Selasa, 05 Mei 2015

Perumpamaan Kesuksesan Duniawi Para Pelaku "Kemusyrikan" Sangat Lemah Seperti "Sarang Laba-laba" & Berbagai Macam "Sungai-sungai Surgawi"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 45

    
 Perumpamaan Kesuksesan Duniawi Para Pelaku Kemusyrikan Sangat Lemah SepertiSarang  Laba-laba”  & Berbagai Macam "Sungai-sungai Surgawi"
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai Rasul Allah dan para pengikutnya  yang  menjadi sasaran hinaan dan perolok-olokan dari para pemuka kaum yang mendustakan dan menentang  mereka (QS.11:26-28; QS.26:106-112),  sebagaimana firman-Nya:
   اِنَّ  الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا  مَرُّوۡا بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا  انۡقَلَبُوۡۤا  اِلٰۤی  اَہۡلِہِمُ  انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ ﴿ؕ﴾  فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang berdosa biasa menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka lewat di dekat mereka itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan  apabila  mereka kembali kepada sanak-saudara mereka, mereka kembali dengan gembira. وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا  --    dan apabila mereka melihat mereka itu, mereka berkata, اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ  --  “Sesungguhnya  mereka itu benar-benar sesat!”  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ  --  Padahal mereka tidak diutus kepada mereka itu sebagai penjaga. فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ --  Maka, pada hari itu orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir akan menertawakan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ --  Mereka duduk di atas dipan-dipan   sambil  memandang. ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ --  “Bukankah orang-orang kafir  diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn [83]:29-37). 

Berbagai Macam Azab Ilahi yang Membinasakan dan Kaum-kaum Purbakala  dan     Fir’aun  

       Berikut ini firman Allah Swt. mengenai  ketakaburan Fir’aun yang membanggakan “surga duniawi” yang dimilikinya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata:  یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ  --  "Hai kaumku,  bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?   اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ  -- Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang   yang hina ini  dan ia (Musa) tidak dapat menjelaskan?  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ --   Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya  malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?"  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ  -- Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka.  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ  -- Maka ketika mereka membuat Kami murka,  Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua,   فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ    -- lalu  Kami menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal bagi kaum yang akan datang  (Az-Zukhruf [43]:52-57). Lihat pula QS.44:18-32.
        Jadi, dalam kenyataannya “surga duniawi” yang  dibanggakan dinasti Fira’un  di Mesir  -- dan juga “surga duniawi” yang dimiliki kaum-kaum purbakala sebelumnya -- sama sekali tidak memberikan perlindungan kepada Fir’aun dari kemurkaan Allah Swt., sebagaimana yang dibanggakannya: یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ  --  "Hai kaumku,  bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?“   Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
َ قَارُوۡنَ وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ  مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾  فَکُلًّا  اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ  مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ  الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیَظۡلِمَہُمۡ  وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ  یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami  membinasakan   Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan  sungguh  Musa benar-benar telah datang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata  tetapi mereka berlaku sombong di bumi dan mereka se-kali-kali tidak dapat melepaskan diri dari azab Kami.   Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya,  di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir,  di antara mereka ada  yang Kami benamkan  di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka  men-zalimi  diri mereka sendiri  (Al-Ankabūt [29]:40-41).
        Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman atau azab Ilahi yang ditimpakan kepada lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing.  Azab yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s.   sebagai hujan batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. adalah gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
         Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

“Surga Duniawi”   Kaum-kaum Purbakala  dan   Dinasti Fir’aun   Sangat Lemah  Bagai “Sarang Laba-laba

         Sungguh tepat perumpamaan yang dikemukakan Allah Swt. mengenai rapuhnya “surga duniawi” yang bersusah-payah dibuat oleh manusia seperti rapuhnya “sarang laba-laba”, firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ    -- seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah  rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui.  اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ --  Sesungguhnya Allah mengetahui  sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya,  وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  -- dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ --   Dan  itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali  tidak  ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabūt [29]:42-44).
          Masalah Keesaan Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah Al-Ankabūt  (Laba-laba)  ini disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik  akan ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat, serta tidak memberikan “naungan” apa pun yang dapat dibanggakan sebagaimana  jannah” (surge) yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki, mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya”, akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya, dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya (Al-Baqarah [2]:26).
Firman-Nya lagi:
وَ اِذۡ  قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا   اِلَّاۤ   اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾  فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ  اِنَّ  ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی  ﴿﴾ اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka  sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam,  sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی   -- maka   jangan  sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari kebun  maka kamu menderita kesulitan. اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی --  "Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang,  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی  --  dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari.  (Thā Hā [20]:117-120).

Falsafah  Berbagai  Sungai Surgawi

      Dalam Surah Al-Quran berikut ini dikemukakan berbagai macam “sungai surgai” yang akan dimiliki oleh para penghuni surga sesuai dengan  perbedaan   sempurnaan martabat ruhani mereka ketika berada di dunia, firman-Nya:
 مَثَلُ الۡجَنَّۃِ الَّتِیۡ وُعِدَ الۡمُتَّقُوۡنَ ؕ فِیۡہَاۤ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ  مَّآءٍ غَیۡرِ اٰسِنٍ ۚ وَ  اَنۡہٰرٌ مِّنۡ لَّبَنٍ لَّمۡ  یَتَغَیَّرۡ  طَعۡمُہٗ ۚ وَ اَنۡہٰرٌ  مِّنۡ خَمۡرٍ  لَّذَّۃٍ   لِّلشّٰرِبِیۡنَ ۬ۚ وَ اَنۡہٰرٌ مِّنۡ عَسَلٍ مُّصَفًّی ؕ وَ لَہُمۡ  فِیۡہَا مِنۡ کُلِّ الثَّمَرٰتِ وَ مَغۡفِرَۃٌ  مِّنۡ  رَّبِّہِمۡ ؕ  کَمَنۡ ہُوَ خَالِدٌ فِی النَّارِ وَ سُقُوۡا مَآءً حَمِیۡمًا فَقَطَّعَ  اَمۡعَآءَہُمۡ ﴿﴾
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa, di dalamnya terdapat sungai-sungai yang airnya tidak akan rusak; dan sungai-sungai susu yang rasanya tidak berubah, dan sungai-sungai arak yang sangat lezat rasanya bagi orang-orang yang meminum, dan sungai-sungai madu yang dijernihkan.  Dan bagi mereka di dalamnya ada segala macam buah-buahan, dan pengampunan dari Rabb (Tuhan) mereka. Apakah sama seperti orang yang tinggal kekal di dalam Api dan diberi minum air mendidih, sehingga akan merobek-robek usus mereka? (Muhammad [47]:16).
    Kepada orang-orang yang beriman dijanjikan di dunia ini dan di akhirat sungai-sungai yang airnya murni atau air tawar, sungai-sungai susu yang rasanya tidak akan berubah, sungai-sungai arak yang memberikan perasaan gembira dan sungai-sungai madu yang telah dijernihkan.
   Kata anhār (sungai-sungai)  yang telah dipergunakan empat kali dalam ayat ini, di samping arti-arti lain  berarti juga cahaya dan berlimpah-limpah; dan kata 'asal (madu) antara lain berarti amal baik atau amal saleh yang merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap si pelakunya.
    Mengingat akan arti yang terkandung di dalam kedua kata tadi, ayat ini dapat juga berarti, bahwa 4 hal yang disebutkan itu akan dianugerahkan  Allah Swt.  kepada orang-orang bertakwa dengan berlimpah-limpah: (1) Air tawar adalah sumber segala kehidupan (QS.21:31); (2) susu memberikan kesehatan dan kekuatan kepada badan (QS.16:67); (3) anggur memberikan rasa senang dan kelupaan akan segala kesusahan (QS.16:68) dan (4)  madu menyembuhkan banyak macam penyakit  (QS.16:69-70).
   Jika difahamkan dalam pengertian jasmani, maka ayat ini akan berarti bahwa dalam kehidupan di dunia ini orang-orang beriman akan memperoleh semua barang itu dengan berlimpah-limpah sehingga membuat kehidupan jadi senang, nikmat dan bermanfaat; dan bila diambil secara kiasan dan dalam pengertian ruhani  maka hal itu akan berarti bahwa orang-orang beriman mendapatkan kehidupan yang penuh kepuasan — dianugerahi ilmu keruhanian, akan minum anggur kecintaan Ilahi dan akan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang akan merebut kecintaan dan penghargaan manusia terhadap diri mereka.

Gambaran Kiasan  Nikmat-nikmat Surga  Dalam Al-Quran  

    Pendek kata itulah makna hakiki serta falsafah dari berbagai  naungan” serta jaminan hidup  -- yang digambarkan dalam bentuk perumpamaan  berupa berbagai macam nikmat-nikmat surgai dalam berbagai  Surah Al-Quran,    -- misalnya dalam Surah Ath-Thūr, Surah Ar-Rahmān, dan  Surah Al-Wāq’iah -- yang disediakan Allah Swt. dalam “jannah” (kebun/surga) yang dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), yang telah disalah-tafsirkan  dalam makna harfiah,  padahal Allah Swt. telah berfirman:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  اَفَمَنۡ کَانَ مُؤۡمِنًا کَمَنۡ کَانَ فَاسِقًا ؕؔ لَا  یَسۡتَوٗنَ ﴿﴾؃ اَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ جَنّٰتُ الۡمَاۡوٰی ۫ نُزُلًۢا بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ فَسَقُوۡا فَمَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ کُلَّمَاۤ  اَرَادُوۡۤا اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَاۤ اُعِیۡدُوۡا فِیۡہَا وَ قِیۡلَ لَہُمۡ ذُوۡقُوۡا عَذَابَ النَّارِ الَّذِیۡ  کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾   وَ لَنُذِیۡقَنَّہُمۡ مِّنَ الۡعَذَابِ الۡاَدۡنٰی  دُوۡنَ الۡعَذَابِ  الۡاَکۡبَرِ  لَعَلَّہُمۡ  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ  اَظۡلَمُ مِمَّنۡ ذُکِّرَ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ثُمَّ اَعۡرَضَ عَنۡہَا ؕ اِنَّا مِنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُنۡتَقِمُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mere-ka kerjakan.  Maka apakah seorang yang beriman   sama seperti orang fasik? Mereka tidak sama. Adapun  orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka ada surga-surga tempat tinggal, sebagai jamuan untuk apa yang telah mereka kerjakan. Dan ada pun mengenai orang-orang yang durhaka, tempat tinggal mereka adalah Api.  Setiap kali mereka berkehendak keluar darinya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya, dan akan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah azab Api yang dahulu kamu mendustakannya.”  Dan niscaya  Kami akan membuat mereka merasakan azab yang lebih ringan sebelum azab  yang lebih besar, supaya mereka kembali  kepada kebenaran. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang diperingatkan akan Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya) kemudian berpalingdarinya? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah [32]:18-23).
       Sehubungan ayat فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ  --  Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” Waktu  Nabi Besar Muhammad saw.  menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
        Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan. Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian perbuatan dan tingkah-laku baik yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini (QS.2:26).
         Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan. Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang beriman  yang bertakwa di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan berada jauh di luar batas jangkauan daya cipta manusia. 
         Makna ungkapan  “Azab yang lebih ringan” dan “azab yang lebih besar”, masing-masing dapat diartikan: (1) penderitaan-penderitaan dalam kehidupan sekarang dan di akhirat; (2) kekalahan kaum Quraisy pada Pertempuran Badar dan kejatuhan Mekkah; (3) kemalangan dan malapetaka lebih kecil yang menimpa orang-orang kafir sebagai peringatan, sebelum mereka pada akhirnya dibinasakan dengan azab Ilahi.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 3  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar