بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 51
Akibat Buruk Pembelanjaan Harta Untuk Menzalimi
Sesama Muslim & Genapnya Sabda
Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai Banyak
Terjadinya Al-Haraj (Pembunuhan Terhadap Sesama Muslim)
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas mengenai
keberadaan Al-Quran di kalangan umat Islam, bahwa dalam
kenyataannya tidak memberi jaminan bahwa ukhuwah
Islamiyah (persaudaraan Muslim) yang
telah sukses dibangun oleh Nabi Besar
Muhammad saw. selama 23 tahun tetap terpelihara, karena memang jaminan pemeliharaan
Allah Swt. hanya terhadap Al-Quran,
bukan terhadap umat Islam, sehingga Nabi Besar Muhammad saw. pun telah menubuatkan bahwa umat Islam akan pecah-belah
menjadi 73 golongan.
Sehubungan
dengan peringatan -- dan sekali gus merupakan nubuatan
-- Allah Swt. kepada umat Islam dalam QS.3:103-106 agar umat Islam
berpegang teguh pada “tali Allah” dan jangan berselisih dan berpecah-belah seperti golongan Ahli
Kitab sebelumnya, selanjutnya Allah Swt.
memperingatkan umat Islam mengenai
hal tersebut, firman-Nya:
کَدَاۡبِ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ ۙ وَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ؕ کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاَخَذَہُمُ اللّٰہُ بِذُنُوۡبِہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾ ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ وَ اَنَّ اللّٰہَ
سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
Seperti keadaan kaum Fir’aun dan orang-orang sebelum mereka. کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ فَاَخَذَہُمُ اللّٰہُ بِذُنُوۡبِہِمۡ -- Mereka kafir terhadap Tanda-tanda Allah maka Allah menghukum mereka karena dosa-dosa mereka, sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha
keras dalam menghukum. ذٰلِکَ بِاَنَّ اللّٰہَ لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ -- Yang demikian
itu adalah karena sesungguhnya Allah tidak pernah
mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum
hingga mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri, وَ اَنَّ اللّٰہَ
سَمِیۡعٌ عَلِیۡمٌ -- dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:53-54). Lihat pula QS.13:12.
Kegagalan Melimpahnya “Petro
Dollar” Menciptakan Kesatuan Umat Islam di Timur Tengah & Pentingnya Keberadaan Rasul Allah
Ayat tersebut mengemukakan satu Sunnatullāh
(Hukum Allah yang lazim), bahwa
Allah Swt. tidak akan
mengambil kembali suatu nikmat yang
telah dianugerahkan oleh-Nya kepada suatu kaum,
selama belum ada perubahan memburuk
dalam keadaan mereka sendiri. Sehubungan
dengan hal itu Allah Swt. berfirman:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ
بِعَذَابِکُمۡ اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ
اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab
kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah benar-benar Maha Menghargai, Maha
Mengetahui (An-Nisa [4]:148).
Orang-orang yang mempergunakan akal pasti akan mengatakan bahwa kemelut berkepanjangan yang saat ini melanda Dunia
Islam di Timur Tengah merupakan azab Ilahi, bukan sekedar ibtila
atau pun musibah. Sebab seandainya
gelar sebagai “khayra ummah” (umat
terbaik – QS.2:144; QS.3:111) masih
nampak pada mereka mustahil Allah
Swt. akan membiarkan kemelut
berkepanjangan terjadi di Timur
Tengah, terutama di kalangan Dunia Islam.
Jika dalam
kenyataannya umat beragama -- termasuk umat Islam – tidak dapat terhindar dari mengalami perselisihan pendapat dan keterpecah-belahan
setelah jauh dari masa kenabian (QS.3:103-106; QS.5:55-57;
QS.30:31-33; QS.57:17), terlebih lagi bangsa Arab atau Bani
Isma’il yang sejak dari zaman Nabi Isma’il a.s. sampai dengan masa diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. tidak
pernah diutus seorang rasul Allah pun di kalangan mereka, yang
disebut fatrah (masa jeda
pengutusan rasul Allah -- QS.5:20).
Oleh karena
itu sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum
yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.
di tengah mereka --
sehingga Allah Swt. menyebut mereka “berada dalam kesesatan yang nyata”
(QS.62:3) -- tetapi dalam pada itu sejarah
umat manusia tidak dapat mengemukakan satu
contoh pun ikatan persaudaraan
penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu (QS.48:30) berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia
Junjungan Agung mereka, Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22).
Itulah
makna ayat selanjutnya Surah Ali ‘Imran
yang sedang dibahas: وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ -- dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا -- ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan
nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,
وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا -- dan kamu
dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia
menyelamatkan kamu darinya” (QS.3:104).
Sehubungan
dengan kenyataan tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai
pentingnya keberadaan Rasul Allah dalam terciptanya kesatuan dan persatuan umat yang hakiki:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ ﴿﴾
یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ
اتَّبَعَکَ مِنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Dia telah menanamkan kecintaan di antara
hati mereka, seandainya engkau
membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau sekali-kali
tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allāh
telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai Nabi,
Allah mencukupi bagi engkau dan bagi
orang-orang
yang mengikuti engkau di antara orang-orang
beriman (Al-Anfāl [8]:64-65).
Melimpahnya “petro dollar” sebagai
hasil penjualan “emas hitam” (minyak
bumi dan gas) di wilayah Timur Tengah di Akhir
Zaman ini membuktikan kebenaran pernyataan Allah Swt.: لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ -- “seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau sekali-kali
tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ -- tetapi Allah
telah menanamkan kecintaan di antara mereka, اِنَّہٗ عَزِیۡزٌ حَکِیۡمٌ -- sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha
Bijaksana.”
Justru
sebaliknya, melimpahnya “petro dollar”
di Timur Tengah malah semakin menambah parah terjadinya perselisihan dan perpecahan -- bahkan peperangan – di kalangan umat
Islam di sana, sebagaimana telah diperingatkan
Nabi Besar Muhammad saw. mengenai akan terjadinya al-haraj yakni pembunuhan
terhadap sesama Muslim, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari r.a. dalam HR. Ahmad, sebagaimana yang saat ini marak terjadi di Timur Tengah.
Pengulangan “Berada
di Tepi Jurang Api” Akibat Kerakusan akan Kekuasaan
Duniawi
Kata-kata
“di tepi jurang Api” dalam ayat وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا -- dan kamu
dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia
menyelamatkan kamu darinya” (QS.3:104),
berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka. Keadaan seperti itu di Akhir Zaman ini kembali terjadi di Timur Tengah antara sesama Muslim.
Jadi,
betapa mengerikan akibat buruk yang ditimbulkan kemusyrikan berupa “perpecahan
umat” di kalangan umat beragama itu, sebab terjadinya kemusyrikan di Akhir Zaman ini dilandasi
oleh kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan duniawi, bukan karena tidak mengerti perintah dan larangan agama,
firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾
اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾ حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾ کَلَّا
سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾ کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ
عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾ لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿۶﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah,
Maha Penyayang. Dalam
upaya memperbanyak kekayaan
telah melalaikan kamu, hingga kamu sampai di kuburan. Sekali-kali tidak, segera kamu akan
mengetahui. Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ
عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ -- Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.
لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ -- Niscaya kamu akan melihat Jahannam, ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ
الۡیَقِیۡنِ ۙ --
kemudian kamu niscaya akan melihatnya dengan mata yakin. ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ --
Kemudian pada hari itu kamu pasti
akan ditanya mengenai kenikmatan. (At-Takātstsūr [102]:1-9).
Ketamakan
dan hasrat berlebihan pada manusia
untuk mengungguli orang lain dalam jumlah kekayan,
kedudukan dan gengsi merupakan penyebab
utama segala kesulitan manusia,
dan merupakan penyebab kelalaian
manusia terhadap nilai-nilai hidup
yang lebih tinggi.
Merupakan kemalangan
manusia yang sangat besar bahwa nafsunya
untuk memperoleh barang-barang duniawi
tidak mengenal batas dan tidak menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan Tuhan dan alam akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga maut (kematian) merenggutnya, dan baru pada saat itulah ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada
gunanya itu. Itulah makna ayat: اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ -- Dalam
upaya memperbanyak kekayaan
telah melalaikan kamu, حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ --
hingga kamu sampai di kuburan.”
Menyaksikan Kobaran “Api Neraka Jahannam” di Dunia
Selanjutnya Allah Swt. berfirman: کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ --
“Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui, ثُمَّ کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ -- kemudian,
sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.” Pengulangan ayat ini bertujuan
menambahkan tekanan pada dan membuat lebih ampuh peringatan yang terkandung dalam Surah ini. Atau, Surah ini dapat
ditujukan kepada pembalasan yang akan
datang di belakang kesibukan manusia,
yang secara membabi-buta berusaha
memperoleh barang-barang duniawi di
dalam kehidupan ini.
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman: کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ
عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ -- Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui
hakikat itu dengan ilmu yakin. لَتَرَوُنَّ الۡجَحِیۡمَ
-- Niscaya kamu akan melihat Jahannam.” Yakni seandainya manusia mempergunakan
akal sehatnya dan mempergunakan ilmu yang dimilikinya, niscaya ia akan melihat
neraka Jahannam sungguh-sungguh menganga
di hadapan matanya sendiri di dunia ini
juga, yaitu ia akan mengetahui bahwa kesibukannya
dalam mengejar kebesaran, kemegahan, dan keuntungan kebendaan dalam kehidupan sementara di dunia ini menyebabkan kehancuran total akhlaknya.
Ayat-ayat 5-8 tidak meninggalkan syak (keraguan) sekelumit pun mengenai awal kehidupan neraka di dalam dunia
ini juga, karena neraka di akhirat itu sebenamya disediakan di dunia ini, yang tersembunyi
dari mata manusia tetapi dapat dikena dengan per-antaraan ‘ilmulyaqin, oleh
mereka yang merenungkannya.
Ayat-ayat ini menggambarkan tiga tingkat keyakinan manusia bertalian
dengan neraka, yaitu:
(1) ’ilmulyaqin
atau keyakinan yang diperoleh
berdasarkan ilmu dengan mengambil
kesimpulan dari suatu peristiwa, misalnya meyakini
adanya nyala api di suatu tempat karena melihat adanya kepulan
asap. yang mengepul;
(2) ‘ainulyaqin yaitu keyakinan dengan perantaraan atau
berda-sarkan penglihatan, yakni melihat dengan mata kepala sendiri nyala api;
(3) haqqulyaqin, yaitu keyakinan berdasarkan pengalaman sendiri.
Jadi, ‘ilmulyaqin dapat
diperoleh di dunia ini juga, dengan mengambil kesimpulan oleh mereka yang merenungkan
dan menekuni hakikat kejahatan, namun
sesudah mati ia di alam barzakh akan melihat neraka dengan mata
kepala sendiri, sedang pada Hari
Kebangkitan ia akan menghayati
dan merasakan sepenuhnya haqqulyaqin
dengan benar-benar mengalami setelah masuk
ke dalam neraka.
Jadi, kembali kepada peringatan
Allah Swt. kepada umat Islam dalam
ayat: وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا -- Dan berpegangteguhlah
kamu sekalian pada tali Allah,
dan janganlah
kamu berpecah-belah, وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ -- dan ingatlah
akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا -- ketika kamu
dahulu bermusuh-musuhan, lalu Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan antara satu sama lain maka dengan
nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,
وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا -- dan kamu
dahulu berada di tepi jurang Api lalu Dia
menyelamatkan kamu darinya. کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ لَعَلَّکُمۡ
تَہۡتَدُوۡنَ --
Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya
kepada kamu supaya kamu mendapat
petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:104).
Pentingnya Terulurnya
Kembali “Tali Allah” dari Langit
Peringatan Allah Swt. tersebut di Akhir Zaman ini kembali terulang dan menjadi kenyataan yang sangat tragis
terutama mengenai keadaan umat
Islam di Timur Tengah. Bagaimana
tidak? Sebab kalau perpecahan yang terjadi di kalangan bangsa Arab menjelang diutusnya Nabi
Besar Muhammad saw. karena mereka itu belum beragama Islam, sehingga Allah Swt. menyebut mereka sebagai “dalam kesesatan yang nyata” (QS.62:3),
sedangkan perpecahan dan peperangan
yang terjadi saat ini di Timur Tengah adalah antara sesama Muslim.
Nah, jika
sudah demikian keadaannya, maka benarkah
untuk mengatasi keadaan yang sangat mengerikan seperti itu dapat diselesaikan oleh upaya-upaya para pemuka agama di kalangan mereka yang sedang bertikai? Pasti tidak mungkin, sebab jika api bertemu dengan api hanya akan mengakibatkan bertambah hebatnya kobaran api
di kalangan umat Islam.
Kobaran api
tersebut akan semakin hebat lagi
karena adanya siraman-siraman dari
pihak-pihak Non-Muslim yang mencari keuntungan
politik dan ekonomi dari kemelut berkepanjangan yang terjadi di
kalangan umat Islam di Akhir Zaman ini, terutama di kawasan Timur Tengah.
Hanya siraman
air hujan dari langit sajalah
yang dipastikan akan dapat memadamkan kobaran
api yang hebat dan tak terkendali tersebut, sebab tanpa kebesertaan Allah Swt. dan pertolongan-Nya yang khusus segala macam
upaya manusia akan sia-sia saja, firman-Nya: اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا --
Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami
telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:18).
Mengenai Sunnatullah yang kembali
terjadi tersebut selengkapnya Allah Swt. berfirman:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ
اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum
sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat
Allah dan mengingat kebenaran yang telah turun kepada mereka, وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ
اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ --
dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang
atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ
مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا --
Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ
لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- Sungguh Kami
telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Bahaya Kemusyrikan Berupa “Perpecahan
Umat”
Selaras
dengan Sunnatullah tersebut lebih
lanjut Allah Swt. berfirman sehubungan dengan pentingnya bertakwa dan berpegang teguh
pada “Tali Allah” yang terulur dari “langit” yakni Rasul Allah yang kedatanganya dijanjikan di Akhir Zaman ini:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ
بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Dan hendaklah ada
segolongan di antara kamu yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, melarang
dari berbuat munkar, وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- dan mereka
itulah orang-orang yang berhasil. وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ --
Dan janganlah kamu menjadi
seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih sesudah
bukti-bukti yang jelas datang
kepada mereka, وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ
-- dan mereka itulah orang-orang yang baginya ada azab yang besar. (Ali
‘Imran [3]:105-106).
Ayat ini menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan di tengah-tengah para Ahlul Kitab untuk menyadarkan kaum Muslimin
akan bahaya ketidak-serasian dan ketidaksepakatan, karena itu dalam
ayat-ayat sebelumnya Allah Swt. memerintahkan
umat Islam agar memiliki ketakwaan dan
selalu berpegang-teguh pada “tali Allah” (QS.3:103-104), supaya umat
Islam selalu berada dalam kondisi “berjama’ah”
atau “satu jama’ah” yang dipimpin oleh seorang
imam (pimpinan), tidak dipimpin oleh
banyak imam yang saling
bertentangan karena urusan duniawi, sebagaimana firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah
wajah kamu kepada agama yang lurus,
yaitu fitrat Allah, yang
atas dasar itu Dia
menciptakan manusia, tidak ada perubahan
dalam penciptaan Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ
اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ
الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا
دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا شِیَعًا -- Yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ -- tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm
[30]:31-33).
Wajah-wajah yang Putih dan Wajah-wajah yang Hitam
Setelah memperingatkan umat Islam akan bahaya
yang ditimbulkan perselisihan
dan perpecahan yang terjadi di
kalangan golongan Ahli Kitab,
selanjutnya Allah Swt. berfirman:
یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾ تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ
بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ الۡاُمُوۡرُ ﴿﴾٪
Pada hari ketika wajah-wajah
menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya menjadi
hitam. Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam,
dikatakan kepada mereka: اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ -- “Apakah kamu
kafir sesudah beriman? فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَکۡفُرُوۡنَ
-- karena itu rasakanlah azab
ini disebabkan kekafiran kamu." وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ --
dan ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ -- maka mereka
akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalamnya. تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ --
Itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan
haq, وَ مَا
اللّٰہُ یُرِیۡدُ
ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ -- dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman atas seluruh alam. وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ --
Dan milik Allah-lah apa pun yang ada di seluruh
langit dan apa pun yang ada di bumi, وَ اِلَی اللّٰہِ تُرۡجَعُ
الۡاُمُوۡرُ
-- dan kepada
Allah-lah segala urusan dikembalikan.
(Ali ‘Imran [3]:103-109).
Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan”
(QS.3:107, 108; QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila seseorang melakukan perbuatan baik yang karenanya ia
mendapat pujian, orang Arab
mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu, yakni “wajah orang itu menjadi putih”. Dan bila
ia melakukan suatu pekerjaan yang patut disesali, maka dikatakan mengenai dia iswadda wajhuhu,
yakni “wajahnya telah menjadi hitam.”
Ungkapan bil-haqq -- secara harfiah berarti “dengan kebenaran” dan diter-jemahkan
sebagai “mengandung kebenaran” -- berarti:
(1) bahwa Tanda-tanda atau Ayat-ayat Allah itu
penuh dengan kebenaran;
(2) bahwa Tanda-tanda itu telah datang secara haq, yakni “kamu mempunyai hak untuk
menerima”;
(3) itulah saat yang paling tepat Ayat-ayat itu diwahyukan.
Demikian
pula pengutusan Rasul Allah -- yakni Al-Masih Mau’ud a.s. -- di Akhir
Zaman ini merupakan Tanda-tanda Allah yang bukan saja paling besar dari semua bentuk Tanda-tanda
Allah yang ada di seluruh alam ini, tetapi juga yang paling nyata, terutama bagi ulil-albāb (orang-orang yang
mempergunakan akal -- QS.3:191-195).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar