بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 45
Perumpamaan
Kesuksesan Duniawi Para Pelaku Kemusyrikan Sangat Lemah Seperti “Sarang Laba-laba” & Berbagai Macam "Sungai-sungai Surgawi"
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai Rasul Allah dan para pengikutnya yang
menjadi sasaran hinaan dan perolok-olokan dari para pemuka kaum yang mendustakan dan menentang mereka (QS.11:26-28; QS.26:106-112), sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ
﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا مَرُّوۡا بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا انۡقَلَبُوۡۤا
اِلٰۤی اَہۡلِہِمُ انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ
ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾
وَ مَاۤ اُرۡسِلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ حٰفِظِیۡنَ ﴿ؕ﴾ فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ
الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾
عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ
﴿ؕ﴾ ہَلۡ ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang berdosa biasa menertawakan orang-orang yang beriman.
Dan apabila mereka lewat di dekat mereka
itu, mereka saling mengedipkan mata.
Dan apabila mereka
kembali kepada sanak-saudara mereka, mereka kembali dengan gembira. وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا
-- dan
apabila mereka melihat mereka itu,
mereka berkata, اِنَّ
ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ -- “Sesungguhnya mereka
itu benar-benar sesat!” وَ مَاۤ اُرۡسِلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ حٰفِظِیۡنَ --
Padahal mereka tidak diutus
kepada mereka itu sebagai penjaga. فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ
الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ -- Maka, pada hari itu orang-orang mukmin
terhadap orang-orang kafir akan menertawakan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ -- Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil
memandang. ہَلۡ
ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ مَا کَانُوۡا
یَفۡعَلُوۡنَ -- “Bukankah orang-orang kafir diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn
[83]:29-37).
Berbagai Macam Azab
Ilahi yang Membinasakan dan Kaum-kaum
Purbakala dan Fir’aun
Berikut ini firman Allah Swt.
mengenai ketakaburan Fir’aun yang membanggakan “surga duniawi” yang dimilikinya:
وَ نَادٰی
فِرۡعَوۡنُ فِیۡ قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ
ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ
مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ
یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا
فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ
اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنٰہُمۡ
سَلَفًا وَّ مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ -- "Hai kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ مِّنۡ ہٰذَا
الَّذِیۡ ہُوَ مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا
یَکَادُ یُبِیۡنُ -- Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan ia
(Musa) tidak dapat menjelaskan? فَلَوۡ
لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ -- Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?" فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ -- Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka
patuh kepadanya, sesungguhnya mereka
adalah kaum durhaka. فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا
مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Maka ketika
mereka membuat Kami murka, Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua, فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ مَثَلًا
لِّلۡاٰخِرِیۡنَ -- lalu Kami
menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal
bagi kaum yang akan datang (Az-Zukhruf [43]:52-57). Lihat pula
QS.44:18-32.
Jadi, dalam kenyataannya “surga duniawi” yang dibanggakan dinasti Fira’un di
Mesir -- dan juga “surga duniawi” yang dimiliki kaum-kaum
purbakala sebelumnya -- sama sekali tidak memberikan perlindungan kepada Fir’aun dari
kemurkaan Allah Swt., sebagaimana
yang dibanggakannya: یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ
-- "Hai kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?“ Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
َ قَارُوۡنَ
وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ
مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا
سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾ فَکُلًّا
اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا
بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membinasakan Qarun,
Fir’aun dan Haman. Dan sungguh Musa
benar-benar telah datang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata
tetapi mereka berlaku sombong di
bumi dan mereka se-kali-kali tidak
dapat melepaskan diri dari azab Kami. Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di
antara mereka ada yang disambar oleh
petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi,
di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka men-zalimi diri mereka sendiri (Al-Ankabūt [29]:40-41).
Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman atau
azab Ilahi yang ditimpakan kepada lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing. Azab
yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai
pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai hujan batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab
yang menimpa Midian, kaum Nabi
Syu’aib a.s. adalah gempa bumi
(QS.7:92; QS.29:38); ledakan
(QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
Terakhir dari semua itu ialah azab
Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah),
dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan,
“Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51;
QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).
“Surga Duniawi”
Kaum-kaum Purbakala dan Dinasti Fir’aun Sangat Lemah
Bagai “Sarang Laba-laba”
Sungguh tepat perumpamaan yang dikemukakan Allah Swt.
mengenai rapuhnya “surga duniawi”
yang bersusah-payah dibuat oleh
manusia seperti rapuhnya “sarang
laba-laba”, firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ
یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ
الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا
الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
penolong-penolong selain Allah
adalah کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ
اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ -- seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka
itu mengetahui. اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ -- Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun
yang mereka seru selain-Nya, وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan
Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. وَ تِلۡکَ
الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا
الۡعٰلِمُوۡنَ -- Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan
sekali-kali tidak ada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabūt
[29]:42-44).
Masalah Keesaan
Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabūt (Laba-laba) ini
disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil
(perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik akan ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan
kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan
syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman
akal sehat, serta tidak memberikan “naungan”
apa pun yang dapat dibanggakan sebagaimana
“jannah” (surge) yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), firman-Nya:
وَ بَشِّرِ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ کُلَّمَا
رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا
مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ
مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya untuk
mereka ada kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan
dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan
diberikan kepada mereka yang serupa
dengannya, dan bagi mereka di
dalamnya ada jodoh-jodoh
yang suci, dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah
[2]:26).
Firman-Nya
lagi:
وَ
اِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا
لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا اِلَّاۤ اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾ فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ
اِنَّ ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ
لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی ﴿﴾ اِنَّ لَکَ
اَلَّا تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan
ingatlah ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah
yakni tunduk patuhlah kamu kepada
Adam," maka mereka sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam, sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, فَلَا
یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی
-- maka jangan sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari kebun maka kamu
menderita kesulitan. اِنَّ لَکَ اَلَّا
تَجُوۡعَ فِیۡہَا وَ لَا تَعۡرٰی -- "Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak
pula engkau akan telanjang, وَ اَنَّکَ لَا تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی -- dan
sesungguhnya engkau tidak akan kehausan
di dalamnya dan tidak pula akan
disengat panas matahari. (Thā Hā
[20]:117-120).
Falsafah
Berbagai “Sungai Surgawi”
Dalam Surah Al-Quran berikut ini
dikemukakan berbagai macam “sungai surgai”
yang akan dimiliki oleh para penghuni
surga sesuai dengan perbedaan sempurnaan martabat ruhani mereka ketika berada di dunia, firman-Nya:
مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ
فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ یَتَغَیَّرۡ
طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ
خَمۡرٍ لَّذَّۃٍ لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ
مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ
الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ مِّنۡ رَّبِّہِمۡ ؕ
کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak;
dan sungai-sungai susu yang rasanya
tidak berubah, dan sungai-sungai
arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang
yang meminum, dan sungai-sungai madu
yang dijernihkan. Dan
bagi mereka di dalamnya ada segala macam
buah-buahan, dan pengampunan
dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama
seperti orang yang tinggal kekal di
dalam Api dan diberi minum air
mendidih, sehingga akan merobek-robek
usus mereka? (Muhammad [47]:16).
Kepada
orang-orang yang beriman dijanjikan di dunia
ini dan di akhirat sungai-sungai yang airnya murni atau air tawar,
sungai-sungai susu yang rasanya tidak
akan berubah, sungai-sungai arak yang
memberikan perasaan gembira dan sungai-sungai
madu yang telah dijernihkan.
Kata anhār
(sungai-sungai) yang telah dipergunakan empat kali
dalam ayat ini, di samping arti-arti lain
berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal (madu)
antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.
Mengingat
akan arti yang terkandung di dalam kedua kata tadi, ayat ini dapat juga
berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan Allah Swt. kepada orang-orang
bertakwa dengan berlimpah-limpah: (1) Air
tawar adalah sumber segala kehidupan (QS.21:31);
(2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada badan (QS.16:67); (3) anggur memberikan rasa senang
dan kelupaan akan segala kesusahan
(QS.16:68) dan (4) madu menyembuhkan banyak macam penyakit (QS.16:69-70).
Jika difahamkan dalam pengertian jasmani, maka ayat ini akan berarti bahwa dalam
kehidupan di dunia ini orang-orang
beriman akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat; dan bila diambil secara kiasan dan dalam pengertian
ruhani maka hal itu akan berarti
bahwa orang-orang beriman mendapatkan
kehidupan yang penuh kepuasan — dianugerahi ilmu keruhanian, akan minum anggur kecintaan Ilahi dan akan
mengamalkan perbuatan-perbuatan yang
akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri
mereka.
Gambaran Kiasan Nikmat-nikmat Surga Dalam Al-Quran
Pendek
kata itulah makna hakiki serta falsafah dari berbagai “naungan”
serta jaminan hidup -- yang digambarkan dalam bentuk perumpamaan berupa berbagai macam nikmat-nikmat surgai dalam berbagai
Surah Al-Quran, -- misalnya
dalam Surah Ath-Thūr, Surah Ar-Rahmān, dan Surah Al-Wāq’iah
-- yang disediakan Allah Swt. dalam “jannah”
(kebun/surga) yang dijanjikan-Nya
kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), yang telah disalah-tafsirkan dalam makna harfiah, padahal Allah Swt.
telah berfirman:
فَلَا
تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِیَ لَہُمۡ
مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ
بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ اَفَمَنۡ کَانَ مُؤۡمِنًا کَمَنۡ کَانَ فَاسِقًا ؕؔ
لَا یَسۡتَوٗنَ ﴿﴾ اَمَّا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ جَنّٰتُ الۡمَاۡوٰی ۫ نُزُلًۢا بِمَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ فَسَقُوۡا فَمَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ کُلَّمَاۤ اَرَادُوۡۤا اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَاۤ
اُعِیۡدُوۡا فِیۡہَا وَ قِیۡلَ لَہُمۡ ذُوۡقُوۡا عَذَابَ النَّارِ الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنُذِیۡقَنَّہُمۡ مِّنَ
الۡعَذَابِ الۡاَدۡنٰی دُوۡنَ
الۡعَذَابِ الۡاَکۡبَرِ لَعَلَّہُمۡ
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ ذُکِّرَ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ
ثُمَّ اَعۡرَضَ عَنۡہَا ؕ اِنَّا مِنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُنۡتَقِمُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa
mengetahui apa yang tersembunyi bagi
mereka dari penyejuk mata
sebagai balasan terhadap apa yang
telah mere-ka kerjakan. Maka apakah seorang yang beriman sama seperti orang fasik? Mereka tidak
sama. Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh,
maka bagi mereka ada surga-surga tempat
tinggal, sebagai jamuan untuk
apa yang telah mereka kerjakan. Dan ada pun mengenai orang-orang yang durhaka, tempat tinggal mereka adalah Api. Setiap kali mereka berkehendak keluar darinya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya,
dan akan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah
azab Api yang dahulu kamu mendustakannya.” Dan niscaya Kami akan membuat mereka merasakan azab yang lebih ringan
sebelum azab yang lebih besar, supaya
mereka kembali kepada kebenaran. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang diperingatkan akan Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya)
kemudian berpalingdarinya?
Sesungguhnya Kami akan membalas
orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah [32]:18-23).
Sehubungan ayat فَلَا تَعۡلَمُ
نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ
قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا
یَعۡمَلُوۡنَ
-- “Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa
yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan” Waktu Nabi Besar Muhammad
saw. menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan
surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga
pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat
kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan.
Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian
perbuatan dan tingkah-laku baik
yang telah dikerjakan orang-orang
bertakwa di alam dunia ini (QS.2:26).
Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti
kiasan. Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi
yang akan dilimpahkan kepada orang-orang
beriman yang bertakwa di alam akhirat
bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah
dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan
berada jauh di luar batas jangkauan daya
cipta manusia.
Makna ungkapan “Azab yang lebih ringan” dan “azab
yang lebih besar”, masing-masing dapat diartikan: (1) penderitaan-penderitaan
dalam kehidupan sekarang dan di akhirat; (2) kekalahan kaum Quraisy pada Pertempuran Badar dan kejatuhan Mekkah; (3) kemalangan dan
malapetaka lebih kecil yang menimpa orang-orang
kafir sebagai peringatan, sebelum
mereka pada akhirnya dibinasakan
dengan azab Ilahi.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar