بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 58
Hukuman Allah Swt. yang Membuntuti Kaum Yahudi yang Diumpamakan Sebagai "Kera yang Hina" di Berbagai Zaman & Ajaran Injil Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(Yesus) Tentang “Hal Mengumpulkan Harta”
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai masalah pelanggaran
yang dilakukan orang-orang Yahudi pada hari Sabat, selanjutnya Allah Swt.
berfirman:
فَلَمَّا عَتَوۡا عَنۡ مَّا نُہُوۡا عَنۡہُ قُلۡنَا لَہُمۡ کُوۡنُوۡا
قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ ﴿﴾
Maka tatkala
mereka melanggar apa yang dilarang untuk mengerjakannya, Kami
berfirman kepada mereka: کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ -- ”Jadilah kamu kera-kera yang hina!” (Al-A’rāf [7]:167).
Firman-Nya
lagi:
وَ لَقَدۡ عَلِمۡتُمُ الَّذِیۡنَ اعۡتَدَوۡا مِنۡکُمۡ فِی
السَّبۡتِ فَقُلۡنَا لَہُمۡ کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ ﴿ۚ﴾
Dan sungguh kamu benar-benar mengetahui orang-orang
di antara kamu yang melanggar dalam hal Hari Sabat, lalu Kami berfirman kepada mereka: کُوۡنُوۡا قِرَدَۃً خٰسِئِیۡنَ -- ”Jadilah kamu kera yang hina!” (Al-Baqarah [2]:66).
Kata sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab sebelumnya bahwa “kera”
telah dipakai secara kiasan, artinya
orang-orang Bani Israil (Yahudi) menjadi
nista dan hina seperti kera,
perubahannya tidak dalam wujud dan bentuk melainkan dalam watak
dan jiwa. “Mereka tidak sungguh-sungguh diubah menjadi kera, hanya hatinya yang
diubah” (Mujahid). “Allah Swt. telah memakai ungkapan itu secara kiasan”
(Tafsir
Ibnu Katsir).
Mereka yang Secara Kiasan
Dijadikan Kera, Babi dan Penyembah Thaghut
Bila Al-Quran memaksudkan perubahan wujudnya menjadi kera maka kata yang biasa dipergunakan
adalah khashi'ah, bukan khasi’in, yang dipakai untuk wujud-wujud berakal. Penggunaan kata kiradatan (kera) itu dimaksudkan untuk
menegaskan bahwa sebagaimana kera itu
binatang hina, begitu pula
orang-orang Bani Israil (Yahudi) senantiasa
akan dihinakan di dunia ini dan
sungguh pun mereka mempunyai sumber-sumber
daya besar dalam harta dan pendidikan, mereka tidak akan memiliki
suatu kubu pertahanan (negara) di
bumi secara permanen, arti akar kata qiradatan menunjukkan kenistaan dan kehinaan
dan pula kerendahan martabat.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ ہَلۡ تَنۡقِمُوۡنَ مِنَّاۤ اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ وَ
مَاۤ اُنۡزِلَ اِلَیۡنَا وَ مَاۤ اُنۡزِلَ مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اَنَّ اَکۡثَرَکُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ قُلۡ ہَلۡ اُنَبِّئُکُمۡ بِشَرٍّ مِّنۡ ذٰلِکَ
مَثُوۡبَۃً عِنۡدَ اللّٰہِ ؕ مَنۡ لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ
مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ وَ الۡخَنَازِیۡرَ
وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ ؕ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ
عَنۡ سَوَآءِ السَّبِیۡلِ ﴿﴾
Katakanlah:
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu membenci serta mencela kami hanya karena kami telah beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan sebelum ini, padahal sesungguhnya kebanya-kan kamu orang-orang durhaka?” Katakanlah: “Maukah aku
beritahukan kepada kamu yang lebih
buruk daripada itu mengenai pembalasan
dari sisi Allah? مَنۡ
لَّعَنَہُ اللّٰہُ وَ غَضِبَ عَلَیۡہِ وَ جَعَلَ مِنۡہُمُ الۡقِرَدَۃَ وَ الۡخَنَازِیۡرَ وَ عَبَدَ الطَّاغُوۡتَ -- Yaitu orang-orang yang dilaknati Allah, dan kepadanya Dia murka dan menjadikan sebagian dari mereka kera-kera,
babi-babi dan yang
menyembah syaitan. اُولٰٓئِکَ
شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ عَنۡ
سَوَآءِ السَّبِیۡلِ -- Mereka
itu berada di tempat yang buruk dan
tersesat jauh dari jalan lurus.
(Al-Maidah [5]:60-81).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan kata “kera”
dan “babi” telah dipergunakan di sini dalam artian kiasan. Kebiasaan tertentu merupakan ciri khas binatang-binatang tertentu pula. Ciri-ciri khas itu tidak dapat digambarkan sepenuhnya kalau binatang yang mempunyai kebiasaan
itu tidak disebut namanya dengan jelas.
Kera terkenal karena sifat penirunya dan babi ditandai oleh kebiasaan-kebiasaan
kotor dan tidak bermalu dan juga
oleh kebodohannya. Ungkapan, “yang
menyembah kepada syaitan,” menunjukkan bahwa kata-kata “kera” dan “babi” telah dipergunakan di sini secara kiasan, karena dalam kenyataan tidak ada di kalangan Bani Israil yang benar-benar “menyembah
syaitan”, melainkan mengikuti langkah-langkah
syaitan (QS.2:169 & 209; QS.24:22).
Thaghut berarti pula:
iblis; berhala; orang sesat, orang yang melampaui batas; orang yang menyesatkan orang lain dari
jalan lurus dan benar; segala bentuk berhala
dan lain-lain (QS.2:258; QS.4:61), berikut firman-Nya kepada Nabi Besar
Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ
اِلَی الَّذِیۡنَ اُوۡتُوۡا نَصِیۡبًا مِّنَ الۡکِتٰبِ یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡجِبۡتِ
وَ الطَّاغُوۡتِ وَ یَقُوۡلُوۡنَ لِلَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ہٰۤؤُلَآءِ اَہۡدٰی مِنَ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا سَبِیۡلًا ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ
الَّذِیۡنَ لَعَنَہُمُ اللّٰہُ ؕ وَ مَنۡ یَّلۡعَنِ اللّٰہُ فَلَنۡ تَجِدَ
لَہٗ نَصِیۡرًا ﴿ؕ ﴾
Tidakkah engkau melihat orang-orang yang diberi bagian dari Kitab? Mereka mempercayai
jibt dan thāghūt,
dan mereka mengatakan me-ngenai
orang-orang kafir: ہٰۤؤُلَآءِ اَہۡدٰی
مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا سَبِیۡلًا -- “Mereka ini orang-orang yang lebih mendapat petunjuk daripada orang-orang yang beriman.” اُولٰٓئِکَ الَّذِیۡنَ لَعَنَہُمُ اللّٰہُ -- Mereka inilah orang-orang yang dilaknat Allah, dan barangsiapa dilaknat Allah maka engkau tidak akan pernah memperoleh seorang
penolong pun baginya. (An-Nisa
[4]:52-53).
Al-jibt berarti: berhala atau
berhala-berhala; sesuatu yang di dalamnya tidak terdapat kebaikan; tukang
nujum; syaitan (Lexicon Lane).
Orang-orang Islam mempercayai semua nabi yang namanya
tercantum dalam Bible dan juga mempercayai bahwa syariat (Taurat) yang diberikan kepada Nabi Musa a.s.. bersumber pada Tuhan. Akan tetapi demikian besar kebencian orang-orang Yahudi terhadap orang-orang Islam, sehingga mereka menyatakan bahwa orang-orang musyrik Arab yang menolak Kitab-kitab mereka adalah lebih mendapat petunjuk daripada orang-orang
Islam.
Hukuman Allah Swt.
yang Mengikuti Orang-orang Yahudi di Berbagai Zaman
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai hukuman-Nya
yang senantiasa akan menimpa orang-orang Yahudi:
وَ اِذۡ
تَاَذَّنَ رَبُّکَ لَیَبۡعَثَنَّ عَلَیۡہِمۡ اِلٰی یَوۡمِ الۡقِیٰمَۃِ مَنۡ
یَّسُوۡمُہُمۡ سُوۡٓءَ الۡعَذَابِ ؕ اِنَّ
رَبَّکَ لَسَرِیۡعُ الۡعِقَابِ ۚۖ وَ اِنَّہٗ
لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika Rabb (Tuhan) engkau mengumumkan bahwa niscaya Dia
akan mengutus kepada
mereka orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang sangat buruk hingga Hari Kiamat. Sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar sangat
cepat dalam menghukum dan sesungguhnya
Dia benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Al-A’rāf [7]:168).
Ayat ini dan juga beberapa ayat berikutnya
menunjukkan bahwa kaum yang dikatakan
sebagai “kera-kera yang hina” dalam ayat sebelumnya itu tidak
sungguh-sungguh berubah menjadi kera, melainkan mereka itu tetap makhluk manusia walaupun mereka
menjalani peri kehidupan yang hina
dan dipandang rendah oleh orang-orang
lain juga, seperti yang dialami oleh orang-orang
Yahudi, contohnya ketika mereka menjadi
target kezaliman kaum Nazi pimpinan Adolf Hitler di Jerman.
Jelas dari beberapa ayat Al-Quran,
bahwa Allah Swt. sangat lambat dalam menghukum orang-orang durhaka.
Dia berkali-kali memberi tenggang waktu
kepada mereka. Kata-kata اِنَّ رَبَّکَ
لَسَرِیۡعُ الۡعِقَابِ -- “Sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau benar-benar sangat
cepat dalam menghukum” itu dimaksudkan bahwa bila pada akhirnya hukuman ditetapkan menimpa satu kaum, hukuman itu datangnya cepat dan tak ada sesuatu yang dapat memperlambat kedatangannya.
Namun walau pun demikian pintu untuk taubat
kepada Allah Swt. bagi mereka -- dan bagi semua umat manusia -- tetap terbuka,
sebagaimana lanjutan ayat tersebut: وَ
اِنَّہٗ لَغَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ
-- “dan sesungguhnya Dia
benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai orang-orang Yahudi, bahwa di
kalangan mereka pun ada pula orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah Swt.
dan Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka
(QS.2:88-89):
وَ قَطَّعۡنٰہُمۡ
فِی الۡاَرۡضِ اُمَمًا ۚ مِنۡہُمُ الصّٰلِحُوۡنَ وَ مِنۡہُمۡ دُوۡنَ ذٰلِکَ ۫ وَ
بَلَوۡنٰہُمۡ بِالۡحَسَنٰتِ وَ السَّیِّاٰتِ لَعَلَّہُمۡ یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membagi mereka menjadi berbagai bangsa yang terpisah-pisah di bumi. Di antara mereka ada orang-orang yang saleh, dan di antara mereka ada yang tidak demikian.
Dan Kami menguji mereka dengan berbagai kebaikan dan keburukan supaya mereka kembali kepada yang haq. (Al-A’rāf [7]:169).
Generasi Penerus Para Hawari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang
Menjadi Pecinta Kehidupan Duniawi
Selanjutnya Allah Swt. mengemukakan generasi penerus mereka yang beriman kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
tetapi kemudian mereka bukan saja
telah menyimpang dari Tauhid Ilahi
yang diajarkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
dalam Injil
(QS.5:117-119), bahkan mereka menjadi pencinta kehidupan duniawi bertentangan
dengan ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. mengenai larangan “mengumpulkan harta di dunia” (Matius 6:19-34), firman-Nya:
فَخَلَفَ
مِنۡۢ بَعۡدِہِمۡ خَلۡفٌ وَّرِثُوا الۡکِتٰبَ یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا
الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا ۚ وَ اِنۡ یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ
مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ ؕ اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ
لَّا یَقُوۡلُوۡا عَلَی اللّٰہِ اِلَّا
الۡحَقَّ وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ ؕ وَ
الدَّارُ الۡاٰخِرَۃُ خَیۡرٌ لِّلَّذِیۡنَ یَتَّقُوۡنَ ؕ اَفَلَا تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾ وَ الَّذِیۡنَ
یُمَسِّکُوۡنَ
بِالۡکِتٰبِ وَ اَقَامُوا الصَّلٰوۃَ ؕ اِنَّا لَا نُضِیۡعُ اَجۡرَ
الۡمُصۡلِحِیۡنَ ﴿﴾
Maka datang menggantikan sesudah mereka,
suatu generasi pengganti
yang mewarisi Kitab Taurat itu,
mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” Dan jika
datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka
dalam Kitab bahwa mereka
tidak akan mengatakan sesuatu terhadap Allah kecuali yang haq, dan mereka
telah mempelajari apa
yang tercantum di dalamnya? Padahal kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa,
apakah kamu tidak mau mengerti? Dan orang-orang yang berpegang teguh pada Kitab itu dan
mendirikan shalat,
sesungguhnya Kami tidak akan
menyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang melakukan perbaikan. (Al-A’rāf [7]:170-171).
'Aradha artinya: barang yang tidak kekal; barang-barang
duniawi yang rendah nilainya; barang-barang dagangan atau komoditi-komoditi duniawi; benda atau sesuatu (Lexicon Lane). Jadi, maka
kalimat یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی -- “mereka mengambil
harta dunia yang rendah
ini,” mengisyaratkan perubahan yang
sangat bertolak belakang dari para
pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di
zaman awal yang disebut sebagai “Ashhabul-Kahfi” (para penghuni gua) yakni yang
mencari kehidupan akhirat, tetapi
kemudian setelah mereka mengikuti ajaran
Paulus berubah menjadi “agama prasasti” yaitu
mencintai kehidupan duniawi
yang tidak kekal (QS.18:10-13): یَاۡخُذُوۡنَ عَرَضَ ہٰذَا الۡاَدۡنٰی وَ یَقُوۡلُوۡنَ سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “mereka mengambil harta dunia yang rendah ini dan mereka mengatakan: “Pasti kami akan diampuni.” وَ اِنۡ
یَّاۡتِہِمۡ عَرَضٌ مِّثۡلُہٗ یَاۡخُذُوۡہُ -- Dan jika
datang kepada mereka harta semacam itu lagi mereka akan mengambilnya.”
Berikut ini adalah ajaran
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Yesus
dalam Bible mengenai “hal mengumpulkan harta”:
6:19 "Janganlah kamu
mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya
dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 6:22 Mata adalah pelita
tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang
ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. 6:24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian,
ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi
kepada Allah dan kepada Mamon. 6:25 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang
hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa
yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan
tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? 6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak
menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan
oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan
sehasta saja pada jalan hidupnya? i 6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di
ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun
tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok
dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang
yang kurang percaya? 6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami
makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? 6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi
Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah
dan kebenarannya , maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Matius
6:19-33).
“Trinitas”
dan “Penebusan Dosa” yang Tidak Diajarkan Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Kemudian
ucapan mereka: سَیُغۡفَرُ لَنَا -- “Pasti
kami akan diampuni” mengisyaratkan
kepada faham “Trinitas” dan “penebusan dosa”
yang diajarkan Paulus dalam beberapa surat kirimannya. Allah Swt.
berfirman: اَلَمۡ یُؤۡخَذۡ عَلَیۡہِمۡ مِّیۡثَاقُ الۡکِتٰبِ اَنۡ لَّا یَقُوۡلُوۡا
عَلَی اللّٰہِ اِلَّا الۡحَقَّ -- “Bukankah telah diambil perjanjian dari mereka dalam Kitab
bahwa mereka tidak akan mengatakan sesuatu
terhadap Allah kecuali yang haq,
وَ دَرَسُوۡا مَا فِیۡہِ -- dan
mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya?” (QS.7:171).
Darasa berarti: (1) ia membaca atau menelaah buku; (2) ia
meniadakan, menghapuskan atau melenyapkan sesuatu (Lexicon Lane). Sehubungan dengan terjadinya
penyimpangan Tauhid Ilahi di kalangan Bani
Israil dan generasi penerusnya
yang beriman kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s tersebut, .
dalam Surah lain Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ
قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ
وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ
مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ
بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ
اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی
الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ
کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani ber-kata:
“Al-Masih adalah anak Allah.” ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ -- Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ۫ اَنّٰی یُؤۡفَکُوۡنَ -- Allah
membinasakan mereka, bagaimana mereka
sampai dipalingkan dari Tauhid? اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا
مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ -- Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, وَ مَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ -- padahal
mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang
Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.
یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ -- Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah
dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai. ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ -- Dia-lah
Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan agama yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama وَ لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ -- walau pun orang-orang musyrik tidak menyukainya (Taubah
[9]:30-33).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 21 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar