بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 18
Pengabulan Doa Nabi Ibrahim a.s. Berupa Diutus-Nya Nabi Besar Muhammad Saw. Sebagai
Misal Nabi Musa a.s. &
Hikmah Shalawat Kepada Nabi Besar
Muhammad Saw.
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai
ke-Muslim-an (penyerahan diri kepada Allah Swt.) yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw.,
(QS.6:162-164), yang benar-benar
melebihi ke-Muslim-an para Rasul Allah sebelumnya -- termasuk Nabi
Ibrahim a.s. yang merupakan Abul anbiya (bapak para nabi), yang telah mewasiyatkan ke-Muslim-an kepada
seluruh keturunan beliau
(QS.2:131-135), firman-Nya:
قُلۡ اِنَّنِیۡ ہَدٰىنِیۡ رَبِّیۡۤ اِلٰی صِرَاطٍ مُّسۡتَقِیۡمٍ ۬ۚ دِیۡنًا
قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا
ۚ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّ
صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ
مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ رَبِّ
الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ
وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا اَوَّلُ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:
“Sesungguhnya aku telah diberi petunjuk
oleh Rabb-ku (Tuhan-ku kepada jalan
lurus, agama yang teguh, دِیۡنًا قِیَمًا مِّلَّۃَ اِبۡرٰہِیۡمَ حَنِیۡفًا -- agama
Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah
dari orang-orang musyrik.” قُلۡ اِنَّ صَلَاتِیۡ وَ نُسُکِیۡ وَ مَحۡیَایَ وَ مَمَاتِیۡ لِلّٰہِ
رَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ -- Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, pengorbananku, kehidupanku,
dan kematianku
hanyalah untuk Allah, Rabb
(Tuhan) seluruh alam; لَا شَرِیۡکَ لَہٗ ۚ
وَ بِذٰلِکَ اُمِرۡتُ وَ اَنَا اَوَّلُ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- Tidak
ada sekutu bagi-Nya, untuk itulah aku diperintahkan, dan akulah
orang pertama yang berserah diri. (Al-An’ām
[6]:162-164).
Dua Macam Jihad & Doa
dan Nubuatan Nabi Ibrahim a.s.
Mengenai Nabi Besar Muhammad Saw.
Berikut
firman Allah Swt. tentang perintah
mengikuti millat dan ke-Muslim-an
Nabi Ibrahim a.s.:
یٰۤاَیُّہَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوا ارۡکَعُوۡا وَ
اسۡجُدُوۡا وَ اعۡبُدُوۡا رَبَّکُمۡ وَ افۡعَلُوا الۡخَیۡرَ لَعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚٛ﴾ وَ جَاہِدُوۡا فِی
اللّٰہِ حَقَّ جِہَادِہٖ ؕ ہُوَ اجۡتَبٰىکُمۡ وَ مَا جَعَلَ عَلَیۡکُمۡ فِی
الدِّیۡنِ مِنۡ حَرَجٍ ؕ مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ
وَ فِیۡ ہٰذَا لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ
شَہِیۡدًا عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ ۚۖ فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah, sembahlah Rabb
(Tuhan) kamu, dan berbuatlah kebaikan
supaya kamu memperoleh kebahagiaan. Dan berjihadlah
kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya,
Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran pada kamu
dalam urusan agama, مِلَّۃَ
اَبِیۡکُمۡ اِبۡرٰہِیۡمَ ؕ ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ قَبۡلُ
وَ فِیۡ ہٰذَا -- Ikutilah agama bapak kamu, Ibrahim, Dia
telah memberi kamu nama Muslimin
dahulu dan dalam Kitab ini, لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا
عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ -- supaya Rasul itu menjadi saksi atas kamu dan supaya kamu menjadi saksi atas umat manusia. فَاَقِیۡمُوا
الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اعۡتَصِمُوۡا بِاللّٰہِ ؕ ہُوَ مَوۡلٰىکُمۡ
ۚ فَنِعۡمَ الۡمَوۡلٰی وَ نِعۡمَ النَّصِیۡرُ -- Maka dirikanlah shalat, bayarlah zakat,
dan berpegang-teguhlah kepada Allah.
Dia Pelindung kamu maka Dia-lah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hājj
[22]:78-79).
Jihad
itu ada dua macam: (a) Jihad
melawan keinginan-keinginan dan kecenderungan buruk manusia sendiri, dan
(b) jihad melawan musuh-musuh kebenaran yang meliputi pula
berperang untuk membela diri (QS.22:41). Jihad
macam pertama dapat dinamakan “Jihad dalam Allah” dan yang terakhir “Jihad
di jalan Allah”. Nabi Besar Muhammad
saw. telah menamakan jihad yang
pertama itu sebagai jihad besar (jihad
kabir) dan yang kedua sebagai jihad
kecil (jihad shaghir).
Kata-kata ہُوَ سَمّٰىکُمُ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ۬ۙ مِنۡ
قَبۡلُ وَ فِیۡ ہٰذَا -- “Dia
telah memberi kamu nama Muslimin, dahulu dan dalam Kitab ini,” menunjuk
kepada nubuatan Nabi Yesaya a.s.:
“Maka engkau akan disebut dengan nama yang
baharu, yang akan ditentukan oleh firman Tuhan .....” (Yesaya 62:2 dan 65:15).
Isyarat
dalam kata-kata وَ فِیۡ ہٰذَا -- “dan
dalam Kitab ini” ditujukan kepada doa Nabi Ibrahim a.s. yang dikutip
dalam Al-Quran, yaitu: رَبَّنَا وَ اجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَیۡنِ لَکَ وَ مِنۡ ذُرِّیَّتِنَاۤ اُمَّۃً مُّسۡلِمَۃً لَّکَ -- “Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua ini hamba yang menyerahkan diri kepada
Engkau, dan juga dari anak-cucu kami jadikanlah satu umat yang tunduk kepada
Engkau” (Al-Baqarah [2]:129).
Makna lain dari menjadi saksi
adalah sebagai penjaga akhlak dan ruhani umat manusia,
dengan demikian makna ayat لِیَکُوۡنَ الرَّسُوۡلُ شَہِیۡدًا
عَلَیۡکُمۡ وَ تَکُوۡنُوۡا شُہَدَآءَ عَلَی النَّاسِ
-- "supaya Rasul
itu menjadi saksi atas kamu dan
supaya kamu menjadi saksi atas umat
manusia," bahwa sebagaimana halnya Nabi Besar Muhammad saw.
dengan suri teladan sempurnanya (QS.33:22) sebagai saksi (penjaga)
para sahabat di kalangan umat Islam di masa awal --
sehingga mereka menjadi "umat terbaik" yang diciptakan bagi kemanfaatan umat manusia (QS.2:144;
QS.3:111) -- demikian juga kewajiban sebagai saksi (penjaga)
tersebut menjadi tanggungjawab generasi umat Islam selanjutnya, sehingga gelar sebagai "umat
terbaik" dapat dipertahankan, firman-Nya:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی
الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ
بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ
الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Dan
hendaklah ada segolongan di antara kamu yang senantiasa
menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh
kepada yang makruf, melarang dari berbuat munkar,
dan mereka itulah orang-orang yang
berhasil (Ali ‘Imran [3]:105).
Doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s.
selanjutnya berkenaan dengan keturunan Nabi
Isma’il a.s. pada waktu membangun
kembali Baitullah di atas reruntuhan pondasi yang tersisa (QS.2:128-129), firman-Nya:
رَبَّنَا وَ
ابۡعَثۡ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِکَ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ ؕ اِنَّکَ
اَنۡتَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾٪
“Ya Rabb (Tuhan) kami, bangkitkanlah seorang
rasul di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri, yang akan membacakan Ayat-ayat Engkau
kepada mereka, yang mengajarkan Kitab dan hikmah
kepada mereka serta akan mensucikan mereka, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana.” (Al-Baqarah [2]:130).
Hikmah Perubahan Empat Macam Tugas
Nabi Besar Muhammad Saw.
Doa Nabi Ibrahim a.s. yang dipanjatkan
sekitar 2500 tahun sebelumnya tersebut dikabulkan
oleh Allah Swt. sepenuhnya, kecuali sedikit perbedaan mengenai susunan tugasnya, yaitu tugas yang
keempat yakni وَ یُزَکِّیۡہِمۡ --
“dan akan mensucikan mereka” menjadi tugas
nomor dua dalam pelaksanaannya oleh Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
لَقَدۡ
مَنَّ اللّٰہُ عَلَی الۡمُؤۡمِنِیۡنَ اِذۡ بَعَثَ فِیۡہِمۡ رَسُوۡلًا مِّنۡ
اَنۡفُسِہِمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ
الۡحِکۡمَۃَ ۚ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ
قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ﴿﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menganugerahkan
karunia kepada orang-orang beriman,
ketika Dia membangkitkan di kalangan mereka
seorang Rasul dari antara mereka, yang
membacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, وَ یُزَکِّیۡہِمۡ -- dan
mensucikan mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- dan walaupun sebelum itu mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Ali
‘Imran [3]:165).
Firman-Nya
lagi:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ -- dan yang
mensucikan mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Kitab dan Hikmah, وَ
اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ لَفِیۡ ضَلٰلٍ
مُّبِیۡنٍ -- walaupun sebelumnya
mereka berada dalam kesesatan yang nyata, (Al-Jumu’ah [62]:3).
Ada pun salah satu hikmah adanya perubahan
susunan tugas Nabi Besar Muhammad
saw. dalam pelaksanaannya
(kenyataannya), hal tersebut membuktikan
bahwa Nabi Besar Muhammad saw. memiliki quwat qudsiyah (daya pensucian ruhani)
yang lebih sempurna daripada Nabi
Ibrahim a.s., sedangkan Nabi Ibrahim a.s. dalam doa yang dipanjatkan kepada Allah Swt. mengemukakan tugas-tugas Rasul Allah yang akan dibangkitkan di kalangan keturunan Nabi Isma’il a.s. tersebut sesuai dengan tertibnya yang wajar.
Dengan demikian jelaslah bahwa di dalam perbedaan susunan tugas tersebut sama
sekali tidak mengindikasikan adanya pertentangan
dalam ayat-ayat Al-Quran melainkan
sesuai dengan keadaan masing-masing
kedua Rasul Allah tersebut pada
zamannya, karena derajat ke-Muslim-an (penyerahan diri
kepada Allah Swt.) kedua Rasul Allah
tersebut berbeda.
Hikmah Shalawat
Kepada Nabi Besar Muhammad Saw. yang Dihubungkan Dengan Nabi Ibrahim a.s.
Mungkin
akan timbul pertanyaan atau bantahan dari orang-orang yang kurang memahami masalah tersebut, yakni: Tetapi mengapa Shalawat yang diperintahkan Allah Swt. untuk dipanjatkan
oleh orang-orang Islam (Muslim) kepada
Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:57) digunakan kalimat kamā shalaita ‘alā Ibrāhim dan kamā barakta
‘alā Ibrahim (seperti shalawat dan keberkatan
yang dianugerahkan Allah Swt.
kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim)?
Allahumma shalli 'alā
muhammadin wa 'alā āli muhammadin kama shallaita 'alā Ibrahīm wa 'alā āli
Ibrahīm. Allahumma barik 'alā muhammadin wa 'alā āli muhammadin kama bārakta
'alā ibrahīma fil 'alamin innaka hamidun-majīd.
Artinya:
"Ya Allah, wahai Tuhanku muliakan akan Muhammad dan akan keluarga Muhammad
sebagaimana Engkau memuliakan keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Ya Allah, berilah berkat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim, bahwasanya Engkau sangat terpuji lagi
sangat mulia di selurruh alam."
(HR.Muslim dan Abu
Dawud).
Bukankah hal itu berarti bahwa martabat
ruhani Nabi Ibrahim a.s. lebih
tinggi daripada martabat ruhani
Nabi Besar Muhammad saw.?
Berikut
adalah beberapa penjelasan atau jawaban
terhadap masalah tersebut:
(1) Penggunaan kata kamā (seperti) dalam dua
kalimat shalawat yang diajarkan Nabi
Besar Muhammad saw. dalam hadits yang merujuk kepada Nabi Ibrahim a.s. sama sekali tidak berhubungan dengan masalah
ketinggian martabat ruhani, sebab dalam peristiwa mikraj jelas sekali bahwa derajat ruhani Nabi Besar Muhammad saw. jauh lebih tinggi daripada derajat ruhani Nabi Ibrahim a.s., yang dalam mikraj digambarkan beliau a.s. berada pada tingkatan langit ketujuh, sedangkan Nabi Besar Muhammad saw. bahkan
menjangkau Sidratul Muntaha
(QS.53:1-19), yang malaikat Jibril a.s. pun
tidak mampu terus mendampingi
Nabi Besar Muhammad saw. dalam peristiwa mikraj
tersebut dengan alasan bahwa jika terus mendampingi beliau saw. maka “sayapnya”
akan terbakar.
(2) Penggunaan kalimat kamā
(seperti) dalam dua kalimah shalawat tersebut yang dihubungkan
dengan Nabi Ibrahim a.s. adalah berkenaan dengan nikmat kenabian yang telah dianugerahkan Allah Swt. bukan saja
kepada Nabi Ibrahim a.s. tetapi juga
kepada anak-cucu (keturunan) beliau a.s.,
mulai dari Nabi Isma’il a.s., Nabi Ishaq a.s., Nabi Ya’qub a.s., Nabi
Yusuf a.s., dan Musa a.s. sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.2:88).
Mengisyaratkan kepada nikmat kenabian yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim a.s. dan anak-keturunan beliau itu pulalah yang dimaksud dengan nikmat yang diajarkan Allah
Swt. dalam Surah Al-Fatihah ayat 6-7
berikut ini:
اِیَّاکَ
نَعۡبُدُ وَ اِیَّاکَ نَسۡتَعِیۡنُ ؕ﴿﴾ اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ
الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Hanya Engkau-lah Yang kami sembah
dan hanya
kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan. اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ -- Tunjukilah
kami jalan
yang lurus, صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ -- Yaitu jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ -- bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang
sesat. (Al-Fatihah [1]:5-7).
Mengenai
orang-orang yang diberi nikmat keruhanian -- khususnya nikmat kenabian --
di kalangan keturunan atau keluarga Nabi Ibrahim a.s., Allah Swt.
berfirman:
وَ
وَہَبۡنَا لَہٗۤ اِسۡحٰقَ ؕ وَ
یَعۡقُوۡبَ نَافِلَۃً ؕ وَ کُلًّا جَعَلۡنَا صٰلِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا وَ
اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ
الۡخَیۡرٰتِ وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ وَ
اِیۡتَآءَ الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ ﴿ۚۙ﴾
Dan Kami telah menyelamatkan dia (Ibrahim) dan
Luth ke negeri yang telah Kami berkati
di dalamnya untuk seluruh umat
manusia. Dan Kami menganugerahkan kepadanya Ishaq, dan seorang cucu, Ya’qub,
dan masing-masing Kami jadikan
orang-orang yang saleh. وَ جَعَلۡنٰہُمۡ اَئِمَّۃً یَّہۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا -- Dan Kami menjadikan mereka imam-imam
yang memberi petunjuk dengan perintah
Kami, وَ
اَوۡحَیۡنَاۤ اِلَیۡہِمۡ فِعۡلَ الۡخَیۡرٰتِ
وَ اِقَامَ الصَّلٰوۃِ وَ اِیۡتَآءَ
الزَّکٰوۃِ ۚ وَ کَانُوۡا لَنَا عٰبِدِیۡنَ -- dan Kami
wahyukan kepada mereka untuk berbuat
kebaikan-kebaikan, dan mendirikan
shalat serta membayar zakat, dan
hanya kepada Kami mereka menyembah.
(Al-Anbiya
[21]:72-74). Lihat pula QS.2:125; QS.5:21;
32:24-25.
Firman-Nya
lagi:
اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ اٰدَمَ ٭ وَ مِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوۡحٍ ۫
وَّ مِنۡ ذُرِّیَّۃِ اِبۡرٰہِیۡمَ وَ
اِسۡرَآءِیۡلَ ۫ وَ مِمَّنۡ ہَدَیۡنَا وَ اجۡتَبَیۡنَا ؕ اِذَا تُتۡلٰی
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتُ الرَّحۡمٰنِ
خَرُّوۡا سُجَّدًا وَّ
بُکِیًّا ﴿ٛ﴾ فَخَلَفَ مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ
یَلۡقَوۡنَ غَیًّا ﴿ۙ﴾
Mereka
inilah orang-orang yang Allah telah memberi nikmat atas
mereka dari antara nabi-nabi
dari keturunan Adam, dari antara keturunan orang-orang yang Kami angkut
dalam bahtera bersama Nuh, dari keturunan
Ibrahim dan Israil, dan
dari antara orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah
Kami pilih. Tatkala
Ayat-ayat Yang Maha Pemurah dibacakan
kepada mereka, mereka menyungkur bersujud dan menangis. فَخَلَفَ مِنۡۢ
بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ
یَلۡقَوۡنَ غَیًّا
-- Lalu datang
menggantikan sesudah mereka pengganti yang mengabaikan shalat dan
mengikuti hawa-nafsu maka segera mereka akan me-nemui kesesatan (Maryam
[19]:59-60).
Munculnya Generasi Pengganti yang Buruk
Pecinta Dunia
Sebagian
ahli tafsir Al-Quran berpendapat bahwa kata-kata "dari
keturunan Adam” menunjuk kepada Nabi
Idris a.s., kata-kata "yang
Kami angkut dalam bahtera bersama Nuh" menunjuk kepada Nabi Ibrahim a.s., dan kata-kata "dari keturunan Ibrahim" menunjuk
kepada Nabi Isma’il a.s., Nabi Ishaq a.s., dan Nabi Ya'qub a.s.; sedangkan kata-kata
"dari keturunan" telah
dihadzafkan (dipahami seolah-olah ada) sebelum kata Israil dan menunjuk kepada Nabi
Musa a.s., Nabi Harun a.s. ,
Nabi Zakaria a.s., Nabi Yahya a.s., dan Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., yang kesemuanya telah disebut dalam ayat-ayat sebelum
ayat 59.
Makna ayat فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ
اَضَاعُوا الصَّلٰوۃَ وَ اتَّبَعُوا الشَّہَوٰتِ فَسَوۡفَ یَلۡقَوۡنَ غَیًّا
-- Lalu datang menggantikan sesudah mereka pengganti
yang mengabaikan shalat dan mengikuti
hawa-nafsu maka segera mereka akan menemui kesesatan”, bahwa kealpaan dan kelalaian dalam menjalankan shalat
membuat orang menjadi jahil mengenai sifat-sifat Allah Swt. serta memusnahkan keinginannya untuk menegakkan hubungan dengan Khaliq-nya, dengan demikian selanjutnya
melemparkan dia ke dalam cengkeraman
syaitan.
Di mana kealpaan dalam memohon rahmat Ilahi dan dalam mendoa kepada-Nya membawa orang kepada kegagalan, maka menuruti ajakan nafsu buruk mengakibatkan ada sikap tidak acuh terhadap ilmu hakiki dan bergelimang dengan perbuatan-perbuatan kotor serta
usaha-usaha yang tidak berguna, dan
bila semua hal tersebut tergabung menjadi satu,
maka hal itu akan mendatangkan kehancuran
akhlak dan ruhani manusia secara total.
Sehubungan dengan generasi
pengganti yang buruk tersebut
Allah Swt. berfirman mengenai generasi
penerus orang-orang Yahudi:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti yang mewarisi
Kitab Taurat itu, یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ
یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu
lagi mereka akan mengambilnya.
Bukankah telah diambil perjanjian dari
mereka dalam Kitab bahwa mereka
tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq,
dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? وَ الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ
خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ
اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ -- padahal kampung akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang
yang bertakwa, apakah kamu tidak mau
mengerti? (Al-A’rāf [7]:170).
'Aradha dalam ayat فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ
وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ -- “Maka
datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi peng-ganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
یَاۡخُذُوۡنَ
عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی -- mereka
mengambil harta dunia yang rendah ini وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- dan mereka mengatakan: “Pasti
kami akan diampuni,” artinya: barang
yang tidak kekal, barang-barang
duniawi yang rendah nilainya, barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu (Lexicon
Lane).
Ayat tersebut tertuju kepada kaum
Kristen yang mengikuti ajaran Paulus tentang
“Trinitas” dan “penebusan dosa” yang sama sekali tidak diajarkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam Injil yang diwahyukan Allah Swt. kepada beliau (QS.5:117-119).
Empat Macam Nikmat Ruhani Bagi Para Pengikut
Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw.
Pendek
kata, makna kata kamā (seperti) rahmat dan berkat dalam dua kalimah shalawat kepada Nabi Besar
Muhammad saw. yang dihubungkan dengan Nabi Ibrahim a.s. --
terutama sekali agar silsilah kenabian serta berbagai keberkatan yang menyertainya
-- dianugerahkan pula kepada Nabi Besar Muhammad saw. dan para pengikut
sejati beliau saw., firman-Nya:
وَ مَنۡ
یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ
الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ
عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ
اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ -- maka
mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ
ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq,
syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka itulah sahabat
yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:70-71).
Pada hakikatnya merupakan pengabulan dari doa shalawat bagi
Nabi Besar Muhammad saw. dan keluarga beliau saw. itulah maka Allah Swt. telah menjanjikan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) sebagai Rasul Akhir Zaman -- untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10) -- yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam di Akhir
Zaman ini, sebagai pengutusan kedua
kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani
dalam firman-Nya berikut ini:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada mereka
Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ
اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا
بِہِمۡ -- Dan juga akan
membangkitkannya pada kaum lain
dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan
Allah mempunyai karunia yang besar.
(Al-Jumu’ah
[62]:3-5).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar