Minggu, 31 Mei 2015

Golongan "Persekutuan Semu" yang Rawan Perpecahan & Maka Penolakan Pembagian Harta Kekayaan yang Dibagi-bagikan Al-Masih Mau'ud a.s. di Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt

Bab 63

Golongan “Persekutuan  Semu” yang Rawan Perpecahan  & Makna Penolakan Harta Kekayaan yang Dibagi-Bagikan  Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai cara  melakukan da’wah Islam yaitu   serta  mengenai tujuan utama melakukan da’wah Islam atau dialog keagamaan, yakni  untuk mengubah permusuhan menjadi persaudaraan hakiki,  bukan semata-mata  untuk memperoleh keunggulan dalam perdebatan yang dilakukan, sehingga menimbulkan ketakaburan atau kebanggaan diri, firman-Nya:
 اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ اَحۡسَنُ السَّیِّئَۃَ ؕ نَحۡنُ  اَعۡلَمُ  بِمَا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾  وَ قُلۡ رَّبِّ اَعُوۡذُ بِکَ مِنۡ ہَمَزٰتِ الشَّیٰطِیۡنِ ﴿ۙ﴾  وَ  اَعُوۡذُ  بِکَ رَبِّ اَنۡ یَّحۡضُرُوۡنِ ﴿﴾
Tolaklah keburukan dengan yang lebih baik, Kami lebih mengetahui mengenai  yang mereka sifatkan.  Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), aku berlindung kepada Engkau dari hasutan-hasutan syaitan, dan aku berlindung ke­pada Engkau, ya Rabb-ku (Tuhan-ku), supaya mereka jangan  menghampiriku." (Al-Mu’minūn [23]:97-99).

Menciptakan “Persaudaraan” Hakiki

        Senada dengan ayat-ayat tersebut, dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman:
 وَ مَنۡ اَحۡسَنُ  قَوۡلًا  مِّمَّنۡ دَعَاۤ  اِلَی اللّٰہِ  وَ عَمِلَ  صَالِحًا وَّ قَالَ  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya daripada orang yang mengajak manusia kepada Allah dan beramal saleh serta berkata:  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ --  ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri.” وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ  وَ لَا السَّیِّئَۃُ  --  Dan tidak sama kebaikan dan keburukan.  اِدۡفَعۡ  بِالَّتِیۡ  ہِیَ  اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ  عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ  وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ   --   Tolaklah keburukan itu dengan cara yang sebaik-baiknya maka tiba-tiba ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia.  وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ  اِلَّا  ذُوۡحَظٍّ  عَظِیۡمٍ  -- Dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi   itu kecuali orang yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan. (Al-Fushshilat [41]:34-36).
        Kalimat     اِلَی اللّٰہِ  وَ عَمِلَ  صَالِحًا وَّ قَالَ  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ مَنۡ اَحۡسَنُ  قَوۡلًا  مِّمَّنۡ دَعَاۤ -- Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya daripada orang yang mengajak manusia kepada Allah dan beramal saleh serta berkata:  اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ --  ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri” adalah merupakan  pengamalan dari peringatan Allah Swt. berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا  لِمَ  تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا  تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾  کَبُرَ  مَقۡتًا عِنۡدَ  اللّٰہِ  اَنۡ  تَقُوۡلُوۡا مَا  لَا تَفۡعَلُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ  ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan?  Adalah sesuatu yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan.   Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat.  (Ash-Shaf [61]:3-5). Lihat pula QS.3:103-104.
  Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya. Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah berbau kemunafikan dan ketidaktulusan.

Pentingnya Keberadaan Jama’ah Muslim Hakiki yang Dipimpin Seorang Imam (Pemimpin) yang Hakiki

   Makna ayat  اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ  صَفًّا کَاَنَّہُمۡ  بُنۡیَانٌ  مَّرۡصُوۡصٌ --  “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang  dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat,” bahwa orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah komando seorang pemimpin mereka, yang terhadapnya mereka harus taat dengan sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
  Tetapi suatu kaum, yang berusaha menjadi satu jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita, satu maksud, satu tujuan dan satu rencana untuk mencapai tujuan itu. Jika umat Islam keadaannya terpecah-belah seperti yang terjadi di Akhir Zaman ini (QS.3:104; QS.QS.30:31-33), mereka mustahil  memiliki satu  kesatuan   dalam berbagai hal, sebab  setiap firqah dan sekte memiliki cita-cita dan pemimpin yang satu sama lain berlainan sesuai dengan selera para pemimpin sekte dan firqah Muslim tersebut.
   Berikut firman-Nya mengenai pentingnya kesatuan dan persatuan umat dibawah satu kepemimpinan di kalangan Muslim:
 یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا لَقِیۡتُمۡ فِئَۃً فَاثۡبُتُوۡا وَ اذۡکُرُوا اللّٰہَ کَثِیۡرًا لَّعَلَّکُمۡ  تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚ﴾  وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَا  تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا  وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ اصۡبِرُوۡا ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ ﴿ۚ﴾  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ  مُحِیۡطٌ ﴿﴾
Hai  orang-orang yang beriman, apabila kamu berhadapan dengan lasykar musuh, maka teguhlah kamu dan  ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu berhasil.  وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَا  تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا  وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ --  Dan   taatilah Allah dan Rasul-Nya,  وَ لَا  تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا  وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ اصۡبِرُوۡا  -- dan  janganlah kamu berselisih, kalau kamu berbuat demikian, maka kamu akan gentar dan kekuatan kamu  akan hilang  وَ اصۡبِرُوۡا  -- dan bersabarlah,  اِنَّ  اللّٰہَ  مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ  --  Dan  janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari rumah-rumah mereka dengan sombong dan ingin dilihat orang serta menghalangi manusia  dari jalan Allah,  وَ اللّٰہُ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ  مُحِیۡطٌ -- dan  ilmu Allah meliputi  apa yang mereka kerjakan.   (Al-Anfāl [46]:46-48).
        Kata rīh dalam ayat     وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ  وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَا  تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا  وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ اصۡبِرُوۡا ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ  -- “Dan  taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan  janganlah kamu berselisih, kalau kamu berbuat demikian, maka kamu akan gentar dan kekuatan kamu akan hilang    dan bersabarlah,  اِنَّ  اللّٰہَ  مَعَ  الصّٰبِرِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,”  selain artinya angin, juga berarti, keunggulan, kekuatan, kemenangan (Lexicon Lane).
      Mengapa demikian? Sebab tanpa adanya tiupan angin  yang kuat maka kapal layar  tidak akan mampu mencapai tujuan perjalanannya (pelayayannya) di lautan yang penuh dengan gelombang. Kepatuh-taatan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya  serta kesabaran – yakni berpegang-teguh pada “Tali Allah” (QS.3:103-104)   -- merupakan sumber kekuatan yang sangat hebat bagi orang-orang yang beriman, sehingga segolongan kecil mereka mampu mengalahkan lawannya yang merupakan golongan persekutuan yang sangat besar (al-Ahzāb   -- QS.2:247-253).

 Golongan “Persekutuan” yang Semu dan Rawan Perpecahan

        Golongan persekutuan (al-ahzab) walau pun jumlah  mereka itu sangat besar,  tetapi karena di dalamnya terhimpun berbagai golongan yang memiliki kepentingan dan tujuan perjuangan yang berlainan, sesuai selera para pemimpin golongan-golongan  tersebut karena itu kesatuan dan persatuan yang mereka bentuk  dengan susah-payah  keadaannya   sangat rapuh.
       Mengenai kenyataan tersebut, berikut adalah firman Allah Swt. tentang  betapa lemahnya “persekutuan” yang dibentuk  atas   dasar    tipu-daya syaitan¸ berikut  firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ  تَرَ  اِلَی الَّذِیۡنَ نَافَقُوۡا یَقُوۡلُوۡنَ لِاِخۡوَانِہِمُ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ  اَہۡلِ الۡکِتٰبِ  لَئِنۡ  اُخۡرِجۡتُمۡ  لَنَخۡرُجَنَّ مَعَکُمۡ  وَ لَا  نُطِیۡعُ  فِیۡکُمۡ  اَحَدًا  اَبَدًا ۙ وَّ اِنۡ  قُوۡتِلۡتُمۡ  لَنَنۡصُرَنَّکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  یَشۡہَدُ  اِنَّہُمۡ   لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾  لَئِنۡ  اُخۡرِجُوۡا لَا یَخۡرُجُوۡنَ  مَعَہُمۡ ۚ وَ لَئِنۡ  قُوۡتِلُوۡا  لَا یَنۡصُرُوۡنَہُمۡ ۚ وَ لَئِنۡ نَّصَرُوۡہُمۡ  لَیُوَلُّنَّ  الۡاَدۡبَارَ ۟  ثُمَّ لَا یُنۡصَرُوۡنَ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir dari antara Ahlikitab:  لَئِنۡ  اُخۡرِجۡتُمۡ  لَنَخۡرُجَنَّ مَعَکُمۡ  وَ لَا  نُطِیۡعُ  فِیۡکُمۡ  اَحَدًا  اَبَدًا -- “Seandainya kamu diusir dari Medinah pasti kami akan ikut keluar bersamamu, dan kami  tidak akan taat kepada siapa pun untuk melawan kamu selama-lama-nya,  وَّ اِنۡ  قُوۡتِلۡتُمۡ  لَنَنۡصُرَنَّکُمۡ  --  dan jika kamu diperangi pasti kami akan menolong kamu.” وَ اللّٰہُ  یَشۡہَدُ  اِنَّہُمۡ   لَکٰذِبُوۡنَ -- Dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka itu benar-benar pendusta.  لَئِنۡ  اُخۡرِجُوۡا لَا یَخۡرُجُوۡنَ  مَعَہُمۡ   --   Jika mereka benar-benar diusir, mereka   tidak akan ikut keluar bersama mereka itu,  وَ لَئِنۡ  قُوۡتِلُوۡا  لَا یَنۡصُرُوۡنَہُمۡ  -- dan jika mereka itu benar-benar diperangi, mereka tidak akan menolong mereka itu, وَ لَئِنۡ نَّصَرُوۡہُمۡ  لَیُوَلُّنَّ  الۡاَدۡبَارَ  -- dan seandainya pun mereka benar-benar menolong mereka itu, niscaya mereka akan  membalikkan punggung mereka  ثُمَّ لَا یُنۡصَرُوۡنَ -- kemudian mereka tidak akan ditolong. (Al-Hasyr [59]:12-13).
   Orang-orang munafik telah mendorong orang-orang Yahudi asal Medinah supa-ya menentang  Nabi Besar Muhammad saw.  dan melanggar perjanjian resmi dengan beliau saw., sambil menawarkan kepada mereka janji-janji palsu akan memberikan pertolongan dan bantuan pada saat yang genting. Tetapi, ketika orang-orang Yahudi  -- dengan mengandalkan diri kepada janji-janji mereka itu   -- melawan Nabi Besar Muhammad saw.  dan mulai bergerak memerangi beliau saw., orang-orang munafik itu tidak mempedulikan mereka.
  Mengenai alasan mengapa orang-orang munafik Madinah tersebut mengingkari “janji-janji-Nya” kepada golongan Ahli Kitab  ( orang-orang Yahudi) Madinah tersebut selanjutnya Allah  Swt. berfirman:
لَاَنۡتُمۡ  اَشَدُّ رَہۡبَۃً  فِیۡ  صُدُوۡرِہِمۡ  مِّنَ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ  قَوۡمٌ لَّا یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾ لَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ جَمِیۡعًا  اِلَّا فِیۡ  قُرًی مُّحَصَّنَۃٍ  اَوۡ مِنۡ  وَّرَآءِ  جُدُرٍ ؕ بَاۡسُہُمۡ بَیۡنَہُمۡ  شَدِیۡدٌ ؕ تَحۡسَبُہُمۡ جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ  قَوۡمٌ لَّا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Dalam hati mereka kamu benar-benar lebih  ditakuti  daripada Allah, yang demikian itu  karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti.  لَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ جَمِیۡعًا  اِلَّا فِیۡ  قُرًی مُّحَصَّنَۃٍ  اَوۡ مِنۡ  وَّرَآءِ  جُدُرٍ  --  Mereka tidak akan memerangi kamu bersama-sama kecuali dalam kota-kota berbenteng atau dari belakang tembok-tembok.  بَاۡسُہُمۡ بَیۡنَہُمۡ  شَدِیۡدٌ  -- Peperangan mereka di antara mereka sendiri pun  sengit. تَحۡسَبُہُمۡ جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی  -- Engkau menyangka  mereka bersatu-padu padahal hati mereka ter-pecah-belah, ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ  قَوۡمٌ لَّا یَعۡقِلُوۡنَ  --  yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang menggunakan akal. (Al-Hasyr [59]:14-15). 

Hati Mereka Berpecah-belah dengan berbagai Kepentingan Pribadi dan Golongan

     Ayat  تَحۡسَبُہُمۡ جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی  --  Engkau menyangka  mereka bersatu-padu padahal hati mereka ter-pecah-belah”,  berarti bahwa orang-orang kafir, terutama orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik Medinah, mereka tampak seakan-akan bersatu dalam satu front melawan Islam, tetapi mereka tidak mempunyai tujuan bersama untuk diperjuangkan, dan juga kepentingan mereka bermacam-macam dan berlain-lainan, oleh karena itu tidaklah mungkin terdapat kesatuan di antara mereka.
    Pada saat itu di Arabia terdapat tiga golongan yang nampaknya bersatu-padu melawan negara Islam yang dipimpin oleh Nabi Besar Muhammad saw., yaitu  (1) orang-orang Yahudi, (2) orang-orang munafik Medinah, dan (3) orang-orang musyrik Quraisy asal Mekkah.
   Kaum musyrik Quraisy melihat di dalam kebangkitan kekuatan dan  kekuasaan Islam ada bahaya besar terhadap keunggulan mereka dalam segala bidang, sedang orang-orang munafik (yang dipimpin oleh ‘Abdullah bin Ubay) melihat bahaya terhadap pengaruhnya di Medinah, dan orang-orang Yahudi melihat ancaman terhadap organisasi dan supremasi rasial mereka.
   Karena  golongan “persekutuan” (al-ahzab) tersebut tidak mempunyai tujuan yang sama maka persatuan semu itu tidak mempunyai dasar yang nyata dan tidak pemah terwujud pada saat-saat berbahaya. Bahkan ketika “perjuangan bathil” mereka mengalami  kegagalan total maka  mereka  akan saling menyalahkan  dan saling melaknat.
 Tipu-daya syaitan yang sangat  meyakinkan seperti itu tersebut  sebelumnya pernah terjadi  menjelang  perang Badar   terhadap Abu Jahal dan para pemimpin musyrik Quraisy lainnya, firman-Nya:
وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ  مُحِیۡطٌ ﴿﴾  وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ  وَ قَالَ لَا غَالِبَ لَکُمُ  الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ  وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ  اِنِّیۡۤ  اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ الۡعِقَابِ ﴿٪﴾
Dan  janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari rumah-rumah mereka dengan sombong dan ingin dilihat orang serta menghalangi manusia  dari jalan Allah, dan  ilmu Allah meliputi  apa yang mereka kerjakan.  Dan ingatlah ketika syaitan  menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata:  لَا غَالِبَ لَکُمُ  الۡیَوۡمَ مِنَ النَّاسِ  وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ  --  Tidak seorang pun di antara manusia yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.” فَلَمَّا تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ  -- Tetapi  tatkala kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik  atas tumitnya وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ  اِنِّیۡۤ  اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ  اِنِّیۡۤ  اَخَافُ اللّٰہَ  -- sambil berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kamu lihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah dan siksaan Allah sangat keras.  (Al-Anfāl [8]:48-49).

Suraqah bin Malik   “Syaitan“ yang Menjadi Muslim   

       Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah  Suraqah bin Malik bin Jusyam   -- sebelum  beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw.  --  yang menghasut orang-orang Mekkah agar melawan orang-orang Islam, tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam.
      Lasykar Mekkah masih di Mekkah, tatkala beberapa tokoh kabilah Quraisy menyatakan kekhawatiran bahwa jangan-jangan Banu Bakar, satu cabang Banu Kinanah,  yang bermusuhan dengan kaum Quraisy menyerang Mekkah secara tak terduga di waktu mereka tidak ada di tempat, atau menyerang lasykar Mekkah dari belakang.
       Kekhawatiran mereka diredakan oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan mereka bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir, X, 13). Tetapi ketika Suraqah menyaksikan tekad membaja orang-orang Islam maka rasa takut menguasai dirinya.
       Mengapa demikian? Sebab  setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad orang-orang Islam  adalah menang atau mati. Persis demikianlah dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian” (Thabari).
         Di Akhir Zaman ini peperangan secara fisik atas nama agama tidak ada lagi, yang  berlangsung adalah perang melalui da’wah   lisan dan da’wah melalui tulisan atau jihad di jalan Allah menggunakan “senjata pena” serta memperlihatkan akhlak Islami  yang terpuji sebagaimana yang dicontohkan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22; QS.68-5-7).

Makna  Melimpah-ruahnya Harta di Akhir Zaman dan Penolakan Menerimanya

        Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah sabda Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan bahwa Al-Masih Mau’ud a.s. akan membagi-bagikan harta yang melimpah-ruah tetapi orang-orang tidak mau menerimanya, dan juga beliau akan menghapuskan jizyah (pajak perlindungan) dari kaum Non-Muslim. Ada pun yang dimaksud dengan  harta yang dibagi-bagikan” oleh Al-Masih Mau’ud a.s. adalah khazanah ruhani Al-Quran  yang dibukakan Allah Swt. kepada beliau oleh Allah Swt. (QS.3:180; QS.71:27-29)  melalui da’wah lisan dan da’wah tulisan yang beliau lakukan di Akhir Zaman, tetapi umumnya umat manusia   -- terutama umat Islam  --  menolak menerimanya, sehingga kemiskinan akhlak dan ruhani di kalangan mereka semakin memperihatinkan, firman-Nya:
ظَہَرَ الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی  النَّاسِ  لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا  لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ کَانَ عَاقِبَۃُ  الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ  مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan  disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya dirasakan kepada mereka akibat seba-gian perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka kembali dari kedurhakaannya.   Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah bagaimana buruk-nya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini. Kebanyakan mereka itu orang-orang musyrik.”  فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ  لَّا  مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ  یَّصَّدَّعُوۡنَ --  Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allāh hari yang tidak dapat dihindarkan,  pada hari itu orang-orang beriman  dan kafir akan terpisah.(Ar-Rūm [30]:42-44).
Firman-Nya lagi:
اَلَمۡ یَاۡنِ  لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا  اَنۡ  تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ  لِذِکۡرِ اللّٰہِ  وَ مَا  نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ  ۙ  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman, bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat  kebenaran yang telah turun kepada mereka,  وَ لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ  -- dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ  الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ  --  maka zaman kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu   hati mereka menjadi keras,   وَ کَثِیۡرٌ  مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا  اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ  تَعۡقِلُوۡنَ --   Ketahuilah, bahwasanya  Allah  menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti  (Al-Hadīd [57]:17-18).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar