Jumat, 03 April 2015

Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s. Berupa Diutus-Nya Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai "Misal" Nabi Musa a.s. & Hikmah Shalawat Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 18

   Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s. Berupa Diutus-Nya Nabi Besar Muhammad Saw.   Sebagai  Misal Nabi Musa a.s. & Hikmah Shalawat Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  ke-Muslim-an  (penyerahan diri kepada Allah Swt.) yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad  saw., (QS.6:162-164),  yang benar-benar melebihi   ke-Muslim-an  para Rasul Allah sebelumnya  --  termasuk Nabi Ibrahim a.s.  yang merupakan Abul anbiya (bapak para nabi),  yang telah  mewasiyatkan   ke-Muslim-an  kepada  seluruh keturunan beliau (QS.2:131-135), firman-Nya:
قُلۡ  اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ  اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ  لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk oleh Rabb-ku (Tuhan-ku kepada jalan lurus, agama yang teguh,  دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ  اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا --   agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah dari   orang-orang musyrik.” قُلۡ  اِنَّ صَلَاتِیۡ  وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ   لِلّٰہِ   رَبِّ  الۡعٰلَمِیۡنَ --  Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, pengorbananku,  kehidupanku, dan  kematianku  hanyalah untuk Allah, Rabb (Tuhan) seluruh  alam;  لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا  اَوَّلُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ  --  Tidak ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan,  dan akulah orang pertama  yang berserah diri. (Al-An’ām [6]:162-164).

Dua Macam Jihad  & Doa   dan Nubuatan Nabi Ibrahim a.s. Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.

         Berikut firman Allah Swt. tentang perintah mengikuti  millat dan ke-Muslim-an Nabi Ibrahim a.s.:
 یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا  وَ اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ  لَعَلَّکُمۡ  تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾  وَ جَاہِدُوۡا فِی اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ  اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman,   rukuklah kamu, sujudlah, sembahlah Rabb (Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan supaya kamu memperoleh kebahagiaan.    Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad  yang sebenar-benarnya, Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu dalam urusan agama, مِلَّۃَ  اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  --  Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim, Dia telah memberi kamu nama Muslimin  dahulu dan dalam Kitab ini,  لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ  -- supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu  dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia. فَاَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ  وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ  -- Maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat, dan berpegang-teguhlah kepada Allah. Dia Pelindung kamu  maka Dia-lah sebaik-baik Pelindung  dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hājj [22]:78-79).
      Jihad itu ada dua macam: (a) Jihad melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan buruk manusia sendiri, dan (b) jihad melawan musuh-musuh kebenaran yang meliputi pula berperang untuk membela diri (QS.22:41). Jihad macam pertama dapat dinamakan “Jihad dalam Allah” dan yang terakhir “Jihad di jalan Allah”.  Nabi Besar Muhammad saw. telah menamakan jihad yang pertama itu sebagai jihad besar (jihad kabir) dan yang kedua sebagai jihad kecil (jihad shaghir).
       Kata-kata  ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا  -- “Dia telah memberi kamu nama Muslimin, dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk kepada nubuatan  Nabi Yesaya a.s.:
Maka engkau akan disebut dengan nama yang baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan .....” (Yesaya 62:2 dan 65:15).
        Isyarat dalam kata-kata وَ فِیۡ ہٰذَا    -- “dan dalam Kitab ini” ditujukan kepada doa  Nabi Ibrahim a.s. yang dikutip dalam Al-Quran, yaitu: رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً  لَّکَ --  Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk kepada Engkau” (Al-Baqarah [2]:129).
          Makna lain dari menjadi saksi   adalah sebagai penjaga akhlak dan ruhani umat manusia,  dengan demikian makna  ayat لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ  -- "supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu  dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia," bahwa sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw.  dengan suri teladan sempurnanya (QS.33:22) sebagai saksi (penjaga) para sahabat di kalangan umat Islam  di masa awal   -- sehingga mereka menjadi  "umat terbaik" yang diciptakan bagi kemanfaatan umat manusia (QS.2:144; QS.3:111) -- demikian juga kewajiban sebagai saksi (penjaga) tersebut menjadi  tanggungjawab generasi umat Islam selanjutnya, sehingga gelar sebagai "umat terbaik" dapat dipertahankan, firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu  yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,  menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, dan mereka itulah orang-orang yang berhasil  (Ali ‘Imran [3]:105).
 Doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. selanjutnya berkenaan dengan keturunan Nabi Isma’il a.s. pada waktu  membangun kembali Baitullah di atas   reruntuhan pondasi yang tersisa (QS.2:128-129), firman-Nya:
رَبَّنَا وَ ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah  seorang rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau kepada mereka, yang mengajarkan Kitab  dan hikmah  kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).

Hikmah Perubahan Empat Macam Tugas Nabi Besar Muhammad Saw.

          Doa Nabi Ibrahim a.s. yang dipanjatkan sekitar 2500 tahun sebelumnya tersebut dikabulkan oleh Allah Swt. sepenuhnya, kecuali sedikit perbedaan mengenai susunan tugasnya, yaitu tugas yang keempat yakni  وَ یُزَکِّیۡہِمۡ   --  “dan akan mensucikan mereka  menjadi tugas nomor dua dalam pelaksanaannya oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
لَقَدۡ مَنَّ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ بَعَثَ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡ اَنۡفُسِہِمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ  وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ۚ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menganugerahkan karunia kepada orang-orang beriman, ketika Dia  membangkitkan di kalangan mereka seorang Rasul dari antara mereka,  yang membacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, وَ یُزَکِّیۡہِمۡ   --  dan mensucikan mereka,  dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,  وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ  -- dan walaupun sebelum itu mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Ali ‘Imran [3]:165).
Firman-Nya lagi:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾    
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ   -- dan yang mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah,  وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  --   walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:3).
       Ada pun salah satu hikmah adanya perubahan susunan tugas Nabi Besar Muhammad saw. dalam pelaksanaannya (kenyataannya),  hal tersebut membuktikan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. memiliki quwat qudsiyah (daya pensucian ruhani) yang lebih sempurna daripada Nabi Ibrahim a.s., sedangkan Nabi Ibrahim a.s. dalam doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt.  mengemukakan tugas-tugas Rasul Allah yang akan dibangkitkan di kalangan keturunan Nabi Isma’il a.s. tersebut sesuai dengan tertibnya yang wajar.
         Dengan demikian jelaslah bahwa di dalam perbedaan susunan tugas tersebut sama sekali tidak mengindikasikan adanya pertentangan dalam ayat-ayat Al-Quran melainkan sesuai dengan keadaan masing-masing kedua Rasul Allah tersebut pada zamannya,  karena  derajat ke-Muslim-an (penyerahan   diri kepada Allah Swt.) kedua Rasul Allah tersebut berbeda.

Hikmah Shalawat Kepada Nabi Besar Muhammad Saw. yang Dihubungkan Dengan Nabi Ibrahim a.s.

         Mungkin akan timbul pertanyaan atau bantahan dari orang-orang yang kurang memahami  masalah tersebut, yakni: Tetapi mengapa Shalawat yang  diperintahkan Allah Swt. untuk dipanjatkan oleh  orang-orang Islam (Muslim) kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:57) digunakan kalimat kamā  shalaita ‘alā  Ibrāhim   dan  kamā  barakta  ‘alā  Ibrahim (seperti  shalawat  dan keberkatan yang dianugerahkan Allah Swt.  kepada  Ibrahim  dan keluarga Ibrahim)?
Allahumma shalli 'alā muhammadin wa 'alā āli muhammadin kama shallaita 'alā Ibrahīm wa 'alā āli Ibrahīm. Allahumma barik 'alā muhammadin wa 'alā āli muhammadin kama bārakta 'alā ibrahīma fil 'alamin  innaka  hamidun-majīd.
 Artinya:
"Ya Allah, wahai Tuhanku muliakan  akan Muhammad dan akan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memuliakan keluarga Ibrahim  dan keluarga Ibrahim. Ya Allah,  berilah berkat  kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau sangat terpuji lagi sangat mulia di selurruh  alam." (HR.Muslim   dan Abu Dawud).
         Bukankah  hal itu berarti bahwa  martabat ruhani Nabi Ibrahim a.s.  lebih tinggi daripada martabat ruhani Nabi  Besar Muhammad saw.?
         Berikut adalah  beberapa penjelasan atau jawaban terhadap masalah tersebut:
       (1) Penggunaan kata kamā (seperti) dalam  dua kalimat shalawat yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw. dalam hadits yang merujuk kepada Nabi Ibrahim a.s. sama sekali tidak berhubungan dengan masalah ketinggian  martabat ruhani, sebab dalam peristiwa mikraj  jelas sekali bahwa derajat ruhani Nabi Besar Muhammad saw. jauh lebih tinggi daripada derajat ruhani  Nabi Ibrahim a.s.,  yang dalam mikraj digambarkan beliau a.s. berada pada tingkatan langit ketujuh, sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. bahkan menjangkau Sidratul Muntaha (QS.53:1-19),  yang malaikat Jibril a.s. pun  tidak mampu terus mendampingi Nabi Besar Muhammad saw. dalam peristiwa mikraj tersebut  dengan alasan bahwa   jika terus mendampingi beliau saw. maka   sayapnya” akan terbakar.
       (2) Penggunaan  kalimat kamā (seperti)  dalam dua kalimah shalawat tersebut yang dihubungkan dengan Nabi Ibrahim a.s.  adalah berkenaan dengan nikmat kenabian yang telah dianugerahkan Allah Swt. bukan saja kepada Nabi Ibrahim a.s. tetapi juga kepada anak-cucu (keturunan)  beliau a.s.,  mulai dari Nabi Isma’il a.s., Nabi Ishaq a.s., Nabi Ya’qub a.s., Nabi Yusuf a.s., dan Musa a.s. sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.2:88).
        Mengisyaratkan kepada nikmat   kenabian  yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. dan anak-keturunan  beliau itu pulalah  yang dimaksud dengan nikmat  yang diajarkan Allah Swt. dalam Surah Al-Fatihah ayat 6-7 berikut ini:
اِیَّاکَ نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿﴾ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾   صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾                                                
Hanya Engkau-lah Yang kami sembah  dan  hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ  --     Tunjukilah kami   jalan yang lurus, صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ  --    Yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ --  bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat.  (Al-Fatihah [1]:5-7).
        Mengenai orang-orang yang diberi nikmat keruhanian  -- khususnya nikmat  kenabian   -- di kalangan keturunan atau keluarga Nabi Ibrahim a.s., Allah Swt. berfirman:
وَ وَہَبۡنَا لَہٗۤ  اِسۡحٰقَ ؕ وَ یَعۡقُوۡبَ  نَافِلَۃً ؕ وَ کُلًّا  جَعَلۡنَا صٰلِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا وَ اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ الۡخَیۡرٰتِ وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ  وَ اِیۡتَآءَ الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Dan Kami telah menyelamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke negeri yang telah Kami berkati di dalamnya untuk seluruh umat manusia.    Dan Kami menganugerahkan kepadanya Ishaq, dan seorang cucu, Ya’qub, dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا  --     Dan Kami menjadikan mereka imam-imam yang memberi petunjuk dengan perintah Kami,  وَ اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ الۡخَیۡرٰتِ وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ  وَ اِیۡتَآءَ الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ   -- dan Kami wahyukan kepada mereka untuk berbuat kebaikan-kebaikan, dan mendirikan shalat serta membayar zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah. (Al-Anbiya [21]:72-74). Lihat pula  QS.2:125; QS.5:21; 32:24-25.
Firman-Nya lagi:
اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ  اٰدَمَ ٭ وَ مِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوۡحٍ ۫ وَّ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ  اِبۡرٰہِیۡمَ وَ اِسۡرَآءِیۡلَ ۫ وَ مِمَّنۡ ہَدَیۡنَا وَ اجۡتَبَیۡنَا ؕ اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ  خَرُّوۡا  سُجَّدًا  وَّ  بُکِیًّا ﴿ٛ﴾  فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا ﴿ۙ﴾
Mereka inilah orang-orang  yang Allah telah memberi nikmat atas mereka dari antara nabi-nabi dari keturunan Adam, dari antara keturunan orang-orang yang Kami angkut dalam bahtera bersama Nuh,   dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan  dari antara orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Tat­kala Ayat-ayat Yang Maha Pemurah dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur bersujud dan menangis.  فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا  --   Lalu datang menggantikan sesudah mereka pengganti yang mengabaikan shalat dan meng­ikuti hawa-nafsu maka segera mereka  akan me-nemui kesesatan (Maryam [19]:59-60).

Munculnya Generasi Pengganti yang Buruk Pecinta   Dunia

   Sebagian ahli tafsir Al-Quran berpendapat bahwa kata-kata  "dari keturunan Adam  menunjuk kepada Nabi Idris a.s.,   kata-kata "yang  Kami angkut dalam bahtera bersama Nuh" menunjuk kepada Nabi Ibrahim a.s., dan kata-kata "dari keturunan Ibrahim" menunjuk kepada Nabi Isma’il a.s., Nabi Ishaq a.s., dan Nabi Ya'qub a.s.; sedangkan kata-kata "dari keturunan" telah dihadzafkan (dipahami seolah-olah ada) sebelum kata Israil dan menunjuk kepada Nabi Musa a.s., Nabi Harun a.s. , Nabi Zakaria a.s.,  Nabi Yahya a.s., dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yang kesemuanya telah disebut dalam ayat-ayat sebelum ayat 59.
   Makna ayat  فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ  غَیًّا  --   Lalu datang menggantikan sesudah mereka  pengganti yang mengabaikan shalat dan meng­ikuti hawa-nafsu maka segera mereka  akan menemui kesesatan”, bahwa kealpaan dan kelalaian dalam menjalankan shalat membuat orang menjadi jahil mengenai sifat-sifat Allah Swt. serta memusnahkan keinginannya untuk menegakkan hubungan dengan Khaliq-nya, dengan demikian selanjutnya melemparkan dia ke dalam cengkeraman syaitan.
   Di mana kealpaan dalam memohon rahmat Ilahi dan dalam mendoa kepada-Nya membawa orang kepada kegagalan, maka menuruti ajakan nafsu buruk mengakibatkan ada sikap tidak acuh terhadap ilmu hakiki dan bergelimang dengan perbuatan-perbuatan kotor serta usaha-usaha yang tidak berguna, dan bila semua hal tersebut tergabung  menjadi satu, maka hal itu akan mendatangkan kehancuran akhlak dan ruhani manusia secara total.
      Sehubungan  dengan generasi pengganti yang buruk tersebut Allah Swt. berfirman mengenai generasi penerus orang-orang Yahudi:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu,  یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya?    وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ -- padahal kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).
       'Aradha  dalam ayat فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ   --  “Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  peng-ganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی   -- mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini   وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni,”  artinya:  barang yang tidak kekal, barang-barang duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu  (Lexicon Lane).
        Ayat tersebut tertuju kepada kaum Kristen yang mengikuti ajaran Paulus  tentang  Trinitas” dan “penebusan dosa” yang sama sekali tidak diajarkan oleh Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Injil yang diwahyukan Allah Swt. kepada beliau (QS.5:117-119). 

Empat Macam Nikmat Ruhani Bagi Para Pengikut Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw.

    Pendek kata,  makna kata kamā (seperti)  rahmat dan berkat  dalam  dua kalimah shalawat  kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang dihubungkan dengan Nabi Ibrahim a.s.   --  terutama sekali agar silsilah kenabian  serta berbagai keberkatan yang menyertainya    -- dianugerahkan pula kepada   Nabi Besar Muhammad saw. dan  para pengikut sejati beliau saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾  
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini  فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ   -- maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا  -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.     ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا  --  Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
          Pada hakikatnya merupakan pengabulan dari doa shalawat  bagi  Nabi Besar Muhammad saw.  dan keluarga beliau saw. itulah  maka Allah Swt. telah menjanjikan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) sebagai Rasul Akhir Zaman -- untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10)  --  yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam  di Akhir Zaman ini, sebagai pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani dalam firman-Nya berikut ini:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾       وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾  
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,    وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   -- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --      Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 April   2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar