بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 56
Perniagaan di Akhir Zaman yang Dapat Menyelamatkan
Manusia dari Azab yang Pedih
& Pentingnya Menjadi Ansharullah (Para Penolong Allah) Perjuangan Al-Masih
Mau’ud a.s
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai kaum Muslimin yang diperintahkan agar benar-benar menunaikan kewajiban
melaksanakan shalat Jum’at , firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِیَ لِلصَّلٰوۃِ مِنۡ یَّوۡمِ الۡجُمُعَۃِ فَاسۡعَوۡا اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ ذَرُوا
الۡبَیۡعَ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا قُضِیَتِ الصَّلٰوۃُ فَانۡتَشِرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ ابۡتَغُوۡا
مِنۡ فَضۡلِ اللّٰہِ وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ
کَثِیۡرًا لَّعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari
Jum’at maka bersegeralah
untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual-beli. Hal demikian adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. Dan apabila shalat telah
selesai maka bertebaranlah
kamu di bumi dan carilah karunia
Allah, dan ingatlah
kepada Allah banyak-banyak supaya kamu
mendapat keberhasilan. (Al-Jumu’ah
[62]:10-11).
Tiap-tiap kaum mempunyai Sabat masing-masing, dan Sabat bagi kaum Muslimin ialah hari Jum’at. Karena Surah ini nampaknya
membahas secara khusus zaman Al-Masih Mau’ud a.s., maka panggilan kepada shalat Jum’at dapat juga berarti seruan nyaring yang dialamatkan kepada kaum Muslimin supaya mendengarkan amanat
beliau, sebagaimana diperintahkan
Allah Swt. untuk menjadi Ansharullah (para penolong Allah –
QS.61:15), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ
اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ
مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ
قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ
اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai
orang-orang yang beriman, jadilah kamu
penolong-penolong Allah کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ -- sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya, مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ -- Siapakah penolong-penolongku
di jalan Allah?” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ -- Pengikut-pengikut
yang setia itu berkata: “Kamilah
penolong-penolong Allah.” Maka segolongan
dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan
lagi kafir, فَاَیَّدۡنَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ
فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ -- kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang
menang (Ash-Shaf [61]:15).
Pentingnya Pengorbanan Harta dan Jiwa
di Jalan Allah
Sebelum ayat tersebut, pada ayat-ayat yang
mendahuluinya Allah Swt. berfirman
mengenai nubuatan kejayaan Islam yang kedua kali melalui
pengutusan Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿ ﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat
ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan
(Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan
Islam di atas semua agama akan
menjadi kepastian.
Namun sebagaimana semua perjuangan para Rasul Allah -- terutama di masa pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. -- memerlukan pengorbanan
harta dan jiwa dari para pengikutnya,
demikian pula untuk mewujudkan kejayaan
Islam yang kedua kali di Akhir Zaman pun memerlukan pengorbanan harta dan jiwa.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah selanjutnya Allah Swt. menawarkan
suatu “perniagaan” di jalan Allah yang jauh lebih bermanfaat daripada perniagaan
duniawi yang sedang marak dilakukan umat manusia di Akhir Zaman ini, terutama di
kalangan bangsa-bangsa (negara-negara)
Kristen, yang juga mempengaruhi bangsa-bangsa lainnya, termasuk umat Islam, fiman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ
تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ
بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ
ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
وَ مَسٰکِنَ طَیِّبَۃً فِیۡ
جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾ وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ بَشِّرِ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang
beriman, maukah Aku tunjukkan kepada
kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih? Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu.
Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui. Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan
Dia akan memasuk-kan kamu ke kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,
dan ke tempat-tempat tinggal suci
lagi menyenangkan di dalam surga yang kekal, itulah kemenangan
yang besar. Dan ada lagi karunia
lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan
yang dekat. Maka berilah kabar
gembira kepada orang-orang yang
beriman. (Ash-Shaf [61]:11-14).
Ayat 11: یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “Hai orang-orang yang
beriman, maukah Aku tunjukkan kepada
kamu suatu perdagangan yang akan menyelamatkan
kamu dari azab yang pedih?” Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada
zaman Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir
Zaman ini, ketika perniagaan dan perdagangan di dunia akan berkembang
dengan subur dan ada perlombaan
gila mencari keuntungan dalam perniagaan, tanpa memperhatikan lagi
batas halal dan haram, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ اَلۡہٰکُمُ التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾ حَتّٰی زُرۡتُمُ الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾ کَلَّا سَوۡفَ
تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾ کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾ لَتَرَوُنَّ
الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾ ثُمَّ
لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾ ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ
النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾
Aku baca
dengan nama Allah,
Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dalam upaya memperbanyak kekayaan telah melalaikan kamu, hingga kamu
sampai di kuburan. Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui. Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui
hakikat itu dengan ilmu yakin,
niscaya kamu akan melihat Jahannam,
kemudian kamu niscaya akan
melihatnya dengan mata yakin. Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya
mengenai kenikmatan. (At-Takātsur [102]:1-9).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
Para Hawari Berasal dari Golongan Essenes
Sehubungan dengan hal
tersebut, selanjutnya Allah Swt. memerintahkan umat Islam agar mengikuti sikap
hawari (pengikut) Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s., dan jangan mengikuti sikap buruk para pemuka agama Yahudi, yang bukan
saja mendustakan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., bahkan mereka berusaha membunuh
beliau melalui penyaliban
(QS.4:158-159), sehingga mereka menjadi
sasaran kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s., dan sebelumnya mendapat kutukan
dari Nabi Daud a.s. (QS.5:79-81), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا اَنۡصَارَ
اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ
مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ
قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ
اللّٰہِ فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ مِّنۡۢ
بَنِیۡۤ اِسۡرَآءِیۡلَ وَ
کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا عَلٰی
عَدُوِّہِمۡ فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu penolong-penolong
Allah کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ مَرۡیَمَ
لِلۡحَوَارِیّٖنَ -- sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya, مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ -- Siapakah
penolong-penolongku di jalan Allah?” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ
-- Pengikut-pengikut yang setia
itu berkata: “Kamilah penolong-penolong
Allah.” Maka segolongan dari Bani
Israil beriman sedangkan segolongan lagi
kafir, فَاَیَّدۡنَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ
فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ
-- kemudian Kami membantu
orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh
mereka lalu mereka menjadi orang-orang
yang menang (Ash-Shaf [61]:15).
Dari
ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan
kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. termasuk golongan terakhir sebelum
beliau diutus sebagai rasul Allah.
Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa,
hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu
mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama
manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di
masa permulaan (“The Dead Sea
Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus, dalam bahasa Arab
disebut anshar (penolong-penolong).
Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu
Maryam a.s. Atas Kaum Yahudi
Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat
dengan nubuatan. Sepanjang zaman para
pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi.
Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum
yang cerai-berai sehingga
mendapat julukan “the Wandering Jew”
(“Yahudi Pengembara”), firman-Nya:
لُعِنَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ
اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ
وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا
یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ
ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ
عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang yang kafir dari kalangan Bani Israil telah dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam, hal demikian itu karena mere-ka senantiasa durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak
pernah saling mencegah
dari kemungkaran yang di-kerjakannya, benar-benar sangat buruk apa yang
senantiasa mereka kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir sebagai
pelindung, dan benar-benar sangat
buruk apa yang telah mereka
dahulukan bagi diri mereka yaitu bahwa Allah murka
kepada mereka, dan di dalam azab
inilah mereka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
Dari antara semua Nabi Bani Israil
(QS.2:88-89), Nabi Daud a.s. dan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. tergolong paling menderita di tangan orang-orang
Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
mencapai puncaknya, ketika beliau
dipakukan pada kayu salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi
Daud a.s. dari kaum yang tak
mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat
merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. . mengutuk mereka.
Kutukan Nabi Daud a.s. mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar, yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa
orang-orang Bani Israil sebagai tawanan
pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.17:5-7; QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mereka
ditimpa bencana dahsyat, karena Titus
yang menaklukkan Yerusalem dalam
tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota itu dan menodai
rumah-ibadah dengan jalan menyembelih
babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:8-9; Matius 24:1-2 15-22).
Salah satu
di antara dosa-dosa besar yang
membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang
satu sama lain, terhadap kejahatan
yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.
Perbedaan Hari Jum’at dengan Hari Sabat
Kembali kepada firman Allah Swt. mengenai nubuatan yang terkandung dalam perintah untuk melaksanakan shalat Jum’ah yaitu berkenaan
dengan pentingnya umat manusia menyambut seruan Al-Masih Mau’ud a.s. yang mengajak
kepada perniagaan hakiki
di jalan Allah, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِیَ لِلصَّلٰوۃِ مِنۡ یَّوۡمِ الۡجُمُعَۃِ فَاسۡعَوۡا اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ وَ ذَرُوا
الۡبَیۡعَ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ
لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا قُضِیَتِ الصَّلٰوۃُ فَانۡتَشِرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ ابۡتَغُوۡا
مِنۡ فَضۡلِ اللّٰہِ وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ
کَثِیۡرًا لَّعَلَّکُمۡ
تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari
Jum’at maka bersegeralah
untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual-beli. Hal demikian adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. Dan apabila shalat telah
selesai maka bertebaranlah
kamu di bumi dan carilah karunia
Allah, dan ingatlah
kepada Allah banyak-banyak supaya kamu
mendapat keberhasilan. (Al-Jumu’ah
[62]:10-11).
Berlainan
dengan Sabat kaum Yahudi atau
Kristen, Sabat kaum Muslimin bukanlah
hari istirahat. Sebelum dan sesudah shalat
Jum’at kaum Muslimin boleh meneruskan pekerjaan-pekerjaan mereka
sehari-hari seperti sediakala. Kata-kata, “karunia Allah “ pada umumnya
diartikan “menjalankan usaha dan mencari nafkah”.
Selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai orang-orang yang lebih mementingkan perniagaan duniawi daripada perniagaan
akhirat:
وَ
اِذَا رَاَوۡا تِجَارَۃً
اَوۡ لَہۡوَۨا انۡفَضُّوۡۤا اِلَیۡہَا وَ تَرَکُوۡکَ
قَآئِمًا ؕ قُلۡ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ
خَیۡرٌ مِّنَ اللَّہۡوِ وَ
مِنَ التِّجَارَۃِ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الرّٰزِقِیۡنَ﴿٪﴾
Dan apabila mereka melihat sesuatu perniagaan atau hiburan mereka berhamburan menuju kepadanya dan meninggalkan engkau berdiri shalat
sendirian. قُلۡ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ خَیۡرٌ
مِّنَ اللَّہۡوِ وَ مِنَ
التِّجَارَۃِ -- Katakanlah: “Apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik
daripada hiburan dan perniagaan, وَ اللّٰہُ خَیۡرُ
الرّٰزِقِیۡنَ -- dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.” (Al-Jumu’ah [62]:12).
Pelanggaran Hari
Sabat & Makna Doa
Minta Terhindar dari “Beban” (Tanggungjawab) yang
Melebihi “Daya Pikul”
Orang-orang beriman yang seperti itu hendaknya memperhatikan peringatan Allah Swt. mengenai orang-orang
Yahudi yang melanggar hari Sabat, karena mereka melihat keuntungan duniawi yang
muncul pada hari-hari Sabat,
firman-Nya:
وَ
سۡـَٔلۡہُمۡ عَنِ الۡقَرۡیَۃِ الَّتِیۡ
کَانَتۡ حَاضِرَۃَ الۡبَحۡرِ ۘ اِذۡ
یَعۡدُوۡنَ فِی السَّبۡتِ اِذۡ تَاۡتِیۡہِمۡ حِیۡتَانُہُمۡ یَوۡمَ سَبۡتِہِمۡ
شُرَّعًا وَّ یَوۡمَ لَا یَسۡبِتُوۡنَ ۙ لَا
تَاۡتِیۡہِمۡ ۚۛ کَذٰلِکَ ۚۛ نَبۡلُوۡہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡسُقُوۡنَ ﴿﴾
Dan tanyakanlah kepada mereka mengenai kota
yang terletak di dekat laut, ketika mereka
melanggar aturan pada hari Sabat, yaitu ketika ikan-ikan mereka mendatangi mereka
bermunculan di permukaan air pada hari Sabat, tetapi pada
hari ketika mereka tidak merayakan Sabat ikan-ikan itu tidak mendatangi mereka. Demikianlah Kami menguji mereka sebab mereka senantiasa berbuat fasik. (Al-A’rāf
[7]:164).
Qaryah yang dimaksudkan dalam ayat ini,
konon ialah Aila (Elath) di Pantai Laut Merah. Letaknya pada sayap timur Laut
Merah. di Teluk Aelanitic (yang namanya diambil dari nama tempat itu sendiri)
yang disebutkan sebagai salah satu dari tahap terakhir pengembaraan kaum Bani
Israil (1 Raja-raja 9:26 & II Tawarikh 8:17).
Zaman Nabi Sulaiman a.s. kota
itu jatuh ke tangan kaum Bani Israil, tetapi boleh jadi kemudian direbut dari
tangan mereka. Kemudian Uzziah merebutnya kembali, tetapi di bawah Ahaz kota
itu terlepas lagi (Encyclopaedia
Biblica & Jewish Encyclopaedia).
Syura’an
dalam ayat اِذۡ یَعۡدُوۡنَ فِی
السَّبۡتِ اِذۡ تَاۡتِیۡہِمۡ حِیۡتَانُہُمۡ یَوۡمَ سَبۡتِہِمۡ شُرَّعًا -- “ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabat, yaitu ketika ikan-ikan mereka mendatangi mereka
bermunculan di permukaan air pada hari Sabat,” berarti juga mereka (ikan-ikan itu) datang
berbondong-bondong.
Karena
pada hari Sabat orang-orang pantang menangkap ikan, jadi ikan-ikan mengetahui secara naluri waktu yang aman dan karena itu perasaan
aman secara naluri ini telah
membuat ikan-ikan itu bermunculan ke
permukaan air atau mendekati pantai dalam jumlah
yang besar pada hari Sabat.
Keadaan ini ternyata merupakan godaan yang terlalu besar bagi orang-orang Yahudi
dan mereka mengadakan persiapan untuk menangkap
ikan pada hari Sabat, dan dengan
demikian mereka menodai kekeramatan hari
itu. Mengisyaratkan kepada permohonan
agar tidak mengalami “godaan” atau “ujian” yang ada di luar kemampuan manusia untuk menanggungnya firman-Nya berikut ini:
لَا یُکَلِّفُ
اللّٰہُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا ؕ لَہَا مَا
کَسَبَتۡ وَ عَلَیۡہَا مَا
اکۡتَسَبَتۡ ؕ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذۡنَاۤ اِنۡ نَّسِیۡنَاۤ اَوۡ اَخۡطَاۡنَا ۚ رَبَّنَا
وَ لَا تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ اِصۡرًا کَمَا حَمَلۡتَہٗ عَلَی
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا ۚ رَبَّنَا
وَ لَا تُحَمِّلۡنَا مَالَا طَاقَۃَ لَنَا بِہٖ ۚ وَ اعۡفُ
عَنَّا ٝ وَ اغۡفِرۡ لَنَا ٝ وَ ارۡحَمۡنَا ٝ اَنۡتَ مَوۡلٰىنَا فَانۡصُرۡنَا
عَلَی الۡقَوۡمِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾٪
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kemampuannya. Baginya
ganjaran untuk apa yang
diusahakannya, dan ia akan mendapat
siksaan untuk apa yang diusahakannya.
Mereka berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menghukum kami
jika kami terlupa atau kami
tersalah. رَبَّنَا وَ لَا
تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ اِصۡرًا کَمَا
حَمَلۡتَہٗ عَلَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا --
Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah
Engkau membebani kami tanggung jawab seperti telah Engkau bebankan atas orang-orang
sebelum kami. رَبَّنَا وَ لَا تُحَمِّلۡنَا مَالَا طَاقَۃَ لَنَا بِہٖ -- Ya Rabb
(Tuhan) kami, janganlah Engkau membebani
kami dengan apa yang kami tidak kuat
menanggungnya, maafkanlah kami, ampunilah kami, dan kasihanilah
kami karena Engkau-lah Pelindung
kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (Al-Baqarah [7]:287).
Kesia-siaan Ajaran “Penebusan
Dosa”
Kalimat
لَا یُکَلِّفُ اللّٰہُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا -- “Allah tidak membebani seseorang kecuali
sesuai dengan kemampuannya” merupakan sanggahan
yang kuat sekali terhadap itikad
penebusan dosa dan mengandung dua asas penting:
(1) Bahwa perintah-perintah
Ilahi senantiasa diberikan dengan memberi perhatian yang sepenuhnya kepada kemampuan manusia dan batas-batas kodratnya.
(2) Bahwa kesucian akhlak di dunia ini tidak seharusnya berarti bebas sepenuhnya dari segala macam kelemahan dan kekurangan. Apa yang diharapkan untuk dilakukan manusia ialah berjuang dengan sungguh-sungguh untuk meraih kebaikan
dan menjauhi dosa dengan sekuat
tenaga, sedangkan selebihnya Tuhan
Yang Maha Pemurah akan memaafkannya melalui maghfirah-Nya (pengampunan-Nya), karena itu
penebusan dosa dari siapa pun sama
sekali tidak diperlukan.
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar