بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 63
Golongan “Persekutuan
Semu”
yang Rawan Perpecahan & Makna Penolakan Harta Kekayaan yang Dibagi-Bagikan Al-Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai cara melakukan da’wah Islam yaitu serta
mengenai tujuan utama melakukan da’wah
Islam atau dialog keagamaan,
yakni untuk mengubah permusuhan menjadi persaudaraan hakiki, bukan
semata-mata untuk memperoleh keunggulan dalam perdebatan yang dilakukan, sehingga menimbulkan ketakaburan atau kebanggaan diri, firman-Nya:
اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ
ہِیَ اَحۡسَنُ السَّیِّئَۃَ ؕ نَحۡنُ
اَعۡلَمُ بِمَا یَصِفُوۡنَ ﴿﴾ وَ قُلۡ رَّبِّ اَعُوۡذُ بِکَ مِنۡ ہَمَزٰتِ الشَّیٰطِیۡنِ
﴿ۙ﴾ وَ
اَعُوۡذُ بِکَ رَبِّ اَنۡ
یَّحۡضُرُوۡنِ ﴿﴾
Tolaklah
keburukan dengan yang lebih baik, Kami lebih
mengetahui mengenai yang mereka sifatkan. Dan katakanlah: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), aku
berlindung kepada Engkau dari hasutan-hasutan
syaitan, dan aku berlindung kepada
Engkau, ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
supaya mereka jangan menghampiriku." (Al-Mu’minūn
[23]:97-99).
Menciptakan “Persaudaraan” Hakiki
Senada
dengan ayat-ayat tersebut, dalam Surah lainnya Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا
مِّمَّنۡ دَعَاۤ اِلَی اللّٰہِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ وَ لَا السَّیِّئَۃُ ؕ اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ
ہِیَ اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ
بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ
کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ ﴿﴾ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ
اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا
ذُوۡحَظٍّ عَظِیۡمٍ ﴿﴾
Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang mengajak manusia
kepada Allah dan beramal saleh serta berkata: اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah
diri.” وَ لَا تَسۡتَوِی الۡحَسَنَۃُ وَ لَا السَّیِّئَۃُ -- Dan
tidak sama kebaikan dan keburukan. اِدۡفَعۡ بِالَّتِیۡ
ہِیَ اَحۡسَنُ فَاِذَا الَّذِیۡ
بَیۡنَکَ وَ بَیۡنَہٗ عَدَاوَۃٌ کَاَنَّہٗ وَلِیٌّ حَمِیۡمٌ -- Tolaklah
keburukan itu dengan cara yang
sebaik-baiknya maka tiba-tiba
ia, yang di antara engkau dan dirinya ada permusuhan, akan menjadi seperti seorang sahabat yang setia. وَ مَا
یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا الَّذِیۡنَ صَبَرُوۡا
ۚ وَ مَا یُلَقّٰہَاۤ اِلَّا ذُوۡحَظٍّ
عَظِیۡمٍ -- Dan
sekali-kali tidak dianugerahi itu
kecuali orang-orang yang sabar, dan sekali-kali tidak dianugerahi itu kecuali orang yang memiliki bagian besar
dalam kebaikan. (Al-Fushshilat [41]:34-36).
Kalimat
اِلَی اللّٰہِ وَ عَمِلَ
صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِیۡ مِنَ
الۡمُسۡلِمِیۡنَ وَ مَنۡ اَحۡسَنُ
قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ -- Dan siapakah yang lebih baik pembicaraannya
daripada orang yang mengajak manusia
kepada Allah dan beramal saleh serta berkata: اِنَّنِیۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِیۡنَ -- ”Sesungguhnya aku pun termasuk orang-orang yang berserah diri” adalah
merupakan pengamalan dari peringatan
Allah Swt. berikut ini:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا لِمَ
تَقُوۡلُوۡنَ مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ کَبُرَ
مَقۡتًا عِنۡدَ اللّٰہِ اَنۡ
تَقُوۡلُوۡا مَا لَا تَفۡعَلُوۡنَ
﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ صَفًّا کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ
مَّرۡصُوۡصٌ ﴿﴾
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan? Adalah sesuatu
yang paling dibenci di sisi Allah bahwa kamu me-ngatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun
rapat. (Ash-Shaf [61]:3-5). Lihat pula
QS.3:103-104.
Perbuatan seorang Muslim hendaknya sesuai dengan pernyataan-pernyataannya.
Bicara sombong dan kosong membawa seseorang tidak keruan
kemana yang dituju, dan ikrar-ikrar lidah
tanpa disertai perbuatan-perbuatan nyata adalah
berbau kemunafikan dan ketidaktulusan.
Pentingnya Keberadaan Jama’ah Muslim Hakiki yang Dipimpin Seorang Imam (Pemimpin) yang Hakiki
Makna ayat اِنَّ اللّٰہَ یُحِبُّ الَّذِیۡنَ
یُقَاتِلُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِہٖ صَفًّا
کَاَنَّہُمۡ بُنۡیَانٌ مَّرۡصُوۡصٌ -- “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berperang dalam barisan-barisan, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun rapat,” bahwa orang-orang Muslim diharapkan tampil dalam barisan yang rapat, teguh dan kuat terhadap kekuatan-kekuatan kejahatan, di bawah
komando seorang pemimpin mereka, yang
terhadapnya mereka harus taat dengan
sepenuhnya dan seikhlas-ikhlasnya.
Tetapi suatu kaum, yang berusaha menjadi satu jemaat yang kokoh-kuat, harus mempunyai satu tata-cara hidup, satu cita-cita,
satu maksud, satu tujuan dan satu rencana untuk mencapai tujuan
itu. Jika umat Islam keadaannya terpecah-belah seperti yang terjadi di Akhir Zaman ini (QS.3:104;
QS.QS.30:31-33), mereka mustahil memiliki satu
kesatuan dalam berbagai hal, sebab setiap firqah
dan sekte memiliki cita-cita dan pemimpin yang satu sama lain berlainan sesuai dengan selera para pemimpin sekte dan firqah Muslim tersebut.
Berikut firman-Nya
mengenai pentingnya kesatuan dan persatuan umat dibawah satu kepemimpinan di kalangan Muslim:
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اِذَا لَقِیۡتُمۡ فِئَۃً فَاثۡبُتُوۡا وَ
اذۡکُرُوا اللّٰہَ کَثِیۡرًا لَّعَلَّکُمۡ تُفۡلِحُوۡنَ ﴿ۚ﴾ وَ اَطِیۡعُوا
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَا
تَنَازَعُوۡا
فَتَفۡشَلُوۡا وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ
اصۡبِرُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰہَ
مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ ﴿ۚ﴾ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ
وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ
بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ مُحِیۡطٌ ﴿﴾
Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu berhadapan
dengan lasykar musuh, maka teguhlah
kamu dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya
supaya kamu berhasil. وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَا تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ -- Dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya, وَ لَا تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ اصۡبِرُوۡا -- dan janganlah
kamu berselisih, kalau kamu berbuat demikian, maka kamu akan gentar dan kekuatan kamu akan hilang وَ اصۡبِرُوۡا -- dan bersabarlah, اِنَّ اللّٰہَ
مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ -- sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ -- Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari rumah-rumah
mereka dengan sombong dan ingin dilihat orang serta menghalangi manusia dari jalan Allah, وَ اللّٰہُ بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ
مُحِیۡطٌ -- dan ilmu Allah
meliputi apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfāl [46]:46-48).
Kata rīh dalam ayat وَ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَا تَنَازَعُوۡا فَتَفۡشَلُوۡا وَ تَذۡہَبَ رِیۡحُکُمۡ وَ اصۡبِرُوۡا ؕ اِنَّ اللّٰہَ مَعَ
الصّٰبِرِیۡنَ -- “Dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah
kamu berselisih, kalau kamu berbuat demikian, maka kamu akan gentar dan kekuatan kamu akan hilang dan bersabarlah, اِنَّ اللّٰہَ
مَعَ الصّٰبِرِیۡنَ -- sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,” selain artinya angin, juga berarti, keunggulan,
kekuatan, kemenangan (Lexicon Lane).
Mengapa demikian? Sebab tanpa
adanya tiupan angin yang kuat maka kapal layar tidak akan mampu
mencapai tujuan perjalanannya
(pelayayannya) di lautan yang penuh dengan gelombang. Kepatuh-taatan kepada Allah
Swt. dan Rasul-Nya serta kesabaran
– yakni berpegang-teguh pada “Tali Allah” (QS.3:103-104) -- merupakan sumber kekuatan yang sangat hebat
bagi orang-orang yang beriman, sehingga segolongan kecil mereka mampu mengalahkan lawannya yang merupakan golongan persekutuan yang sangat besar (al-Ahzāb -- QS.2:247-253).
Golongan
“Persekutuan” yang Semu dan Rawan Perpecahan
Golongan persekutuan
(al-ahzab) walau pun jumlah mereka itu sangat besar, tetapi karena
di dalamnya terhimpun berbagai golongan
yang memiliki kepentingan dan tujuan perjuangan yang berlainan, sesuai
selera para pemimpin golongan-golongan
tersebut karena itu kesatuan
dan persatuan yang mereka bentuk
dengan susah-payah keadaannya
sangat rapuh.
Mengenai kenyataan tersebut,
berikut adalah firman Allah Swt. tentang
betapa lemahnya “persekutuan”
yang dibentuk atas dasar
tipu-daya syaitan¸ berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ
اِلَی الَّذِیۡنَ نَافَقُوۡا یَقُوۡلُوۡنَ لِاِخۡوَانِہِمُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ لَئِنۡ
اُخۡرِجۡتُمۡ لَنَخۡرُجَنَّ
مَعَکُمۡ وَ لَا نُطِیۡعُ
فِیۡکُمۡ اَحَدًا اَبَدًا ۙ وَّ اِنۡ قُوۡتِلۡتُمۡ
لَنَنۡصُرَنَّکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ
یَشۡہَدُ اِنَّہُمۡ لَکٰذِبُوۡنَ ﴿﴾ لَئِنۡ
اُخۡرِجُوۡا لَا یَخۡرُجُوۡنَ
مَعَہُمۡ ۚ وَ لَئِنۡ
قُوۡتِلُوۡا لَا یَنۡصُرُوۡنَہُمۡ
ۚ وَ لَئِنۡ نَّصَرُوۡہُمۡ
لَیُوَلُّنَّ الۡاَدۡبَارَ ۟ ثُمَّ لَا یُنۡصَرُوۡنَ ﴿﴾
Apakah engkau tidak melihat
orang-orang munafik yang berkata
kepada saudara-saudara mereka yang kafir
dari antara Ahlikitab: لَئِنۡ
اُخۡرِجۡتُمۡ لَنَخۡرُجَنَّ
مَعَکُمۡ وَ لَا نُطِیۡعُ
فِیۡکُمۡ اَحَدًا اَبَدًا -- “Seandainya kamu diusir dari Medinah pasti kami akan ikut keluar bersamamu,
dan kami
tidak akan taat kepada siapa pun untuk melawan kamu selama-lama-nya, وَّ اِنۡ
قُوۡتِلۡتُمۡ لَنَنۡصُرَنَّکُمۡ -- dan jika kamu diperangi pasti kami akan
menolong kamu.” وَ اللّٰہُ یَشۡہَدُ اِنَّہُمۡ
لَکٰذِبُوۡنَ -- Dan Allah
menyaksikan bahwa sesungguhnya mereka
itu benar-benar pendusta. لَئِنۡ اُخۡرِجُوۡا لَا یَخۡرُجُوۡنَ مَعَہُمۡ -- Jika mereka
benar-benar diusir, mereka tidak akan ikut keluar bersama mereka itu, وَ لَئِنۡ قُوۡتِلُوۡا
لَا یَنۡصُرُوۡنَہُمۡ -- dan
jika mereka itu benar-benar diperangi,
mereka tidak akan menolong mereka
itu, وَ لَئِنۡ
نَّصَرُوۡہُمۡ لَیُوَلُّنَّ الۡاَدۡبَارَ
-- dan seandainya pun mereka benar-benar
menolong mereka itu, niscaya mereka
akan membalikkan
punggung mereka ثُمَّ لَا
یُنۡصَرُوۡنَ -- kemudian mereka tidak akan ditolong. (Al-Hasyr
[59]:12-13).
Orang-orang munafik telah mendorong orang-orang
Yahudi asal Medinah supa-ya menentang Nabi Besar Muhammad saw. dan melanggar
perjanjian resmi dengan beliau saw., sambil menawarkan kepada mereka janji-janji
palsu akan memberikan pertolongan dan
bantuan pada saat yang genting. Tetapi, ketika orang-orang Yahudi -- dengan mengandalkan
diri kepada janji-janji mereka
itu -- melawan Nabi Besar Muhammad saw. dan mulai bergerak memerangi beliau saw., orang-orang
munafik itu tidak mempedulikan
mereka.
Mengenai alasan mengapa orang-orang munafik Madinah tersebut mengingkari “janji-janji-Nya” kepada golongan Ahli Kitab ( orang-orang Yahudi) Madinah tersebut selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
لَاَنۡتُمۡ اَشَدُّ رَہۡبَۃً فِیۡ
صُدُوۡرِہِمۡ مِّنَ اللّٰہِ ؕ
ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ قَوۡمٌ لَّا
یَفۡقَہُوۡنَ ﴿﴾ لَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ جَمِیۡعًا
اِلَّا فِیۡ قُرًی
مُّحَصَّنَۃٍ اَوۡ مِنۡ وَّرَآءِ
جُدُرٍ ؕ بَاۡسُہُمۡ بَیۡنَہُمۡ
شَدِیۡدٌ ؕ تَحۡسَبُہُمۡ جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی ؕ ذٰلِکَ
بِاَنَّہُمۡ قَوۡمٌ لَّا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿ۚ﴾
Dalam hati mereka kamu benar-benar lebih
ditakuti daripada Allah,
yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tidak mengerti.
لَا یُقَاتِلُوۡنَکُمۡ جَمِیۡعًا اِلَّا فِیۡ
قُرًی مُّحَصَّنَۃٍ اَوۡ مِنۡ وَّرَآءِ
جُدُرٍ -- Mereka tidak
akan memerangi kamu bersama-sama kecuali dalam kota-kota berbenteng atau dari
belakang tembok-tembok. بَاۡسُہُمۡ
بَیۡنَہُمۡ شَدِیۡدٌ
-- Peperangan mereka di
antara mereka sendiri pun sengit.
تَحۡسَبُہُمۡ
جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی
-- Engkau menyangka mereka bersatu-padu padahal hati mereka ter-pecah-belah, ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ قَوۡمٌ لَّا یَعۡقِلُوۡنَ
-- yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang menggunakan akal.
(Al-Hasyr
[59]:14-15).
Hati Mereka Berpecah-belah dengan berbagai Kepentingan Pribadi dan Golongan
Ayat تَحۡسَبُہُمۡ
جَمِیۡعًا وَّ قُلُوۡبُہُمۡ شَتّٰی
-- Engkau
menyangka mereka bersatu-padu padahal hati mereka ter-pecah-belah”, berarti bahwa orang-orang kafir, terutama orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik Medinah, mereka
tampak seakan-akan bersatu dalam satu front melawan Islam, tetapi mereka tidak
mempunyai tujuan bersama untuk diperjuangkan,
dan juga kepentingan mereka bermacam-macam dan berlain-lainan, oleh karena itu tidaklah mungkin terdapat kesatuan di antara mereka.
Pada saat itu di Arabia terdapat tiga golongan yang nampaknya bersatu-padu
melawan negara Islam yang dipimpin
oleh Nabi Besar Muhammad saw., yaitu (1)
orang-orang Yahudi, (2) orang-orang munafik Medinah, dan (3) orang-orang musyrik Quraisy asal Mekkah.
Kaum musyrik Quraisy
melihat di dalam kebangkitan kekuatan
dan
kekuasaan Islam ada bahaya
besar terhadap keunggulan mereka
dalam segala bidang, sedang orang-orang
munafik (yang dipimpin oleh ‘Abdullah bin Ubay) melihat bahaya terhadap pengaruhnya di Medinah, dan orang-orang
Yahudi melihat ancaman terhadap organisasi dan supremasi rasial mereka.
Karena golongan “persekutuan” (al-ahzab) tersebut tidak
mempunyai tujuan yang sama maka persatuan
semu itu tidak mempunyai dasar yang
nyata dan tidak pemah terwujud
pada saat-saat berbahaya. Bahkan
ketika “perjuangan bathil” mereka mengalami
kegagalan total maka mereka
akan saling menyalahkan dan saling melaknat.
Tipu-daya syaitan yang sangat meyakinkan seperti
itu tersebut sebelumnya pernah
terjadi menjelang perang
Badar terhadap Abu Jahal dan para pemimpin
musyrik Quraisy lainnya, firman-Nya:
وَ لَا تَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ خَرَجُوۡا مِنۡ دِیَارِہِمۡ بَطَرًا وَّ رِئَآءَ النَّاسِ
وَ یَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ
بِمَا یَعۡمَلُوۡنَ مُحِیۡطٌ ﴿﴾ وَ اِذۡ زَیَّنَ لَہُمُ الشَّیۡطٰنُ اَعۡمَالَہُمۡ وَ قَالَ لَا غَالِبَ
لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ
النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ
لَّکُمۡ ۚ فَلَمَّا
تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ
عَلٰی عَقِبَیۡہِ وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ ؕ وَ اللّٰہُ شَدِیۡدُ
الۡعِقَابِ ﴿٪﴾
Dan janganlah
kamu menjadi seperti orang-orang
yang keluar dari rumah-rumah mereka dengan sombong dan ingin dilihat orang serta menghalangi
manusia dari jalan Allah,
dan ilmu Allah meliputi apa yang mereka
kerjakan. Dan ingatlah ketika syaitan menampakkan indah kepada mereka amal-amal mereka dan berkata: لَا غَالِبَ
لَکُمُ الۡیَوۡمَ مِنَ
النَّاسِ وَ اِنِّیۡ جَارٌ لَّکُمۡ -- ”Tidak seorang pun di antara manusia
yang dapat mengalahkan kamu pada hari
ini, dan sesungguhnya aku pelindung kamu.”
فَلَمَّا
تَرَآءَتِ الۡفِئَتٰنِ نَکَصَ عَلٰی عَقِبَیۡہِ -- Tetapi tatkala
kedua pasukan itu berhadapan satu sama lain, ia berbalik atas tumitnya وَ قَالَ اِنِّیۡ بَرِیۡٓءٌ مِّنۡکُمۡ اِنِّیۡۤ اَرٰی مَا لَا تَرَوۡنَ اِنِّیۡۤ اَخَافُ اللّٰہَ -- sambil berkata:
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu,
sesungguhnya aku melihat apa yang tidak
kamu lihat, sesungguhnya aku takut
kepada Allah dan siksaan
Allah sangat keras. (Al-Anfāl
[8]:48-49).
Suraqah bin Malik “Syaitan“ yang Menjadi Muslim
Diriwayatkan bahwa orang yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah Suraqah
bin Malik bin Jusyam --
sebelum beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. -- yang menghasut
orang-orang Mekkah agar melawan
orang-orang Islam, tetapi kemudian dia sendiri memeluk agama Islam.
Lasykar Mekkah masih di Mekkah, tatkala
beberapa tokoh kabilah Quraisy
menyatakan kekhawatiran bahwa
jangan-jangan Banu Bakar, satu cabang
Banu Kinanah, yang bermusuhan
dengan kaum Quraisy menyerang Mekkah
secara tak terduga di waktu mereka tidak ada di tempat, atau menyerang lasykar Mekkah dari belakang.
Kekhawatiran mereka diredakan
oleh Suraqah, salah seorang pemuka Banu Kinanah, yang meyakinkan mereka
bahwa orang-orang dari sukunya tidak akan
mendatangkan kemudaratan apa pun kepada mereka (Tafsir Ibnu Jarir, X, 13). Tetapi ketika Suraqah menyaksikan tekad
membaja orang-orang Islam maka rasa takut menguasai dirinya.
Mengapa demikian? Sebab setelah melihat mereka ia memperoleh keyakinan bahwa tekad orang-orang Islam adalah menang
atau mati. Persis demikianlah
dirasakan oleh Utbah dan Umair pada Hari Badar dan ia memberitahukan kepada orang-orang Mekkah, bahwa orang-orang Islam nampaknya “seperti orang-orang yang mencari kematian”
(Thabari).
Di Akhir Zaman ini peperangan secara fisik atas nama agama tidak ada lagi, yang berlangsung adalah perang melalui da’wah
lisan dan da’wah melalui tulisan atau jihad di jalan Allah menggunakan “senjata pena” serta memperlihatkan akhlak Islami yang terpuji sebagaimana yang dicontohkan Nabi Besar Muhammad saw. (QS.33:22;
QS.68-5-7).
Makna Melimpah-ruahnya Harta di
Akhir Zaman dan Penolakan Menerimanya
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah sabda Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan
bahwa Al-Masih Mau’ud a.s. akan membagi-bagikan harta yang melimpah-ruah tetapi orang-orang tidak mau menerimanya, dan juga beliau akan
menghapuskan jizyah (pajak perlindungan) dari kaum Non-Muslim. Ada pun yang dimaksud dengan “harta
yang dibagi-bagikan” oleh Al-Masih Mau’ud a.s. adalah khazanah ruhani Al-Quran yang dibukakan
Allah Swt. kepada beliau oleh Allah Swt. (QS.3:180; QS.71:27-29) melalui da’wah
lisan dan da’wah tulisan yang
beliau lakukan di Akhir Zaman, tetapi
umumnya umat manusia -- terutama umat Islam -- menolak menerimanya, sehingga kemiskinan akhlak dan ruhani di kalangan mereka semakin memperihatinkan, firman-Nya:
ظَہَرَ
الۡفَسَادُ فِی الۡبَرِّ وَ الۡبَحۡرِ بِمَا کَسَبَتۡ اَیۡدِی النَّاسِ
لِیُذِیۡقَہُمۡ بَعۡضَ الَّذِیۡ عَمِلُوۡا
لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ سِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَانۡظُرُوۡا کَیۡفَ
کَانَ عَاقِبَۃُ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلُ ؕ
کَانَ اَکۡثَرُہُمۡ مُّشۡرِکِیۡنَ ﴿﴾ فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ
اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ یَّصَّدَّعُوۡنَ ﴿﴾
Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya
dirasakan kepada mereka akibat seba-gian
perbuatan yang mereka lakukan, supaya mereka
kembali dari kedurhakaannya. Katakanlah: ”Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana buruk-nya akibat bagi orang-orang sebelum kamu ini.
Kebanyakan mereka itu orang-orang
musyrik.” فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ
لِلدِّیۡنِ الۡقَیِّمِ مِنۡ قَبۡلِ اَنۡ یَّاۡتِیَ یَوۡمٌ لَّا
مَرَدَّ لَہٗ مِنَ اللّٰہِ یَوۡمَئِذٍ
یَّصَّدَّعُوۡنَ -- Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus, sebelum datang dari Allāh hari yang tidak dapat
dihindarkan, pada hari itu orang-orang beriman dan kafir akan terpisah.(Ar-Rūm [30]:42-44).
Firman-Nya
lagi:
اَلَمۡ
یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا
اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ
الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, وَ لَا یَکُوۡنُوۡا
کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ
-- dan mereka tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi kitab
sebelumnya, فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ
فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu
mengerti (Al-Hadīd [57]:17-18).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 30 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar