بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 42
Nubuatan
Berganda Perlindungan Allah Swt.
Terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dan Ibunya (Maryam binti ‘Imran r.a.) di Hindustan & Perlindungan Allah Swt. Terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai sabda Nabi Besar Muhammad saw.
tentang keadaan umat Islam di
masa kemunduran sesuai
dengan firman-Nya berikut ini:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ
اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ
اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ
مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ مِّمَّا
تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur
perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung. (As-Sajdah [32]:6).
Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba
sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang
penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan
yang mantap selama 3 abad pertama
kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah menyinggung secara
jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya,
kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi
& Bukhari,
Kitab-usy-Syahadat).
Islam mulai mundur sesudah 3 abad
pertama masa keunggulan dan keme-nangan pertama yang tiada
henti-hentinya. Peristiwa kemunduran
dan kemerosotannya berlangsung dalam
masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000
tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ اِلَیۡہِ فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ
سَنَۃٍ مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ -- “Kemudian perintah
itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
Kesedihan Hati Rasul Akhir
Zaman Menyaksikan Keadaan Umat Islam & Membendung Program Kristenisasi di Hindustan
Jadi,
Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ -- Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum
lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” (Al-Jumu’ah
ayat 4) ini menunjuk kepada kedatangan
kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir
Zaman ini secara ruhani dalam
wujud Al-Masih Mau’ud a.s..
Dengan demikian jelaslah bahwa rasul
Allah yang merasa sangat sedih melihat kaumnya telah memperlakukan Al-Quran
sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan
dalam firman-Nya berikut ini adalah Al-Masih
Mau’ud a.s., sebab pada zaman beliau
itulah kemunduran umat Islam selama seribu
tahun mencapai puncaknya, yaitu di awal abad 14 Hijriyah:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ
مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang
telah ditinggalkan. (Al-Furqān [25]:31).
Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat
dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang
Muslim tetapi telah menyampingkan
Al-Quran dan telah melemparkannya
ke belakang. Contohnya melanggar larangan membunuh sesama Muslim dengan sengaja (QS.4:93-94) dan melanggar larangan merusak rumah-rumah ibadah (QS.2:115, yang seharusnya mereka jaga kelestariannya (QS.22:40-41) serta berbagai pelanggaran lainnya yang marak terjadi di Akhir Zaman ini di berbagai kawasan yang seharusnya menjadi Muslim sebagai suri teladan yang baik (QS.1:144; QS.3:111).
Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim
seperti dewasa ini., sebagaimana dikemukakan
dalam Hadits Nabi Besar Muhammad asw. sebelum ini (Baihaqi,
Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa di Akhir
Zaman inilah saat yang dimaksudkan
itu.
Jadi, kembali kepada nubuatan dalam firman Allah
Swt. mengenai “rajulun yas’a” (seorang laki-laki yang berlari-lari) yang
datang dari “bagian terjauh kota
itu” dalam ayat وَ جَآءَ مِنۡ
اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ یَّسۡعٰی -- “Dan datang dari bagian terjauh kota itu
seorang laki-laki dengan berlari-lari” (QS.36:21-22), dapat
diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam yakni Mekkah, yaitu Qadian di Hindustan.
Kata-kata yang sama dalam arti
dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari) telah dipakai mengenai Al-Masih
Mau’ud a.s. oleh Nabi
Besar Muhammad saw. dalam
beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifatnya yang tidak mengenal
lelah serta cepat bertindak dan
tidak mengenal jemu dalam usahanya
untuk kepentingan Islam dalam upaya
mewujudkan kejayaan Islam yang kedua
kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10), firman-Nya:
وَ جَآءَ
مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ رَجُلٌ
یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾ اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ
مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لِیَ
لَاۤ اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ
وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu
seorang laki-laki dengan berlari-lari, ia
berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk.
Dan mengapakah aku tidak menyembah
Tuhan Yang menciptakan diriku dan Yang
kepada-Nya kamu akan dikembalikan? ” (Yā Sīn [36]:21-22).
Nubuatan Perlindungan Terhadap Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya
di Hindustan
Mungkin timbul pertanyaan: Mengapa Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. tersebut
dibangkitkan di Hindustan? Kenapa
tidak di wilayah Arabia atau di Timur
Tengah di mana sebagian besar para Rasul
Allah yang dikemukakan dalam Bible
dan Al-Quran diutus di berbagai wilayah Timur Tengah?
Sehubungan dengan hal tersebut berikut adalah firman Allah Swt. mengenai protes
Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.
sebagai rasul Allah:
وَ لَمَّا
جَآءَہُمُ الۡحَقُّ قَالُوۡا ہٰذَا
سِحۡرٌ وَّ اِنَّا بِہٖ کٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی
رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ عَظِیۡمٍ ﴿﴾ اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ ؕ نَحۡنُ
قَسَمۡنَا بَیۡنَہُمۡ مَّعِیۡشَتَہُمۡ فِی
الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ رَفَعۡنَا بَعۡضَہُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ
لِّیَتَّخِذَ بَعۡضُہُمۡ بَعۡضًا سُخۡرِیًّا ؕ وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Tetapi
tatkala datang kepada mereka kebenaran,
mereka berkata: "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya."
وَ قَالُوۡا
لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ عَظِیۡمٍ -- Dan
mereka berkata: "Mengapakah
Al-Quran ini tidak diturunkan kepada seseorang besar dari kedua kota besar itu?" اَہُمۡ
یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ -- Apakah mereka yang membagi-bagikan
rahmat Rabb (Tuhan) engkau? Kami-lah
Yang membagi-bagikan di antara mereka penghidupan
mereka dalam kehidupan dunia dan
Kami mengangkat sebagian mereka di
atas sebagian lain dalam derajat,
supaya sebagian dari mereka dapat
melayani yang lainnya. وَ رَحۡمَتُ
رَبِّکَ خَیۡرٌ مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ -- Dan rahmat Rabb (Tuhan) engkau
adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan (Az-Zukkhruf [43]:31-33).
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Hindustan
telah dipilih Allah Swt. sebagai wilayah
diutusnya Al-Masih Mau’ud a.s., yakni
Mirza Ghulam Ahmad a.s.:
(1) Di Akhir
Zaman ini wilayah yang paling
tepat mengenai terulangnya kerusakan yang telah melanda daratan
dan lautan
-- sebagaimana yang terjadi di masa
menjelang pengutusan Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.30:42) -- adalah Hindustan, sebab di wilayah Hindustan terdapat bermacam-macam agama dan sekte agama serta berbagai bentuk kemusyrikan, yang jumlahnya
lebih banyak daripada zaman Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ظَہَرَ
الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ
اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan per-buatan tangan manusia, supaya dirasakan
kepada mereka akibat seba-gian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurha-kaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruknya akibat
bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang
musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ
یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka
hadapkanlah wajah engkau kepada agama
yang lurus, sebelum datang dari
Allah hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah. (Ar- Rūm [30]:42-44).
(2) Dalam QS.62:3-4 dikemukakan bahwa walau pun
Nabi Besar Muhammad saw. adalah bangsa
Arab, tetapi beliau saw. bukan Rasul
Allah yang khusus hanya untuk bangsa
Arab -- sebagaimana para Rasul Allah yang diutus sebelum beliau
saw. hanya untuk kaumnya saja,
termasuk pengutusan Nabi Musa a.s. sampai Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. adalah para Rasul
Allah hanya untuk Bani Israil
saja (QS.2:98-99; QS.61:5-7) --
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. adalah untuk seluruh umat manusia
(QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
(3)
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam QS:62:3-4 terkandung nubuatan mengenai dua kali
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.,
yang pertama di kalangan bangsa Arab
(ayat 3), pengutusan yang kedua
kali secara ruhani di kalangan kaum lain yang bukan bangsa
Arab (ayat 4) yaitu dari keturunan Farsi,
walau pun Mirza Ghulam Ahmad a.s. masih
termasuk Ahli Bait Nabi Besar
Muhammad saw. dari silsilah Imam Hassan bin Ali bin Abi Thalib r.a., sehingga dengan demikian dari segi hubungan
darah dengan kaumnya ada persamaan antara Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. Israili dengan misal
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Al-Masih
Mau’ud a.s. yaitu melalui perempuan karena tidak akan seorang pun putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw.
yang berumur panjang.
(3)
Dalam Al-Quran dikemukakan bahwa setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari upaya pembunuhan
melalui penyaliban di Palestina (QS.4:158-159),
selanjutnya beliau -- beserta ibunya, Maryam binti ‘Imran
-- kemudian beliau secara
diam-diam keluar dari Palestina guna mencari
10 suku Bani Israil atau
“domba-domba yang hilang” yang tercerai-berai
di luar Palestina, temasuk di Afghanistan,
Khasymir dan wilayah Hindustan lainnya, dan akhirnya beliau wafat di Kasysmir dalam usia 120 tahun (QS.3:56;
QS.5:117-119), setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Al-Masih, dan jenazah beliau dimakamkan
di kampung Khan Yar, Srinagar – Khasymir,
suatu wilayah dataran tinggi
penggunungan Himalaya, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber
mata air yang mengalir (Al-Mukminūn
[32]:51).
Oleh sebab kematian Yesus
(Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) seperti juga
kelahirannya yang tanpa ayah, telah menjadi masalah yang
banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari
terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan
cara menemui ajal (kematian) beliau pun (QS.3:57; QS.5:2117-119; QS.31:35) merupakan
persoalan yang sangat penting bagi agama
Kristen maka pada tempatnya ayat ini
diberikan catatan yang agak lengkap
mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.
Al-Quran dan
Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya,
memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) tidak wafat di atas salib
(QS.4:158-159). Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan
mendukung pernyataan itu:
(1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang
pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-kira tahun
1877 menceriterakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pemah
datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband
yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana
Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
Penyelidikan
terbaru mengenai perjalanan-perjalanan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. di
Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich
dalam bukunya "Heart of Asia"
mengatakan: "Di Srinagar kami
mula-mula menemukan hikayat yang aneh
sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa
tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai
kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.
Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan
lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa
berkeliling di daerah itu” ( Glimpses of World History oleh
Yawaharlal Nehru).
Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa
bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke
Timur sebelum dan bukan sesudah beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang
berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India,
tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit
ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah
perjalanan.
Gerangan
tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang semuda itu, datang ke India? Dan seandainya
beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong
orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai
kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13
atau 14 tahun?
Kenyataan berdasarkan pada catatan-catatan sejarah
yaitu bahwa sesudah beliau ditolak oleh
orang-orang Yahudi dan jiwa beliau dalam
keadaan bahaya di Palestina, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. meninggalkan negeri itu guna mencari —
untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama
dalam Bible. — "Sepuluh suku
Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh
peristiwa-peristiwa sampai mencapai usia
yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz
al-Ummal, Jilid 6).
Saat itulah
catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang” itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh serangan bangsa-bangsa Assiria dan Babilonia,
dan telah menetap di Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang
Iran di bawah Darius dan Cyrus meluaskan daerah jajahannya lebih
jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku Bani
Israil itu ikut hijrah bersama-sama dengan mereka ke
negeri-negeri tersebut.
(2) Orang-orang Kasymir
dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang”
itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis
mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota
dan kabilah-kabilah mereka, bentuk tubuh mereka
dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang
Yahudi.
Barang-barang
pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu.
Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir
yang berarti "seperti Siria" (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi
atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang."
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”.
Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana
adalah adanya kuburan beliau di
kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu. dikenal dengan berbagai
sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf,
kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi),
kuburan Syahzadah Nabi (Nabi
Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib
(Baginda Isa).
Menurut penuturan sejarah yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari
1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil
yang tercantum dalam Injil. Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau
digambarkan sebagai seorang nabi.
Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu”
yaitu ”pengumpul" yang merupakan
salah satu nama sifat Yesus, sebab
tugas beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani
Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya,
sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada
lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu
juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala
seorang sahaja" (Injil Yahya
10:16).
Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut
memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu
pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang
datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang
Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh
A'zhami, hlm. 82-85).
"Yus Asaf
mengembara di beberapa negeri hingga
beliau tiba di sebuah negeri yang
disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana
hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din,
hlm. 258-359).
"Hikayat
Kasymir itu — demikian diberitahukan
kepada saya — menyebutkan seorang nabi
yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh
Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini
dituturkan orang di Kasymir” (John Noel's Article in Asia.
Oct. 1930).
"Oleh sebab
itu kepergian Isa a.s. ke
India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi
akal atau sejarah" (Tafsir
al-Manar, jilid 6).
Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap
mengenai masalah ini lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih
di Hindustan) ditulis oleh MIrza Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih Mau'ud a.s. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang
pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30
Masehi namun Yesus masih hidup selama
20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat
di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda
beliau tinggal dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, daripada yang dikemukakan
oleh Al-Quran dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
air yang mengalir" yang merupakan lukisan
yang sangat tepat mengenai Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas
Notovitch menamakan Kasymir "Lembah
Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber
mata air yang mengalir (Al-Mukminūn
[32]:51).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar