Selasa, 21 April 2015

Keinginan Kaum Nabi Luth a.s. Membunuh "Para Tamu" Beliau & Nubuatan Pengulangan Azab Ilahi yang Menimpa Kaum Nabi Luth a.s.





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 35

 Keinginan Kaum Nabi Luth a.s.  Membunuh "Para  Tamu”  Beliau  &   Nubuatan  Pengulangan  Azab Ilahi yang Menimpa Kaum Nabi  Luth a.s.
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai kabar gembira yang disampaikan para “tamu” Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya:
وَ امۡرَاَتُہٗ  قَآئِمَۃٌ  فَضَحِکَتۡ فَبَشَّرۡنٰہَا بِاِسۡحٰقَ ۙ وَ مِنۡ وَّرَآءِ  اِسۡحٰقَ یَعۡقُوۡبَ ﴿﴾ قَالَتۡ یٰوَیۡلَتٰۤیءَ اَلِدُ وَ اَنَا عَجُوۡزٌ وَّ ہٰذَا بَعۡلِیۡ  شَیۡخًا ؕ اِنَّ ہٰذَا  لَشَیۡءٌ  عَجِیۡبٌ ﴿﴾   قَالُوۡۤا اَتَعۡجَبِیۡنَ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰہِ  رَحۡمَتُ اللّٰہِ وَ بَرَکٰتُہٗ عَلَیۡکُمۡ اَہۡلَ الۡبَیۡتِ ؕ اِنَّہٗ  حَمِیۡدٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿﴾
Dan istrinya  sedang berdiri di dekatnya maka ia pun tertawa kecut, lalu Kami menyampaikan kabar gembira kepadanya  mengenai  kelahiran Ishaq, dan sesudah Ishaq mengenai Ya’qub. Ia (Sarah) berkata: “Aduhai, celaka aku! Benarkah aku akan melahirkan anak, padahal aku seorang perempuan tua renta dan suamiku ini pun orang yang sudah terlalu tua? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang ajaib.” Mereka berkata: “Apakah engkau merasa heran akan keputusan Allah?  Rahmat Allah dan keberkatan-Nya atas kamu, hai ahli rumah ini.  Sesungguhnya Dia Maha Terpuji, Maha Mulia.” (Hūd [11]:72-74).
        Dalam ayat ini kata-kata “ahli rumah” itu dengan pasti menunjuk kepada istri Nabi Ibrahim a.s., sebab pada waktu itu beliau (Sarah) masih belum mempunyai anak. Sesungguhnya bila ungkapan ahlal-bait dipakai dalam Al-Quran mengenai seorang nabi, maka pada umumnya yang dimaksud adalah istrinya atau istri-istrinya (QS.28:13; QS.33:34). 

Keprihatinan Nabi Ibrahim a.s.  & Putri-putri Nabi Luth a.s. Sebagai “Jaminan  Kepercayaan

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman tentang keprihatinan Nabi Ibrahim a.s. ketika mendengar azab Ilahi yang akan menimpa kaum Nabi Luth a.s.:
فَلَمَّا ذَہَبَ عَنۡ اِبۡرٰہِیۡمَ الرَّوۡعُ وَ جَآءَتۡہُ  الۡبُشۡرٰی یُجَادِلُنَا فِیۡ قَوۡمِ لُوۡطٍ ﴿ؕ﴾ اِنَّ  اِبۡرٰہِیۡمَ  لَحَلِیۡمٌ  اَوَّاہٌ   مُّنِیۡبٌ ﴿﴾ یٰۤـاِبۡرٰہِیۡمُ اَعۡرِضۡ عَنۡ ہٰذَا ۚ اِنَّہٗ قَدۡ جَآءَ اَمۡرُ رَبِّکَ ۚ وَ اِنَّہُمۡ اٰتِیۡہِمۡ عَذَابٌ غَیۡرُ  مَرۡدُوۡدٍ ﴿﴾
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim, dan telah sampai pula kabar gembira kepadanya, lalu  ia mulai berbahas dengan Kami mengenai kaum Luth, sesungguhnya Ibrahim benar-benar   penyantun, pengiba, dan  berulang kali kembali kepada Kami. “Hai Ibrahim, berhentilah dari berbahas ini, sesungguhnya telah datang perintah Rabb (Tuhan) engkau, dan sesungguhnya akan datang kepada mereka azab yang tidak dapat ditolak.”  (Hūd [11]:75-77).
         Mengenai ayat  یُجَادِلُنَا فِیۡ قَوۡمِ لُوۡطٍ  -- “lalu  ia mulai berbahas dengan Kami mengenai kaum Luth,” lihat Kejadian 18:21-33. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ لَمَّا جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوۡطًا سِیۡٓءَ بِہِمۡ وَ ضَاقَ بِہِمۡ ذَرۡعًا وَّ قَالَ ہٰذَا یَوۡمٌ عَصِیۡبٌ ﴿﴾ وَ جَآءَہٗ  قَوۡمُہٗ یُہۡرَعُوۡنَ  اِلَیۡہِ ؕ وَ مِنۡ قَبۡلُ کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ ؕ قَالَ یٰقَوۡمِ ہٰۤؤُلَآءِ بَنَاتِیۡ ہُنَّ اَطۡہَرُ  لَکُمۡ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ لَا تُخۡزُوۡنِ فِیۡ ضَیۡفِیۡ ؕ اَلَـیۡسَ مِنۡکُمۡ  رَجُلٌ  رَّشِیۡدٌ ﴿﴾
Dan  tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Luth, ia merasa susah karena mereka itu dan merasa tidak berdaya mengenai keselamatan mereka dan ia berkata:  Ini hari yang amat sulit.”  Dan   kaumnya datang berlari-lari kepadanya, dan sebelumnya  pun  mereka senantiasa berbuat kejahatan. Ia berkata: “Hai kaumku,   ini  anak-anak perempuanku sebagai jaminan, mereka lebih suci untuk  kamu,  maka takutlah kepada Allah dan ja-ngan menghinakan aku di hadapan tamuku.  Apakah tidak ada seorang pun di antara  kamu yang  berakal?” (Hūd [11]:78-79).
         Sebagaimana telah  dikemukakan dalam Bab sebelumnya, bahwa ungkapan dhaqa bil-amri dzar’an, berarti: ia kekurangan kemampuan, kekurangan daya atau kekuatan untuk berbuat hal itu. Dzar berarti daya atau kemampuan; atau ungkapan itu berarti: hal atau perkara itu telah menjadi sukar dan menyedihkan baginya (Lexicon Lane). Kata-kata dalam teks itu berarti Nabi Luth a.s. merasakan dirinya tidak berdaya atau tidak mampu untuk melindungi mereka.

Kaum Nabi Luth a.s. Takut Pembalasan  Kaum-kaum Tetangga &  Berbagai Makna  Menawarkan Putri-putri Nabi Luh a.s. Sebagai Jaminan

        Penduduk kedua kota itu, Sodom dan Gommorah telah biasa membegal dan merampas barang-barang kaum musafir (Jewish Encyclopaedia pada kata “Sodom”). Tentu saja mereka senantiasa takut akan pembalasan, terutama penduduk Sodom yang boleh dikatakan selalu ada dalam keadaan perang dengan tetangga-tetangga mereka (Kejadian bab 14). Mereka tidak akan senang jika orang-orang asing masuk kota mereka.
        Nabi Luth a.s.  --    seperti juga semua nabi Allah   -- tentu saja akan menjamu tamu-tamu itu dan berusaha supaya mereka itu senang dan betah (QS.15:71). Kaumnya karena khawatir, mereka   berulang kali memberi peringatan kepada Nabi Luth a.s. untuk menghentikan kebiasaan beliau  menerima tamu itu, karena itu ketika beliau membawa “utusan-utusan” yaitu  orang-orang asing itu ke rumah beliau maka mereka menjadi sangat marah  dan cepat-cepat menemui beliau dengan wajah marah, karena mereka menyangka sekarang mendapat kesempatan yang baik untuk menghukum Nabi Luth a.s. disebabkan beliau tanpa menghiraukan protes-protes yang diajukan oleh mereka dengan berulang-ulang telah memberikan tempat berlindung kepada orang-orang asing  (QS.15:68-71).
          Ayat قَالَ یٰقَوۡمِ ہٰۤؤُلَآءِ بَنَاتِیۡ ہُنَّ اَطۡہَرُ  لَکُمۡ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ لَا تُخۡزُوۡنِ فِیۡ ضَیۡفِیۡ ؕ اَلَـیۡسَ مِنۡکُمۡ  رَجُلٌ  رَّشِیۡدٌ -- “Ia berkata: “Hai kaumku,   ini  anak-anak perempuanku sebagai jaminan, mereka lebih suci untuk  kamu,  maka takutlah kepada Allah dan jangan menghinakan aku di hadapan tamuku.  Apakah tidak ada seorang pun di antara  kamu yang  berakal?” ayat  ini mengandung arti, bahwa mengingat kelakuan buruk mereka yang sudah-sudah, Nabi Luth a.s.  khawatir bahwa jangan-jangan kaumnya akan berbuat jahat, dan dengan demikian menghina beliau di hadapan para tamu beliau itu.
         Di sini tidak ada suatu pun isyarat mengenai kejahatan tertentu. Mereka itu orang-orang durjana, karena itu sudah sewajarnya Nabi Luth a.s.  khawatir bahwa mereka itu akan mendatangkan sesuatu kerugian kepada beliau, karena itu beliau mengatakan kepada mereka bahwa bila mereka sungguh-sungguh mempunyai perasaan takut, kalau-kalau beliau bersama orang-orang asing itu akan merugikan mereka, maka anak-anak perempuan Nabi Luth a.s.  sudah ada dalam kekuasaan mereka, dan mereka dapat membalas dendam terhadap beliau dengan menyik-sa putri-putri beliau itu. Hal itu merupakan jalan yang lebih baik dan lebih suci bagi mereka untuk ditempuh, sebab dengan jalan itu mereka akan menghindarkan diri dari perbuatan cemar dengan memberikan penghinaan kepada tamu-tamu beliau.
          Atau artinya mungkin juga begini, bahwa Nabi Luth a.s.  sebagai seorang tua yang terhormat dari kota itu, menganggap istri-istri mereka sendiri sebagai anak-anak perempuan beliau, yang oleh beliau disebut sebagai lebih suci bagi mereka daripada melakukan perbuatan homosexual yang biasa mereka  lakukan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالُوۡا لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا لَنَا فِیۡ بَنٰتِکَ مِنۡ حَقٍّ ۚ وَ  اِنَّکَ  لَتَعۡلَمُ  مَا نُرِیۡدُ ﴿﴾ قَالَ لَوۡ اَنَّ لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً  اَوۡ اٰوِیۡۤ اِلٰی رُکۡنٍ  شَدِیۡدٍ ﴿﴾
Mereka berkata: “Sungguh   engkau benar-benar telah mengetahui  bahwa kami tidak mempunyai hak apa pun dalam hal anak-anak perempuan engkau, dan sesungguhnya engkau benar-benar  mengetahui apa yang kami inginkan.” قَالَ لَوۡ اَنَّ لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً  اَوۡ اٰوِیۡۤ اِلٰی رُکۡنٍ  شَدِیۡدٍ  --      Ia (Luth) berkata: “Seandainya   aku  ada memiliki kekuatan untuk melawan kamu atau aku berlindung pada suatu perlindungan yang kuat.” (Hūd [11]:80-81).
          Ketika Nabi Luth a.s.  menawarkan putri-putri beliau yang telah berkeluarga di kota itu (Kejadian 19:15) sebagai jaminan tetapi kaum beliau menolak tawaran itu, sebab menerima perempuan sebagai jaminan merupakan satu hal yang bertentangan dengan adat mereka (Encyclopaedia Britannica).

Mereka Ingin Membunuh Para Tamu Nabi Luth a.s. &  Nubuatan Pengulangan Azab Ilahi yang Menimpa Kaum Nabi Luth a.s. 

        Kata-kata, “Kami tidak mempunyai hak apa pun atas anak-anak perempuan engkau” menunjukkan  bahwa mereka tidak datang dengan tujuan sebagai-mana yang dinisbahkan oleh kebanyakan mufasirin kepada mereka  -- yakni untuk melampiaskan nafsu sex  mereka yang menyimpang -- sebab suatu kaum yang telah begitu rusak dan bobrok akhlaknya seperti kaum Nabi Luth a.s. tidak akan mempersoalkan perkara yang berhubungan dengan pemuasan nafsu-nafsu berahinya sebagai hak atau bukan hak, sah atau tidak sah. Jadi ucapan mereka:     - وَ  اِنَّکَ  لَتَعۡلَمُ  مَا نُرِیۡدُ   -- “dan sesunguhnya engkau mengetahui apa yang kami inginkan,” berarti:    Engkau mengetahui, bahwa kami inginkan supaya orang-orang asing itu diserahkan kepada kami.”
        Makna lain ayat قَالَ لَوۡ اَنَّ لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً  اَوۡ اٰوِیۡۤ اِلٰی رُکۡنٍ  شَدِیۡدٍ  --      Ia (Luth) berkata: “Seandainya   aku  ada memiliki kekuatan untuk melawan kamu atau aku berlindung pada suatu perlindungan yang kuat   adalah Aku akan mendoa kepada Tuhan supaya diselamatkan dari penghinaan yang kamu coba timpakan kepadaku dengan mendesak agar aku mengusir tamu-tamuku.”
        Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai perintah-Nya melalui para “tamu” Nabi Luth a.s. tersebut:
قَالُوۡا یٰلُوۡطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّکَ  لَنۡ  یَّصِلُوۡۤا  اِلَیۡکَ فَاَسۡرِ  بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ  اِلَّا امۡرَاَتَکَ ؕ اِنَّہٗ  مُصِیۡبُہَا مَاۤ  اَصَابَہُمۡ ؕ اِنَّ مَوۡعِدَہُمُ الصُّبۡحُ ؕ اَلَـیۡسَ  الصُّبۡحُ  بِقَرِیۡبٍ  ﴿﴾
Mereka yakni utusan-utusan itu berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabb (Tuhan) engkau,  mereka itu tidak akan pernah mencapai engkau, maka  berangkatlah dengan keluarga engkau  sementara masih ada malam dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang, kecuali istri engkau, sesungguhnya apa yang akan menimpa me-reka akan menimpanya juga. Sesungguhnya  waktu yang telah dijanjikan bagi mereka ialah waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (Hūd [11]:82).
        “Utusan-utusan” itu orang-orang saleh dari daerah sekitar itu, yang diperintahkan Allah Swt.  untuk memperingatkan Nabi Luth a.s.  dan menunjukkan kepada beliau ke mana beliau harus pergi. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
فَلَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عَالِیَہَا سَافِلَہَا وَ اَمۡطَرۡنَا عَلَیۡہَا حِجَارَۃً  مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۬ۙ مَّنۡضُوۡدٍ﴿ۙ﴾   مُّسَوَّمَۃً  عِنۡدَ رَبِّکَ ؕ وَ مَا ہِیَ مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ بِبَعِیۡدٍ ﴿٪﴾
Maka tatkala  perintah Kami datang,  Kami  menjadikan negeri itu   bagian atasnya terbalik ke bagian bawahnya, dan Kami menghujankan atasnya batu-batu dari tanah liat, bertubi-tubi.   Yang telah ditandai bagi mereka dalam takdir Rabb (Tuhan) engkau, dan azab seperti itu tidak jauh dari orang-orang yang zalim  pada zaman sekarang juga. (Hūd [11]:83).
          Nampaknya  kaum Nabi Luth a.s. dibinasakan oleh gempa bumi yang dah-syat. Gempa-gempa yang hebat sering menjungkir-balikkan bagian-bagian bumi, dan sebagai akibatnya pecahan-pecahan tanah beterbangan ke udara dan kemudian jatuh kembali ke tanah.
         Berbagai keburukan yang diperbuat kaum Nabi Luth a.s. tersebut – terutama perbuatan homo sexual  -- kembali terulang di berbagai kawasan dunia di Akhir Zaman ini, bahkan ada negara-negara Non-Muslim yang melegalkan berbagai bentuk penyimpangan sexual berupa pernikahan sejenis  antar laki-laki atau antar perempuan, sehingga  azab Ilahi yang menimpa kota Sodom dan Gommorah pun akan kembali terjadi di  Akhir Zaman,   itulah makna ayat مُّسَوَّمَۃً  عِنۡدَ رَبِّکَ ؕ وَ مَا ہِیَ مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ بِبَعِیۡدٍ  -- “Yang telah ditandai bagi mereka dalam takdir Rabb (Tuhan) engkau, dan azab seperti itu tidak jauh dari orang-orang yang zalim  pada zaman sekarang juga.

Para  Tamu Nabi Ibrahim  a.s.  dan Nabi Luth a.s. Adalah Rasul Allah

         Mengenai pembahasan yang sama tetapi dalam rincian yang agak berlainan, Allah Swt. menjelaskan dalam Surah Al-Hijr percakapan antara Nabi Ibrahim a.s. dengan para tamunya yang mendapat perintah Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ فَمَا خَطۡبُکُمۡ اَیُّہَا الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ  اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اِلَّا امۡرَاَتَہٗ  قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا  لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿٪﴾  فَلَمَّا جَآءَ  اٰلَ  لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿ۙ﴾  قَالَ  اِنَّکُمۡ  قَوۡمٌ  مُّنۡکَرُوۡنَ ﴿﴾  قَالُوۡا بَلۡ جِئۡنٰکَ بِمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَمۡتَرُوۡنَ﴿﴾  وَ  اَتَیۡنٰکَ بِالۡحَقِّ وَ  اِنَّا  لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾  فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ وَ اتَّبِعۡ اَدۡبَارَہُمۡ وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ  اَحَدٌ وَّ امۡضُوۡا  حَیۡثُ  تُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَضَیۡنَاۤ  اِلَیۡہِ ذٰلِکَ الۡاَمۡرَ اَنَّ  دَابِرَ ہٰۤؤُلَآءِ  مَقۡطُوۡعٌ  مُّصۡبِحِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Ibrahim) berkata pula:  Sebenarnya apakah urusan kamu wahai utusan-utusan?”  Mereka berkata:  ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, kecuali pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya Kami pasti akan menyelamatkan mereka semuanya,    kecuali isterinya Kami telah memutuskan, sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”   Maka  tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pe-ngikutnya,   ia (Luth) berkata:  ”Sesungguhnya kamu adalah orang-orang asing.” Mereka itu berkata: “Sebenarnya kami datang kepada engkau   membawa berita azab yang mengenai itu  mereka meragukan,   dan kami   membawa kepada engkau berita yang pasti, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar,   maka berangkatlah engkau dengan keluarga engkau di bagian akhir malam, dan engkau ikutlah di belakang mereka,  janganlah seorang pun dari kamu menoleh ke belakang, dan  teruskanlah perjalanan kamu sekalian ke mana kamu telah diperintahkan.”   Dan  telah Kami beritahukan kepadanya perintah ini, sesungguhnya orang-orang ini akan ditumpas  habis sampai ke akarnya pada waktu subuh    (Al-Hijr [15[:58-67).

  Dengan menggunakan kata al-mursalūn (utusan-utusan), Al-Quran meng-isyaratkan, bahwa pengemban amanat itu adalah manusia, firman-Nya:  قَالَ فَمَا خَطۡبُکُمۡ اَیُّہَا الۡمُرۡسَلُوۡنَ  -- Ia (Ibrahim) berkata pula:  Sebenarnya apakah urusan kamu wahai utusan-utusan?”   Akan tetapi Bible kadang-kadang menyebutkan mereka sebagai manusia (Kejadian 18:2, 16, 22) dan kadangkala sebagai malaikat (Kejadian 19:11, 15).
         Tidak mustahil bahwa para tamu itu atau salah seorang di antara mereka adalah Rasul Allah, sebab bagaimana mungkin jika para tamu itu  merupakan orang-orang biasa tetapi mereka menyampaikan hal-hal penting dari Allah Swt. kepada  Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s..
        Dari ayat  قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ  اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ  -- “Mereka berkata:  ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ  --  kecuali pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya Kami pasti akan menyelamatkan mereka semuanya,  اِلَّا امۡرَاَتَہٗ  قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا  لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ  --   kecuali isterinya Kami telah memutuskan,   sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”

Membantah Kisah Dusta Dalam Bible  Berkenaan Nabi Luth a.s. dan Kedua Putrinya

        Dari  penjelasan ayat-ayat tersebut diketahui bahwa yang beriman kepada Nabi Luth a.s. bukan hanya kedua anak perempuan beliau saja, tetapi ada pula dari kalangan kaum beliau yang beriman, tetapi kebanyakan dari kaumnya – termasuk istrinya    --  tidak beriman kepada  Nabi Luth a.s..
        Makna ayat فَلَمَّا جَآءَ  اٰلَ  لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ  -- “Maka  tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pengikutnya,  قَالَ  اِنَّکُمۡ  قَوۡمٌ  مُّنۡکَرُوۡنَ   -- ia (Luth) berkata:  ”Sesungguhnya kamu adalah orang-orang asing,”   Nabi Luth a.s.  menduga  bahwa para “utusan” yang sebelumnya menjumpai Nabi Ibrahim a.s.  hanyalah para musafir biasa yang kebetulan saja berkunjung ke tempat itu.
       Kata ganti hum (mereka punya) dalam ungkapan adbāra-hum (belakang mereka) yang dipergunakan dalam ayat:  فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ   -- “maka berangkatlah engkau dengan keluarga engkau di bagian akhir malam, وَ اتَّبِعۡ اَدۡبَارَہُمۡ   -- dan engkau ikutlah di belakang mereka  menunjukkan, bahwa rombongan orang-orang yang meninggalkan kota bersama Nabi Luth a.s.    itu tidak hanya terdiri dari kedua putrinya saja, seperti dinyatakan dalam Bible (Kejadian Bab 19), tetapi terdiri dari orang-orang beriman lainnya juga, sebagiannya tentu laki-laki seperti ditegaskan oleh kata pengganti jamak bentuk laki-laki. Pandangan ini didukung oleh Bible di tempat lain (Kejadian 18:32).
         Kata-kata  وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ  اَحَدٌ وَّ امۡضُوۡا  حَیۡثُ  تُؤۡمَرُوۡنَ -- “janganlah seorang pun dari kamu menoleh ke belakang, dan  teruskanlah perjalanan kamu sekalian ke mana kamu telah diperintahkan, itu mungkin telah dipergunakan secara kiasan, yang artinya: “Janganlah seorang di antara kamu mengingat akan” atau “merasa khawatir terhadap  mereka yang ditinggalkan di belakang.”
       Tetapi kalau ayat tersebut diartikan secara harfiah maka maksud ungkapan tersebut  adalah bahwa waktu yang tersisa menjelang akan terjadinya azab Ilahi yang menghancurkan kota Sodom dan Gommorah sangat singkat,  karena itu rombongan orang-orang yang beriman yang berangkat bersama Nabi Luth a.s.  diperintahkan pergi dengan cepat agar mereka tidak terjangkau oleh gempa bumi  dahsyat yang akan terjadi. Itulah sebabnya posisi Nabi Luth a.s. berada di belakang rombongan  tersebut agar jangan ada seorang pun  pun dari rombongan itu yang tertinggal.
         Dengan demikian penjelasan Al-Quran tersebut membantah kedustaan “kisah tidak bermoral” yang dikemukakan Bible (Kejadian 19:1-38) mengenai perbuatan tak senonoh yang dilakukan kedua kedua orang putri Nabi Luth a.s. dengan ayahnya dalam sebuah goa, yang sebelumnya telah diberi minum anggur  yang membuat mabuk, sehingga kedua putrinya itu hamil dan melahirkan dua orang anak laki-laki. Na’ūdzubillāhi min dzālik.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21  April   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar