Sabtu, 02 Mei 2015

Nubuatan Berganda "Perlindungan" Allah Swt. Terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya (Maryam binti 'Imran r.a.) di Hindustan & "Perlidungan Allah Swt. Terhadap Al-Masih Mau'ud a.s. di Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 42

    
Nubuatan Berganda Perlindungan Allah Swt. Terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya (Maryam binti ‘Imran r.a.) di Hindustan & Perlindungan Allah Swt. Terhadap Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai sabda Nabi Besar Muhammad saw.  tentang keadaan umat Islam di masa kemunduran    sesuai dengan   firman-Nya berikut ini:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.   (As-Sajdah [32]:6).
         Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw.   diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
       Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan keme-nangan pertama yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ  -- “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”

Kesedihan Hati Rasul Akhir Zaman Menyaksikan Keadaan Umat Islam & Membendung Program Kristenisasi di Hindustan

         Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” (Al-Jumu’ah ayat 4) ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.  di Akhir Zaman ini secara ruhani  dalam wujud   Al-Masih Mau’ud a.s..
         Dengan demikian jelaslah bahwa rasul Allah yang merasa sangat  sedih melihat kaumnya telah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan dalam firman-Nya berikut ini adalah Al-Masih Mau’ud a.s., sebab pada  zaman beliau itulah  kemunduran umat Islam selama seribu tahun mencapai puncaknya, yaitu di awal abad 14 Hijriyah:  
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. (Al-Furqān [25]:31).
       Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang.  Contohnya  melanggar larangan membunuh sesama Muslim dengan sengaja (QS.4:93-94) dan melanggar larangan merusak rumah-rumah ibadah (QS.2:115, yang seharusnya mereka jaga kelestariannya (QS.22:40-41) serta berbagai pelanggaran lainnya yang marak terjadi di Akhir Zaman ini di  berbagai kawasan  yang seharusnya menjadi Muslim  sebagai suri teladan yang baik (QS.1:144; QS.3:111).
       Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini., sebagaimana dikemukakan  dalam Hadits Nabi Besar Muhammad asw. sebelum ini (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa di Akhir Zaman  inilah saat yang dimaksudkan itu.
         Jadi, kembali kepada nubuatan dalam  firman Allah Swt. mengenai “rajulun yas’a”   (seorang laki-laki yang berlari-lari) yang datang dari   “bagian terjauh kota itu” dalam ayat  وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی  -- “Dan datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki  dengan berlari-lari” (QS.36:21-22), dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam yakni Mekkah,  yaitu  Qadian di Hindustan.
         Kata-kata yang sama dalam arti dan maksud dengan kata yas’a (berlari-lari) telah dipakai mengenai  Al-Masih Mau’ud a.s.   oleh Nabi Besar Muhammad saw.   dalam beberapa sabda beliau saw., yang memberi isyarat kepada sifatnya yang tidak mengenal lelah serta cepat bertindak dan tidak mengenal jemu dalam usahanya untuk kepentingan Islam dalam upaya mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali  di Akhir Zaman ini (QS.61:10), firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki  dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu akan dikembalikan? ” (Yā Sīn [36]:21-22).

Nubuatan Perlindungan Terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya di Hindustan

       Mungkin timbul pertanyaan: Mengapa Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih Mau’ud a.s. tersebut dibangkitkan di Hindustan? Kenapa tidak di wilayah Arabia atau  di Timur Tengah  di mana sebagian besar  para Rasul Allah yang dikemukakan dalam Bible dan Al-Quran  diutus di berbagai wilayah Timur Tengah?    
         Sehubungan dengan hal tersebut berikut  adalah  firman Allah Swt.  mengenai protes Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai rasul Allah:
وَ لَمَّا جَآءَہُمُ الۡحَقُّ  قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ  وَّ اِنَّا بِہٖ  کٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾  اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ ؕ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَیۡنَہُمۡ  مَّعِیۡشَتَہُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ رَفَعۡنَا بَعۡضَہُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ لِّیَتَّخِذَ بَعۡضُہُمۡ بَعۡضًا سُخۡرِیًّا ؕ وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ  مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Tetapi tatkala datang kepada mereka kebenaran,   mereka berkata:  "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya."  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ  --  Dan mereka berkata: "Mengapakah Al-Quran ini tidak diturunkan kepada seseorang besar dari kedua kota besar itu?"  اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ  -- Apakah mereka yang  membagi-bagikan  rahmat Rabb (Tuhan) engkau? Kami-lah Yang membagi-bagikan di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami mengangkat sebagian mereka di atas sebagian lain dalam derajat, supaya sebagian dari mereka dapat melayani yang lainnya. وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ  مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ  -- Dan rahmat Rabb (Tuhan) engkau adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (Az-Zukkhruf [43]:31-33).
       Berikut adalah beberapa  alasan  mengapa Hindustan telah dipilih Allah Swt.  sebagai wilayah diutusnya Al-Masih Mau’ud a.s., yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.:
       (1) Di Akhir Zaman ini wilayah yang paling tepat  mengenai terulangnya kerusakan  yang telah melanda   daratan dan   lautan -- sebagaimana yang terjadi  di masa menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.30:42)   -- adalah Hindustan, sebab di wilayah Hindustan terdapat bermacam-macam agama dan sekte agama serta berbagai bentuk kemusyrikan, yang jumlahnya  lebih banyak daripada  zaman Nabi Besar Muhammad saw.,  firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan per-buatan tangan manusia,  supaya dirasakan kepada mereka akibat seba-gian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurha-kaannya.  Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruknya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ  --  Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allah hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah. (Ar- Rūm [30]:42-44).
      (2)   Dalam QS.62:3-4 dikemukakan bahwa  walau pun  Nabi Besar Muhammad saw. adalah bangsa Arab, tetapi beliau saw. bukan Rasul Allah  yang khusus hanya  untuk bangsa Arab    -- sebagaimana para Rasul Allah yang diutus sebelum beliau saw. hanya untuk kaumnya saja, termasuk  pengutusan Nabi Musa a.s. sampai Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah para Rasul Allah hanya untuk Bani Israil saja (QS.2:98-99; QS.61:5-7)   -- pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. adalah untuk seluruh umat manusia  (QS.7:159; QS.21:108; QS.25:2; QS.34:29).
       (3)  Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam QS:62:3-4 terkandung nubuatan mengenai dua kali pengutusan  Nabi Besar Muhammad saw., yang pertama di kalangan bangsa Arab  (ayat 3), pengutusan  yang kedua kali secara ruhani  di kalangan kaum lain  yang bukan  bangsa Arab (ayat 4) yaitu dari keturunan Farsi, walau pun Mirza Ghulam Ahmad a.s. masih termasuk Ahli Bait Nabi Besar Muhammad saw. dari silsilah Imam Hassan   bin Ali bin Abi Thalib r.a., sehingga  dengan demikian  dari segi hubungan darah dengan kaumnya ada persamaan antara Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili   dengan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau Al-Masih Mau’ud a.s.  yaitu melalui perempuan karena tidak akan seorang pun putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw. yang berumur panjang.
       (3)   Dalam Al-Quran dikemukakan bahwa setelah Nabi Isa Ibnu  Maryam a.s. selamat dari upaya pembunuhan melalui penyaliban di Palestina (QS.4:158-159), selanjutnya beliau  -- beserta ibunya, Maryam binti  ‘Imran  --    kemudian beliau secara diam-diam keluar dari Palestina guna mencari  10 suku Bani Israil atau “domba-domba yang hilang” yang tercerai-berai di luar Palestina, temasuk di Afghanistan, Khasymir dan wilayah Hindustan lainnya, dan akhirnya beliau wafat di Kasysmir dalam usia 120 tahun (QS.3:56; QS.5:117-119), setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Al-Masih, dan jenazah beliau dimakamkan di kampung Khan Yar, Srinagar – Khasymir, suatu wilayah  dataran tinggi penggunungan Himalaya, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
        Oleh sebab kematian Yesus (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.)  seperti juga kelahirannya yang tanpa ayah, telah menjadi masalah yang banyak dipertentangkan, dan beberapa kekacauan pendapat dan keraguan masih tetap ada mengenai bagaimana dan di mana beliau melampaukan hari-hari terakhir dalam kehidupan beliau yang padat karya itu, dan oleh karena persoalan cara menemui ajal (kematian) beliau pun (QS.3:57; QS.5:2117-119; QS.31:35) merupakan persoalan yang sangat penting  bagi agama Kristen maka pada tempatnya  ayat ini diberikan catatan yang  agak lengkap mengenai persoalan yang penting tapi rumit ini.
    Al-Quran dan Bible dikuatkan oleh kenyayaan-kenyataan sejarah yang telah diakui sahnya, memberi dukungan kuat kepada pandangan bahwa Yesus (Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.) tidak wafat di atas salib (QS.4:158-159). Dalil-dalil dan keteranggan-keterangan berikut menunjang dan mendukung pernyataan itu:
  (1) Dalam bukunya "The Unknown Life of Yesus". Nicholas Notovitch. seorang pengembara bangsa Rus yang pernah melawat ke Timur Jauh pada kira-­kira tahun 1877 menceriterakan  bahwa  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.   pemah datang ke Kasymir dan Afghanistan. Sir Francis Younghusband yang pada waktu Nicholas Notovitch mengunjungi Kasymir adalah seorang penduduk berkebangsaan Inggris di istana Maharaja Kasymir, bertemu dengan dia di dekat Zojila Pass.
    Penyelidikan terbaru mengenai perjalanan-perjalanan  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  di Timur memberikan dukungan kuat kepada buku Notovitch. Profesor Nicholus Roerich dalam bukunya "Heart of Asia" mengatakan: "Di Srinagar kami mula-mula menemukan hikayat yang  aneh sekitar kunjungan Yesus ke tempat itu. Kemudian kami melihat betapa tersebar-luasnya di India, di Laddakh, dan di Asia Tengah hikayat mengenai kunjungan Yesus ke berbagai-bagai daerah itu.  Di seluruh Asia Tengah, di Kasymir, di Laddakh, dan di Tibet, dan bahkan lebih ke utara lagi masih terdapat kepercavaan yang kuat bahwa Yesus atau Isa berkeliling di daerah itu”  ( Glimpses of World History oleh Yawaharlal Nehru).
    Beberapa sarjana telah berlindung di belakang beberapa bagian yang samar pada buku Notovitch, untuk menyebutkan bahwa Yesus datang ke Timur sebelum dan bukan sesudah beliau mendapat tugas sebagai nabi Allah. Tetapi seorang anak yang berumur baru 13 tahun atau 14 tahun seperti usia Yesus ketika datang ke India, tidak mungkin mempunyai gagasan melaksanakan suatu perjalanan panjang dan sulit ke tempat yang begitu jauh, dan dengan demikian menantang bahaya maut di tengah perjalanan.
    Gerangan tarikan apa atau tujuan apakah yang mendorong Yesus pada usia yang  semuda itu, datang ke India? Dan seandainya beliau sungguh datang ke India pada masa itu, kepentingan apakah yang mendorong orang-orang India dan Kasymir untuk memelihara catatan mengenai kegiatan-kegiatan dan pengembaraan-pengembaraan seorang anak yang berusia 13 atau 14 tahun?
    Kenyataan berdasarkan pada catatan-­catatan sejarah yaitu bahwa sesudah beliau ditolak  oleh orang-orang Yahudi dan  jiwa beliau dalam keadaan bahaya di Palestina,   Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.     meninggalkan negeri itu guna mencari — untuk memenuhi nubuatan-nubuatan lama dalam Bible. — "Sepuluh suku Bani Israil yang hilang" dan menempuh perjalanan jauh serta berbahaya ke India dan Kasymir dan menjalani suatu kehidupan yang penuh peristiwa-peristiwa  sampai mencapai usia yang amat tua yaitu 120 tahun (Kanz al-Ummal,  Jilid 6).
   Saat itulah catatan-catatan mengenai kegiatan-kegiatan beliau mulai disimpan. "Sepuluh suku Bani Israil  yang hilang  itu, sesudah mereka dicerai-beraikan oleh serangan  bangsa-bangsa Assiria dan Babilonia, dan telah menetap di Irak dan Iran, dan kemudian ketika orang-orang Iran di bawah Darius dan Cyrus meluaskan daerah jajahannya lebih jauh lagi ke timur yaitu ke Afghanistan dan India, maka suku-suku Bani Israil itu  ikut  hijrah  bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri  tersebut.
(2) Orang-orang Kasymir dan Afghan adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil sang Hilang” itu. Kenyataan ini nampak jelas dari riwayat, sejarah, dan catatan tertulis mengenai kedua kaum tersebut. Nama kota-kota dan kabilah­-kabilah mereka, bentuk tubuh  mereka  dan sebagainya, semuanya menyerupai orang-orang Yahudi.
  Barang-barang pusaka mereka dan prasasti-prasasti kuno mereka menyokong pandangan itu. Ceritera-ceritera rakyatnva penuh dengan kisah-kisah yang berbau Yahudi. Nama Kasymir sendiri sebenarnya Kasyir yang berarti "seperti Siria"  (atau nampaknya nama Kasyir itu diambil dari Kasyi atau Kusy, seorang cucu Nabi Nuh  a.s.). Semua kenyataan memberi kepastian kepada pandangan bahwa bangsa Afghan dan Kasymir sebagian besar adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang." 
(3) Bukti-bukti tersebut cukup menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”. Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).
      Menurut penuturan sejarah  yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil.  Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau digambarkan sebagai seorang nabi.
        Tambahan pula Yus Asaf  itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas  beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku,  lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yahya 10:16).
Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm.  82-85).      
"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri  hingga beliau tiba di sebuah negeri  yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat Kasymir itudemikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang  nabi  yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir  (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).
"Oleh sebab itu kepergian Isa a.s.   ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).
Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini  lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih di Hindustan) ditulis oleh  MIrza Ghulam Ahmad a.s.  yakni   Al-Masih Mau'ud         a.s. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib,  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.     dan ibunda beliau  tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar,   30  April   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar