Jumat, 15 Mei 2015

Akibat Buruk "Pembelanjaan Harta" Untuk Menzalimi Sesama Muslim & Genapnya Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai Banyaknya "al-Haraj" (Perbunuhan Terhadap Sesama Muslim)




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 51
                                                                                       
    
Akibat Buruk Pembelanjaan Harta Untuk Menzalimi Sesama Muslim & Genapnya Sabda Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai  Banyak Terjadinya Al-Haraj    (Pembunuhan Terhadap Sesama Muslim)
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai  keberadaan  Al-Quran di kalangan umat Islam,  bahwa dalam kenyataannya   tidak memberi jaminan bahwa ukhuwah Islamiyah  (persaudaraan Muslim) yang telah sukses dibangun oleh Nabi Besar Muhammad saw. selama 23 tahun  tetap terpelihara, karena memang  jaminan pemeliharaan  Allah Swt. hanya terhadap Al-Quran, bukan terhadap umat Islam,  sehingga Nabi Besar Muhammad saw. pun telah menubuatkan bahwa umat Islam akan pecah-belah menjadi 73 golongan.
       Sehubungan dengan peringatan  -- dan sekali gus merupakan nubuatan  -- Allah Swt.  kepada umat Islam dalam QS.3:103-106 agar  umat Islam  berpegang teguh pada “tali Allah” dan jangan  berselisih  dan  berpecah-belah seperti golongan Ahli Kitab sebelumnya,  selanjutnya Allah Swt. memperingatkan umat Islam mengenai hal tersebut, firman-Nya:
کَدَاۡبِ اٰلِ فِرۡعَوۡنَ ۙ وَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ؕ  کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ  فَاَخَذَہُمُ اللّٰہُ  بِذُنُوۡبِہِمۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿﴾  ذٰلِکَ بِاَنَّ  اللّٰہَ  لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا  نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ وَ اَنَّ  اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ ﴿ۙ﴾
Seperti keadaan  kaum Fir’aun dan orang-orang sebelum mereka.  کَفَرُوۡا بِاٰیٰتِ اللّٰہِ  فَاَخَذَہُمُ اللّٰہُ  بِذُنُوۡبِہِمۡ   -- Mereka kafir terhadap Tanda-tanda Allah maka Allah menghukum mereka karena dosa-dosa mereka, sesungguhnya Allah Mahakuat,  Maha keras dalam menghukum.  ذٰلِکَ بِاَنَّ  اللّٰہَ  لَمۡ یَکُ مُغَیِّرًا  نِّعۡمَۃً اَنۡعَمَہَا عَلٰی قَوۡمٍ حَتّٰی یُغَیِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِہِمۡ ۙ   --   Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya  Allah tidak   pernah  mengubah suatu nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada suatu kaum  hingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri, وَ اَنَّ  اللّٰہَ  سَمِیۡعٌ  عَلِیۡمٌ --    dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-Anfāl [8]:53-54). Lihat pula QS.13:12.

Kegagalan Melimpahnya  Petro Dollar” Menciptakan   Kesatuan Umat Islam di Timur Tengah & Pentingnya Keberadaan Rasul Allah

        Ayat tersebut mengemukakan satu Sunnatullāh (Hukum Allah  yang lazim), bahwa Allah  Swt. tidak akan mengambil kembali suatu nikmat yang telah dianugerahkan oleh-Nya kepada suatu kaum, selama belum ada perubahan memburuk dalam keadaan mereka sendiri.  Sehubungan dengan hal itu Allah Swt. berfirman:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengetahui  (An-Nisa [4]:148).
       Orang-orang yang mempergunakan akal pasti akan mengatakan bahwa kemelut berkepanjangan yang saat ini melanda  Dunia Islam di Timur Tengah merupakan azab Ilahi, bukan  sekedar ibtila atau pun musibah. Sebab seandainya gelar sebagai “khayra ummah” (umat terbaik – QS.2:144; QS.3:111)  masih nampak pada mereka mustahil Allah Swt. akan membiarkan kemelut berkepanjangan terjadi di Timur Tengah, terutama di kalangan Dunia Islam.
         Jika dalam kenyataannya umat beragama    -- termasuk umat Islam – tidak dapat terhindar dari mengalami perselisihan pendapat dan  keterpecah-belahan  setelah jauh dari masa kenabian (QS.3:103-106; QS.5:55-57; QS.30:31-33; QS.57:17),  terlebih lagi bangsa Arab  atau Bani Isma’il  yang sejak dari zaman Nabi Isma’il a.s. sampai dengan masa diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. tidak pernah diutus seorang rasul Allah pun di kalangan mereka, yang disebut fatrah (masa jeda  pengutusan rasul Allah  -- QS.5:20).
      Oleh karena itu sangat sukar kita mendapatkan suatu kaum yang terpecah-belah lebih daripada orang-orang Arab sebelum  kedatangan Nabi Besar Muhammad saw.  di tengah mereka  -- sehingga Allah Swt. menyebut mereka  berada dalam kesesatan yang nyata” (QS.62:3) -- tetapi dalam pada itu sejarah umat manusia tidak dapat mengemukakan satu contoh pun ikatan persaudaraan penuh cinta yang menjadikan orang-orang Arab telah bersatu-padu (QS.48:30) berkat ajaran dan teladan luhur lagi mulia Junjungan Agung mereka, Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22).
           Itulah makna ayat selanjutnya Surah Ali ‘Imran yang sedang dibahas: وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ   -- dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا   --  ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,  وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  -- dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya” (QS.3:104).
         Sehubungan dengan kenyataan tersebut dalam Surah lain Allah Swt. berfirman  kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai pentingnya keberadaan Rasul Allah  dalam terciptanya kesatuan dan persatuan umat  yang hakiki:
وَ اَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ ؕ لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ ؕ اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ ﴿﴾ یٰۤاَیُّہَا النَّبِیُّ حَسۡبُکَ اللّٰہُ وَ مَنِ اتَّبَعَکَ  مِنَ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan  Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka, seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allāh  telah menanamkan kecintaan di antara mereka, sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.   Hai Nabi,   Allah mencukupi bagi engkau dan bagi  orang-orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman (Al-Anfāl [8]:64-65).
           Melimpahnya “petro dollar” sebagai hasil penjualan “emas hitam” (minyak bumi  dan gas) di wilayah Timur Tengah  di Akhir Zaman ini membuktikan kebenaran pernyataan Allah Swt.:  لَوۡ اَنۡفَقۡتَ مَا فِی الۡاَرۡضِ جَمِیۡعًا مَّاۤ  اَلَّفۡتَ بَیۡنَ قُلُوۡبِہِمۡ   -- “seandainya engkau membelanjakan yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau  sekali-kali tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ  اَلَّفَ بَیۡنَہُمۡ   -- tetapi Allah  telah menanamkan kecintaan di antara mereka, اِنَّہٗ  عَزِیۡزٌ  حَکِیۡمٌ  -- sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”
        Justru sebaliknya, melimpahnya “petro dollar” di Timur Tengah malah semakin   menambah parah terjadinya perselisihan dan  perpecahan   -- bahkan peperangan – di kalangan umat Islam di sana, sebagaimana telah diperingatkan Nabi Besar Muhammad saw. mengenai akan terjadinya al-haraj yakni pembunuhan terhadap sesama Muslim, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari r.a. dalam HR. Ahmad, sebagaimana yang saat ini marak terjadi di Timur Tengah.

Pengulangan  Berada di Tepi Jurang Api” Akibat Kerakusan  akan Kekuasaan Duniawi

         Kata-kata “di tepi jurang Api” dalam ayat وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  -- dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya” (QS.3:104),  berarti peperangan, saling membinasakan yang di dalam peperangan itu orang-orang Arab senantiasa terlibat dan menghabiskan kaum pria mereka. Keadaan seperti itu di Akhir Zaman ini  kembali terjadi di Timur Tengah antara sesama Muslim.
        Jadi, betapa mengerikan  akibat buruk   yang ditimbulkan kemusyrikan berupa “perpecahan umat  di kalangan umat beragama itu, sebab terjadinya kemusyrikan di Akhir Zaman ini dilandasi oleh kerakusan akan kekuasaan dan kekayaan duniawi, bukan karena tidak mengerti perintah dan larangan agama, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾   حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾   ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾   کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾   لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿۶﴾  ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾  ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.    Dalam  upaya memperbanyak kekayaan  telah melalaikan kamu,   hingga kamu sampai di kuburan.   Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui.    Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ  -- Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.   لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ  --   Niscaya kamu akan melihat Jahannam, ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ   -- kemudian kamu niscaya  akan melihatnya dengan mata yakin. ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ  --  Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan. (At-Takātstsūr [102]:1-9).
     Ketamakan dan hasrat berlebihan pada manusia untuk mengungguli orang lain dalam jumlah kekayan, kedudukan dan gengsi merupakan penyebab utama segala kesulitan manusia, dan merupakan penyebab kelalaian manusia terhadap nilai-nilai hidup yang lebih tinggi.
Merupakan kemalangan manusia yang sangat besar bahwa nafsunya untuk memperoleh barang-barang duniawi tidak mengenal batas dan tidak menyisihkan waktu sedikit pun untuk memikirkan Tuhan dan alam akhirat. Ia tetap asyik dengan hal-hal tersebut, hingga maut (kematian)  merenggutnya, dan baru pada saat itulah ia menyadari, bahwa ia telah menyia-nyiakan hidupnya yang sangat berharga dalam mengejar-ngejar sesuatu yang tiada gunanya itu. Itulah makna ayat:   اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ  -- Dalam  upaya memperbanyak kekayaan  telah melalaikan kamu,  حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ  --  hingga kamu sampai di kuburan.”

Menyaksikan Kobaran “Api Neraka Jahannam” di Dunia

   Selanjutnya Allah Swt. berfirman: کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ  --  “Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui, ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ --   kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.” Pengulangan ayat ini bertujuan menambahkan tekanan pada dan membuat lebih ampuh peringatan yang terkandung dalam Surah ini. Atau, Surah ini dapat ditujukan kepada pembalasan yang akan datang di belakang kesibukan manusia, yang secara membabi-buta berusaha memperoleh barang-barang duniawi di dalam kehidupan ini.
    Selanjutnya Allah Swt. berfirman:   کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ  --      Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin.   لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ  --   Niscaya kamu akan melihat Jahannam.” Yakni seandainya manusia mempergunakan akal sehatnya dan mempergunakan ilmu yang dimilikinya, niscaya  ia akan melihat neraka Jahannam sungguh-sungguh menganga di hadapan matanya sendiri di dunia ini juga, yaitu ia akan mengetahui bahwa kesibukannya dalam mengejar kebesaran, kemegahan, dan keuntungan kebendaan dalam kehidupan sementara di dunia ini menyebabkan kehancuran total akhlaknya.
     Ayat-ayat 5-8 tidak meninggalkan syak  (keraguan) sekelumit pun mengenai awal kehidupan neraka   di dalam dunia ini juga, karena neraka di akhirat itu sebenamya disediakan di dunia ini, yang tersembunyi dari mata manusia tetapi dapat dikena  dengan per-antaraan ‘ilmulyaqin, oleh mereka yang merenungkannya.
Ayat-ayat ini menggambarkan tiga tingkat keyakinan manusia bertalian dengan neraka, yaitu:
 (1) ’ilmulyaqin atau keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu dengan mengambil kesimpulan dari suatu peristiwa, misalnya meyakini adanya nyala api  di suatu tempat karena melihat  adanya kepulan asap. yang mengepul;
 (2) ‘ainulyaqin yaitu keyakinan dengan perantaraan atau berda-sarkan penglihatan, yakni melihat dengan mata kepala sendiri nyala api; 
(3) haqqulyaqin, yaitu keyakinan berdasarkan pengalaman sendiri.
   Jadi,  ‘ilmulyaqin dapat diperoleh di dunia ini juga, dengan mengambil kesimpulan oleh mereka yang merenungkan dan menekuni hakikat kejahatan, namun sesudah mati ia di alam barzakh akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri, sedang pada Hari Kebangkitan ia akan menghayati dan merasakan sepenuhnya haqqulyaqin dengan benar-benar mengalami setelah masuk ke dalam neraka.
      Jadi, kembali  kepada  peringatan Allah Swt. kepada umat Islam dalam ayat: وَ اعۡتَصِمُوۡا بِحَبۡلِ اللّٰہِ جَمِیۡعًا وَّ لَا تَفَرَّقُوۡا  --   Dan  berpegangteguhlah kamu sekalian pada tali Allah, dan  janganlah kamu berpecah-belah,  وَ اذۡکُرُوۡا نِعۡمَتَ اللّٰہِ عَلَیۡکُمۡ   -- dan  ingatlah akan nikmat Allah atas kamu, اِذۡ  کُنۡتُمۡ اَعۡدَآءً فَاَلَّفَ بَیۡنَ قُلُوۡبِکُمۡ فَاَصۡبَحۡتُمۡ بِنِعۡمَتِہٖۤ اِخۡوَانًا   --  ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu  Dia menyatukan hatimu dengan kecintaan  antara satu sama lain maka  dengan nikmat-Nya itu kamu menjadi bersaudara,  وَ کُنۡتُمۡ عَلٰی شَفَا حُفۡرَۃٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنۡقَذَکُمۡ مِّنۡہَا  -- dan kamu dahulu berada di tepi jurang Api  lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. کَذٰلِکَ یُبَیِّنُ اللّٰہُ لَکُمۡ اٰیٰتِہٖ  لَعَلَّکُمۡ  تَہۡتَدُوۡنَ -- Demikianlah Allah menjelaskan Ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. (Ali ‘Imran [3]:104).

Pentingnya  Terulurnya Kembali “Tali Allah” dari  Langit

       Peringatan Allah Swt. tersebut di Akhir Zaman ini kembali terulang  dan menjadi kenyataan  yang sangat tragis  terutama mengenai keadaan umat Islam di Timur Tengah. Bagaimana tidak? Sebab  kalau perpecahan yang terjadi di kalangan bangsa Arab menjelang diutusnya  Nabi Besar Muhammad saw. karena mereka itu belum beragama Islam, sehingga Allah Swt. menyebut mereka sebagai “dalam kesesatan yang nyata” (QS.62:3), sedangkan  perpecahan dan peperangan yang terjadi saat ini di Timur Tengah   adalah antara sesama Muslim.
         Nah, jika sudah demikian  keadaannya, maka benarkah untuk mengatasi  keadaan yang sangat mengerikan seperti itu dapat diselesaikan oleh upaya-upaya para pemuka agama  di kalangan mereka yang sedang bertikai?  Pasti tidak mungkin, sebab jika api bertemu dengan api hanya akan mengakibatkan bertambah hebatnya kobaran api   di kalangan umat Islam.
        Kobaran api tersebut akan semakin hebat lagi karena adanya siraman-siraman  dari  pihak-pihak  Non-Muslim yang mencari keuntungan politik dan ekonomi  dari kemelut berkepanjangan yang terjadi di kalangan umat Islam di Akhir Zaman ini, terutama di kawasan Timur Tengah.
        Hanya  siraman air hujan dari langit sajalah yang dipastikan akan dapat memadamkan  kobaran api   yang hebat dan tak terkendali  tersebut, sebab tanpa kebesertaan Allah Swt.  dan pertolongan-Nya yang khusus segala macam upaya manusia akan sia-sia saja, firman-Nya:  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا --  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ  --  Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:18).
        Mengenai  Sunnatullah  yang kembali terjadi tersebut selengkapnya Allah Swt. berfirman:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka,   وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ -- dan mereka tidak  menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya,  فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ  -- maka  zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ   -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka?  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا --  Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ  --  Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).

Bahaya Kemusyrikan Berupa “Perpecahan Umat

        Selaras dengan Sunnatullah tersebut lebih lanjut Allah Swt. berfirman sehubungan dengan pentingnya bertakwa dan berpegang teguh pada “Tali Allah” yang terulur dari “langit” yakni Rasul Allah yang kedatanganya dijanjikan di Akhir Zaman ini:
وَلۡتَکُنۡ مِّنۡکُمۡ اُمَّۃٌ یَّدۡعُوۡنَ اِلَی الۡخَیۡرِ وَ یَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَ یَنۡہَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡکَرِ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ ؕ وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ ﴿﴾ۙ  یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
Dan hendaklah ada segolongan di antara kamu   yang senantiasa menyeru manusia kepada kebaikan,   menyuruh kepada yang makruf,  melarang dari berbuat munkar, وَ اُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡمُفۡلِحُوۡنَ  --   dan mereka itulah orang-orang yang berhasil.  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ تَفَرَّقُوۡا وَ اخۡتَلَفُوۡا مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَہُمُ الۡبَیِّنٰتُ   --  Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang  berpecah belah dan berselisih   sesudah  bukti-bukti yang jelas datang kepada mereka, وَ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ عَذَابٌ عَظِیۡمٌ --  dan mereka itulah orang-orang  yang baginya  ada azab yang besar. (Ali ‘Imran [3]:105-106).
        Ayat ini menunjuk kepada perpecahan dan perselisihan-perselisihan di tengah-tengah para Ahlul Kitab untuk menyadarkan kaum Muslimin akan bahaya ketidak-serasian dan ketidaksepakatan, karena itu dalam ayat-ayat sebelumnya Allah Swt. memerintahkan  umat Islam agar memiliki ketakwaan  dan  selalu berpegang-teguh pada “tali Allah” (QS.3:103-104),  supaya umat Islam selalu berada dalam kondisi “berjama’ah” atau “satu jama’ah” yang dipimpin oleh  seorang imam (pimpinan), tidak dipimpin oleh  banyak imam  yang saling bertentangan karena  urusan duniawi, sebagaimana firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾  مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ     -- Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ  --  dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik, مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا  --     Yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ --   tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).

Wajah-wajah yang Putih dan Wajah-wajah yang Hitam

          Setelah memperingatkan umat Islam akan bahaya  yang ditimbulkan perselisihan dan perpecahan yang terjadi di kalangan golongan Ahli Kitab, selanjutnya Allah Swt. berfirman:
یَّوۡمَ تَبۡیَضُّ وُجُوۡہٌ  وَّ تَسۡوَدُّ وُجُوۡہٌ ۚ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اسۡوَدَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ ۟ اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾  تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ ؕ وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ ؕ وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ  ﴿﴾٪
Pada hari  ketika  wajah-wajah menjadi putih, dan wajah-wajah lainnya   menjadi hitam.  Ada pun orang-orang yang wajahnya menjadi hitam, dikatakan kepada mereka:  اَکَفَرۡتُمۡ بَعۡدَ اِیۡمَانِکُمۡ  --  “Apakah  kamu kafir  sesudah beriman?  فَذُوۡقُوا الۡعَذَابَ بِمَا کُنۡتُمۡ تَکۡفُرُوۡنَ  -- karena itu rasakanlah azab ini disebabkan kekafiran kamu."  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ ابۡیَضَّتۡ وُجُوۡہُہُمۡ    --  dan  ada pun orang-orang yang wajahnya putih, فَفِیۡ رَحۡمَۃِ اللّٰہِ ؕ ہُمۡ  فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ  -- maka mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka kekal  di dalamnya.  تِلۡکَ اٰیٰتُ اللّٰہِ نَتۡلُوۡہَا عَلَیۡکَ بِالۡحَقِّ  --  Itulah Ayat-ayat Allah, Kami membacakannya kepada engkau dengan haq, وَ مَا اللّٰہُ یُرِیۡدُ  ظُلۡمًا لِّلۡعٰلَمِیۡنَ  --    dan Allah sekali-kali tidak menghendaki suatu kezaliman  atas seluruh alam.  وَ لِلّٰہِ مَا فِی السَّمٰوٰتِ وَ مَا فِی الۡاَرۡضِ   --  Dan  milik Allah-lah apa pun  yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi,  وَ  اِلَی اللّٰہِ  تُرۡجَعُ  الۡاُمُوۡرُ   -- dan kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. (Ali ‘Imran [3]:103-109).
        Al-Quran telah menerangkan warna-warna “putih” dan “hitam” sebagai lambang, masing-masing untuk “kebahagiaan” dan “kesedihan” (QS.3:107, 108; QS.75:23-25; QS.80:39-41). Bila seseorang melakukan perbuatan baik yang karenanya ia mendapat pujian, orang Arab mengatakan mengenai dia: ibyadhdhaha wajhuhu, yakni “wajah orang itu menjadi putih”. Dan bila ia melakukan suatu pekerjaan yang patut disesali, maka dikatakan  mengenai dia iswadda wajhuhu, yakni  wajahnya telah menjadi hitam.”
  Ungkapan bil-haqq  -- secara harfiah berarti “dengan kebenaran” dan diter-jemahkan sebagai “mengandung kebenaran”   --  berarti:
       (1) bahwa Tanda-tanda atau Ayat-ayat Allah    itu penuh dengan kebenaran;
       (2) bahwa Tanda-tanda itu telah datang secara haq, yakni “kamu mempunyai hak untuk menerima”;
        (3)  itulah saat yang paling tepat Ayat-ayat itu diwahyukan.
        Demikian pula pengutusan Rasul Allah  -- yakni Al-Masih Mau’ud a.s.   -- di Akhir Zaman ini merupakan Tanda-tanda Allah   yang bukan saja paling besar dari semua bentuk Tanda-tanda Allah  yang ada di seluruh alam  ini, tetapi juga  yang paling nyata, terutama bagi ulil-albāb (orang-orang yang mempergunakan akal   -- QS.3:191-195).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar