بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 35
Keinginan Kaum Nabi Luth a.s.
Membunuh
"Para Tamu” Beliau & Nubuatan Pengulangan Azab Ilahi yang Menimpa Kaum Nabi
Luth a.s.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai kabar gembira yang
disampaikan para “tamu” Nabi Ibrahim a.s., firman-Nya:
وَ
امۡرَاَتُہٗ قَآئِمَۃٌ فَضَحِکَتۡ فَبَشَّرۡنٰہَا بِاِسۡحٰقَ ۙ وَ
مِنۡ وَّرَآءِ اِسۡحٰقَ یَعۡقُوۡبَ ﴿﴾ قَالَتۡ
یٰوَیۡلَتٰۤیءَ اَلِدُ وَ اَنَا عَجُوۡزٌ وَّ ہٰذَا بَعۡلِیۡ شَیۡخًا ؕ اِنَّ ہٰذَا لَشَیۡءٌ
عَجِیۡبٌ ﴿﴾ قَالُوۡۤا
اَتَعۡجَبِیۡنَ مِنۡ اَمۡرِ اللّٰہِ
رَحۡمَتُ اللّٰہِ وَ بَرَکٰتُہٗ عَلَیۡکُمۡ اَہۡلَ الۡبَیۡتِ ؕ
اِنَّہٗ حَمِیۡدٌ مَّجِیۡدٌ ﴿﴾
Dan istrinya sedang berdiri di dekatnya maka ia pun
tertawa kecut, lalu Kami menyampaikan kabar gembira kepadanya mengenai kelahiran Ishaq, dan sesudah Ishaq
mengenai Ya’qub. Ia (Sarah) berkata: “Aduhai, celaka aku! Benarkah aku akan melahirkan anak, padahal aku seorang perempuan tua renta dan suamiku ini pun orang
yang sudah terlalu tua? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang ajaib.” Mereka berkata: “Apakah engkau merasa heran akan keputusan
Allah? Rahmat Allah dan keberkatan-Nya
atas kamu, hai ahli rumah ini.
Sesungguhnya Dia Maha Terpuji, Maha Mulia.”
(Hūd
[11]:72-74).
Dalam
ayat ini kata-kata “ahli rumah” itu dengan pasti menunjuk kepada istri Nabi Ibrahim a.s., sebab
pada waktu itu beliau (Sarah) masih belum mempunyai anak. Sesungguhnya bila ungkapan ahlal-bait dipakai dalam
Al-Quran mengenai seorang nabi, maka pada
umumnya yang dimaksud adalah istrinya
atau istri-istrinya (QS.28:13;
QS.33:34).
Keprihatinan Nabi Ibrahim a.s. &
Putri-putri Nabi Luth a.s. Sebagai “Jaminan” Kepercayaan
Selanjutnya Allah Swt. berfirman tentang keprihatinan Nabi Ibrahim a.s. ketika mendengar azab Ilahi yang akan menimpa kaum Nabi
Luth a.s.:
فَلَمَّا
ذَہَبَ عَنۡ اِبۡرٰہِیۡمَ الرَّوۡعُ وَ جَآءَتۡہُ الۡبُشۡرٰی یُجَادِلُنَا فِیۡ قَوۡمِ لُوۡطٍ
﴿ؕ﴾ اِنَّ اِبۡرٰہِیۡمَ لَحَلِیۡمٌ
اَوَّاہٌ مُّنِیۡبٌ ﴿﴾ یٰۤـاِبۡرٰہِیۡمُ
اَعۡرِضۡ عَنۡ ہٰذَا ۚ اِنَّہٗ قَدۡ جَآءَ اَمۡرُ رَبِّکَ ۚ وَ اِنَّہُمۡ
اٰتِیۡہِمۡ عَذَابٌ غَیۡرُ مَرۡدُوۡدٍ ﴿﴾
Maka tatkala
rasa takut hilang dari Ibrahim, dan
telah sampai pula kabar gembira kepadanya,
lalu ia mulai berbahas dengan Kami mengenai kaum Luth, sesungguhnya Ibrahim benar-benar penyantun, pengiba, dan berulang
kali kembali kepada Kami. “Hai Ibrahim, berhentilah dari berbahas ini, sesungguhnya telah datang perintah Rabb (Tuhan) engkau,
dan sesungguhnya akan datang kepada
mereka azab yang tidak dapat ditolak.” (Hūd [11]:75-77).
Mengenai ayat یُجَادِلُنَا فِیۡ قَوۡمِ لُوۡطٍ -- “lalu
ia mulai berbahas dengan Kami
mengenai kaum Luth,” lihat Kejadian
18:21-33. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ لَمَّا
جَآءَتۡ رُسُلُنَا لُوۡطًا سِیۡٓءَ بِہِمۡ وَ ضَاقَ بِہِمۡ ذَرۡعًا وَّ قَالَ
ہٰذَا یَوۡمٌ عَصِیۡبٌ ﴿﴾ وَ جَآءَہٗ
قَوۡمُہٗ یُہۡرَعُوۡنَ اِلَیۡہِ ؕ
وَ مِنۡ قَبۡلُ کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ السَّیِّاٰتِ ؕ قَالَ یٰقَوۡمِ ہٰۤؤُلَآءِ
بَنَاتِیۡ ہُنَّ اَطۡہَرُ لَکُمۡ
فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ لَا تُخۡزُوۡنِ فِیۡ ضَیۡفِیۡ ؕ اَلَـیۡسَ مِنۡکُمۡ رَجُلٌ
رَّشِیۡدٌ ﴿﴾
Dan tatkala utusan-utusan Kami datang kepada Luth, ia merasa susah
karena mereka itu dan merasa tidak berdaya mengenai
keselamatan mereka dan ia
berkata: “Ini hari yang amat sulit.”
Dan kaumnya datang berlari-lari kepadanya, dan
sebelumnya pun mereka
senantiasa berbuat kejahatan. Ia berkata: “Hai kaumku, ini anak-anak perempuanku sebagai
jaminan, mereka lebih suci untuk kamu, maka takutlah
kepada Allah dan ja-ngan menghinakan
aku di hadapan tamuku. Apakah
tidak ada seorang pun di
antara kamu yang berakal?”
(Hūd
[11]:78-79).
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya, bahwa ungkapan
dhaqa bil-amri dzar’an, berarti: ia kekurangan kemampuan, kekurangan
daya atau kekuatan untuk berbuat hal itu. Dzar berarti daya atau kemampuan; atau ungkapan itu berarti: hal atau perkara itu telah
menjadi sukar dan menyedihkan baginya (Lexicon
Lane). Kata-kata dalam teks itu berarti Nabi Luth a.s. merasakan
dirinya tidak berdaya atau tidak mampu untuk melindungi mereka.
Kaum Nabi Luth a.s. Takut Pembalasan
Kaum-kaum Tetangga & Berbagai Makna
Menawarkan Putri-putri Nabi
Luh a.s. Sebagai Jaminan
Penduduk kedua kota itu, Sodom dan Gommorah telah
biasa membegal dan merampas barang-barang kaum musafir (Jewish Encyclopaedia pada kata
“Sodom”). Tentu saja mereka senantiasa takut
akan pembalasan, terutama penduduk Sodom yang boleh dikatakan selalu ada
dalam keadaan perang dengan tetangga-tetangga
mereka (Kejadian bab
14). Mereka tidak akan senang jika orang-orang
asing masuk kota mereka.
Nabi Luth a.s. -- seperti
juga semua nabi Allah -- tentu saja akan menjamu tamu-tamu itu dan berusaha supaya mereka itu senang dan betah (QS.15:71). Kaumnya karena khawatir, mereka berulang kali memberi peringatan kepada Nabi Luth a.s. untuk menghentikan kebiasaan beliau menerima
tamu itu, karena itu ketika beliau membawa “utusan-utusan” yaitu orang-orang asing itu ke rumah beliau
maka mereka menjadi sangat marah dan cepat-cepat menemui beliau dengan wajah marah, karena mereka menyangka
sekarang mendapat kesempatan yang baik untuk
menghukum Nabi Luth a.s. disebabkan
beliau tanpa menghiraukan protes-protes
yang diajukan oleh mereka dengan berulang-ulang telah memberikan tempat berlindung kepada orang-orang asing (QS.15:68-71).
Ayat قَالَ یٰقَوۡمِ ہٰۤؤُلَآءِ بَنَاتِیۡ ہُنَّ اَطۡہَرُ لَکُمۡ فَاتَّقُوا اللّٰہَ وَ لَا تُخۡزُوۡنِ
فِیۡ ضَیۡفِیۡ ؕ اَلَـیۡسَ مِنۡکُمۡ
رَجُلٌ رَّشِیۡدٌ -- “Ia berkata: “Hai kaumku, ini anak-anak perempuanku sebagai
jaminan, mereka lebih suci untuk kamu, maka takutlah
kepada Allah dan jangan menghinakan
aku di hadapan tamuku. Apakah
tidak ada seorang pun di
antara kamu yang berakal?”
ayat ini mengandung arti, bahwa
mengingat kelakuan buruk mereka yang
sudah-sudah, Nabi Luth a.s. khawatir
bahwa jangan-jangan kaumnya akan berbuat
jahat, dan dengan demikian menghina
beliau di hadapan para tamu beliau
itu.
Di sini tidak ada suatu pun isyarat mengenai kejahatan tertentu. Mereka itu orang-orang durjana, karena itu sudah sewajarnya Nabi Luth a.s. khawatir
bahwa mereka itu akan mendatangkan sesuatu kerugian
kepada beliau, karena itu beliau mengatakan kepada mereka bahwa bila mereka
sungguh-sungguh mempunyai perasaan takut,
kalau-kalau beliau bersama orang-orang
asing itu akan merugikan mereka,
maka anak-anak perempuan Nabi Luth
a.s. sudah ada dalam kekuasaan mereka, dan mereka dapat membalas dendam terhadap beliau dengan
menyik-sa putri-putri beliau itu. Hal
itu merupakan jalan yang lebih baik
dan lebih suci bagi mereka untuk
ditempuh, sebab dengan jalan itu mereka akan menghindarkan diri dari perbuatan cemar dengan memberikan penghinaan kepada tamu-tamu beliau.
Atau artinya mungkin juga begini, bahwa
Nabi Luth a.s. sebagai seorang tua yang terhormat dari kota
itu, menganggap istri-istri mereka
sendiri sebagai anak-anak perempuan
beliau, yang oleh beliau disebut sebagai lebih
suci bagi mereka daripada melakukan perbuatan homosexual yang biasa mereka
lakukan. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قَالُوۡا
لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا لَنَا فِیۡ بَنٰتِکَ مِنۡ حَقٍّ ۚ وَ اِنَّکَ
لَتَعۡلَمُ مَا نُرِیۡدُ ﴿﴾ قَالَ لَوۡ اَنَّ
لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً اَوۡ اٰوِیۡۤ اِلٰی
رُکۡنٍ شَدِیۡدٍ ﴿﴾
Mereka
berkata: “Sungguh engkau benar-benar
telah mengetahui bahwa kami tidak mempunyai hak apa pun
dalam hal anak-anak perempuan engkau, dan sesungguhnya engkau benar-benar mengetahui
apa yang kami inginkan.” قَالَ لَوۡ
اَنَّ لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً اَوۡ اٰوِیۡۤ
اِلٰی رُکۡنٍ شَدِیۡدٍ -- Ia (Luth) berkata: “Seandainya aku ada memiliki kekuatan untuk melawan kamu atau aku berlindung pada suatu perlindungan
yang kuat.” (Hūd [11]:80-81).
Ketika
Nabi Luth a.s. menawarkan putri-putri beliau yang telah
berkeluarga di kota itu (Kejadian
19:15) sebagai jaminan tetapi
kaum beliau menolak tawaran itu,
sebab menerima perempuan sebagai jaminan merupakan satu hal yang bertentangan dengan adat mereka (Encyclopaedia
Britannica).
Mereka Ingin Membunuh
Para Tamu Nabi Luth a.s. & Nubuatan
Pengulangan Azab Ilahi yang Menimpa
Kaum Nabi Luth a.s.
Kata-kata, “Kami tidak
mempunyai hak apa pun atas anak-anak perempuan engkau” menunjukkan bahwa mereka tidak datang dengan tujuan
sebagai-mana yang dinisbahkan oleh
kebanyakan mufasirin kepada mereka -- yakni untuk melampiaskan nafsu sex mereka yang menyimpang -- sebab suatu kaum
yang telah begitu rusak dan bobrok akhlaknya seperti kaum Nabi Luth
a.s. tidak akan mempersoalkan perkara
yang berhubungan dengan pemuasan
nafsu-nafsu berahinya sebagai hak
atau bukan hak, sah atau tidak sah. Jadi
ucapan mereka: - وَ اِنَّکَ لَتَعۡلَمُ
مَا نُرِیۡدُ -- “dan sesunguhnya engkau mengetahui apa
yang kami inginkan,” berarti: “Engkau
mengetahui, bahwa kami inginkan supaya orang-orang asing itu diserahkan kepada
kami.”
Makna lain ayat قَالَ لَوۡ اَنَّ لِیۡ بِکُمۡ قُوَّۃً
اَوۡ اٰوِیۡۤ اِلٰی رُکۡنٍ
شَدِیۡدٍ -- Ia (Luth) berkata: “Seandainya aku ada memiliki kekuatan untuk melawan kamu atau aku berlindung pada suatu perlindungan
yang kuat” adalah “Aku akan mendoa kepada Tuhan supaya
diselamatkan dari penghinaan yang kamu coba timpakan kepadaku dengan mendesak
agar aku mengusir tamu-tamuku.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai perintah-Nya melalui para “tamu”
Nabi Luth a.s. tersebut:
قَالُوۡا
یٰلُوۡطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّکَ لَنۡ یَّصِلُوۡۤا
اِلَیۡکَ فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ
بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ اِلَّا امۡرَاَتَکَ ؕ اِنَّہٗ مُصِیۡبُہَا مَاۤ اَصَابَہُمۡ ؕ اِنَّ مَوۡعِدَہُمُ الصُّبۡحُ ؕ
اَلَـیۡسَ الصُّبۡحُ بِقَرِیۡبٍ ﴿﴾
Mereka yakni
utusan-utusan itu berkata: “Hai Luth,
sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Rabb
(Tuhan) engkau, mereka itu tidak akan pernah mencapai engkau, maka berangkatlah
dengan keluarga engkau sementara
masih ada malam dan janganlah
seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang, kecuali istri engkau, sesungguhnya apa yang akan menimpa me-reka akan
menimpanya juga. Sesungguhnya waktu
yang telah dijanjikan bagi mereka ialah waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (Hūd [11]:82).
“Utusan-utusan”
itu orang-orang saleh dari daerah
sekitar itu, yang diperintahkan Allah Swt. untuk memperingatkan Nabi Luth a.s. dan menunjukkan kepada beliau ke mana beliau harus pergi. Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
فَلَمَّا
جَآءَ اَمۡرُنَا جَعَلۡنَا عَالِیَہَا سَافِلَہَا وَ اَمۡطَرۡنَا عَلَیۡہَا
حِجَارَۃً مِّنۡ سِجِّیۡلٍ ۬ۙ
مَّنۡضُوۡدٍ﴿ۙ﴾ مُّسَوَّمَۃً عِنۡدَ رَبِّکَ ؕ وَ مَا ہِیَ مِنَ
الظّٰلِمِیۡنَ بِبَعِیۡدٍ ﴿٪﴾
Maka
tatkala perintah Kami datang, Kami
menjadikan negeri itu bagian atasnya terbalik ke bagian
bawahnya, dan Kami menghujankan
atasnya batu-batu dari tanah liat, bertubi-tubi. Yang telah ditandai bagi mereka dalam takdir Rabb
(Tuhan) engkau, dan azab seperti
itu tidak jauh dari orang-orang yang zalim
pada zaman sekarang juga. (Hūd [11]:83).
Nampaknya
kaum Nabi Luth a.s. dibinasakan
oleh gempa bumi yang dah-syat. Gempa-gempa yang hebat sering
menjungkir-balikkan bagian-bagian bumi, dan sebagai akibatnya pecahan-pecahan tanah beterbangan ke
udara dan kemudian jatuh kembali ke tanah.
Berbagai keburukan yang diperbuat kaum Nabi Luth a.s. tersebut – terutama
perbuatan homo sexual -- kembali terulang di berbagai kawasan dunia
di Akhir Zaman ini, bahkan ada
negara-negara Non-Muslim yang melegalkan
berbagai bentuk penyimpangan sexual berupa pernikahan
sejenis antar laki-laki atau antar perempuan,
sehingga azab Ilahi yang menimpa kota Sodom
dan Gommorah pun akan kembali terjadi
di Akhir
Zaman, itulah makna ayat مُّسَوَّمَۃً عِنۡدَ رَبِّکَ ؕ وَ
مَا ہِیَ مِنَ الظّٰلِمِیۡنَ بِبَعِیۡدٍ -- “Yang telah
ditandai bagi mereka dalam
takdir Rabb (Tuhan) engkau,
dan azab seperti itu tidak jauh
dari orang-orang yang zalim pada
zaman sekarang juga.”
Para Tamu
Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. Adalah Rasul Allah
Mengenai pembahasan yang sama tetapi dalam rincian yang agak berlainan,
Allah Swt. menjelaskan dalam Surah Al-Hijr
percakapan antara Nabi Ibrahim a.s. dengan para tamunya yang mendapat perintah
Allah Swt., firman-Nya:
قَالَ فَمَا
خَطۡبُکُمۡ اَیُّہَا الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ
اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اِلَّا
امۡرَاَتَہٗ قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ ﴿٪﴾ فَلَمَّا جَآءَ
اٰلَ لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ ﴿ۙ﴾ قَالَ
اِنَّکُمۡ قَوۡمٌ مُّنۡکَرُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا بَلۡ جِئۡنٰکَ بِمَا کَانُوۡا فِیۡہِ
یَمۡتَرُوۡنَ﴿﴾ وَ اَتَیۡنٰکَ
بِالۡحَقِّ وَ اِنَّا لَصٰدِقُوۡنَ ﴿﴾ فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ وَ
اتَّبِعۡ اَدۡبَارَہُمۡ وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ وَّ امۡضُوۡا حَیۡثُ
تُؤۡمَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَضَیۡنَاۤ اِلَیۡہِ ذٰلِکَ الۡاَمۡرَ اَنَّ دَابِرَ ہٰۤؤُلَآءِ مَقۡطُوۡعٌ
مُّصۡبِحِیۡنَ ﴿﴾
Ia (Ibrahim)
berkata pula: ”Sebenarnya
apakah urusan kamu wahai utusan-utusan?”
Mereka berkata: ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, kecuali pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya Kami pasti akan menyelamatkan mereka
semuanya, kecuali isterinya Kami telah memutuskan, sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”
Maka tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pe-ngikutnya, ia
(Luth) berkata: ”Sesungguhnya
kamu adalah orang-orang asing.” Mereka itu berkata: “Sebenarnya kami datang kepada engkau membawa berita azab yang mengenai itu mereka meragukan, dan kami membawa kepada engkau berita yang pasti,
dan sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang benar, maka berangkatlah engkau dengan keluarga engkau
di bagian akhir malam, dan engkau
ikutlah di belakang mereka, janganlah
seorang pun dari kamu menoleh ke belakang, dan teruskanlah
perjalanan kamu sekalian ke mana kamu telah diperintahkan.” Dan telah
Kami beritahukan kepadanya perintah ini, sesungguhnya orang-orang ini akan ditumpas
habis sampai ke akarnya pada waktu subuh (Al-Hijr
[15[:58-67).
Dengan
menggunakan kata al-mursalūn (utusan-utusan), Al-Quran meng-isyaratkan,
bahwa pengemban amanat itu adalah manusia, firman-Nya: قَالَ فَمَا خَطۡبُکُمۡ اَیُّہَا
الۡمُرۡسَلُوۡنَ -- Ia
(Ibrahim) berkata pula: ”Sebenarnya
apakah urusan kamu wahai utusan-utusan?”
Akan tetapi Bible kadang-kadang menyebutkan mereka sebagai manusia (Kejadian
18:2, 16, 22) dan kadangkala sebagai malaikat
(Kejadian 19:11, 15).
Tidak mustahil bahwa para tamu
itu atau salah seorang di antara mereka adalah Rasul Allah, sebab bagaimana mungkin jika para tamu itu merupakan orang-orang biasa tetapi mereka
menyampaikan hal-hal penting dari
Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. dan
Nabi Luth a.s..
Dari ayat
قَالُوۡۤا اِنَّاۤ اُرۡسِلۡنَاۤ
اِلٰی قَوۡمٍ مُّجۡرِمِیۡنَ -- “Mereka berkata: ”Sesungguhnya kami telah diutus kepada kaum yang berdosa, اِلَّاۤ اٰلَ لُوۡطٍ
ؕ اِنَّا لَمُنَجُّوۡہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- kecuali
pengikut-pengikut Luth, sesungguhnya
Kami pasti akan menyelamatkan mereka
semuanya, اِلَّا امۡرَاَتَہٗ قَدَّرۡنَاۤ ۙ اِنَّہَا لَمِنَ الۡغٰبِرِیۡنَ -- kecuali
isterinya Kami telah memutuskan, sesungguhnya ia benar-benar termasuk orang-orang yang akan tertinggal di belakang.”
Membantah Kisah Dusta Dalam
Bible Berkenaan Nabi Luth a.s. dan Kedua Putrinya
Dari penjelasan ayat-ayat tersebut diketahui bahwa
yang beriman kepada Nabi Luth a.s.
bukan hanya kedua anak perempuan
beliau saja, tetapi ada pula dari kalangan
kaum beliau yang beriman, tetapi kebanyakan
dari kaumnya – termasuk istrinya -- tidak beriman kepada Nabi
Luth a.s..
Makna
ayat فَلَمَّا
جَآءَ اٰلَ لُوۡطِۣ الۡمُرۡسَلُوۡنَ -- “Maka tatkala utusan-utusan itu datang kepada Luth beserta para pengikutnya, قَالَ
اِنَّکُمۡ قَوۡمٌ مُّنۡکَرُوۡنَ -- ia (Luth) berkata: ”Sesungguhnya kamu adalah orang-orang asing,” Nabi
Luth a.s. menduga bahwa para “utusan” yang sebelumnya menjumpai Nabi Ibrahim a.s. hanyalah para musafir biasa yang kebetulan saja berkunjung ke tempat itu.
Kata
ganti hum (mereka punya) dalam ungkapan adbāra-hum (belakang
mereka) yang dipergunakan dalam ayat: فَاَسۡرِ بِاَہۡلِکَ
بِقِطۡعٍ مِّنَ الَّیۡلِ --
“maka berangkatlah engkau dengan
keluarga engkau di bagian akhir malam, وَ اتَّبِعۡ
اَدۡبَارَہُمۡ -- dan
engkau ikutlah di belakang mereka” menunjukkan,
bahwa rombongan orang-orang yang
meninggalkan kota bersama Nabi Luth a.s. itu tidak hanya terdiri dari kedua putrinya saja, seperti dinyatakan
dalam Bible (Kejadian Bab
19), tetapi terdiri dari orang-orang
beriman lainnya juga, sebagiannya tentu laki-laki
seperti ditegaskan oleh kata pengganti
jamak bentuk laki-laki. Pandangan
ini didukung oleh Bible di tempat
lain (Kejadian 18:32).
Kata-kata
وَ لَا یَلۡتَفِتۡ مِنۡکُمۡ اَحَدٌ
وَّ امۡضُوۡا حَیۡثُ تُؤۡمَرُوۡنَ -- “janganlah seorang pun dari kamu menoleh ke
belakang, dan teruskanlah perjalanan kamu sekalian ke
mana kamu telah diperintahkan,” itu
mungkin telah dipergunakan secara kiasan,
yang artinya: “Janganlah seorang di
antara kamu mengingat akan” atau “merasa
khawatir terhadap mereka yang
ditinggalkan di belakang.”
Tetapi kalau ayat tersebut diartikan secara harfiah maka maksud ungkapan
tersebut adalah bahwa waktu yang tersisa menjelang akan terjadinya azab Ilahi yang menghancurkan kota Sodom dan Gommorah sangat
singkat, karena itu rombongan orang-orang yang beriman
yang berangkat bersama Nabi Luth a.s.
diperintahkan pergi dengan cepat agar mereka tidak terjangkau oleh gempa
bumi dahsyat yang akan terjadi. Itulah sebabnya posisi Nabi Luth a.s.
berada di belakang rombongan tersebut
agar jangan ada seorang pun pun dari
rombongan itu yang tertinggal.
Dengan demikian penjelasan Al-Quran tersebut membantah kedustaan “kisah tidak bermoral” yang
dikemukakan Bible (Kejadian
19:1-38) mengenai perbuatan tak senonoh
yang dilakukan kedua kedua orang putri
Nabi Luth a.s. dengan ayahnya dalam sebuah goa, yang sebelumnya telah diberi minum anggur yang membuat mabuk, sehingga kedua putrinya itu hamil dan melahirkan dua orang anak laki-laki. Na’ūdzubillāhi min dzālik.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar