Selasa, 28 April 2015

Kelumpuhan "Indera-indera Ruhani" di Dunia Menjadi Penyebab Kebutaaan Manusia di Akhirat dari Menyaksikan "Penampakkan" Allah Swt.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 38

    
Kelumpuhan Indera-indra Ruhani di Dunia Menjadi Penyebab Terjadinya  Kebutaan Manusia di Akhirat dari Menyaksikan “Penampakan” Allah Swt.
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai terjadinya berbagai kobaran api pertentangan dan peperangan di wilayah Timur Tengah pada saat ini  yang tak berkesudahan, pada hakikatnya peristiwa tersebut  membuktikan kebenaran  firman Allah Swt. mengenai Sunnah-Nya   yakni  ajal (jangka waktu) yang telah ditetapkan  Allah Swt. bagi Bani Ismail     -- sebagai “kaum pengganti” Bani Israil  -- telah mencapai batas akhirnya: وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:37). Selengkapnya Allah Swt. berfirman:
وَ لِکُلِّ اُمَّۃٍ  اَجَلٌ ۚ فَاِذَا  جَآءَ  اَجَلُہُمۡ  لَا یَسۡتَاۡخِرُوۡنَ سَاعَۃً  وَّ لَا یَسۡتَقۡدِمُوۡنَ ﴿﴾  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ ﴿﴾  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾   
Dan bagi  tiap-tiap umat ada batas waktu, maka apabila telah datang batas waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya.  یٰبَنِیۡۤ  اٰدَمَ  اِمَّا یَاۡتِیَنَّکُمۡ رُسُلٌ مِّنۡکُمۡ یَقُصُّوۡنَ عَلَیۡکُمۡ اٰیٰتِیۡ ۙ فَمَنِ اتَّقٰی وَ اَصۡلَحَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا ہُمۡ یَحۡزَنُوۡنَ  -- Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu  rasul-rasul dari antaramu yang menceritakan  Ayat-ayat-Ku kepada kamu, maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan menimpa mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati.  وَ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا بِاٰیٰتِنَا وَ اسۡتَکۡبَرُوۡا عَنۡہَاۤ  اُولٰٓئِکَ اَصۡحٰبُ النَّارِ ۚ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  --  Dan  orang-orang yang mendustakan Ayat-ayat Kami dan dengan takabur berpaling  darinya, mereka itu penghuni Api, mereka kekal di dalamnya. (Al-A’rāf [7]:35-37).
       Itulah Sunnatullah   mengapa  pada akhirnya Allah Swt. membinasakan kaum-kaum purbakala yang telah mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka, padahal mereka itu sedang berada dalam puncak kesuksesan kehidupan duniawi  mereka, firman-Nya: کَلَّاۤ  اِنَّ  کِتٰبَ الۡفُجَّارِ لَفِیۡ  سِجِّیۡنٍ ؕ  --  Sekali-kali tidak, sesungguhnya  kitab para pendurhaka adalah di dalam sijjīn (Al-Muthaffifīn [83]:8).    

Makna Sijjin

  Sijjīn dianggap oleh sementara ahli tafsir Al-Quran dengan keliru sebagai suatu kata bukan bahasa Arab, namun menurut beberapa sumber terkemuka seperti Farra’, Zajjaj, Abu Ubaidah, dan Mubarrad, kata itu memang bahasa Arab yang diambil dari kata sajana. Kamus  Lisan-al-’Arab  menganggapnya sama dengan sijn (penjara).
    Sijjīn adalah buku registrasi di dalamnya tercatat segala perbuatan jahat yang dilakukan oleh para penjahat yang konon tersimpan di alam akhirat. Kata itu berarti pula sesuatu yang keras, hebat, dan dahsyat; berkesinambungan, lestari atau kekal abadi (Lexicon Lane). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾  وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ  اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah yang engkau ketahui,  apa  sijjīn itu?  Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.  Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --  Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka.  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ --  Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam.    ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ   -- Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.” (Al-Muthaffifīn [83]:9-18).
     Kata sijjīn  berdasarkan  berbagai artinya yang dikemukakan sebelumnya menunjukkan,  bahwa hukuman bagi orang-orang kafir durjana itu akan amat keras dan kekal. Atau ayat ini dapat berarti bahwa orang-orang durjana yang ditempatkan di dalam suatu tempat hina lagi nista, dan keputusan itu tidak dapat dibatalkan lagi.
    Atau, sijjīn dan ‘illiyyīn itu mungkin dua bagian yang dituturkan Al-Quran; yang pertama membicarakan orang-orang yang menolak Amanat Allah serta hukuman yang akan dijatuhkan kepada mereka, sedang  ‘illiyyīn membicarakan hamba-hamba Allah yang bertakwa serta ganjaran-ganjaran yang akan dianugerahkan kepada mereka. Jadi maksud ayat ini ialah bahwa keputusan yang tercantum di dalam kedua bagian Al-Quran itu tidak dapat diubah atau diganti.

Mereka yang “Terhijab” (Terhalang) dari Memandang Penampakan Allah Swt. Akan Dibangkitkan di Akhirat Dalam Keadaan Buta
    
    Makna kalimat “benar-benar terhalang dari Rabb mereka” dalam firman-Nya: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16),   bahwa nikmat melihat Wajah Allah dianugerahkan kepada orang beriman  melalui dua tingkat.
     Tingkat pertama ialah tingkat keimanan, ketika memperoleh keyakinan teguh kepada Sifat-sifat sempurna Allah Swt.. Tingkat kedua atau tingkat lebih tinggi berupa anugerah kenyataan mengenai Dzat Ilahi. Orang-orang berdosa disebabkan dosa-dosa mereka akan tetap luput dari makrifat Dzat Ilahi pada Hari Pembalasan mereka tidak akan melihat Wajah Allah.
   Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah yang dimaksudkan dengan orang-orang yang di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta,  firman-Nya:
یَوۡمَ نَدۡعُوۡا کُلَّ اُنَاسٍۭ بِاِمَامِہِمۡ ۚ فَمَنۡ اُوۡتِیَ کِتٰبَہٗ  بِیَمِیۡنِہٖ فَاُولٰٓئِکَ یَقۡرَءُوۡنَ  کِتٰبَہُمۡ وَ لَا یُظۡلَمُوۡنَ فَتِیۡلًا  ﴿﴾ وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا ﴿﴾
Ingatlah hari itu ketika Kami akan memanggil semua orang beserta pemimpin mereka,  lalu barangsiapa akan diberikan kitabnya di tangan kanannya  maka mereka itu akan membaca kitab mereka dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun. وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا --   Dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun  ia akan buta juga  dan bahkan   lebih tersesat dari jalan. (Bani  Israil [17]:72-73).
       Tangan kanan adalah lambang keberkatan, sedang tangan kiri lambang hukuman. Pada tubuh manusia yang sebelah kanan mempunyai semacam keunggulan terhadap yang kiri,  karena otot-otot di sebelah kanan pada umumnya lebih kuat dari yang sebelah kiri.
           Diserahkan catatan mengenai perbuatan (catatan amal) seseorang ke tangan kanannya seperti disebutkan dalam ayat 72 mengandung arti bahwa catatan itu akan membawa keuntungan dan berkat baginya. Lagi pula tangan kanan menunjukkan kekuatan dan kekuasaan, berikut firman-Nya mengenai kepastian akan dibinasakan-Nya  para pendakwa palsu atau nabi palsu   -- termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- seandainya beliau saw. mengada-adakan kedustaan atas nama Allah, firman-Nya:
فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِمَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾   وَ مَا  لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ  رَسُوۡلٍ  کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾  وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat,  dan  dengan apa yang tidak kamu lihat.   Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia. Dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai.   Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ  -- Al-Quran ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam.  وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ  --  dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas na-ma Kami,  َاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ   --   niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan,  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ   -- Kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya,  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ  -- Dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya.  (Al-Haqqah [69]:39-48).
        Oleh karena itu kalau ada orang yang mengaku sebagai Rasul Allah  maka manusia tidak perlu ikut repot membinasakannya, sebab  jika memang pendakwaannya palsu maka Allah Swt. Sendiri yang akan membinasakannya, Tetapi sebaliknya,  jika pendakwaannya benar maka walau pun seluruh umat manusia berusaha menggagalkan misi sucinya -- untuk menegakkan dan memurnikan kembali Tauhid Ilahi (QS.98:1-9) -- maka  makar buruk apa pun yang mereka lakukan terhadapnya pasti gagal (QS.3:55; QS.8:31; QS.13:43-44; QS.14:47-48; QS.27:51054) dan mereka yang akan mengalami kehinaan di dunia dan di akhirat, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.    کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ  --   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan me-nang.” ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21-22).
        Sunnatullah tersebut berlaku juga di Akhir Zaman ini berkenaan  dengan pendakwaan  Mirza Ghulam Ahmad as. sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani (QS.62:3-5) untuk mewujudkan kejayaan Islam kedua kali (QS.61:10).
 
Makna “Tangan Kiri dan Hubungannya Dengan Kebutaan Mata Ruhani 

  Dalam QS.69 ayat 45-48  keterangan-keterangan telah diberikan, bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw.  itu pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.    – yakni “Tangan kanan-Nya   -- pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau  saw. dan pasti beliau saw. telah menemui ajal pedih serta seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20 mengenai nabi palsu.
        Jadi, dipegangnya  catatan amal mereka di tangan kanan mereka oleh orang-orang beriman dalam (QS.17:72) mengandung arti bahwa di masa hidup di dunia, mereka telah berpegang pada ketakwaan dengan kuat dan kemauan keras, sedang dipegangnya oleh orang-orang kafir catatan amal  mereka di tangan kiri mengandung arti  bahwa mereka tidak berjuang untuk mencapai ketakwaan dengan kuat, tekun, dan semangat yang diperlukan untuk itu (QS.69:26-30;  QS,56:42-58; QS.84:7-15).
        Dalam ayat selanjutnya  digambarkan orang-orang yang menerima catatan amalnya dengan tangan kirinya    dan mereka di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta pula, sebabnya adalah mereka yang tidak mempergunakan mata ruhani mereka dengan cara yang wajar di dunia ini akan tetap  luput dari penglihatan ruhani di dalam akhirat, sebagaimana firman-Nya: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --  sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16).   
        Al-Quran menyebut mereka yang tidak merenungkan Tanda-tanda Allah serta tidak memperoleh manfaat darinya (QS.3:191) sebagai  orang buta”. Orang-orang seperti itu di alam akhirat pun akan tetap dalam keadaan buta: وَ مَنۡ کَانَ فِیۡ ہٰذِہٖۤ  اَعۡمٰی فَہُوَ فِی الۡاٰخِرَۃِ   اَعۡمٰی  وَ اَضَلُّ  سَبِیۡلًا --   dan barangsiapa buta di dunia ini maka di akhirat  pun ia akan buta juga  dan bahkan  lebih tersesat dari jalan. (Bani  Israil [17]:73).
        Mengenai orang-orang yang  menerima catatan amalnya dengan tangan kirinya tersebut serta di akhirat mereka akan dibangkitkan dalam keadaan buta, Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  اَعۡمٰی ﴿﴾  قَالَ رَبِّ  لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ  اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ   َصِیۡرًا ﴿﴾  قَالَ  کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ  وَکَذٰلِکَ  الۡیَوۡمَ  تُنۡسٰی ﴿﴾  وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ  یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی  ﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی  النُّہٰی ﴿﴾٪
Dan  barangsiapa ber­paling dari mengingat Aku maka sesungguhnya baginya ada kehidupan yang sempit,  وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ  اَعۡمٰی  -- dan Kami akan membangkit-kannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. قَالَ رَبِّ  لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ  اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ   َصِیۡرًا   --  Ia berkata: "Ya  Rabb-ku (Tuhan­ku), mengapa Engkau mem­bangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?” قَالَ  کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ  وَکَذٰلِکَ  الۡیَوۡمَ  تُنۡسٰی – Dia  berfirman: "Demi­kianlah telah datang kepada engkau Tanda-tanda Kami, tetapi engkau melupakannya  dan demikian pula engkau dilupakan pada hari ini." وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ  یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی --  Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang me­langgar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya), dan  niscaya azab- akhirat itu lebih keras dan lebih kekal.  اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ  --  Maka apakah tidak  mem­beri petunjuk kepada mereka   berapa ba-nyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan di tempat-tempat tinggal mereka yang telah hancur? اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ  لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی  النُّہٰی  -- Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā [20]:125-129).
   Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia serta menjalani cara hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya, dan dengan demikian membuat dirinya tidak layak menerima nur dari Allah Swt. maka ia akan dilahirkan   dalam keadaan buta di waktu kebangkitannya kembali pada kehidupan di akhirat.
      Hal itu menjadi demikian  karena ruhnya di dunia ini -- yang akan berperan sebagai tubuh  bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat -- telah menjadi buta, sebab ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia ini. Dan sebagai jawaban terhadap keluhan orang kafir mengapa ia dibangkit‑
kan buta
padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt.  akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat, maka di hari kemudian ia dilahirkan buta, sebagaimana firman-Nya:    
کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --  sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka” (Al-Muthaffifīn [83]:15-16).   

Kebutaan Mata Hati Dalam Dada   &  Menantang Mempercepat Azab Ilahi

   Ayat QS.20:129 dapat pula berarti, bahwa karena orang kafir tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat Ilahi dan tetap asing dari Sifat-sifat itu, maka pada hari kebangkitan — ketika Sifat-sifat Allah Swt. itu  akan dinampakkan  dengan segala keagungan dan kemuliaan maka ia akan menjadi  seseorang yang terasing dari Sifat­-sifat Ilahi itu  tidak akan mampu mengenalnya dan dengan demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan sedikit pun kepada Sifat-sifat itu.
   Benarlah firman Allah Swt. berikut ini bahwa orang-orang yang kafir serta  mendustakan Allah Swt. dan Rasul Allah, bahwa mereka itu   bukan mata jasmani  mereka yang buta melainkan “mata hati” mereka yang buta, sehingga walau pun  berbagai bentuk azab Ilahi terus menerus menimpa  umumnya  umat manusia tetapi mereka tetap tidak mampu mengambil  nasihat  dan pelajaran dari  peringatan Allah Swt. tersebut:
وَ اِنۡ یُّکَذِّبُوۡکَ فَقَدۡ کَذَّبَتۡ قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ  نُوۡحٍ  وَّ عَادٌ  وَّ  ثَمُوۡدُ ﴿ۙ﴾  وَ  قَوۡمُ   اِبۡرٰہِیۡمَ  وَ  قَوۡمُ  لُوۡطٍ ﴿ۙ﴾  وَّ اَصۡحٰبُ مَدۡیَنَ ۚ وَ کُذِّبَ مُوۡسٰی فَاَمۡلَیۡتُ لِلۡکٰفِرِیۡنَ ثُمَّ  اَخَذۡتُہُمۡ ۚ فَکَیۡفَ کَانَ نَکِیۡرِ ﴿﴾  فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ  مُّعَطَّلَۃٍ   وَّ  قَصۡرٍ  مَّشِیۡدٍ ﴿﴾  اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ َاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ ﴿﴾
Dan jika mereka  mendustakan engkau maka sungguh telah mendustakan pula sebelum mereka kaum Nuh dan ‘Ad dan Tsamud   dan kaum Ibrahim dan kaum Luth,  dan penduduk Madyan, dan   Musa pun telah didustakan, tetapi Aku memberi tangguh kepada orang-orang kafir,  kemudian Aku menangkap mereka maka betapa dahsyatnya akibat keingkaran kepada-Ku!    فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ بِئۡرٍ  مُّعَطَّلَۃٍ   وَّ  قَصۡرٍ  مَّشِیۡدٍ -- Dan berapa banyak kota yang Kami telah  membinasakannya, yang penduduknya sedang berbuat zalim  lalu  dinding-dindingnya  jatuh atas atapnya, dan sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang menjulang tinggi.  اَفَلَمۡ یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ  اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ َاِنَّہَا لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ  وَ لٰکِنۡ  تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ   --  Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu  menjadikan hati mereka memahami dengannya   atau menjadikan telinga  mereka mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta  tetapi yang buta adalah hati yang ada dalam dada, (Al-Hajj [22]:43-47).
        Dari ayat ini jelas bahwa orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli, yang dibicarakan di sini atau di tempat lain dalam Al-Quran  (QS.17:73; QS.22:125-129) ialah, orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli (QS.7:180).
         Kelumpuhan indera-indera ruhani mereka dari mengenal Tanda-tanda Allah Swt. yang dikemukakan Rasul Allah yang diutus kepada  itulah yang kemudian memicu ketakaburan mereka untuk menantang agar azab Ilahi yang diperingatkan  kepada mereka kedatangannya disegerakan (dipercepat), firman-Nya:
 وَ  یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ رَبِّکَ  کَاَلۡفِ  سَنَۃٍ   مِّمَّا  تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾  وَ کَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ  اَمۡلَیۡتُ لَہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ  ثُمَّ اَخَذۡتُہَا ۚ وَ اِلَیَّ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Dan mereka meminta kepada engkau untuk mempercepat azab, tetapi Allah  tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Dan sesungguhnya satu hari di sisi Rabb (Tuhan) engkau  seperti seribu tahun menurut perhitungan kamu.  Dan berapa banyaknya kota telah Aku memberi tangguh baginya padahal dia berlaku zalim.  Kemudian Aku menangkapnya dan kepada Aku-lah kembali mereka. (Al-Hajj [22]:48-49).

Terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II & Ancaman Perang Nuklir

         Nabi Besar Muhammad saw.  menurut riwayat pernah bersabda bahwa tiga abad (300 tahun) pertama Islam akan merupakan masa yang terbaik, sesudah itu kepalsuan akan tersebar dan suatu masa kegelapan akan datang dan meluas sampai seribu tahun (Tirmidzi). Masa 1000 tahun ini dipersamakan dengan satu hari (QS.32:6), firman-Nya:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾   ذٰلِکَ عٰلِمُ الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  الۡعَزِیۡزُ الرَّحِیۡمُ ۙ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.   Demikian itulah  Tuhan Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, Maha Perkasa, Maha Penyayang, (As-Sajdah [32]:6-7). 
          Dalam masa kemunduran umat Islam tersebut  satu kaum yang bermata biru    -- yakni Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) yang beragama Kristen -- akan bangkit dan menyebar luas ke seluruh dunia (QS.20:103-104). Orang-orang bermata biru itulah yang karena sombong dan takaburnya  --  yang diakibatkan oleh karena memperoleh kemuliaan duniawi dan kekuasaan politik   (QS.7:170; QS.18:1-9) -- mtelah digambarkan memberi tantangan kepada Nabi Besar Muhammad saw.  untuk mempercepat azab Ilahi yang   dikatakan oleh beliau saw. akan menimpa mereka pada waktu yang ditentukan dan dijanjikan itu. Perang Dunia I dan Perang Dunia II adalah merupakan sebagian penggenapan azab Ilahi tersebut dan meletusnya Perang Dunia III atau Perang Nuklir hanya tinggal menunggu waktu saja, yang akan terjadi secara tiba-tiba.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24  April   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar