Jumat, 22 Mei 2015

Hukuman Allah Swt. yang Membuntuti Kaum Yahudi yang Diumpamakan Sebagai "Kera yang Hina" di Berbagai Zaman & Ajaran Injil Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus) Tentang "Hal Mengumpulkan Harta"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab  58

     Hukuman Allah Swt. yang Membuntuti Kaum Yahudi  yang Diumpamakan Sebagai "Kera yang Hina" di Berbagai  Zaman  & Ajaran Injil Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (Yesus)  Tentang “Hal Mengumpulkan Harta 
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai masalah pelanggaran yang dilakukan orang-orang Yahudi pada hari  Sabat, selanjutnya Allah Swt. berfirman: 
فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُہُوۡا عَنۡہُ قُلۡنَا لَہُمۡ   کُوۡنُوۡا  قِرَدَۃً  خٰسِئِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala mereka  melanggar apa yang dilarang untuk mengerjakannya, Kami berfirman kepada mereka:  کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ  --  Jadilah kamu kera-kera yang hina!” (Al-A’rāf [7]:167).
Firman-Nya lagi:
وَ لَقَدۡ عَلِمۡتُمُ  الَّذِیۡنَ اعۡتَدَوۡا مِنۡکُمۡ فِی السَّبۡتِ فَقُلۡنَا لَہُمۡ کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ ﴿ۚ﴾
Dan  sungguh   kamu benar-benar mengetahui orang-orang di antara kamu yang melanggar dalam hal  Hari Sabat, lalu Kami berfirman kepada mereka:  کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ  --  Jadilah kamu  kera yang hina!”    (Al-Baqarah [2]:66).
         Kata sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya bahwa “kera” telah dipakai secara kiasan, artinya orang-orang Bani Israil (Yahudi) menjadi nista dan hina seperti kera, perubahannya tidak dalam wujud dan bentuk melainkan  dalam watak dan jiwa. “Mereka tidak sungguh-sungguh diubah menjadi kera, hanya hatinya yang diubah” (Mujahid). “Allah Swt.  telah memakai ungkapan itu secara kiasan” (Tafsir Ibnu Katsir).

Mereka yang Secara Kiasan  Dijadikan Kera, Babi dan Penyembah Thaghut

        Bila Al-Quran memaksudkan perubahan wujudnya menjadi kera maka kata yang biasa dipergunakan adalah khashi'ah, bukan khasi’in, yang dipakai untuk wujud-wujud berakal. Penggunaan kata kiradatan (kera) itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa sebagaimana kera itu binatang hina, begitu pula orang-orang Bani Israil (Yahudi) senantiasa akan dihinakan di dunia ini dan sungguh pun mereka mempunyai sumber-sumber daya besar dalam harta dan pendidikan, mereka tidak akan memiliki suatu kubu pertahanan (negara) di bumi secara permanen, arti akar kata qiradatan  menunjukkan kenistaan dan kehinaan dan pula kerendahan martabat.
        Sehubungan dengan kenyataan tersebut berikut  firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
 قُلۡ یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ ہَلۡ تَنۡقِمُوۡنَ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ مَاۤ  اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ  اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اَنَّ  اَکۡثَرَکُمۡ  فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ ہَلۡ اُنَبِّئُکُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰلِکَ مَثُوۡبَۃً عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ  وَ الۡخَنَازِیۡرَ وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ ؕ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ  اَضَلُّ  عَنۡ  سَوَآءِ السَّبِیۡلِ ﴿﴾
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, mengapa kamu  membenci serta mencela kami  hanya karena kami telah beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelum ini,  padahal sesungguhnya kebanya-kan kamu orang-orang durhaka?”  Katakanlah: “Maukah  aku beritahukan kepada kamu yang lebih buruk daripada itu mengenai pembalasan dari sisi Allah?  مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ  وَ الۡخَنَازِیۡرَ وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ  -- Yaitu orang-orang yang dilaknati Allah, dan kepadanya Dia murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera, babi-babi  dan yang menyembah  syaitan.  اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ  اَضَلُّ  عَنۡ  سَوَآءِ السَّبِیۡلِ --   Mereka itu berada di tempat yang buruk dan   tersesat jauh dari jalan lurus.  (Al-Maidah  [5]:60-81).
         Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan kata “kera” dan “babi” telah dipergunakan di sini dalam artian kiasan. Kebiasaan tertentu merupakan ciri khas binatang-binatang tertentu pula. Ciri-ciri khas itu tidak dapat digambarkan sepenuhnya kalau binatang yang  mempunyai kebiasaan itu tidak disebut namanya dengan jelas.
        Kera terkenal karena sifat penirunya dan babi ditandai oleh kebiasaan-kebiasaan kotor dan tidak bermalu dan juga oleh kebodohannya. Ungkapan, “yang menyembah kepada syaitan,” menunjukkan bahwa kata-kata “kera” dan “babi” telah dipergunakan di sini secara kiasan, karena dalam kenyataan tidak ada  di kalangan Bani Israil yang benar-benar “menyembah syaitan”, melainkan mengikuti langkah-langkah syaitan (QS.2:169 & 209; QS.24:22).
        Thaghut  berarti pula:  iblis; berhala; orang  sesat, orang yang melampaui batas;  orang yang menyesatkan  orang lain dari jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala dan lain-lain (QS.2:258; QS.4:61), berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ اِلَی الَّذِیۡنَ اُوۡتُوۡا نَصِیۡبًا مِّنَ الۡکِتٰبِ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡجِبۡتِ وَ الطَّاغُوۡتِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ہٰۤؤُلَآءِ اَہۡدٰی مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا سَبِیۡلًا ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ لَعَنَہُمُ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ یَّلۡعَنِ اللّٰہُ  فَلَنۡ تَجِدَ  لَہٗ  نَصِیۡرًا ﴿ؕ ﴾
Tidakkah engkau melihat orang-orang yang diberi  bagian dari Kitab? Mereka mempercayai jibt  dan thāghūt, dan mereka mengatakan me-ngenai orang-orang kafir:  ہٰۤؤُلَآءِ اَہۡدٰی مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا سَبِیۡلًا  -- “Mereka ini  orang-orang yang lebih mendapat petunjuk daripada orang-orang yang beriman.”  اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ لَعَنَہُمُ اللّٰہُ   -- Mereka inilah orang-orang  yang dilaknat Allah, dan barangsiapa dilaknat Allah maka engkau tidak akan pernah memperoleh seorang penolong pun  baginya. (An-Nisa [4]:52-53).
        Al-jibt berarti: berhala atau berhala-berhala; sesuatu yang di dalamnya tidak terdapat kebaikan; tukang nujum; syaitan (Lexicon Lane).
       Orang-orang Islam mempercayai semua nabi yang namanya tercantum dalam Bible dan juga mempercayai bahwa syariat (Taurat) yang diberikan kepada Nabi Musa a.s..  bersumber pada Tuhan. Akan tetapi demikian besar kebencian orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Islam, sehingga mereka menyatakan bahwa orang-orang musyrik Arab yang menolak Kitab-kitab mereka adalah lebih mendapat petunjuk daripada orang-orang Islam.

Hukuman Allah Swt. yang Mengikuti Orang-orang Yahudi di Berbagai Zaman

        Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  hukuman-Nya yang senantiasa akan menimpa orang-orang Yahudi:
وَ اِذۡ تَاَذَّنَ رَبُّکَ لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡہِمۡ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ مَنۡ یَّسُوۡمُہُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ ؕ اِنَّ  رَبَّکَ  لَسَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ ۚۖ وَ  اِنَّہٗ  لَغَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) engkau mengumumkan bahwa niscaya  Dia akan mengutus  kepada mereka  orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka  azab yang sangat buruk hingga Hari Kiamat. Sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-A’rāf [7]:168).
      Ayat ini dan juga beberapa ayat berikutnya menunjukkan bahwa kaum yang dikatakan sebagai “kera-kera yang hina” dalam ayat sebelumnya itu tidak sungguh-sungguh berubah menjadi kera, melainkan mereka itu tetap makhluk manusia walaupun mereka menjalani peri kehidupan yang hina dan dipandang rendah oleh orang-orang lain juga, seperti yang dialami oleh orang-orang Yahudi, contohnya ketika  mereka menjadi target kezaliman kaum Nazi pimpinan Adolf Hitler di Jerman.
        Jelas dari beberapa ayat Al-Quran, bahwa Allah Swt.  sangat lambat dalam menghukum orang-orang durhaka. Dia berkali-kali memberi tenggang waktu kepada mereka. Kata-kata  اِنَّ  رَبَّکَ  لَسَرِیۡعُ  الۡعِقَابِ  -- “Sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar sangat cepat dalam menghukum” itu dimaksudkan bahwa bila pada akhirnya hukuman ditetapkan menimpa satu kaum, hukuman itu datangnya cepat dan tak ada sesuatu yang dapat memperlambat kedatangannya.
        Namun walau pun demikian pintu untuk  taubat kepada Allah Swt.  bagi mereka   -- dan bagi semua umat manusia   -- tetap terbuka, sebagaimana lanjutan ayat tersebut: وَ  اِنَّہٗ  لَغَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ   -- “dan sesungguhnya Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.
      Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang Yahudi, bahwa di kalangan mereka pun ada pula orang-orang yang benar-benar beriman  kepada Allah Swt. dan Rasul Allah  yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.2:88-89):
وَ قَطَّعۡنٰہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ اُمَمًا ۚ مِنۡہُمُ الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنۡہُمۡ دُوۡنَ ذٰلِکَ ۫ وَ بَلَوۡنٰہُمۡ بِالۡحَسَنٰتِ وَ السَّیِّاٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membagi mereka menjadi berbagai bangsa yang terpisah-pisah  di bumi. Di antara mereka ada orang-orang yang saleh, dan di antara mereka ada yang tidak demikian. Dan  Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan supaya mereka kembali kepada yang haq. (Al-A’rāf [7]:169).

Generasi Penerus Para Hawari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang Menjadi Pecinta Kehidupan Duniawi

         Selanjutnya Allah Swt. mengemukakan generasi penerus mereka yang beriman kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,  tetapi  kemudian mereka bukan saja telah menyimpang dari Tauhid Ilahi yang diajarkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dalam Injil (QS.5:117-119),  bahkan mereka menjadi pencinta kehidupan duniawi bertentangan dengan ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  mengenai larangan “mengumpulkan harta di dunia” (Matius 6:19-34), firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ  ؕ وَ الدَّارُ  الۡاٰخِرَۃُ  خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ  یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا  تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ یُمَسِّکُوۡنَ بِالۡکِتٰبِ وَ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّا لَا نُضِیۡعُ اَجۡرَ الۡمُصۡلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka, suatu generasi  pengganti  yang mewarisi Kitab Taurat  itu, mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya? Padahal  kampung  akhirat itu   lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, apakah kamu tidak mau mengerti?   Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab  itu dan  mendirikan shalat, sesungguhnya Kami tidak akan menyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang melakukan perbaikan.   (Al-A’rāf [7]:170-171).
        'Aradha artinya:  barang yang tidak kekal; barang-barang duniawi yang rendah nilainya; barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu  (Lexicon Lane). Jadi, maka kalimat  یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی -- “mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini,” mengisyaratkan perubahan yang sangat bertolak belakang dari para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di zaman awal yang disebut sebagai “Ashhabul-Kahfi”  (para penghuni gua)  yakni yang  mencari kehidupan akhirat,  tetapi  kemudian setelah mereka mengikuti ajaran Paulus  berubah menjadi “agama prasasti  yaitu  mencintai kehidupan duniawi yang tidak kekal (QS.18:10-13):  یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا  -- “mereka mengambil harta dunia  yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.”  وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ  -- Dan jika datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya.”
       Berikut ini adalah  ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus dalam  Bible mengenai “hal mengumpulkan harta”:
6:19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;   di bumi ngengat dan karat merusakkannya  dan pencuri membongkar serta mencurinya. 6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga;   di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.   6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.  6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. 6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir    akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan   oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?   6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? i  6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun   tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani   rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?   6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.   6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah    dan kebenarannya , maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.   6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius 6:19-33).

 Trinitas” dan “Penebusan Dosa” yang Tidak Diajarkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

 Kemudian  ucapan mereka:   سَیُغۡفَرُ لَنَا  --  Pasti kami akan diampuni    mengisyaratkan kepada  faham “Trinitas” dan “penebusan dosa” yang diajarkan Paulus dalam beberapa surat kirimannya. Allah Swt. berfirman:  اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ  اِلَّا الۡحَقَّ  -- “Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ    -- dan  mereka telah mempelajari  apa yang tercantum di dalamnya?” (QS.7:171).
  Darasa berarti: (1) ia  membaca atau menelaah buku; (2) ia meniadakan, menghapuskan atau melenyapkan sesuatu (Lexicon Lane). Sehubungan dengan terjadinya penyimpangan  Tauhid Ilahi di kalangan Bani Israil dan generasi penerusnya yang beriman kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s  tersebut, . dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
 وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾  اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾  یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair  adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani ber-kata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.”  ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ  -- Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.  قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ  -- Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid? اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ --  Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam,  وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ -- padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ  --    Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai.  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ  --  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ  --  walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya  (Taubah [9]:30-33).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar