بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 38
Kelumpuhan Indera-indra
Ruhani di Dunia Menjadi Penyebab Terjadinya
Kebutaan Manusia di Akhirat dari Menyaksikan “Penampakan” Allah Swt.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dibahas mengenai terjadinya berbagai kobaran api pertentangan dan peperangan di wilayah Timur Tengah pada saat ini yang tak berkesudahan, pada hakikatnya
peristiwa tersebut membuktikan kebenaran firman Allah Swt. mengenai Sunnah-Nya yakni
ajal (jangka waktu) yang telah
ditetapkan Allah Swt. bagi Bani Ismail -- sebagai “kaum pengganti” Bani Israil -- telah mencapai batas akhirnya: وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا
عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ
ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- Dan
orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:37).
Selengkapnya Allah Swt. berfirman:
وَ لِکُلِّ
اُمَّۃٍ اَجَلٌ ۚ فَاِذَا جَآءَ
اَجَلُہُمۡ لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ
سَاعَۃً وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾ یٰبَنِیۡۤ
اٰدَمَ اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ
رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ
فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ
اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ
اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan
bagi tiap-tiap umat ada batas waktu,
maka apabila telah datang batas waktunya,
mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat
memajukannya. یٰبَنِیۡۤ اٰدَمَ
اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ
ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ -- Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antaramu yang menceritakan Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan
bersedih hati. وَ الَّذِیۡنَ
کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا
خٰلِدُوۡنَ -- Dan orang-orang
yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan
takabur berpaling darinya, mereka
itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya.
(Al-A’rāf
[7]:35-37).
Itulah Sunnatullah mengapa
pada akhirnya Allah Swt. membinasakan kaum-kaum purbakala yang telah mendustakan
dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, padahal mereka itu sedang berada dalam puncak kesuksesan kehidupan duniawi
mereka, firman-Nya: کَلَّاۤ اِنَّ
کِتٰبَ الۡفُجَّارِ لَفِیۡ
سِجِّیۡنٍ ؕ
-- Sekali-kali tidak,
sesungguhnya kitab para pendurhaka adalah di dalam sijjīn (Al-Muthaffifīn [83]:8).
Makna Sijjin
Sijjīn dianggap oleh sementara ahli tafsir
Al-Quran dengan keliru sebagai suatu kata bukan bahasa Arab, namun menurut beberapa sumber terkemuka seperti
Farra’, Zajjaj, Abu Ubaidah, dan Mubarrad, kata itu memang bahasa Arab yang
diambil dari kata sajana. Kamus
Lisan-al-’Arab menganggapnya
sama dengan sijn (penjara).
Sijjīn adalah buku registrasi di dalamnya tercatat segala perbuatan jahat yang dilakukan oleh para penjahat yang konon tersimpan di alam akhirat. Kata itu berarti pula sesuatu yang keras, hebat, dan dahsyat; berkesinambungan,
lestari atau kekal abadi (Lexicon Lane).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾ کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ
﴿ؕ﴾ ثُمَّ اِنَّہُمۡ
لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾
ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah
yang engkau ketahui, apa sijjīn
itu? Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu
orang-orang yang mendustakan Hari
Pembalasan. Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak,
bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi
karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali
tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat
Rabb (Tuhan) mereka.
ثُمَّ اِنَّہُمۡ
لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ -- Kemudian sesungguhnya mereka
pasti masuk ke dalam Jahannam. ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ -- Kemudian
dikatakan: “Inilah apa yang
senantiasa kamu dustakan.”
(Al-Muthaffifīn
[83]:9-18).
Kata sijjīn
berdasarkan
berbagai artinya yang dikemukakan sebelumnya menunjukkan, bahwa hukuman
bagi orang-orang kafir durjana itu
akan amat keras dan kekal. Atau ayat ini dapat berarti bahwa
orang-orang durjana yang ditempatkan
di dalam suatu tempat hina lagi nista, dan keputusan itu tidak dapat dibatalkan lagi.
Atau, sijjīn dan ‘illiyyīn itu
mungkin dua bagian yang dituturkan Al-Quran; yang pertama membicarakan orang-orang yang menolak Amanat Allah serta hukuman
yang akan dijatuhkan kepada mereka, sedang ‘illiyyīn membicarakan hamba-hamba Allah yang bertakwa serta ganjaran-ganjaran yang akan dianugerahkan kepada mereka. Jadi
maksud ayat ini ialah bahwa keputusan
yang tercantum di dalam kedua bagian Al-Quran
itu tidak dapat diubah atau diganti.
Mereka yang “Terhijab”
(Terhalang) dari Memandang Penampakan
Allah Swt. Akan Dibangkitkan di Akhirat
Dalam Keadaan Buta
Makna kalimat “benar-benar terhalang dari Rabb mereka”
dalam firman-Nya: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak,
bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi
karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya
pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16), bahwa nikmat melihat Wajah Allah dianugerahkan kepada orang beriman melalui dua
tingkat.
Tingkat
pertama ialah tingkat keimanan,
ketika memperoleh keyakinan teguh
kepada Sifat-sifat sempurna Allah
Swt.. Tingkat kedua atau tingkat lebih tinggi berupa anugerah kenyataan mengenai Dzat
Ilahi. Orang-orang berdosa
disebabkan dosa-dosa mereka akan
tetap luput dari makrifat Dzat Ilahi pada Hari
Pembalasan mereka tidak akan melihat Wajah
Allah.
Mengisyaratkan kepada
kenyataan itulah yang dimaksudkan dengan orang-orang yang di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta, firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ
بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ
بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ
کِتٰبَہُمۡ وَ لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا ﴿﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ
ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا ﴿﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan
memanggil semua orang beserta pemimpin
mereka, lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di
tangan kanannya maka
mereka itu akan membaca kitab mereka
dan mereka tidak akan dizalimi sedikit
pun. وَ مَنۡ کَانَ
فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا -- Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih tersesat dari jalan. (Bani Israil [17]:72-73).
Tangan
kanan adalah lambang keberkatan, sedang tangan kiri lambang hukuman.
Pada tubuh manusia yang sebelah kanan
mempunyai semacam keunggulan terhadap
yang kiri, karena otot-otot di sebelah kanan
pada umumnya lebih kuat dari yang sebelah kiri.
Diserahkan catatan
mengenai perbuatan (catatan amal) seseorang
ke tangan kanannya seperti disebutkan
dalam ayat 72 mengandung arti bahwa catatan
itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya. Lagi pula tangan kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan, berikut firman-Nya mengenai kepastian akan dibinasakan-Nya
para pendakwa palsu atau nabi palsu -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw. --
seandainya beliau saw. mengada-adakan
kedustaan atas nama Allah,
firman-Nya:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ
مَا لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ
کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾ وَّ
مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا
مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾
وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ
قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ
لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا
مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا
مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا
مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ
﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan
apa yang kamu lihat, dan dengan
apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang
Rasul mulia. Dan bukanlah Al-Quran
itu perkataan seorang penyair, sedikit
sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ -- Al-Quran ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam. وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ -- dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan atas na-ma Kami, َاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ
-- niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, ثُمَّ
لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ -- Kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ
عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ -- Dan
tidak ada seorang pun di antara kamu
dapat mencegah itu darinya. (Al-Haqqah [69]:39-48).
Oleh karena itu
kalau ada orang yang mengaku sebagai Rasul Allah
maka manusia tidak perlu ikut
repot membinasakannya, sebab jika memang pendakwaannya palsu maka Allah Swt. Sendiri yang akan membinasakannya, Tetapi sebaliknya, jika pendakwaannya
benar maka walau pun seluruh umat
manusia berusaha menggagalkan misi sucinya
-- untuk menegakkan dan memurnikan kembali Tauhid Ilahi (QS.98:1-9) -- maka makar buruk apa pun yang mereka lakukan
terhadapnya pasti gagal (QS.3:55; QS.8:31; QS.13:43-44; QS.14:47-48; QS.27:51054) dan mereka
yang akan mengalami kehinaan di dunia dan di akhirat, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ
اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ
لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang
yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ -- Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
akan me-nang.” ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21-22).
Sunnatullah tersebut berlaku juga di Akhir Zaman ini berkenaan dengan pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-5) untuk mewujudkan kejayaan Islam kedua kali (QS.61:10).
Makna “Tangan Kiri” dan Hubungannya Dengan Kebutaan Mata Ruhani
Dalam QS.69 ayat 45-48 keterangan-keterangan telah diberikan, bahwa
bila Nabi Besar Muhammad saw. itu
pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.
– yakni “Tangan kanan-Nya” -- pasti menangkap
dan memutuskan urat pada leher beliau
saw. dan pasti beliau saw. telah menemui
ajal pedih serta seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur
berantakan, sebab memang demikianlah nasib
seorang nabi palsu. Dakwa dan
keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi
yang tepat dari peryataan Bible dalam
Ulangan 18:20 mengenai nabi palsu.
Jadi, dipegangnya catatan
amal mereka di tangan kanan
mereka oleh orang-orang beriman dalam
(QS.17:72) mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan
kemauan keras, sedang dipegangnya
oleh orang-orang kafir catatan amal mereka di tangan
kiri mengandung arti bahwa mereka tidak berjuang untuk mencapai ketakwaan dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu
(QS.69:26-30; QS,56:42-58; QS.84:7-15).
Dalam ayat selanjutnya digambarkan orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kirinya dan mereka di akhirat akan dibangkitkan
dalam keadaan buta pula, sebabnya
adalah mereka yang tidak mempergunakan mata
ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia
ini akan tetap luput dari penglihatan ruhani
di dalam akhirat, sebagaimana
firman-Nya: کَلَّا
بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ --
Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ
اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- sekali-kali
tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat
Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn
[83]:15-16).
Al-Quran menyebut mereka yang tidak
merenungkan Tanda-tanda Allah serta
tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191)
sebagai “orang buta”. Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta: وَ مَنۡ کَانَ
فِیۡ ہٰذِہٖۤ اَعۡمٰی فَہُوَ فِی
الۡاٰخِرَۃِ اَعۡمٰی وَ اَضَلُّ
سَبِیۡلًا -- dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat pun ia akan buta juga dan bahkan lebih
tersesat dari jalan. (Bani
Israil [17]:73).
Mengenai orang-orang yang menerima catatan
amalnya dengan tangan kirinya
tersebut serta di akhirat mereka akan
dibangkitkan dalam keadaan buta,
Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ
فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ
رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ َصِیۡرًا
﴿﴾ قَالَ
کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ وَکَذٰلِکَ
الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ
الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی
﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
النُّہٰی ﴿﴾٪
Dan
barangsiapa berpaling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit, وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ
اَعۡمٰی -- dan Kami akan membangkit-kannya pada Hari
Kiamat dalam keadaan buta. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ َصِیۡرًا -- Ia berkata: "Ya Rabb-ku
(Tuhanku), mengapa Engkau membangkitkan
aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya
dahulu aku dapat melihat?” قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ
اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ
وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی – Dia
berfirman: "Demikianlah
telah datang kepada engkau Tanda-tanda
Kami, tetapi engkau melupakannya
dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ
لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ
لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی -- Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang
melanggar dan ia tidak beriman
kepada Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya), dan niscaya
azab- akhirat itu lebih keras dan lebih
kekal. اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ
-- Maka apakah tidak memberi petunjuk
kepada mereka berapa ba-nyak generasi yang telah
Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan
di tempat-tempat tinggal mereka yang telah hancur? اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ
لِّاُولِی النُّہٰی -- Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā
[20]:125-129).
Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia serta menjalani
cara hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya, dan
dengan demikian membuat dirinya tidak
layak menerima nur dari Allah Swt. maka ia akan dilahirkan dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya kembali pada kehidupan di akhirat.
Hal
itu menjadi demikian karena ruhnya di dunia ini -- yang akan
berperan sebagai tubuh bagi ruh
yang lebih maju ruhaninya di alam
akhirat -- telah menjadi buta, sebab
ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia ini. Dan sebagai
jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia
dibangkit‑
kan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta, sebagaimana firman-Nya: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16).
kan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt. akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta, sebagaimana firman-Nya: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16).
Kebutaan Mata Hati Dalam Dada & Menantang Mempercepat Azab Ilahi
Ayat QS.20:129
dapat pula berarti, bahwa karena orang
kafir tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat
Ilahi dan tetap asing dari Sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika Sifat-sifat Allah Swt. itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
maka ia akan menjadi seseorang yang terasing dari Sifat-sifat Ilahi
itu tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan
berdiri seperti orang buta yang tidak
mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
Benarlah
firman Allah Swt. berikut ini bahwa orang-orang yang kafir serta mendustakan Allah Swt. dan Rasul Allah,
bahwa mereka itu bukan mata
jasmani mereka yang buta melainkan “mata hati” mereka yang buta,
sehingga walau pun berbagai bentuk azab Ilahi terus menerus menimpa umumnya
umat manusia tetapi mereka
tetap tidak mampu mengambil nasihat dan pelajaran
dari peringatan
Allah Swt. tersebut:
وَ اِنۡ یُّکَذِّبُوۡکَ فَقَدۡ
کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ وَّ عَادٌ
وَّ ثَمُوۡدُ ﴿ۙ﴾ وَ قَوۡمُ اِبۡرٰہِیۡمَ
وَ قَوۡمُ لُوۡطٍ ﴿ۙ﴾ وَّ اَصۡحٰبُ مَدۡیَنَ
ۚ وَ کُذِّبَ مُوۡسٰی فَاَمۡلَیۡتُ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ثُمَّ اَخَذۡتُہُمۡ ۚ فَکَیۡفَ کَانَ نَکِیۡرِ ﴿﴾ فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ
اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ
فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ
وَّ قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿﴾ اَفَلَمۡ
یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ َاِنَّہَا
لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ
﴿﴾
Dan jika mereka
mendustakan engkau maka sungguh
telah mendustakan pula sebelum mereka kaum
Nuh dan ‘Ad dan Tsamud dan kaum Ibrahim dan kaum Luth, dan penduduk Madyan, dan Musa
pun telah didustakan, tetapi Aku memberi tangguh kepada orang-orang
kafir, kemudian Aku menangkap mereka maka betapa
dahsyatnya akibat keingkaran
kepada-Ku! فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ
بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ
قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ -- Dan berapa banyak
kota yang Kami telah membinasakannya,
yang penduduknya sedang berbuat
zalim lalu dinding-dindingnya jatuh
atas atapnya, dan sumur yang
telah ditinggalkan dan istana
yang menjulang tinggi. اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا
فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ َاِنَّہَا
لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ -- Maka apakah
mereka tidak berpesiar di bumi, lalu
menjadikan hati mereka memahami
dengannya atau menjadikan telinga mereka
mendengar dengannya? Maka sesungguhnya
bukan mata yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada,
(Al-Hajj
[22]:43-47).
Dari ayat ini jelas bahwa
orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di sini atau di
tempat lain dalam Al-Quran (QS.17:73;
QS.22:125-129) ialah, orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli (QS.7:180).
Kelumpuhan indera-indera ruhani
mereka dari mengenal Tanda-tanda Allah Swt.
yang dikemukakan Rasul Allah yang
diutus kepada itulah yang kemudian
memicu ketakaburan mereka untuk menantang agar azab Ilahi yang diperingatkan kepada mereka kedatangannya disegerakan (dipercepat), firman-Nya:
وَ
یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ
اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ
کَاَلۡفِ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾ وَ
کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَمۡلَیۡتُ
لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ ثُمَّ
اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah
tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb (Tuhan) engkau seperti seribu
tahun menurut perhitungan kamu.
Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim. Kemudian Aku
menangkapnya dan kepada Aku-lah
kembali mereka. (Al-Hajj [22]:48-49).
Terjadinya Perang Dunia I dan Perang
Dunia II & Ancaman Perang Nuklir
Nabi Besar Muhammad saw. menurut riwayat pernah bersabda bahwa
tiga abad (300 tahun) pertama Islam
akan merupakan masa yang terbaik,
sesudah itu kepalsuan akan tersebar
dan suatu masa kegelapan akan datang
dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi).
Masa 1000 tahun ini dipersamakan
dengan satu hari (QS.32:6),
firman-Nya:
یُدَبِّرُ
الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ اِلَی
الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾ ذٰلِکَ عٰلِمُ الۡغَیۡبِ وَ
الشَّہَادَۃِ الۡعَزِیۡزُ الرَّحِیۡمُ ۙ﴿﴾
Dia
mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu
akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. Demikian itulah Tuhan
Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Maha Perkasa,
Maha Penyayang, (As-Sajdah
[32]:6-7).
Dalam masa kemunduran umat Islam tersebut satu kaum
yang bermata biru -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yang beragama Kristen
-- akan bangkit dan menyebar luas ke
seluruh dunia (QS.20:103-104).
Orang-orang bermata biru itulah yang
karena sombong dan takaburnya -- yang diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan duniawi dan kekuasaan politik (QS.7:170;
QS.18:1-9) -- mtelah digambarkan memberi tantangan
kepada Nabi Besar Muhammad saw. untuk
mempercepat azab Ilahi yang dikatakan oleh beliau saw. akan menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan
dijanjikan itu. Perang Dunia I dan Perang
Dunia II adalah merupakan sebagian penggenapan azab Ilahi tersebut dan meletusnya Perang Dunia III atau Perang
Nuklir hanya tinggal menunggu waktu saja, yang akan terjadi secara tiba-tiba.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar