Senin, 04 Mei 2015

Hakikat Surga Diumpamakan "Kebun-kebun yang di Bawahnya Mengalir Sungai-sungai" & Kasymir Adalah Salah Satu "Jannah" (Kebun Surgawi) di Dunia




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 44

    
   Hakikat Surga Diumpamakan  Kebun-kebun yang di Bawahnya Mengalir Sungai-sungai & Kasymir   Adalah Salah Satu “Jannah” (Kebun Surgawi) di Dunia
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai   Surah Al-Muthaffifīn tentang orang-orang yang “terhijab” (terhalang) dari memandang penampakkan Allah Swt. di dunia dan di akhirat   -- termasuk di Akhir Zaman ini melalui kedatangan Rasul Akhir Zaman  --  sehingga mereka di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta (QS,17:72-73; QS.20:125-129), firman-Nya: 
وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾  وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ  اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah yang engkau ketahui,  apa  sijjīn itu?  Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.  Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --  Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka.  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ --  Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam.    ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ   -- Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.” (Al-Muthaffifīn [83]:9-18).

Minuman Surgawi Orang-orang yang  Ibadah dan Mengorbanannya Disebut “Mabrūr”

       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang  mabrur” yakni para pelaku “kebajikan” (birr), yang memiliki “kedekatan” (qurb) dengan Allah Swt:
کَلَّاۤ  اِنَّ  کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ ﴿ؕ﴾   وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ ﴿ؕ﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ﴿ۙ﴾  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ ﴿ۚ﴾  یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ ﴿ۙ﴾  خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ ﴿ؕ﴾  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali tidak, sesungguh-nya rekaman orang-orang yang baik  (al-abrār) itu niscaya ada di dalam ‘illiyyīn.  Dan tahukah  engkau   apa ‘illiyyūn  itu?    Yaitu sebuah Kitab tertulis.  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- orang-orang didekatkan kepada Allah  akan  menyaksikannya. اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ --   Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar  dalam kenikmatan,  عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ  -- Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ  --   Engkau dapat mengenal  kesegaran nikmat itu pada wajah mereka.   یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ --  Mereka akan diberi minum dari minuman yang bermeterai. خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ  -- Meterainya kesturi. Dan  yang demikian itu mereka yang menginginkan  hendaknya menginginkannya.  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ  --  dan  campurannya adalah tasnīm,  عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ  --  Mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.   (Al-Muthaffifīn [83]:19-28).
        Penjelasan mengenai ayat-ayat surah  Al-Muthaffifīn  tersebut telah dijelaskan dalam Bab-bab sebelumnya, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  orang-orang yang mentertawakan Rasul Allah dan para pengikutnya   di dunia, tetapi  di akhirat mereka itu akan menjadi “orang-orang yang dekat” (muqarab) dengan Allah Swt.:
   اِنَّ  الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا  مَرُّوۡا بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا  انۡقَلَبُوۡۤا  اِلٰۤی  اَہۡلِہِمُ  انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ ﴿ؕ﴾  فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang berdosa biasa menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka lewat di dekat mereka itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan  apabila  mereka kembali kepada sanak-saudara mereka, mereka kembali dengan gembira. وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا  --    dan apabila mereka melihat mereka itu, mereka berkata, اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ  --  “Sesungguhnya  mereka itu benar-benar sesat!”  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ  --  Padahal mereka tidak diutus kepada mereka itu sebagai penjaga. فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ --  Maka, pada hari itu orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir akan menertawakan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ --  Mereka duduk di atas dipan-dipan   sambil  memandang. ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ --  “Bukankah orang-orang kafir  diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn [83]:29-37). 

Mengapa Surga  Disebut “Jannah” (Kebun) yang “di Bawahnya Mengalir  Sungai-sungai”

   Sebagaimana yang terjadi terhadap Nabi Nuh a.s. ketika beliau mulai membuat “bahtera” (perahu) atas perintah Allah Swt. (QS.11:38-40), demikian pula orang-orang kafir di setiap zaman pengutusan Rasul Allah, mereka  biasa dengan diam-diam menertawakan  para rasul Allah dan para pengikutnya, termasuk menertawakan nubuatan-nubuatan mengenai penyebaran serta kemenangan Islam secara cepat, yang dikumandangkan Nabi Besar Muhammad saw.  pada saat ketika Islam sedang berjuang mati-matian mempertahankan wujudnya sendiri.
   Tetapi kemudian keadaan   menjadi berubah, ketika pihak yang “menertawakan” akan menjadi pihak yang “ditertawakan”, yakni mereka mendapat kehinaan dari Allah Swt. ketika azab  Ilahi yang diperingatkan kepada mereka oleh Rasul Allah    menimpa mereka secara tiba-tiba, sebagaimana firman-Nya berikut ini mengenai kaum Nabi Nuh a.s.:
وَ اصۡنَعِ الۡفُلۡکَ بِاَعۡیُنِنَا وَ وَحۡیِنَا وَ لَا تُخَاطِبۡنِیۡ فِی الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡا ۚ اِنَّہُمۡ مُّغۡرَقُوۡنَ ﴿﴾  وَ یَصۡنَعُ الۡفُلۡکَ ۟ وَ کُلَّمَا مَرَّ عَلَیۡہِ مَلَاٌ مِّنۡ قَوۡمِہٖ  سَخِرُوۡا مِنۡہُ ؕ قَالَ  اِنۡ تَسۡخَرُوۡا مِنَّا فَاِنَّا نَسۡخَرُ  مِنۡکُمۡ کَمَا  تَسۡخَرُوۡنَ ﴿ؕ﴾
“Dan buatlah bahtera itu di hadapan pengawasan mata  Kami dan  sesuai dengan wahyu Kami. Dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku mengenai orang yang zalim, sesungguhnya mereka itu  akan ditenggelamkan.”    Dan ia mulai membuat bahtera itu, dan setiap kali pemuka-pemuka kaumnya sedang melewatinya, mereka itu menertawakannya. Ia, Nuh, ber-kata:  Jika kini kamu mentertawakan kami  maka saat itu akan datang ketika kami pun akan mentertawakanmu, seperti kamu mentertawakan kami. (Hūd [11]:38-39).
        Kata-kata ayat عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ --  Mereka duduk di atas dipan-dipan   sambil  memandang”  berarti: (1) sambil duduk di atas singgasana kemuliaan, orang beriman akan menyaksikan nasib sedih yang akan menimpa orang-orang kafir yang takabbur. (2) sambil duduk di atas singgasana kekuasaan mereka akan berlaku adil terhadap orang banyak, (3) mereka akan menaruh perhatian layak terhadap keperluan orang lain, itu pula arti kata nazhara (Lexicon Lane).
   Dengan demikian benarlah firman Allah Swt.  mengenai ganjaran bagi orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya serta  beramal shaleh  yaitu “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai”, firman-Nya:
وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ؕ  کُلَّمَا رُزِقُوۡا مِنۡہَا مِنۡ ثَمَرَۃٍ رِّزۡقًا ۙ قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ ۙ وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا ؕ وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ ﴿﴾
Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rezeki,  قَالُوۡا ہٰذَا الَّذِیۡ رُزِقۡنَا مِنۡ قَبۡلُ  -- mereka berkata: “Inilah yang telah direzekikan kepada kami sebelumnya,  وَ اُتُوۡا بِہٖ مُتَشَابِہًا  --  akan diberikan kepada mereka yang serupa dengannya,  وَ لَہُمۡ فِیۡہَاۤ اَزۡوَاجٌ مُّطَہَّرَۃٌ ٭ۙ وَّ ہُمۡ فِیۡہَا خٰلِدُوۡنَ --  dan bagi mereka di dalamnya ada  jodoh-jodoh yang suci,  dan mereka akan kekal di dalamnya.   (Al-Baqarah [2]:26). Lihat pula QS.3:16, 134, 196, 199; QS.4:14, 58, 123; QS.5:13, 86;  QS.7:44; QS.:72, 89, 100; QS.10:10;  QS.13:36; QS.22:15, 24; QS.25:11;  QS.32:18; QS.47:16; QS.58:23; QS.61:13; QS.64:10.
         Pada hakikatnya sebutan “jannah” (kebun-kebun) berkenaan dengan “surga” menggambarkan  atau   perumpamaan    iman,  sedangkan “sungai-sungai  yang mengalir  di bawahnya” menggambarkan  atau  perumpamaan amal  shaleh, sebab sebagaimana halnya  kesuburan “kebun-kebun”  di dunia ini memerlukan  keberadaan  pengairan yang memadai berupa keberadaan “sungai-sungai”, demikian pula halnya dalam dunia keruhanian   kebun-kebun iman” pun akan  tumbuh subur” jika disertai amal shaleh.

Jannah” Tempat Tinggal Nabi Adam a.s. dan “Istrinya” (Jamaahnya)  Adalah Sebuah Kawasan  Subur di  Mesopotamia

        Jannah” atau “kebun-kebun” yang  di bawahnya “mengalir sungai-sungai” seperti itulah yang akan memberikan  perlindungan atau naungan atau memberikan  jaminan hidup kepada orang-orang yang berada di dalamnya, sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini mengenai  jannah” (kebun) tempat tinggal Nabi Adam a.s. dan istrinya (jemaat beliau), yaitu suatu kawasan subur di Mesopotamia yang dialiri sungai Tigris dan sungai Efrat:
وَ اِذۡ  قُلۡنَا لِلۡمَلٰٓئِکَۃِ اسۡجُدُوۡا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوۡۤا   اِلَّاۤ   اِبۡلِیۡسَ ؕ اَبٰی ﴿﴾  فَقُلۡنَا یٰۤـاٰدَمُ  اِنَّ  ہٰذَا عَدُوٌّ لَّکَ وَ لِزَوۡجِکَ فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی  ﴿﴾ اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی ﴿﴾ۙ وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی ﴿﴾
Dan ingatlah  ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah yakni tunduk patuhlah kamu kepada Adam," maka mereka  sujud kecuali iblis, ia menolak. Lalu Kami berfirman: "Hai Adam,  sesungguhnya orang ini adalah musuh bagi engkau dan bagi istri engkau, فَلَا یُخۡرِجَنَّکُمَا مِنَ الۡجَنَّۃِ فَتَشۡقٰی   -- maka   jangan  sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari kebun  maka kamu menderita kesulitan. اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی --  "Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang,  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی  --  dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari.  (Thā Hā [20]:117-120).
   Dalam ayat 17 Nabi Adam a.s.  diperingatkan Allah Swt. bahwa jika beliau menyerah kepada bujukan syaitan dan menerima nasihatnya yang  berisi  tipu-daya maka beliau akan menjadi mahrum (luput) dari jannah (kebun) yaitu  kehidupan berbahagia dan ketenteraman ruhani yang sebelumnya telah beliau nikmati  karena adanya “jaminan kehidupan” yang lengkap di dalamnya.
    Isyarat dalam ayat-ayat اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی --  "Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang,  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی  --  dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari”     nampaknya ditujukan kepada kemudahan dan kesenangan yang tidak terpisahkan dari kehidupan beradab.
    Dua ayat ini mengisyaratkan kepada kenyataan bahwa penyediaan pangan, sandang, dan perumahan bagi rakyat — sarana-sarana keperluan hidup yang pokok — merupakan tugas utama bagi suatu pemerintah beradab, dan bahwa suatu masyarakat  baru dapat dikatakan masyarakat beradab, bila semua warga masyarakat itu dicukupi keperluan-keperluan tersebut di atas.
    Umat manusia akan terus menderita dari pergolakan-pergolakan sosial dan warna akhlak masyarakat umat manusia tidak akan mengalami perbaikan hakiki, selama kepincangan yang parah di bidang ekonomi — yaitu sebagian lapisan masyarakat berkecimpung dalam kekayaan, sedang sebagian lainnya mati  kelaparan — tidak dihilangkan.
   Nabi Adam a.s.  diberitahukan di sini bahwa beliau akan tinggal di sebuah tempat di mana kesenangan dan keperluan hidup akan tersedia dengan secukupnya bagi semua penduduknya. Keadaan ini telah dijelaskan di tempat lain dalam Al-Quran dengan kata-kata  dan makanlah darinya sepuas hati di mana pun kamu berdua suka” (QS.2:36).
   Ayat yang sedang dibahas ini menunjukkan pula, bahwa semenjak Nabi Adam a.s.  mulailah suatu tata-tertib dalam kemasyarakatan yang baru, dan bahwa beliau meletakkan dasar pemerintahan yang meratakan jalan bagi masa kemajuan manusia dalam bidang kemasyarakatan.

Kasymir Merupakan “Jannah” bagi Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya

     Ringkasnya,   ungkapan kalimat “kebun-kebun” dan “sungai-sungai” dalam ayat:  وَ بَشِّرِ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ  --   “Dan berilah kabar gembira  orang-orang yang beriman dan beramal saleh bahwa sesungguhnya  untuk mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai,” menggambarkan janji perlindungan  Allah Swt. kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh  sebagaimana perlindungan  yang secara alami diberikan suatu wilayah subur  yang memiliki banyak “sumber mata air” terhadap orang-orang  yang berada di wilayah tersebut, yakni: اِنَّ  لَکَ  اَلَّا  تَجُوۡعَ  فِیۡہَا وَ لَا  تَعۡرٰی --  "Sesungguhnya engkau tidak akan kelaparan di dalam­nya  dan tidak pula engkau akan telanjang,  وَ اَنَّکَ لَا  تَظۡمَؤُا فِیۡہَا وَ لَا تَضۡحٰی  --  dan sesungguhnya engkau tidak akan kehausan di dalamnya dan tidak pula akan disengat panas matahari”   (Thā Hā [20]:119-120).   
     Berikut firman-Nya mengenai keadaan tempat tinggal terakhir Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam akhir pengembaraannya sebagai Al-Masih    -- dan  sebagai penggembala “domba-domba Israil” yang  tercerai-berai di luar kawasan Palestina --  firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
  Pada masa awal  pengutusan para rasul Allah,   keadaan duniawi para penentang rasul Allah bagaikan “Jannah” yang  memiliki berbagai sarana penunjang kehidupan yang berlimpah-ruah, tetapi sebaliknya, keadaan kehidupan duniawi  para Rasul Allah  dan pengikut mereka  sama sekali tidak ada memiliki laungan apa pun kecuali janji pertolongan Allah Swt. kepada mereka,  sehingga Rasul Allah dan para pengikutnya   menjadi sasaran hinaan dan perolok-olokan dari para pemuka kaum yang mendustakan dan menentang para rasul Allah tersebut (QS.11:26-28; QS.26:106-112),  sebagaimana firman-Nya sebelum ini: 
   اِنَّ  الَّذِیۡنَ اَجۡرَمُوۡا کَانُوۡا مِنَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا یَضۡحَکُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا  مَرُّوۡا بِہِمۡ یَتَغَامَزُوۡنَ ﴿۫ۖ﴾ وَ اِذَا  انۡقَلَبُوۡۤا  اِلٰۤی  اَہۡلِہِمُ  انۡقَلَبُوۡا فَکِہِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ ﴿ؕ﴾  فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ ﴿ۙ﴾ عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang berdosa biasa menertawakan orang-orang yang beriman.   Dan apabila mereka lewat di dekat mereka itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan  apabila  mereka kembali kepada sanak-saudara mereka, mereka kembali dengan gembira. وَ اِذَا رَاَوۡہُمۡ قَالُوۡۤا  --    dan apabila mereka melihat mereka itu, mereka berkata, اِنَّ ہٰۤؤُلَآءِ لَضَآلُّوۡنَ  --  “Sesungguhnya  mereka itu benar-benar sesat!”  وَ  مَاۤ  اُرۡسِلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  حٰفِظِیۡنَ  --  Padahal mereka tidak diutus kepada mereka itu sebagai penjaga. فَالۡیَوۡمَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنَ الۡکُفَّارِ یَضۡحَکُوۡنَ --  Maka, pada hari itu orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir akan menertawakan, عَلَی الۡاَرَآئِکِ ۙ یَنۡظُرُوۡنَ --  Mereka duduk di atas dipan-dipan   sambil  memandang. ہَلۡ  ثُوِّبَ الۡکُفَّارُ  مَا کَانُوۡا یَفۡعَلُوۡنَ --  “Bukankah orang-orang kafir  diganjar untuk apa yang senantiasa mereka kerjakan? (Al-Muthaffifīn [83]:29-37). 

Surga Duniawi  di Mesir yang Berhasil Dibangun Dinasti Fir’aun

       Berikut ini firman Allah Swt. mengenai  ketakaburan Fir’aun yang membanggakan “surga duniawi” yang dimilikinya:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata:  یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ  --  "Hai kaumku,  bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?   اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ  -- Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang   yang hina ini  dan ia (Musa) tidak dapat menjelaskan?  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ --   Mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya  malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?"  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ  --  Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka.  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ  -- Maka ketika mereka membuat Kami murka,  Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua,   فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ    -- lalu  Kami menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal bagi kaum yang akan datang  (Az-Zukhruf [43]:52-57). Lihat pula QS.44:18-32.
       Jadi, dalam kenyataannya “surga duniawi” yang  dibanggakan dinasti Fira’un  di Mesir  sama sekali tidak memberikan perlindungan kepada Fir’aun dari kemurkaan Allah Swt., sebagaimana yang dibanggakannya: یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ  --  "Hai kaumku,  bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?“ 

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 2 Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar