dijanjikan kepada semua umat beragama mereka dengan nama yang berbeda-beda, firman-Nya:
وَ اِذۡ  تَاَذَّنَ  رَبُّکُمۡ  لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿ ﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) kamu mengumumkan:   لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُم --   ”Jika kamu benar-benar bersyukur  niscaya  akan Ku-limpahkan lebih banyak karunia kepadamu,  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ  -- tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur  sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat  keras.” (Ibrahim [14]:8).
        Kembali kepada pembahasan Surah Al-Qiyamah mengenai terjadinya gerhana bulan serta  gerhama bulan dan gerhana matahari secara bersamaan, firman-Nya:
یَسۡـَٔلُ  اَیَّانَ یَوۡمُ الۡقِیٰمَۃِ ؕ﴿﴾ فَاِذَا  بَرِقَ الۡبَصَرُ ۙ﴿﴾  وَ  خَسَفَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾  وَ  جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾  یَقُوۡلُ  الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ  اَیۡنَ الۡمَفَرُّ ﴿ۚ﴾  کَلَّا  لَا وَزَرَ ﴿ؕ﴾  اِلٰی  رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ  الۡمُسۡتَقَرُّ ﴿ؕ﴾  یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ ﴿ؕ﴾  بَلِ الۡاِنۡسَانُ  عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ ﴿ۙ﴾  وَّ لَوۡ  اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہٗ ﴿ؕ﴾  لَا تُحَرِّکۡ بِہٖ لِسَانَکَ لِتَعۡجَلَ بِہٖ ﴿ؕ﴾
Ia  bertanya: “Kapankah Hari Kiamat itu?”   Maka apabila penglihatan silau,  وَ  خَسَفَ الۡقَمَرُ   -- dan terjadi gerhana bulan,  وَ  جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ  -- dan   matahari serta bulan dikumpulkan.           یَقُوۡلُ  الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ  اَیۡنَ الۡمَفَرُّ   --  Pada hari itu manusia akan berkata: “Ke manakah  tempat melarikan diri?”  کَلَّا  لَا وَزَرَ --   Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung dari azab.  اِلٰی  رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ  الۡمُسۡتَقَرُّ   -- Hanya kepada Rabb (Tuhan) engkaulah pada hari itu tempat istirahat.  یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ   -- Pada hari itu manusia akan diberitahukan   mengenai apa yang dia dahulukan dan dia belakangkan. بَلِ الۡاِنۡسَانُ  عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ  --    Bahkan manusia menjadi saksi terhadap dirinya sendiri.  وَّ لَوۡ  اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہ   -- Walaupun ia mengemukakan alasan-alasannya.  (Al-Qiyāmah [75]:7-16). 

Tanda Imam Mahdi Hakiki dii Langit yang  Tidak Dapat Direkayasa Manusia

   Ungkapan  وَ  جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ  --  “dikumpulkan matahari dan bulan” dapat berarti  bahwa pada Hari Kiamat  seluruh tatasurya akan sama sekali berantakan. Atau ayat ini secara kiasan berarti terjadinya kehancuran kekuatan politik bangsa Arab  -- yang dilambangkan dengan gerhana bulan, karena bulan adalah lambang kekuatan politik bangsa Arab -- dan kehancuran kekuatan politik  kerajaan Iran     -- yang digambarkan dengan gerhana matahari, karena matahari adalah lambang bangsa Iran.
     Atau, isyarat itu dapat tertuju kepada gerhana bulan dan gerhana matahari, yang menurut sebuah hadits akan terjadi di zaman Imam Mahdi yang dijanjikan dalam bulan Ramadhan (Baihaqi), yaitu suatu gejala alam yang sangat luar biasa. Sangat mengherankan  bahwa bulan dan matahari kedua-duanya mengalami gerhana di dalam bulan Ramadhan yang sama pada tahun 1894, ketika Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,  atas perintah Allah Swt. 4 tahun sebelumnya telah mengumumkan pengakuan (pendakwaan)  bahwa beliaulah Al-Masih Mau’ud (Al-Masih yang  dijanjikan) dan Imam Mahdi  yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat Islam guna mewujudkan kejayaan Islam  yang kedua kali di Akhir Zaman  ini,  firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian. Berikut adalah terjemahan  hadits tentang terjadinya gerhana bulan dan matahari pada bulan Ramadhan yang sama yang merupakan tanda kebenaran Imam Mahdi yang sejati   -- yang tidak bisa ditiru atau direkayaya manusia -- guna membedakan dari 30 orang Imam Mahdi palsu sebagaimana yang disebutkan ooleh Nabi Besar Muhammad saw.: 
        Muhammad bin Ali meriwayatkan, katanya bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Bagi Mahdi kami, terdapat dua tanda yang tidak pernah terjadi sebelumnya sejak diciptakannya langit dan bumi, yaitu, bulan akan gerhana pada malam pertama Ramadhan (pada malam pertama dari malam-malam dimana biasa terjadi gerhana bulan) dan matahari akan gerhana pada pertengahan ramadhan (pada hari-hari dimana biasa terjadi gerhana matahari), dan tanda-tanda ini tidak pernah terjadi sejak diciptakannya langit dan bumi” (Dar-ul-Qutni, Vol.1, hal.188).
        Jika perhitungan bulan dimulai sejak munculnya bulan sabit (hilal), maka tanggal-tanggal dimana gerhana bulan bisa terjadi adalah pada tanggal ke 13, 14, dan 15, dan gerhana matahari bisa terjadi pada tanggal-tanggal 27, 28, dan 29. Nubuwatan dari  Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadist di atas mengharuskan gerhana bulan terjadi pada tanggal 13 Ramadhan dan gerhana matahari pada tanggal 28 Ramadhan.

Pendakwaan Diri Sebagai Imam Mahdi  a.s. dan Al-Masiih Mau’ud a.s.   & Hakikat “Terbelahnya Bulan” di Zaman Nabi Besar Muhammad Saw.

     Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah,  Mirza Ghulam Ahmad a.s., menerima wahyu pertamanya terkait penunjukannya sebagai Mujadid pada tahun 1882. Dalam kepatuhannya terhadap perintah Allah Swt., beliau mengumumkan bahwa dirinya adalah Mujadid abad ke-14 Hijriah.  
      Kemudian pada tahun 1891, dengan berdasarkan wahyu yang beliau terima telah mengumumkan bahwa dirinya telah diutus sebagai Al Masih yang dijanjikan dan sebagai Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuwatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,  Beliau menegaskan bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah mengutusnya untuk memberikan kehidupan ruhani bagi manusia. Namun para ‘ulama telah menolaknya dan beliau a.s. menghadapi badai perlawanan.
       Gerhana-gerhana yang dinubuwatkan itu telah terjadi di atas negeri Qadian pada tanggal yang telah ditentukan di bulan Ramadhan. Gerhana bulan terjadi setelah matahari terbenam pada tanggal 21 Maret 1894 (13 Ramadhan 1311 H) dan gerhana matahari pada pagi hari pada hari Jum’at tanggal 6 April 1894 (28 Ramadhan 1311 H).
        Al-Masih Mau’ud a.s. kemudian menulis sebuah buku yang berjudul “Nurul Haq” (Cahaya Kebenaran) bagian ke-2, dimana beliau mengumumkan bahwa gerhana-gerhana tersebut adalah tanda yang diberikan oleh Allah Swt.  untuk mendukung pendakwaan beliau.
     Jadi, kembali kepada peristiwa gerhana bulan total yang berwarna merah darah pada tgl. 4 April 2015 lalu, sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya secara khusus sangat  berkaitan dengan bangsa Arab  yang menetapkan “bulan” sebagai lambang kebangsaannya, sedangkan matahari adalah lambang bangsa Iran.
       Berikut firman-Nya berkenaan dengan tanda dari langit yang terjadi di zaman Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ  وَ انۡشَقَّ  الۡقَمَرُ ﴿﴾  وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً  یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾  وَ کَذَّبُوۡا وَ اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾ 
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ  وَ انۡشَقَّ  الۡقَمَرُ   -- Telah dekat  Saat itu dan bulan terbelah.  وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً  یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ  --  Dan jika mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.” Dan  mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada kete-tapan waktunya  (Al-Qamar [54]:1-4).
   Peristiwa “bulan terbelah” menjadi dua yang dapat disaksikan oleh mata telanjang    baik telah menyalahi hukum alam fisika ataupun tidak — sukar di sangkal, sedang peristiwa itu nampaknya kekurangan bukti-bukti sejarah yang meyakinkan. Pada pihak lain, tidak ada seorang pun dapat memberanikan diri mengakui telah menyelami semua rahasia Allah atau sepenuhnya mengerti atau memahami semua rahasia alam.
Adalah mustahil bahwa peristiwa yang meliputi bagian besar wilayah bumi serupa itu, masih tetap tidak dimaklumi kalangan peneropong-peneropong bintang (para ahli observatori) di dunia ini, atau sama sekali tidak tercatat di dalam buku-buku sejarah.
      Tetapi  karena peristiwa “terbelahnya bulan” itu sungguh tercantum di dalam kitab-kitab hadits yang sangat terpercaya, seperti Bukhari dan Muslim, dan sebab dituturkan secara berkesinambungan dalam riwayat-riwayat yang sumbernya dapat dipercaya, pula diriwayatkan oleh sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang cendekia seperti Ibn Mas’ud r.a.., peristiwa itu sungguh-sungguh menunjukkan bahwa gejala alam yang luar biasa pentingnya itu niscaya telah terjadi di masa  Nabi Besar Muhammad saw..

Salah Satu Mukjizat  Luar Biasa Nabi Besar Muhammad Saw.

  Beberapa ahli tafsir Al-Quran – di antaranya Razi – telah berusaha menguraikan masalah pelik itu dengan menyatakan bahwa peristiwa itu adalah gerhana bulan. Imam Ghazali dan Syah Waliullah juga berpegang pada pendapat bahwa pada hakikatnya bulan tidak terbelah, melainkan Allah Swt. telah mengatur demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikannya sebagai sungguh-sungguh terbelah, yakni suatu pemandangan kasyaf.
 Menurut Ibn ‘Abbas dan Syah ‘Abdul ‘Aziz, peristiwa itu semacam gerhana bulan. Tetapi bagaimana pun bila kita mengingat akan kuatnya bobot bahasa yang dipergunakan Al-Quran berkenaan dengan peristiwa itu nampaknya lebih dari sekedar gerhana bulan biasa. Peristiwa itu sungguh-sungguh merupakan mukjizat besar yang ditampakkan oleh Nabi Besar Muhammad saw.  atas desakan orang-orang kafir (Bukhari dan Muslim).
  Nampaknya peristiwa itu merupakan suatu kasyaf  (pemandangan ruhani) yang ditampakkan Nabi Besar Muhammad saw.   – tidak ubah halnya seperti peristiwa tongkat Nabi Musa a.s.   berubah menjadi ular pun adalah suatu kasyaf (rukya) yang para ahli sihir dibuat ikut serta di dalamnya.
    Atau, boleh jadi seperti halnya pemukulan air laut yang dilakukan  oleh Nabi Musa  a.s.  dengan tongkat beliau, bertepatan dengan saat pasang surut, dan dengan demikian merupakan suatu mukjizat. Begitu pula boleh jadi Allah Swt. telah memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw.  agar memperlihatkan mukjizat pembelahan bulan pada saat ketika suatu benda langit mengambil posisi di depan bulan demikian rupa, sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikan  bulan sebagai terbelah menjadi dua bagian.
   Tetapi keterangan yang paling dapat diterima dan juga mengandung makna keruhanian yang sangat mendalam, terletak pada kenyataan, bahwa bulan adalah lambang kebangsaan orang Arab dan lambang kekuasaan politik mereka, seperti halnya matahari merupakan lambang kebangsaan orang-orang Parsi.
     Tatkala Siti Shafiyah r.a., anak perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang Yahudi dari Khaibar menceritakan kepada ayahnya bahwa ia melihat mimpi, bulan telah jatuh ke atas pangkuannya. sang ayah menampar muka beliau seraya berkata bahwa “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan pemimpin bangsa Arab.” Sesudah Khaibar jatuh, mimpi Siti Shafiyah r.a. menjadi sempurna, ketika beliau dipersunting oleh Nabi Besar Muhammad saw.  (Zurqani & Usud al-Ghabbah).
  Begitu pula Siti ‘Aisyah r.a.  pernah melihat dalam mimpi  bahwa tiga buah bulan jatuh ke dalam kamar pribadi beliau, dan mimpi itu telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu Bakar Shiddiq r.a.. dan Umar bin Khaththab r.a.  berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa, Kitab al-Jana’iz).

Hendaknya  Mereka Menangis, Bukan Menertawakan  & “Air Mata” Fir’aun yang Sia-sia

    Makna simbolis bagi kata qamar bulan) pada ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran kekuasaan politik bangsa Arab  yang karenanya orang-orang kafir Quraisy telah diperingatkan dalam QS.53:58  telah tiba, firman-Nya:
فَبِاَیِّ  اٰلَآءِ  رَبِّکَ  تَتَمَارٰی ﴿﴾  ہٰذَا نَذِیۡرٌ  مِّنَ  النُّذُرِ  الۡاُوۡلٰی ﴿﴾  اَزِفَتِ  الۡاٰزِفَۃُ ﴿ۚ﴾  لَیۡسَ لَہَا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  کَاشِفَۃٌ ﴿ؕ﴾  اَفَمِنۡ ہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  تَعۡجَبُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ تَضۡحَکُوۡنَ  وَ لَا  تَبۡکُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ اَنۡتُمۡ  سٰمِدُوۡنَ ﴿﴾  فَاسۡجُدُوۡا لِلّٰہِ  وَ اعۡبُدُوۡا ﴿٪ٛ﴾
Maka dari antara nikmat-nikmat Rabb Tuhan engkau yang manakah akan engkau ragukan?  Rasul Kami ini adalah  pemberi peringatan dari antara  para pemberi  peringatan terdahulu.  اَزِفَتِ  الۡاٰزِفَۃُ  --   Saat pembalasan  itu telah kian mendekat لَیۡسَ لَہَا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ  کَاشِفَۃٌ    --    Tidak ada baginya selain Allah yang dapat mengelakkan.    اَفَمِنۡ ہٰذَا  الۡحَدِیۡثِ  تَعۡجَبُوۡنَ   --  Maka apakah kamu heran atas pemberitaan ini?  وَ تَضۡحَکُوۡنَ  وَ لَا  تَبۡکُوۡنَ  --  dan kamu tertawa dan tidak menangis?  وَ اَنۡتُمۡ  سٰمِدُوۡنَ  -- dan  kamu keheran-heranan? فَاسۡجُدُوۡا لِلّٰہِ  وَ اعۡبُدُوۡا --  Maka bersujudlah kepada Allah dan  beribadahlah  kepada-Nya. (An-Najm [53]:56-63).
    Setelah melihat begitu banyak keterangan dan Tanda-tanda yang begitu jelas dan tidak terelakkan yang  mendukung  kebenaran  pendakwaan  Nabi Besar Muhammad saw., ayat ini mengatakan kepada orang-orang kafir yang degil, dengan kata-kata yang penuh kesedihan bercampur dengan sindiran, berapa lama lagi mereka akan terus menolak kebenaran dan berkelana di rimba kekafiran? Berapa lama lagi mereka akan terus menerus menertawakan dan memerolok-olok Rasul Allah?  Apakah mereka menunggu-nunggu saat  Allah Swt. memaksa  mereka    menangis  seperti yang dialami Fir’aun dan bala tentaranya ketika  tenggelam di laut? Firman-Nya:
وَ جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ  بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ  اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾  فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ  لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ  اٰیٰتِنَا  لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Kami telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu  Fir’aun dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam  قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ  -- ia berkata: “Aku percaya, sesungguhnya  tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang dipercayai oleh Bani Israil,  dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri kepada-Nya.”   آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ  --    ”Apa, sekarang baru beriman!? Padahal engkau  telah membangkang sebelum ini, dan  engkau  termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.  فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ  لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ اٰیَۃً   --  “Maka pada hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya  badan engkau, supaya engkau menjadi suatu Tanda  bagi orang-orang  sesudah engkau,  وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ  اٰیٰتِنَا  لَغٰفِلُوۡنَ  -- dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar  lengah terhadap Tanda-tanda Kami.” (Yunus [10]:91-93).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 April   2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar