Rabu, 20 Mei 2015

Perniagaan di Akhir Zaman yang Dapat Menyelamatkan Manusia dari Azab yang Pedih & Pentingnya Menjadi "Ansharullah" (Para Penolong Allah) Perjuangan Al-Masih Mau'ud a.s.




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 56

   Perniagaan di Akhir Zaman yang Dapat Menyelamatkan Manusia dari Azab yang Pedih  &  Pentingnya Menjadi Ansharullah (Para Penolong Allah) Perjuangan  Al-Masih Mau’ud a.s
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai kaum Muslimin  yang diperintahkan agar benar-benar  menunaikan kewajiban melaksanakan  shalat Jum’at , firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِیَ لِلصَّلٰوۃِ مِنۡ یَّوۡمِ الۡجُمُعَۃِ  فَاسۡعَوۡا اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ ذَرُوا  الۡبَیۡعَ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ  لَّکُمۡ   اِنۡ  کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا  قُضِیَتِ الصَّلٰوۃُ  فَانۡتَشِرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ ابۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِ اللّٰہِ وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ  کَثِیۡرًا  لَّعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari Jum’at maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian  adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui.  Dan apabila  shalat telah  selesai maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah,   dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu mendapat  keberhasilan. (Al-Jumu’ah [62]:10-11).
   Tiap-tiap kaum mempunyai Sabat masing-masing, dan Sabat bagi kaum Muslimin ialah hari Jum’at. Karena Surah ini nampaknya membahas secara khusus zaman Al-Masih Mau’ud a.s., maka panggilan kepada shalat Jum’at dapat juga berarti seruan nyaring yang dialamatkan kepada kaum Muslimin supaya mendengarkan amanat beliau, sebagaimana diperintahkan Allah Swt. untuk menjadi   Ansharullah (para penolong Allah – QS.61:15), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ  -- sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya,  مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ -- Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?”  قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  -- Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ   -- kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang  (Ash-Shaf [61]:15).

Pentingnya Pengorbanan Harta dan Jiwa di Jalan Allah

       Sebelum ayat tersebut, pada ayat-ayat yang mendahuluinya Allah Swt.  berfirman mengenai nubuatan kejayaan Islam yang kedua kali melalui pengutusan Rasul Akhir Zaman, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿ ﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Al-Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau semua agama muncul dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian.
      Namun sebagaimana semua perjuangan para Rasul Allah  -- terutama di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. -- memerlukan pengorbanan harta   dan jiwa  dari para pengikutnya, demikian pula untuk mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali  di Akhir Zaman pun memerlukan pengorbanan harta dan jiwa.
     Mengisyaratkan kepada  kenyataan itulah selanjutnya Allah Swt.  menawarkan  suatu “perniagaan” di jalan Allah  yang jauh lebih bermanfaat daripada perniagaan duniawi yang sedang marak  dilakukan umat manusia di Akhir Zaman ini, terutama  di kalangan bangsa-bangsa (negara-negara) Kristen, yang juga mempengaruhi bangsa-bangsa  lainnya, termasuk umat Islam, fiman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ  خَیۡرٌ  لَّکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿ۙ﴾  یَغۡفِرۡ لَکُمۡ  ذُنُوۡبَکُمۡ وَ یُدۡخِلۡکُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ وَ مَسٰکِنَ  طَیِّبَۃً  فِیۡ  جَنّٰتِ عَدۡنٍ ؕ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡعَظِیۡمُ ﴿ۙ﴾  وَ اُخۡرٰی تُحِبُّوۡنَہَا ؕ نَصۡرٌ  مِّنَ اللّٰہِ وَ فَتۡحٌ قَرِیۡبٌ ؕ وَ  بَشِّرِ  الۡمُؤۡمِنِیۡنَ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan  yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?    Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta kamu dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Dia akan memasuk-kan kamu ke kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal suci lagi menyenangkan di dalam  surga yang kekal,  itulah kemenangan yang besar. Dan ada lagi karunia lain yang kamu mencintainya, yaitu pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat. Maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. (Ash-Shaf [61]:11-14).
            Ayat 11:  یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا ہَلۡ اَدُلُّکُمۡ عَلٰی تِجَارَۃٍ  تُنۡجِیۡکُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ اَلِیۡمٍ -- “Hai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kamu suatu perdagangan  yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?” Ayat ini agaknya mengisyaratkan juga kepada zaman Al-Masih Mau’ud  a.s.  di Akhir Zaman ini, ketika perniagaan dan perdagangan di dunia akan berkembang dengan subur dan    ada perlombaan gila mencari keuntungan dalam perniagaan, tanpa memperhatikan lagi batas halal dan haram, firman-Nya:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾  اَلۡہٰکُمُ  التَّکَاثُرُ ۙ﴿﴾   حَتّٰی زُرۡتُمُ  الۡمَقَابِرَ ؕ﴿﴾  کَلَّا  سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ۙ﴿﴾   ثُمَّ  کَلَّا سَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ؕ﴿﴾  کَلَّا لَوۡ تَعۡلَمُوۡنَ عِلۡمَ  الۡیَقِیۡنِ ؕ﴿﴾  لَتَرَوُنَّ  الۡجَحِیۡمَ ۙ﴿﴾   ثُمَّ لَتَرَوُنَّہَا عَیۡنَ الۡیَقِیۡنِ ۙ﴿﴾   ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ یَوۡمَئِذٍ عَنِ النَّعِیۡمِ ٪﴿﴾ 
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Dalam  upaya memperbanyak kekayaan telah melalaikan kamu, hingga kamu sampai di kuburan.  Sekali-kali tidak, segera kamu akan mengetahui.    Kemudian, sekali-kali tidak demikian, segera kamu akan mengetahui.  Sekali-kali tidak! Jika kamu mengetahui hakikat itu dengan ilmu yakin, niscaya kamu akan melihat Jahannam,  kemudian kamu niscaya  akan melihatnya  dengan mata yakin. Kemudian pada hari itu kamu pasti akan ditanya  mengenai kenikmatan.  (At-Takātsur [102]:1-9).

Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Para Hawari Berasal dari Golongan Essenes  

      Sehubungan dengan hal tersebut, selanjutnya Allah Swt. memerintahkan umat Islam agar mengikuti sikap  hawari (pengikut) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan jangan mengikuti  sikap buruk para pemuka agama Yahudi, yang  bukan saja mendustakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., bahkan mereka berusaha membunuh beliau melalui penyaliban (QS.4:158-159),  sehingga mereka menjadi sasaran kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan sebelumnya mendapat kutukan dari  Nabi Daud a.s.  (QS.5:79-81), firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ  -- sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya,  مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ -- Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?”  قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  -- Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ   -- kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi orang-orang yang menang  (Ash-Shaf [61]:15).
   Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan tablighnya – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  termasuk golongan terakhir sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah.
   Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari kaum inilah berasal bagian besar dari para pengikut beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para   Penolong” oleh Eusephus, dalam bahasa Arab disebut  anshar (penolong-penolong).

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  Atas Kaum Yahudi

            Kata-kata penutup Surah ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sedang kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”), firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ عَلٰی لِسَانِ دَاوٗدَ  وَ عِیۡسَی ابۡنِ مَرۡیَمَ ؕ ذٰلِکَ بِمَا عَصَوۡا وَّ کَانُوۡا یَعۡتَدُوۡنَ ﴿﴾  کَانُوۡا لَا یَتَنَاہَوۡنَ عَنۡ مُّنۡکَرٍ فَعَلُوۡہُ ؕ لَبِئۡسَ مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  تَرٰی کَثِیۡرًا مِّنۡہُمۡ یَتَوَلَّوۡنَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ؕ لَبِئۡسَ مَا قَدَّمَتۡ لَہُمۡ اَنۡفُسُہُمۡ اَنۡ سَخِطَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ وَ فِی الۡعَذَابِ ہُمۡ خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Orang-orang  yang kafir  dari kalangan Bani Israil telah   dilaknat oleh lidah Daud dan Isa ibnu Maryam,  hal demikian itu karena mere-ka senantiasa durhaka dan melampaui batas.   Mereka tidak pernah  saling mencegah dari kemungkaran yang di-kerjakannya,  benar-benar sangat  buruk apa yang senantiasa  mereka kerjakan. Engkau melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang kafir  sebagai  pelindung, dan benar-benar sangat buruk apa yang telah  mereka dahulukan  bagi diri mereka   yaitu bahwa Allah  murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal. (Al-Māidah [5]:79-81).
          Dari antara semua Nabi Bani Israil (QS.2:88-89), Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi. Penzaliman orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mencapai puncaknya, ketika beliau dipakukan pada  kayu salib, dan penderitaan serta kepapaan yang dialami oleh Nabi Daud a.s.  dari kaum yang tak mengenal terima kasih itu, tercermin di dalam Mazmurnya yang sangat merawankan hati. Dari lubuk hati yang penuh kepedihan, Nabi Daud a.s.  dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. . mengutuk mereka.
       Kutukan Nabi Daud a.s.  mengakibatkan orang-orang Bani Israil dihukum oleh Nebukadnezar, yang menghancurluluhkan Yerusalem dan membawa orang-orang Bani Israil sebagai tawanan pada tahun 556 sebelum Masehi (QS.17:5-7; QS.2:260), sedangkan akibat kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. mereka ditimpa bencana dahsyat, karena Titus yang menaklukkan Yerusalem dalam tahun ± 70 Masehi, membinasakan kota  itu dan menodai rumah-ibadah dengan jalan menyembelih babi — binatang yang sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi — di dalam rumah-ibadah itu (QS.17:8-9; Matius 24:1-2 15-22).
        Salah satu di antara dosa-dosa besar yang membangkitkan amarah Tuhan atas kaum Yahudi ialah, mereka tidak melarang satu sama lain, terhadap kejahatan yang begitu merajalela di tengah-tengah mereka.

Perbedaan Hari Jum’at dengan Hari Sabat

        Kembali kepada  firman Allah Swt. mengenai nubuatan yang terkandung dalam perintah untuk melaksanakan shalat Jum’ah yaitu berkenaan dengan  pentingnya umat manusia menyambut seruan Al-Masih Mau’ud a.s.  yang mengajak kepada perniagaan  hakiki di jalan Allah, firman-Nya: 
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡۤا اِذَا نُوۡدِیَ لِلصَّلٰوۃِ مِنۡ یَّوۡمِ الۡجُمُعَۃِ  فَاسۡعَوۡا اِلٰی ذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ ذَرُوا  الۡبَیۡعَ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ  لَّکُمۡ   اِنۡ  کُنۡتُمۡ  تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ فَاِذَا  قُضِیَتِ الصَّلٰوۃُ  فَانۡتَشِرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ ابۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِ اللّٰہِ وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ  کَثِیۡرًا  لَّعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari Jum’at maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian  adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui.  Dan apabila  shalat telah  selesai maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah,   dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu mendapat  keberhasilan. (Al-Jumu’ah [62]:10-11).
    Berlainan dengan Sabat kaum Yahudi atau Kristen, Sabat kaum Muslimin bukanlah hari istirahat. Sebelum dan sesudah shalat Jum’at kaum Muslimin boleh meneruskan pekerjaan-pekerjaan mereka sehari-hari seperti sediakala. Kata-kata, “karunia Allah “ pada umumnya diartikan  menjalankan usaha dan mencari nafkah”.
 Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang lebih mementingkan perniagaan duniawi daripada perniagaan akhirat:
وَ اِذَا  رَاَوۡا  تِجَارَۃً  اَوۡ لَہۡوَۨا انۡفَضُّوۡۤا اِلَیۡہَا وَ تَرَکُوۡکَ  قَآئِمًا ؕ قُلۡ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ  خَیۡرٌ  مِّنَ اللَّہۡوِ وَ مِنَ  التِّجَارَۃِ ؕ وَ اللّٰہُ  خَیۡرُ  الرّٰزِقِیۡنَ﴿٪﴾
Dan apabila mereka melihat sesuatu perniagaan atau hiburan mereka  berhamburan menuju kepadanya dan meninggalkan engkau berdiri shalat sendirian.  قُلۡ مَا عِنۡدَ اللّٰہِ  خَیۡرٌ  مِّنَ اللَّہۡوِ وَ مِنَ  التِّجَارَۃِ --  Katakanlah: “Apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik daripada hiburan dan perniagaan,  وَ اللّٰہُ  خَیۡرُ  الرّٰزِقِیۡنَ  -- dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi rezeki.” (Al-Jumu’ah [62]:12).

Pelanggaran Hari Sabat  &  Makna Doa Minta Terhindar dari  Beban” (Tanggungjawab) yang Melebihi  Daya Pikul

       Orang-orang beriman yang seperti itu  hendaknya memperhatikan peringatan Allah Swt. mengenai orang-orang Yahudi yang melanggar hari Sabat,  karena mereka melihat keuntungan duniawi  yang muncul pada hari-hari Sabat, firman-Nya:
وَ سۡـَٔلۡہُمۡ عَنِ الۡقَرۡیَۃِ  الَّتِیۡ کَانَتۡ حَاضِرَۃَ  الۡبَحۡرِ ۘ اِذۡ یَعۡدُوۡنَ فِی السَّبۡتِ اِذۡ تَاۡتِیۡہِمۡ حِیۡتَانُہُمۡ یَوۡمَ سَبۡتِہِمۡ شُرَّعًا وَّ یَوۡمَ لَا یَسۡبِتُوۡنَ ۙ لَا  تَاۡتِیۡہِمۡ ۚۛ کَذٰلِکَ ۚۛ نَبۡلُوۡہُمۡ بِمَا کَانُوۡا یَفۡسُقُوۡنَ ﴿﴾ 
Dan tanyakanlah kepada mereka mengenai kota  yang terletak di dekat laut, ketika mereka melanggar aturan pada hari  Sabat, yaitu ketika ikan-ikan mereka mendatangi mereka bermunculan di permukaan air  pada hari Sabat,   tetapi pada hari ketika mereka tidak merayakan Sabat ikan-ikan itu tidak mendatangi mereka. Demikianlah Kami  menguji mereka sebab mereka senantiasa berbuat fasik. (Al-A’rāf [7]:164).
        Qaryah yang dimaksudkan dalam ayat ini, konon ialah Aila (Elath) di Pantai Laut Merah. Letaknya pada sayap timur Laut Merah. di Teluk Aelanitic (yang namanya diambil dari nama tempat itu sendiri) yang disebutkan sebagai salah satu dari tahap terakhir pengembaraan kaum Bani Israil (1 Raja-raja 9:26 & II Tawarikh 8:17).
        Zaman Nabi Sulaiman a.s.  kota itu jatuh ke tangan kaum Bani Israil, tetapi boleh jadi kemudian direbut dari tangan mereka. Kemudian Uzziah merebutnya kembali, tetapi di bawah Ahaz kota itu terlepas lagi (Encyclopaedia Biblica & Jewish  Encyclopaedia).
        Syura’an dalam ayat   اِذۡ یَعۡدُوۡنَ فِی السَّبۡتِ اِذۡ تَاۡتِیۡہِمۡ حِیۡتَانُہُمۡ یَوۡمَ سَبۡتِہِمۡ شُرَّعًا  -- “ketika mereka melanggar aturan pada hari  Sabat, yaitu ketika ikan-ikan mereka mendatangi mereka bermunculan di permukaan air  pada hari Sabat,” berarti juga  mereka (ikan-ikan itu) datang berbondong-bondong.
        Karena pada hari Sabat orang-orang pantang menangkap ikan, jadi ikan-ikan mengetahui secara naluri waktu yang aman dan karena itu perasaan aman secara naluri ini telah membuat ikan-ikan itu bermunculan ke permukaan air atau mendekati pantai dalam jumlah yang besar pada hari Sabat.
       Keadaan ini ternyata merupakan godaan yang terlalu besar bagi orang-orang Yahudi dan mereka mengadakan persiapan untuk menangkap ikan pada hari Sabat, dan dengan demikian mereka menodai kekeramatan hari itu.  Mengisyaratkan kepada  permohonan agar tidak mengalami “godaan” atau “ujian” yang ada di luar kemampuan manusia untuk menanggungnya firman-Nya  berikut ini:
لَا یُکَلِّفُ اللّٰہُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا ؕ لَہَا مَا کَسَبَتۡ وَ عَلَیۡہَا مَا اکۡتَسَبَتۡ ؕ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ  اِنۡ نَّسِیۡنَاۤ  اَوۡ اَخۡطَاۡنَا ۚ رَبَّنَا وَ لَا  تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ  اِصۡرًا کَمَا حَمَلۡتَہٗ عَلَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا ۚ رَبَّنَا وَ لَا  تُحَمِّلۡنَا مَالَا طَاقَۃَ لَنَا بِہٖ ۚ وَ اعۡفُ عَنَّا ٝ وَ اغۡفِرۡ لَنَا ٝ وَ ارۡحَمۡنَا ٝ اَنۡتَ مَوۡلٰىنَا فَانۡصُرۡنَا عَلَی الۡقَوۡمِ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾٪
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Mereka berkata:  “Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah  Engkau menghukum kami jika  kami terlupa atau kami tersalah. رَبَّنَا وَ لَا  تَحۡمِلۡ عَلَیۡنَاۤ  اِصۡرًا کَمَا حَمَلۡتَہٗ عَلَی الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا   --   Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti telah Engkau bebankan atas orang-orang sebelum kami.    رَبَّنَا وَ لَا  تُحَمِّلۡنَا مَالَا طَاقَۃَ لَنَا بِہٖ   -- Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau membebani kami dengan apa yang kami tidak kuat menanggungnya, maafkanlah kami, ampunilah kami, dan  kasihanilah kami karena Engkau-lah Pelindung kami,  maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.”  (Al-Baqarah [7]:287).

Kesia-siaan  Ajaran “Penebusan Dosa

 Kalimat  لَا یُکَلِّفُ اللّٰہُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَہَا  -- “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya merupakan sanggahan yang kuat sekali terhadap itikad penebusan dosa dan mengandung dua asas penting:
 (1) Bahwa perintah-perintah Ilahi senantiasa diberikan dengan memberi perhatian yang sepenuhnya kepada kemampuan manusia dan batas-batas kodratnya.
(2) Bahwa kesucian akhlak di dunia ini tidak seharusnya berarti bebas sepenuhnya dari segala macam kelemahan dan kekurangan. Apa yang diharapkan untuk dilakukan manusia ialah berjuang dengan sungguh-sungguh untuk meraih kebaikan dan menjauhi dosa dengan sekuat tenaga, sedangkan selebihnya Tuhan Yang Maha Pemurah akan memaafkannya melalui maghfirah-Nya (pengampunan-Nya),  karena itu  penebusan dosa dari siapa pun sama sekali tidak diperlukan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 19 Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar