بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 23
Fenomena Gerhana
Bulan dan Matahari Pada Bulan
Ramadhan yang Sama Tahun 1894 di Masa Imam Mahdi a.s. yang Hakiki & Fenomena Terbelahnya
Bulan di Masa Nabi Besar Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai Sunnatullah pengutusan
Rasul Allah sebelum azab Ilahi ditimpakan kepada suatu kaum atau kepada umat
manusia yang yang mendustakannya (QS.17:16), agar tidak
ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Swt., firman-Nya:
وَ قَالُوۡا
لَوۡ لَا یَاۡتِیۡنَا بِاٰیَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ ؕ اَوَ لَمۡ تَاۡتِہِمۡ بَیِّنَۃُ مَا فِی الصُّحُفِالۡاُوۡلٰی ﴿﴾ وَ لَوۡ
اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ
قَبۡلِہٖ لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی ﴿﴾ قُلۡ کُلٌّ مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ
فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ
الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ اہۡتَدٰی ﴿﴾٪
Dan
mereka berkata: "Mengapakah ia (Rasul) tidak mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Rabb-nya (Tuhannya)?" Bukankah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran terdahulu? وَ لَوۡ اَنَّـاۤ اَہۡلَکۡنٰہُمۡ بِعَذَابٍ مِّنۡ قَبۡلِہٖ
لَقَالُوۡا رَبَّنَا لَوۡ لَاۤ
اَرۡسَلۡتَ اِلَیۡنَا رَسُوۡلًا
فَنَتَّبِعَ اٰیٰتِکَ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ
نَّذِلَّ وَ نَخۡزٰی -- Dan seandainya
Kami membinasakan mereka dengan azab
sebelum ini niscaya mereka akan
berkata: "Ya Rabb (Tuhan) kami, mengapakah
Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum
kami direndahkan dan dihinakan?" قُلۡ کُلٌّ
مُّتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوۡا ۚ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ مَنۡ اَصۡحٰبُ الصِّرَاطِ السَّوِیِّ وَ مَنِ
اہۡتَدٰی -- Katakanlah: "Setiap orang sedang menunggu maka kamu pun tunggulah, lalu segera kamu akan me-ngetahui siapakah yang
ada pada jalan yang lurus dan siapa
yang mengikuti petunjuk dan siapa yang tidak. (Thā Hā [20]:134-136).
Rangkaian Kemurkaan Allah Swt. Akibat Pendustaan dan Penentangan Terhadap Rasul Akhir Zaman
Berdasarkan petunjuk firman Allah Swt. tersebut, seharusnya jika umat
manusa -- terutama para pemuka semua umat beragama agama – dapat mengambil kesimpulan yang benar
dengan terjadinya rangkaian bermacam-macam azab Ilahi yang terus menerus menimpa umat manusia di berbagai kawasan dunia di Akhir
Zaman ini, termasuk di Timur Tengah
yang terus menerus terjadi peperangan,
bukan saja antara pihak Muslim dengan Israel, tetapi juga peperangan di kalangan sesama
Muslim yang tak kunjung berakhir.
Seharusnya mereka dapat mengambil kesimpulan bahwa
pasti Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di Akhir
Zaman ini telah datang (QS.7:35-37; QS.43:58; QS.6110; QS.62:3-5), sebab
jika tidak demikian maka mustahil di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menerus menampakkan berbagai
bentuk kemurkaan-Nya kepada umat manusia, padahal kegiatan peribadahan tetap dilakukan oleh seluruh umat beragama, terutama oleh umat Islam. Padahal Allah Swt. telah
berfirman:
مَا یَفۡعَلُ
اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ
اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah
benar-benar Maha Menghargai, Maha
Mengeta-ui. (An-Nisa [4]:148).
Syukur dari pihak Allah Swt. terwujud
dalam pemberian ampun kepada hamba-hamba-Nya atau memujinya atau memandangnya dengan rasa puas, menghargai atau mengaruniai,
dan seterusnya tentu saja membalas
atau mengganjar amal-amalnya (Lexicon Lane).
Tetapi jika dalam kenyataannya yang terjadi di Akhir Zaman ini Allah Swt. terus menampakkan kemurkaan-Nya di berbagai
wilayah dunia – termasuk di wilayah Timur
Tengah -- maka dapat disimpulkan
dengan pasti bahwa umumnya umat manusia, khususnya umat beragama, di Akhir Zaman
ini tidak bersyukur dan tidak
beriman kepada Allah Swt. yang telah mengutus Rasul
Akhir Zaman yang kedatangannya
telah dijanjikan kepada semua umat
beragama mereka dengan nama yang berbeda-beda, firman-Nya:
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکُمۡ
لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ
وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ اِنَّ
عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿ ﴾
Dan
ingatlah ketika Rabb (Tuhan)
kamu mengumumkan: لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُم -- ”Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya
akan Ku-limpahkan lebih banyak
karunia kepadamu, وَ لَئِنۡ
کَفَرۡتُمۡ اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ -- tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat keras.”
(Ibrahim [14]:8).
Kembali kepada pembahasan Surah Al-Qiyamah mengenai terjadinya gerhana bulan serta gerhama
bulan dan gerhana matahari secara
bersamaan, firman-Nya:
یَسۡـَٔلُ اَیَّانَ یَوۡمُ الۡقِیٰمَۃِ ؕ﴿﴾ فَاِذَا بَرِقَ الۡبَصَرُ ۙ﴿﴾ وَ خَسَفَ
الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾ وَ جُمِعَ
الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ ۙ﴿﴾ یَقُوۡلُ الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ اَیۡنَ الۡمَفَرُّ ﴿ۚ﴾ کَلَّا لَا
وَزَرَ ﴿ؕ﴾ اِلٰی رَبِّکَ
یَوۡمَئِذِۣ الۡمُسۡتَقَرُّ ﴿ؕ﴾ یُنَبَّؤُا الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ
اَخَّرَ ﴿ؕ﴾ بَلِ
الۡاِنۡسَانُ عَلٰی نَفۡسِہٖ بَصِیۡرَۃٌ
﴿ۙ﴾ وَّ لَوۡ
اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہٗ ﴿ؕ﴾ لَا تُحَرِّکۡ بِہٖ لِسَانَکَ لِتَعۡجَلَ بِہٖ ﴿ؕ﴾
Ia bertanya:
“Kapankah Hari Kiamat itu?” Maka
apabila penglihatan silau, وَ
خَسَفَ الۡقَمَرُ -- dan terjadi
gerhana bulan, وَ جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ -- dan matahari
serta bulan dikumpulkan. یَقُوۡلُ
الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍ اَیۡنَ
الۡمَفَرُّ -- Pada hari
itu manusia akan berkata: “Ke
manakah tempat
melarikan diri?” کَلَّا لَا وَزَرَ -- Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung dari azab. اِلٰی
رَبِّکَ یَوۡمَئِذِۣ
الۡمُسۡتَقَرُّ -- Hanya
kepada Rabb (Tuhan) engkaulah pada hari itu tempat istirahat. یُنَبَّؤُا
الۡاِنۡسَانُ یَوۡمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَ اَخَّرَ -- Pada hari
itu manusia akan diberitahukan mengenai apa yang dia dahulukan dan dia
belakangkan. بَلِ الۡاِنۡسَانُ عَلٰی نَفۡسِہٖ
بَصِیۡرَۃٌ -- Bahkan manusia menjadi saksi terhadap dirinya
sendiri. وَّ لَوۡ اَلۡقٰی مَعَاذِیۡرَہ -- Walaupun ia mengemukakan alasan-alasannya.
(Al-Qiyāmah [75]:7-16).
Tanda Imam Mahdi Hakiki dii Langit yang Tidak Dapat Direkayasa Manusia
Ungkapan
وَ
جُمِعَ الشَّمۡسُ وَ الۡقَمَرُ -- “dikumpulkan
matahari dan bulan” dapat berarti
bahwa pada Hari Kiamat seluruh
tatasurya akan sama sekali berantakan.
Atau ayat ini secara kiasan berarti terjadinya
kehancuran kekuatan politik bangsa Arab
-- yang dilambangkan dengan gerhana
bulan, karena bulan adalah
lambang kekuatan politik bangsa Arab --
dan kehancuran kekuatan politik kerajaan
Iran -- yang digambarkan dengan gerhana matahari, karena matahari adalah lambang bangsa Iran.
Atau, isyarat itu dapat
tertuju kepada gerhana bulan dan gerhana matahari, yang menurut sebuah
hadits akan terjadi di zaman Imam Mahdi yang dijanjikan dalam bulan Ramadhan (Baihaqi), yaitu suatu gejala
alam yang sangat luar biasa. Sangat mengherankan bahwa bulan
dan matahari kedua-duanya mengalami gerhana di dalam bulan Ramadhan yang sama pada tahun 1894, ketika Pendiri Jemaat
Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s.,
atas perintah Allah Swt. 4
tahun sebelumnya telah mengumumkan pengakuan
(pendakwaan) bahwa beliaulah Al-Masih
Mau’ud (Al-Masih yang
dijanjikan) dan Imam Mahdi yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh umat
Islam guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli
tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan
Islam di atas semua agama akan
menjadi kepastian. Berikut adalah
terjemahan hadits tentang terjadinya gerhana
bulan dan matahari pada bulan Ramadhan yang sama yang merupakan tanda kebenaran Imam Mahdi yang
sejati -- yang tidak bisa ditiru atau direkayaya manusia -- guna membedakan dari 30 orang Imam Mahdi palsu sebagaimana yang
disebutkan ooleh Nabi Besar Muhammad saw.:
Muhammad bin Ali meriwayatkan, katanya bahwa Rasulullah
saw. bersabda: “Bagi Mahdi kami,
terdapat dua tanda yang tidak pernah
terjadi sebelumnya sejak diciptakannya langit dan bumi, yaitu, bulan akan gerhana pada malam pertama
Ramadhan (pada malam pertama dari malam-malam dimana biasa terjadi gerhana
bulan) dan matahari akan gerhana pada
pertengahan ramadhan (pada hari-hari dimana biasa terjadi gerhana
matahari), dan tanda-tanda ini tidak
pernah terjadi sejak diciptakannya langit dan bumi” (Dar-ul-Qutni,
Vol.1, hal.188).
Jika perhitungan bulan dimulai sejak
munculnya bulan sabit (hilal), maka tanggal-tanggal dimana gerhana bulan bisa terjadi adalah pada tanggal ke 13, 14, dan 15,
dan gerhana matahari bisa terjadi
pada tanggal-tanggal 27, 28, dan 29. Nubuwatan
dari Nabi Besar Muhammad saw. dalam
hadist di atas mengharuskan gerhana bulan
terjadi pada tanggal 13 Ramadhan dan gerhana matahari pada tanggal 28 Ramadhan.
Pendakwaan Diri Sebagai Imam
Mahdi a.s. dan Al-Masiih Mau’ud a.s. & Hakikat “Terbelahnya Bulan” di Zaman Nabi Besar Muhammad Saw.
Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad a.s., menerima wahyu
pertamanya terkait penunjukannya sebagai Mujadid
pada tahun 1882. Dalam kepatuhannya terhadap perintah Allah Swt., beliau
mengumumkan bahwa dirinya adalah Mujadid
abad ke-14 Hijriah.
Kemudian pada tahun 1891, dengan
berdasarkan wahyu yang beliau terima
telah mengumumkan bahwa dirinya telah diutus sebagai Al Masih yang dijanjikan
dan sebagai Imam Mahdi yang kedatangannya telah dinubuwatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw., Beliau menegaskan bahwa Allah Yang Maha Kuasa
telah mengutusnya untuk memberikan kehidupan ruhani bagi manusia. Namun
para ‘ulama telah menolaknya dan beliau a.s. menghadapi
badai perlawanan.
Gerhana-gerhana yang dinubuwatkan itu telah terjadi di atas
negeri Qadian pada tanggal yang telah ditentukan di bulan Ramadhan. Gerhana bulan terjadi setelah matahari
terbenam pada tanggal 21 Maret 1894 (13 Ramadhan 1311 H) dan gerhana matahari pada pagi hari pada
hari Jum’at tanggal 6 April 1894 (28 Ramadhan 1311 H).
Al-Masih
Mau’ud a.s. kemudian menulis sebuah buku yang berjudul “Nurul Haq” (Cahaya Kebenaran) bagian
ke-2, dimana beliau mengumumkan bahwa gerhana-gerhana
tersebut adalah tanda yang diberikan
oleh Allah Swt. untuk mendukung pendakwaan beliau.
Jadi, kembali kepada peristiwa gerhana bulan total yang berwarna merah darah pada tgl. 4 April 2015 lalu,
sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya secara khusus sangat berkaitan dengan bangsa Arab yang menetapkan
“bulan” sebagai lambang kebangsaannya, sedangkan matahari adalah lambang bangsa Iran.
Berikut firman-Nya berkenaan dengan tanda dari langit yang terjadi di zaman
Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
﴿﴾ اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ وَ انۡشَقَّ
الۡقَمَرُ ﴿﴾ وَ اِنۡ یَّرَوۡا
اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا
سِحۡرٌ مُّسۡتَمِرٌّ ﴿﴾ وَ کَذَّبُوۡا وَ
اتَّبَعُوۡۤا اَہۡوَآءَہُمۡ وَ کُلُّ اَمۡرٍ مُّسۡتَقِرٌّ ﴿﴾
Aku
baca dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. اِقۡتَرَبَتِ السَّاعَۃُ وَ انۡشَقَّ
الۡقَمَرُ -- Telah dekat Saat
itu dan bulan terbelah. وَ اِنۡ یَّرَوۡا اٰیَۃً یُّعۡرِضُوۡا وَ یَقُوۡلُوۡا سِحۡرٌ
مُّسۡتَمِرٌّ -- Dan jika
mereka melihat suatu Tanda, mereka berpaling
dan berkata, “Sihir yang selalu berulang.”
Dan mereka mendustakan kebenaran dan mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap perkara ada kete-tapan waktunya (Al-Qamar
[54]:1-4).
Peristiwa “bulan terbelah” menjadi dua yang dapat disaksikan oleh
mata telanjang — baik telah menyalahi hukum alam fisika ataupun tidak — sukar di sangkal, sedang
peristiwa itu nampaknya kekurangan bukti-bukti sejarah yang meyakinkan. Pada
pihak lain, tidak ada seorang pun dapat memberanikan diri mengakui telah
menyelami semua rahasia Allah atau
sepenuhnya mengerti atau memahami semua rahasia
alam.
Adalah mustahil bahwa peristiwa
yang meliputi bagian besar wilayah bumi serupa itu, masih tetap tidak dimaklumi
kalangan peneropong-peneropong bintang (para ahli observatori) di dunia ini,
atau sama sekali tidak tercatat di dalam buku-buku sejarah.
Tetapi
karena peristiwa “terbelahnya
bulan” itu sungguh tercantum di dalam kitab-kitab
hadits yang sangat terpercaya, seperti Bukhari dan Muslim,
dan sebab dituturkan secara berkesinambungan dalam riwayat-riwayat yang
sumbernya dapat dipercaya, pula diriwayatkan oleh sahabat Nabi Besar Muhammad
saw. yang cendekia seperti Ibn Mas’ud r.a.., peristiwa itu
sungguh-sungguh menunjukkan bahwa gejala
alam yang luar biasa pentingnya itu niscaya telah terjadi di masa Nabi Besar Muhammad saw..
Salah Satu Mukjizat
Luar Biasa Nabi Besar Muhammad Saw.
Beberapa ahli tafsir
Al-Quran – di antaranya Razi – telah berusaha menguraikan masalah pelik itu
dengan menyatakan bahwa peristiwa itu adalah gerhana bulan. Imam Ghazali dan Syah Waliullah juga berpegang pada
pendapat bahwa pada hakikatnya bulan
tidak terbelah, melainkan Allah Swt. telah mengatur demikian rupa sehingga bulan nampak kepada orang-orang yang menyaksikannya sebagai sungguh-sungguh terbelah, yakni suatu pemandangan kasyaf.
Menurut Ibn ‘Abbas dan Syah ‘Abdul ‘Aziz, peristiwa itu semacam gerhana bulan. Tetapi bagaimana pun bila
kita mengingat akan kuatnya bobot bahasa yang dipergunakan Al-Quran berkenaan
dengan peristiwa itu nampaknya lebih
dari sekedar gerhana bulan biasa.
Peristiwa itu sungguh-sungguh merupakan mukjizat
besar yang ditampakkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. atas desakan orang-orang kafir (Bukhari dan Muslim).
Nampaknya peristiwa itu
merupakan suatu kasyaf (pemandangan ruhani) yang ditampakkan Nabi
Besar Muhammad saw. – tidak
ubah halnya seperti peristiwa tongkat
Nabi Musa a.s. berubah
menjadi ular pun adalah suatu kasyaf (rukya) yang para ahli sihir dibuat ikut serta di dalamnya.
Atau, boleh jadi seperti
halnya pemukulan air laut yang
dilakukan oleh Nabi Musa a.s. dengan tongkat beliau, bertepatan dengan saat pasang surut, dan dengan demikian merupakan suatu mukjizat. Begitu pula boleh jadi Allah Swt.
telah memerintahkan Nabi Besar Muhammad saw. agar memperlihatkan mukjizat pembelahan bulan
pada saat ketika suatu benda langit
mengambil posisi di depan bulan
demikian rupa, sehingga bulan nampak
kepada orang-orang yang menyaksikan bulan sebagai terbelah menjadi dua bagian.
Tetapi keterangan yang
paling dapat diterima dan juga mengandung makna
keruhanian yang sangat mendalam, terletak pada kenyataan, bahwa bulan adalah lambang kebangsaan orang Arab dan lambang kekuasaan politik mereka,
seperti halnya matahari merupakan
lambang kebangsaan orang-orang Parsi.
Tatkala Siti Shafiyah
r.a., anak perempuan Huyay ibn Akhthab, pemimpin orang-orang Yahudi dari Khaibar menceritakan kepada ayahnya bahwa
ia melihat mimpi, bulan telah jatuh
ke atas pangkuannya. sang ayah menampar muka beliau seraya berkata bahwa “Rupanya engkau menginginkan menikah dengan
pemimpin bangsa Arab.” Sesudah Khaibar jatuh, mimpi Siti Shafiyah r.a. menjadi sempurna, ketika beliau
dipersunting oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Zurqani
& Usud al-Ghabbah).
Begitu pula Siti ‘Aisyah
r.a. pernah melihat dalam
mimpi bahwa tiga buah bulan jatuh ke dalam kamar
pribadi beliau, dan mimpi itu
telah menjadi kenyataan ketika di sana jasad Nabi Besar Muhammad saw., Abu
Bakar Shiddiq r.a.. dan Umar bin Khaththab r.a. berturut-turut dikebumikan (Mu’aththa’, Kitab
al-Jana’iz).
Hendaknya Mereka Menangis,
Bukan Menertawakan & “Air
Mata” Fir’aun yang Sia-sia
Makna simbolis bagi kata qamar bulan) pada
ayat ini mengandung arti, bahwa saat kehancuran
kekuasaan politik bangsa Arab yang
karenanya orang-orang kafir Quraisy telah
diperingatkan dalam QS.53:58 telah tiba, firman-Nya:
فَبِاَیِّ اٰلَآءِ
رَبِّکَ تَتَمَارٰی ﴿﴾ ہٰذَا نَذِیۡرٌ
مِّنَ النُّذُرِ الۡاُوۡلٰی ﴿﴾ اَزِفَتِ
الۡاٰزِفَۃُ ﴿ۚ﴾ لَیۡسَ لَہَا مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ کَاشِفَۃٌ ﴿ؕ﴾ اَفَمِنۡ ہٰذَا
الۡحَدِیۡثِ تَعۡجَبُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ تَضۡحَکُوۡنَ
وَ لَا تَبۡکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ اَنۡتُمۡ
سٰمِدُوۡنَ ﴿﴾ فَاسۡجُدُوۡا
لِلّٰہِ وَ اعۡبُدُوۡا ﴿٪ٛ﴾
Maka dari
antara nikmat-nikmat Rabb Tuhan engkau
yang manakah akan engkau ragukan?
Rasul Kami ini adalah pemberi
peringatan dari antara para pemberi peringatan terdahulu. اَزِفَتِ
الۡاٰزِفَۃُ -- Saat pembalasan itu telah kian
mendekat. لَیۡسَ لَہَا مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ کَاشِفَۃٌ -- Tidak
ada baginya selain Allah yang dapat mengelakkan. اَفَمِنۡ ہٰذَا الۡحَدِیۡثِ
تَعۡجَبُوۡنَ -- Maka apakah kamu heran atas pemberitaan
ini? وَ تَضۡحَکُوۡنَ وَ لَا
تَبۡکُوۡنَ -- dan kamu
tertawa dan tidak menangis? وَ اَنۡتُمۡ سٰمِدُوۡنَ -- dan
kamu keheran-heranan? فَاسۡجُدُوۡا
لِلّٰہِ وَ اعۡبُدُوۡا -- Maka bersujudlah
kepada Allah dan beribadahlah kepada-Nya. (An-Najm [53]:56-63).
Setelah melihat begitu banyak keterangan dan Tanda-tanda yang begitu jelas dan tidak terelakkan yang mendukung kebenaran
pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw., ayat ini mengatakan
kepada orang-orang kafir yang degil, dengan kata-kata yang penuh kesedihan bercampur dengan sindiran, berapa lama lagi mereka akan
terus menolak kebenaran dan berkelana di rimba kekafiran? Berapa lama lagi mereka akan terus menerus menertawakan dan memerolok-olok Rasul Allah?
Apakah mereka menunggu-nunggu saat Allah Swt. memaksa mereka menangis
seperti yang dialami Fir’aun dan bala tentaranya ketika tenggelam di laut? Firman-Nya:
وَ
جٰوَزۡنَا بِبَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ
الۡبَحۡرَ فَاَتۡبَعَہُمۡ فِرۡعَوۡنُ وَ جُنُوۡدُہٗ بَغۡیًا وَّ عَدۡوًا ؕ حَتّٰۤی اِذَاۤ اَدۡرَکَہُ الۡغَرَقُ ۙ قَالَ اٰمَنۡتُ
اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا
اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ کُنۡتَ مِنَ
الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾ فَالۡیَوۡمَ نُنَجِّیۡکَ
بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ خَلۡفَکَ
اٰیَۃً ؕ وَ اِنَّ کَثِیۡرًا مِّنَ النَّاسِ عَنۡ
اٰیٰتِنَا لَغٰفِلُوۡنَ ﴿٪﴾
Dan Kami
telah membuat Bani Israil menyeberangi laut, lalu Fir’aun dan lasykar-lasykarnya mengejar mereka secara durhaka dan aniaya, sehingga apabila ia menjelang tenggelam قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ لَاۤ اِلٰہَ
اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ وَ اَنَا مِنَ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- ia
berkata: “Aku percaya, sesungguhnya tidak
ada Tuhan kecuali Dia Yang dipercayai
oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri
kepada-Nya.” آٰلۡـٰٔنَ وَ قَدۡ عَصَیۡتَ قَبۡلُ وَ
کُنۡتَ مِنَ الۡمُفۡسِدِیۡنَ -- ”Apa, sekarang baru beriman!? Padahal engkau telah membangkang sebelum
ini, dan engkau termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakan. فَالۡیَوۡمَ
نُنَجِّیۡکَ بِبَدَنِکَ لِتَکُوۡنَ لِمَنۡ
خَلۡفَکَ اٰیَۃً -- “Maka pada
hari ini Kami akan menyelamatkan engkau hanya badan
engkau, supaya engkau menjadi suatu
Tanda bagi orang-orang
sesudah engkau, وَ اِنَّ کَثِیۡرًا
مِّنَ النَّاسِ عَنۡ اٰیٰتِنَا لَغٰفِلُوۡنَ -- dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia benar-benar
lengah terhadap Tanda-tanda Kami.”
(Yunus
[10]:91-93).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 9 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar