Senin, 18 Mei 2015

Melakukan "Mubahalah" (Tanding Doa) -- Bukan Melakukan Tindak Kekerasan -- Adalah "Jalan Terbaik" Menurut Al-Quran, Jika "Dialog" yang Dilakukan Mengalami "Jalan Buntu"




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 54

Melakukan Mubahalah (Tanding Doa) – Bukan Melakukan Tindak Kekerasan  -- Adalah Jalan yang Terbaik Menurut Al-Quran,  Jika “Dialog” yang Dilakukan  Mengalami Jalan Buntu
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai keburukan golongan Ahli Kitab yang  selalu mendustakan rasul-rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga ketika Allah Swt. menubuatkan kedatangan “nabi yang seperti Musa” – yakni Nabi Besar Muhammad saw.  – mereka pun mendustakannya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ  فَفَرِیۡقًا کَذَّبۡتُمۡ  ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ ﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾   بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan  sungguh   Kami benar-benar telah  berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya,  dan  Kami  berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus.   اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ  -- Maka apakah patut setiap datang kepada kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu  kamu berlaku takabur, lalu  sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh?  وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ  فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ   -- Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.Tidak,  bahkan Allah telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka  maka sedikit sekali apa yang mereka imani.  وَ لَمَّا جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ  ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا  --  dan tatkala datang kepada mereka sebuah Kitab yakni  Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelum itu mereka senantiasa memohon kemenangan  atas orang-orang kafir, فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ   -- tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya  maka laknat Allah atas orang-orang kafir.   بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ  اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ  بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ   --  Sangat buruk hal yang  dengan itu mereka telah menjual dirinya    yakni  mereka  kafir  kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya,  فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ  لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ مُّہِیۡنٌ  -- lalu   mereka ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi orang-orang kafir ada azab yang menghinakan.  (Al-Baqarah [2]:88-91).

Bangsa “Pilihan Tuhan    Menjadi Bangsa yang Dimurkai Allah Swt.

         Ayat 90: فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ   -- tetapi tatkala  datang kepada mereka  apa yang mereka  kenali itu lalu mereka kafir  kepadanya  maka laknat Allah atas orang-orang kafir,”  berarti bahwa orang-orang Yahudi biasa membukakan kepada orang-orang musyrik Arab  --  yakni  Bani Isma’il   -- kenyataan bahwa ada nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang kedatangan seorang Nabi Allah  yang “seperti Musa” (Ulangan 18:18 dan 28:1-2), yang akan menyebarkan kebenaran ke seluruh dunia
        Tetapi ketika Nabi Allah itu  yakni Nabi Besar Muhammad saw. sungguh-sungguh muncul, sekali pun  orang-orang dari antara mereka yang telah melihat Tanda-tanda dari Allah  swt.  menjadi sempurna dalam diri beliau saw.,  mereka berpaling dari beliau saw..
       Atau mungkin pula artinya, bahwa sebelum diutusnya Nabi Besar Muhammad saw.  orang-orang Yahudi biasa mendoa dengan khusyuk kepada  Allah Swt. agar membangkitkan seorang nabi yang akan menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam, 1, 150).
        Namun   ketika Nabi Allah yang untuknya mereka terus-terus mendoa itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan haq (kebenaran) di atas kepalsuan mulai nampak, lalu  mereka mendustakannya dan sebagai akibat  penolakan  mereka  itu  maka  laknat Allah Swt.  telah menimpa  mereka, sehingga “bangsa pilihan Tuhan” tersebut telah berubah menjadi “bangsa yang dimurkai  Allah Swt., sebagaimana tercantum dalam  Surah Al-Fatihah ayat 6-7,  agar menjadi pelajaran bagi umat Islam  jika  melakukan hal   buruk yang sama, firman-Nya:   
اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬  غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Tunjukilah kami   jalan yang lurus,  yaitu jalan  orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka,  bukan jalan mereka  yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka  yang sesat.”
        Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai pendakwaan palsu  golongan Ahli Kitab sebagai satu-satunya bangsa yang  berhak memperoleh najat (keselamatan) serta sebagai pewaris surga  (QS.2:112 & 114; QS.5:19), berikut firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا  اِنۡ  زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ  اَوۡلِیَآءُ  لِلّٰہِ  مِنۡ  دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الۡمَوۡتَ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا یَتَمَنَّوۡنَہٗۤ  اَبَدًۢا  بِمَا قَدَّمَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلِیۡمٌۢ   بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ  اِنَّ الۡمَوۡتَ الَّذِیۡ تَفِرُّوۡنَ مِنۡہُ  فَاِنَّہٗ مُلٰقِیۡکُمۡ  ثُمَّ  تُرَدُّوۡنَ  اِلٰی عٰلِمِ الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  فَیُنَبِّئُکُمۡ  بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾
Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwasanya kamu sahabat Allah dengan menyampingkan manusia lainnya  maka inginkanlah kematian,   jika kamu orang-orang benar. Tetapi mereka tidak menginginkannya selama-lamanya karena apa yang telah diperbuat tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Katakanlah:  “Sesungguhnya ke-matian yang kamu lari darinya maka sesungguhnya itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, lalu Dia akan memberitahukan kepada kamu mengenai apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jumu’ah [62]:7-9).

Pendakwaan Dusta Sebagai Para “Kekasih” Allah  Swt.

          Makna ayat  قُلۡ یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا  اِنۡ  زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ  اَوۡلِیَآءُ  لِلّٰہِ  مِنۡ  دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الۡمَوۡتَ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ   -- “Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwasanya kamu sahabat Allah dengan menyampingkan manusia lainnya  maka inginkanlah kematian,   jika kamu orang-orang benar,” mengisyaratkan kepada pendakwaan dusta mereka yang dikemukakan Allah Swt. dalam firman-Nya berikut ini:
وَ قَالُوۡا لَنۡ یَّدۡخُلَ الۡجَنَّۃَ اِلَّا مَنۡ کَانَ ہُوۡدًا اَوۡ نَصٰرٰی ؕ تِلۡکَ اَمَانِیُّہُمۡ ؕ قُلۡ ہَاتُوۡا بُرۡہَانَکُمۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka berkata:  Tidak akan pernah ada yang akan masuk surga, kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani.” Ini hanyalah angan-angan mereka belaka. Katakanlah: “Kemukakanlah bukti-bukti kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah [2]:112).
        Orang-orang Yahudi dan Kristen kedua-duanya berkhayal kosong bahwa hanya orang Yahudi atau Kristen saja yang dapat meraih najat (keselamatan). Padahal dalam kenyataannya kedua golongan Ahli-Kitab tersebut saling mengkafirkan satu-sama lain, firman-Nya:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی عَلٰی شَیۡءٍ ۪ وَّ قَالَتِ النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ ۙ وَّ ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ ؕ کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ قَوۡلِہِمۡ ۚ فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi mengatakan:  Orang-orang Nasrani sekali-kali  tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran,” dan orang-orang Nasrani mengatakan:  Orang-orang Yahudi sekali-kali tidak berdiri di atas  sesuatu kebenaran.” Padahal mereka membaca Alkitab yang sama. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui berkata  seperti ucapan mereka itu, maka pada Hari Kiamat Allah akan menghakimi di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah [2]:114).
        Syay’i berarti: sesuatu; sesuatu yang baik; kepentingan; apa yang dihendaki (Lexicon Lane). Tidak ada yang lebih asing di dalam jiwa Islam daripada perlawanan terhadap kebenaran. Islam mengajarkan bahwa semua agama mempunyai kebenaran-kebenaran tertentu dan suatu agama disebut benar, tidak karena memonopoli kebenaran, melainkan karena mempunyai segala kebenaran dan bebas dari segala bentuk ketidakbenaran.
       Sambil mengatakan mengenai dirinya agama yang sempurna dan lengkap (QS.5:4), tetapi  Islam dengan terus terang mengakui kebenaran dan kebaikan-kebaikan yang dimiliki oleh agama-agama lain. Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ  وَ النَّصٰرٰی  نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ  بِذُنُوۡبِکُمۡ ؕ بَلۡ  اَنۡتُمۡ  بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾
Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata:  Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa Dia mengazab kamu karena dosa-dosamu? Tidak, bahkan kamu adalah manusia-manusia biasa dari antara mereka yang telah Dia ciptakan.  Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan Dia mengazab siapa yang Dia kehendaki." Dan kepunyaan   Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi dan apa pun yang ada di antara keduanya, dan kepada-Nya-lah  kembali segala sesuatu.  (Al-Maidah [5]:19).
      Demikian pula di kalangan umat Islam pun masih banyak yang membangga-banggakan sebagai  sayyid  atau sadat atau habib, seakan-akan  najat (keselamatan) dan kemuliaan hanya menjadi hak mereka, padahal menurut Allah Swt. yang paling mulia  di sisi Allah Swt. di antara orang-orang beriman adalah  orang-orang yang paling  bertakwa (QS.49:14).

Kedudukan  Golongan Ahli Kitab Sebagai “Kaum Terpilih” Pada Zamannya Telah Berakhir

       Bahwa kedudukan kedua golongan “ahli Kitab” sebagai “kaum terpilih” pada zaman mereka  masing-masing tersebut telah berakhir,  akibat dosa-doa dan kedurhakaan yang mereka lakukan terhadap Allah Swt. dan  Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka (QS.2:89-90), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedatangan Rasul Allah  yang dijanjikan kepada mereka dari kalangan Bani Isma’il yaitu Nabi Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَہۡلَ الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ  رَسُوۡلُنَا یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی  فَتۡرَۃٍ  مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی  کُلِّ  شَیۡءٍ  قَدِیۡرٌ ﴿٪ ﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang  menjelaskan syariat kepada kamu  pada masa jeda pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan: “Tidak pernah datang kepada kami  seorang pemberi kabar gembira dan tidak pula seorang pemberi peringatan.”   Padahal sungguh  telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar gembira  dan pemberi peringatan., dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maidah [5]:19-20).
        Jadi, jelaslah bahwa terhadap berbagai pendakwaan dusta kedua golongan Ahli Kitab itulah maka Allah Swt. telah menantang mereka  untuk meminta kematian  agar mereka segera dapat menjadi para penghuni surga sebagaimana yang mereka dakwakan,  firman-Nya:
قُلۡ یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا  اِنۡ  زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ  اَوۡلِیَآءُ  لِلّٰہِ  مِنۡ  دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الۡمَوۡتَ  اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا یَتَمَنَّوۡنَہٗۤ  اَبَدًۢا  بِمَا قَدَّمَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلِیۡمٌۢ   بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ  اِنَّ الۡمَوۡتَ الَّذِیۡ تَفِرُّوۡنَ مِنۡہُ  فَاِنَّہٗ مُلٰقِیۡکُمۡ  ثُمَّ  تُرَدُّوۡنَ  اِلٰی عٰلِمِ الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ  فَیُنَبِّئُکُمۡ  بِمَا کُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾
Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwasanya kamu sahabat Allah dengan menyampingkan manusia lainnya  maka inginkanlah kematian,   jika kamu orang-orang benar. Tetapi mereka tidak menginginkannya selama-lamanya karena apa yang telah diperbuat tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim.   Katakanlah:  “Sesungguhnya ke-matian yang kamu lari darinya maka sesungguhnya itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, lalu Dia akan memberitahukan kepada kamu mengenai apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Jumu’ah [62]:7-9).

Perintah  Melakukan Mubahalah (Tanding Doa)

         Sebagai nubuatan, ayat-ayat tersebut dapat pula mengisyaratkan kepada Al- Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini yang akan  menantang mereka yang menyebut diri ‘ulama Islam    -- yang menurut sabda Nabi Besar Muhammad saw. akan memiliki persamaan dengan Yahudi dan Nashrani  --  yang mendustakan  pendakwaan   beliau serta menjatuhkan berbagai macam fatwa buruk  dan zalim mengenai  Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah  tersebut.
       Al-Masih Mau’ud a.s.   atas perintah Allah Swt. dan sesuai dengan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.  pun telah  melakukan mubahalah, yaitu pertandingan doa,  dan di dalam mubahalah itu diminta supaya kutukan Ilahi menimpa mereka yang mengada-adakan dusta terhadap Allah Swt., walau pun segala macam hujjah tak terbantahkan telah beliau dikemukakan kepada mereka,   firman-Nya:
 اَلۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُنۡ مِّنَ الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾  فَمَنۡ حَآجَّکَ فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا وَ اَنۡفُسَکُمۡ ۟ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾  اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ الۡقَصَصُ الۡحَقُّ ۚ وَ مَا مِنۡ  اِلٰہٍ  اِلَّا اللّٰہُ ؕ وَ اِنَّ اللّٰہَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ  بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Kebenaran ini dari Rabb (Tuhan) engkau maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu. فَمَنۡ حَآجَّکَ فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ  --  Tetapi barangsiapa membantah engkau mengenainya setelah datang kepada engkau ilmu, فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا وَ اَنۡفُسَکُم  --  maka katakanlah: “Marilah kita panggil anak-anak laki-laki kami dan anak-anak laki-lakimu, dan perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuanmu, dan orang-orang kami dan orang-orang kamu,  ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰذِبِیۡنَ -- kemudian kita   berdoa supaya  laknat Allah menimpa orang-orang yang berdusta.” Sesungguhnya ini benar-benar  kisah yang haq, dan sekali-kali tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali  Allah, dan sesungguhnya Allah,  Dia benar-benar Maha Perkasa, Maha Bijaksana. فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ  بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ  --  Lalu jika mereka berpaling  maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.  (Ali ‘Imran [62]:61-64).
   Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh Surah Ali ‘Imran  telah berakhir dalam ayat 62 ini. Rujukan  itu, seperti telah disebut di atas, tertuju kepada suatu perutusan orang-orang Kristen dari Najran, terdiri atas 40 orang dipimpin oleh kepala kabilah mereka ‘Abd-al-Masih, yang terkenal dengan nama Al-’Āqib. Mereka menjumpai  Nabi Besar Muhammad saw.  di masjid beliau saw. di Madinah, dan pertukaran pikiran tentang akidah yang dinamakan mereka ketuhanan Isa berlangsung beberapa lama.

Toleransi  Beragama yang Dicontohkan Nabi Besar Muhammad Saw.

        Ketika masalahnya telah dibahas secukupnya tetapi  para anggota delegasi Kristen ternyata masih tetap berpegang pada ajaran mereka, maka  Nabi Besar Muhammad saw.  mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat ini, sebagai langkah penghabisan mengajak mereka untuk ikut serta dengan beliau saw. dalam semacam adu kekuatan doa dan yang secara teknis disebut mubahalah, yakni menyeru agar kutukan Allah Swt.    menimpa penganut kepercayaan palsu. Tetapi karena orang-orang Kristen itu  tidak merasa yakin mengenai dasar kepercayaan mereka maka mereka menolak menerima tantangan itu, dengan demikian secara tidak langsung mengakhiri kepalsuan akidah mereka (Zurqani).
        Secara sambil lalu baiklah disebutkan bahwa sewaktu berlangsung tukar pikiran dengan delegasi Kristen dari Najran itu,  Nabi Besar Muhammad saw.   mengizinkan mereka melakukan sembahyang di masjid beliau dengan cara mereka sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur, suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada taranya, dalam sejarah agama (Zurqani).
      Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. – sebagaimana  petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran  -- tidak pernah melakukan  tindak kekerasan dan paksaan dalam masalah agama dan kepercayaaan  (QS.2:257; QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30; QS.76:4), firman-Nya:
وَ اِنۡ  اَحَدٌ مِّنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ اسۡتَجَارَکَ فَاَجِرۡہُ حَتّٰی یَسۡمَعَ کَلٰمَ اللّٰہِ ثُمَّ اَبۡلِغۡہُ مَاۡمَنَہٗ ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ قَوۡمٌ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Dan jika salah seorang di antara orang-orang musyrik meminta perlindungan kepada engkau, berilah dia perlindungan  hingga dia dapat mendengar firman Allah, kemudian bila tidak cenderung untuk beriman  sampaikanlah dia ke tempatnya yang aman,  hal itu karena mereka kaum yang tidak mengetahui. (At-Taubah [9]:6).
       Ayat ini dengan jelas membuktikan kenyataan bahwa perang terhadap kaum musyrik dilancarkan, bukan dengan tujuan memaksa mereka memeluk Islam, sebab  menurut ayat itu, bahkan di masa berlakunya keadaan perang pun, orang-orang musyrik diizinkan datang ke perkemahan atau markas orang-orang Islam, jika mereka ingin menyelidiki kebenaran.
        Kemudian, setelah kebenaran itu diajarkan kepada mereka dan mereka telah mengenal ajaran Islam, mereka harus diantarkan ke tempat keamanan mereka, seandainya mereka tidak merasa cenderung untuk memeluk Islam. Di hadapan ajaran-ajaran yang begitu jelas  benar-benar sangatlah tidak adil  melancarkan tuduhan bahwa Islam tidak toleran atau mempergunakan kekerasan atau membiarkan   kekerasan dipakai sebagai alat tablighnya.

Ketika Dalil Bathil Tak Mempan  Lagi Menghadapi Al-Haqq (Kebenaran)  Maka Fitnah  dan Kekerasan Pun Diobral

      Dalam melaksanakan petunjuk Allah Swt. untuk melakukan mubahalah (tanding doa) sebagaimana dilakukian oleh Nabi Besar Muhammad saw., demikian pula Al-Masih Mau’ud a.s. -- yakni  Pendiri Jemaat Muslim  Ahmadiyah   -- pun selain menablighkan  kesempurnaan  ajaran Islam serta kesucian akhlak an ruhani Nabi Besar Muhammad saw. melalui dialog, ceramah dan tulisan, juga menantang pihak-pihak yang mendustakan pendakwaan beliau sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. untuk melakukan mubahalah.
        Orang-orang yang karena ketakaburannya  dan kejahilannya    -- baik secara langsung mau pun  secara tidak langsung   -- melayani tantangan mubahalah  (tanding doa)  dari Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah tersebut, maka  sesuai Sunnatullah, mereka mengalami nasib tragis  berupa kehinaan maupun kematian,   firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾  کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ --  Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21-22).
        Dari kalangan Non-Muslim yang  menjadi bukti kebenaran firman Allah Swt.  tersebut di Hindustan contohnya adalah Pandit Lekh Ram, mengalami pembunuhan yang misterius  akibat tikaman pisau di rumahnya yang  dijaga ketat, sesuai dengan jangka waktu yang disebutkan oleh Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah.
       Demikian pula  Pendeta DR. Martin Clark di Hindustan, dan  Alexander Doui dari Amerika Serikat, yang mendakwakan sebagai Elia  serta mendirikan kota  yang dinamainya Zion, keduanya mengalami kehinaan. Begitu pula penentang keras dari kalangan Muslim  pun tidak sedikit yang mengalami nasib tragis.
       Perlu  diketahui, bahwa orang-orang yang melayani tantangan mubahalah yang disampaikan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada umumnya umurnya jauh lebih muda   serta kesehatan mereka jauh lebih prima daripada Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, yang  menurut    sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa Al-Masih Mau’ud a.s. akan mengenakan dua kain kuning,  artinya beliau menyandang dua macam penyakit  yakni vertigo dan diabetes.
         Namun demikian,  sekali pun beliau mengalami   kedua penyakit yang sangat membahayakan jiwa tersebut, tetapi   Al-Masih Mau’ud a.s.  bukan  saja senantiasa unggul dalam  melakukan mubahalah (tanding doa) tersebut, bahkan beliau telah menulis lebih  sekitar 86 buku  yang berisi pembelaan beliau terhadap kesempurnaan Al-Quran dan kesucian Nabi Besar Muhammad saw.  yang tak terbantahkan, disamping melakukan   ceramah dan perdebatan secara langsung dengan pihak-pihak yang menentang pendakwaan beliau dan kesempurnaan Islam (Al-Quran) serta kesucian Nabi Besar Muhammad saw. yang tak terbantahkan.
         Menghadapi kenyataan yang pahit tersebut, tidak ada cara lain yang dilakukan oleh pihak  para penentang Al-Masih Mau’ud a.s.  kecuali melontarkan berbagai fitnah keji, di antaranya menyebarkan fitnah bahwa Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah tersebut meninggalnya di WC di Lahore,  padahal kenyataannya tidak demikian, karena beliau wafat di tempat tidur setelah  mengalami serangan diabetes  kronis yang menyebabkan beliau terpaksa sering pergi ke  kamar mandi.

Mustahil  Seorang Pendusta Mendapat  Pemberitahuan Tentang Kewafatan Dirinya  Melalui Wahyu Ilahi

      Mengenai kewafatannya tersebut, sebelumnya Pendiri Jemaat Muslim  Ahmadiyah  telah menulis dalam bukunya yang terakhir yaitu Al-Washiyat, yang di dalamnya dimuat  wahyu-wahyu Ilahi yang beliau terima dari Allah Swt. yang memberitahukan  semakin mendekatnya saat-saat kewafatan beliau dan   akan terbentuknya silsilah Khilafat setelah kewafatan beliau.
        Karena itu sungguh sangat jahil dan zalim  pihak-pihak yang  menyebarkan fitnah dusta  bahwa  beliau wafat di WC. Pada dasarnya tuduhan dusta tersebut disebarkan guna menutupi aib-aib  mereka sendiri  karena tidak berdaya membantah  kebenaran dalil-dalil  pendakwaan beliau sebagai Imam Mahdi a.s. dan   Al-Masih Mau’ud a.s., yang mendapat  tugas dari Allah Swt. untuk menjadi pelopor mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini tanpa kekerasan mau pun paksaan, firman-Nya:      
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai  (Ash-Shaf [61]:10).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar