بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 54
Melakukan Mubahalah (Tanding
Doa) – Bukan Melakukan Tindak Kekerasan -- Adalah Jalan
yang Terbaik Menurut Al-Quran, Jika “Dialog” yang
Dilakukan Mengalami Jalan Buntu
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab
sebelumnya telah dibahas mengenai keburukan golongan Ahli Kitab yang selalu mendustakan rasul-rasul Allah yang dibangkitkan
di kalangan mereka, sehingga ketika Allah Swt. menubuatkan kedatangan “nabi
yang seperti Musa” – yakni Nabi Besar Muhammad saw. – mereka pun mendustakannya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ
۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ
اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, dan Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga
Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ -- Maka
apakah patut setiap datang kepada
kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku
takabur, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ
بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit
sekali apa yang mereka imani. وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا -- dan
tatkala datang kepada mereka sebuah
Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada
mereka, sedangkan sebelum itu mereka
senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir, فَلَمَّا جَآءَہُمۡ
مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- tetapi tatkala datang kepada mereka apa yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya
maka laknat Allah atas
orang-orang kafir. بِئۡسَمَا
اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ
مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ -- Sangat
buruk hal yang dengan itu mereka telah
menjual dirinya yakni mereka kafir
kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی
غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ -- lalu mereka
ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi
orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:88-91).
Bangsa “Pilihan
Tuhan” Menjadi
Bangsa yang Dimurkai Allah Swt.
Ayat 90: فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا
کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- tetapi tatkala datang kepada mereka apa yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya
maka laknat Allah atas
orang-orang kafir,” berarti bahwa
orang-orang Yahudi biasa membukakan
kepada orang-orang musyrik Arab -- yakni Bani Isma’il -- kenyataan bahwa ada nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab
Suci mereka tentang kedatangan seorang Nabi
Allah yang “seperti Musa” (Ulangan 18:18 dan 28:1-2), yang
akan menyebarkan kebenaran ke seluruh
dunia
Tetapi ketika Nabi Allah itu yakni Nabi
Besar Muhammad saw. sungguh-sungguh muncul, sekali pun orang-orang dari antara mereka yang telah
melihat Tanda-tanda dari Allah swt. menjadi sempurna dalam diri beliau saw., mereka berpaling
dari beliau saw..
Atau mungkin pula artinya, bahwa
sebelum diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang
Yahudi biasa mendoa dengan khusyuk
kepada Allah Swt. agar membangkitkan seorang nabi yang akan
menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam,
1, 150).
Namun
ketika Nabi Allah yang
untuknya mereka terus-terus mendoa
itu sungguh-sungguh datang dan keunggulan haq (kebenaran) di atas kepalsuan mulai nampak, lalu mereka mendustakannya
dan sebagai akibat penolakan mereka itu maka laknat Allah Swt. telah menimpa
mereka, sehingga “bangsa pilihan Tuhan”
tersebut telah berubah menjadi “bangsa
yang dimurkai” Allah Swt.,
sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Fatihah ayat 6-7, agar menjadi pelajaran bagi umat Islam
jika melakukan hal
buruk yang sama,
firman-Nya:
اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ
الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ
الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Tunjukilah kami jalan
yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai pendakwaan palsu golongan Ahli
Kitab sebagai satu-satunya bangsa
yang berhak memperoleh najat (keselamatan) serta sebagai pewaris surga (QS.2:112 & 114; QS.5:19), berikut
firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
قُلۡ
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا اِنۡ
زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ اَوۡلِیَآءُ لِلّٰہِ
مِنۡ دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا
الۡمَوۡتَ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا
یَتَمَنَّوۡنَہٗۤ اَبَدًۢا بِمَا قَدَّمَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ وَ
اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّ الۡمَوۡتَ الَّذِیۡ تَفِرُّوۡنَ
مِنۡہُ فَاِنَّہٗ مُلٰقِیۡکُمۡ ثُمَّ
تُرَدُّوۡنَ اِلٰی عٰلِمِ
الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ
فَیُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾
Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwasanya kamu sahabat Allah dengan menyampingkan
manusia lainnya maka inginkanlah kematian, jika kamu orang-orang benar. Tetapi mereka
tidak menginginkannya selama-lamanya karena apa yang telah diperbuat tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Sesungguhnya ke-matian yang kamu lari darinya maka sesungguhnya itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada
Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, lalu Dia akan
memberitahukan kepada kamu mengenai apa
yang telah kamu kerjakan. (Al-Jumu’ah [62]:7-9).
Pendakwaan Dusta
Sebagai Para “Kekasih” Allah Swt.
Makna
ayat قُلۡ یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا اِنۡ
زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ اَوۡلِیَآءُ لِلّٰہِ
مِنۡ دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا
الۡمَوۡتَ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ -- “Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku
bahwasanya kamu sahabat Allah dengan
menyampingkan manusia lainnya maka inginkanlah
kematian, jika kamu orang-orang benar,” mengisyaratkan kepada pendakwaan dusta mereka yang dikemukakan Allah Swt. dalam
firman-Nya berikut ini:
وَ قَالُوۡا لَنۡ یَّدۡخُلَ الۡجَنَّۃَ اِلَّا مَنۡ کَانَ ہُوۡدًا اَوۡ
نَصٰرٰی ؕ تِلۡکَ اَمَانِیُّہُمۡ ؕ قُلۡ ہَاتُوۡا بُرۡہَانَکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾
Dan mereka
berkata: ”Tidak akan pernah ada yang akan masuk surga, kecuali orang-orang Yahudi atau Nasrani.” Ini hanyalah angan-angan mereka belaka.
Katakanlah: “Kemukakanlah bukti-bukti kamu,
jika kamu sungguh orang-orang yang
benar.” (Al-Baqarah [2]:112).
Orang-orang Yahudi dan Kristen
kedua-duanya berkhayal kosong bahwa
hanya orang Yahudi atau Kristen saja yang dapat meraih najat
(keselamatan). Padahal dalam kenyataannya kedua golongan Ahli-Kitab tersebut saling mengkafirkan
satu-sama lain, firman-Nya:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ لَیۡسَتِ النَّصٰرٰی
عَلٰی شَیۡءٍ ۪ وَّ قَالَتِ النَّصٰرٰی لَیۡسَتِ الۡیَہُوۡدُ عَلٰی شَیۡءٍ ۙ وَّ
ہُمۡ یَتۡلُوۡنَ الۡکِتٰبَ ؕ کَذٰلِکَ قَالَ الَّذِیۡنَ لَا یَعۡلَمُوۡنَ مِثۡلَ
قَوۡلِہِمۡ ۚ فَاللّٰہُ یَحۡکُمُ بَیۡنَہُمۡ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ فِیۡمَا کَانُوۡا
فِیۡہِ یَخۡتَلِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang Yahudi mengatakan: ”Orang-orang Nasrani sekali-kali
tidak berdiri di atas
sesuatu kebenaran,” dan orang-orang
Nasrani mengatakan: ”Orang-orang Yahudi sekali-kali tidak berdiri di atas sesuatu kebenaran.”
Padahal mereka membaca Alkitab
yang sama. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui
berkata seperti ucapan mereka itu,
maka pada Hari Kiamat Allah akan
menghakimi di antara mereka tentang apa
yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah [2]:114).
Syay’i berarti: sesuatu;
sesuatu yang baik; kepentingan; apa yang dihendaki (Lexicon Lane). Tidak ada yang lebih asing di dalam jiwa Islam
daripada perlawanan terhadap kebenaran. Islam mengajarkan bahwa semua
agama mempunyai kebenaran-kebenaran
tertentu dan suatu agama disebut benar, tidak karena memonopoli kebenaran,
melainkan karena mempunyai segala kebenaran
dan bebas dari segala bentuk ketidakbenaran.
Sambil mengatakan mengenai
dirinya agama yang sempurna dan lengkap (QS.5:4), tetapi Islam
dengan terus terang mengakui kebenaran
dan kebaikan-kebaikan yang dimiliki
oleh agama-agama lain. Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَتِ
الۡیَہُوۡدُ وَ النَّصٰرٰی نَحۡنُ اَبۡنٰٓؤُا اللّٰہِ وَ اَحِبَّآؤُہٗ ؕ
قُلۡ فَلِمَ یُعَذِّبُکُمۡ بِذُنُوۡبِکُمۡ
ؕ بَلۡ اَنۡتُمۡ بَشَرٌ مِّمَّنۡ خَلَقَ ؕ یَغۡفِرُ لِمَنۡ
یَّشَآءُ وَ یُعَذِّبُ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ لِلّٰہِ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ وَ مَا بَیۡنَہُمَا ۫ وَ اِلَیۡہِ الۡمَصِیۡرُ ﴿ ﴾
Dan orang-orang Yahudi serta Nasrani berkata: ”Kami adalah anak-anak Allah
dan kekasih-kekasih-Nya."
Katakanlah: “Jika benar demikian mengapa
Dia mengazab kamu karena dosa-dosamu?
Tidak, bahkan kamu adalah
manusia-manusia biasa dari antara mereka
yang telah Dia ciptakan. Dia
mengampuni siapa yang Dia kehendaki
dan Dia mengazab siapa yang Dia
kehendaki." Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan seluruh langit dan bumi
dan apa pun yang ada di antara keduanya,
dan kepada-Nya-lah kembali segala sesuatu. (Al-Maidah [5]:19).
Demikian pula di kalangan umat Islam pun masih banyak yang
membangga-banggakan sebagai sayyid
atau sadat atau habib, seakan-akan najat
(keselamatan) dan kemuliaan hanya
menjadi hak mereka, padahal menurut
Allah Swt. yang paling mulia di sisi Allah Swt. di antara orang-orang beriman adalah orang-orang yang paling bertakwa
(QS.49:14).
Kedudukan Golongan Ahli
Kitab Sebagai “Kaum Terpilih”
Pada Zamannya Telah Berakhir
Bahwa kedudukan kedua golongan “ahli
Kitab” sebagai “kaum terpilih”
pada zaman mereka masing-masing tersebut telah berakhir, akibat dosa-doa dan kedurhakaan yang mereka lakukan terhadap Allah Swt. dan Rasul Allah yang diutus di kalangan
mereka (QS.2:89-90), selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kedatangan Rasul Allah yang dijanjikan
kepada mereka dari kalangan Bani Isma’il
yaitu Nabi Besar Muhammad saw.:
یٰۤاَہۡلَ
الۡکِتٰبِ قَدۡ جَآءَکُمۡ رَسُوۡلُنَا
یُبَیِّنُ لَکُمۡ عَلٰی فَتۡرَۃٍ مِّنَ الرُّسُلِ اَنۡ تَقُوۡلُوۡا مَا
جَآءَنَا مِنۡۢ بَشِیۡرٍ وَّ لَا نَذِیۡرٍ ۫ فَقَدۡ جَآءَکُمۡ بَشِیۡرٌ وَّ
نَذِیۡرٌ ؕ وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ
شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿٪ ﴾
Hai Ahlul Kitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami yang
menjelaskan syariat
kepada kamu pada masa jeda pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan:
“Tidak pernah datang kepada kami seorang pemberi kabar gembira dan tidak pula seorang pemberi peringatan.”
Padahal sungguh telah datang kepada kamu
seorang pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan., dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. (Al-Maidah
[5]:19-20).
Jadi, jelaslah bahwa terhadap berbagai pendakwaan dusta kedua golongan Ahli Kitab itulah maka Allah Swt. telah menantang mereka untuk meminta
kematian agar mereka segera dapat menjadi para penghuni surga sebagaimana yang mereka dakwakan, firman-Nya:
قُلۡ
یٰۤاَیُّہَا الَّذِیۡنَ ہَادُوۡۤا اِنۡ
زَعَمۡتُمۡ اَنَّکُمۡ اَوۡلِیَآءُ لِلّٰہِ
مِنۡ دُوۡنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا
الۡمَوۡتَ اِنۡ کُنۡتُمۡ صٰدِقِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَا
یَتَمَنَّوۡنَہٗۤ اَبَدًۢا بِمَا قَدَّمَتۡ اَیۡدِیۡہِمۡ ؕ وَ
اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ قُلۡ اِنَّ الۡمَوۡتَ الَّذِیۡ تَفِرُّوۡنَ
مِنۡہُ فَاِنَّہٗ مُلٰقِیۡکُمۡ ثُمَّ
تُرَدُّوۡنَ اِلٰی عٰلِمِ
الۡغَیۡبِ وَ الشَّہَادَۃِ
فَیُنَبِّئُکُمۡ بِمَا کُنۡتُمۡ
تَعۡمَلُوۡنَ ٪﴿﴾
Katakanlah: “Hai orang-orang Yahudi, jika kamu mengaku bahwasanya kamu sahabat Allah dengan menyampingkan
manusia lainnya maka inginkanlah kematian, jika kamu orang-orang benar. Tetapi mereka
tidak menginginkannya selama-lamanya karena apa yang telah diperbuat tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang zalim. Katakanlah: “Sesungguhnya ke-matian yang kamu lari darinya maka sesungguhnya itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada
Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nampak, lalu Dia akan
memberitahukan kepada kamu mengenai apa
yang telah kamu kerjakan. (Al-Jumu’ah [62]:7-9).
Perintah Melakukan Mubahalah
(Tanding Doa)
Sebagai nubuatan, ayat-ayat tersebut dapat pula mengisyaratkan kepada Al- Masih Mau’ud
a.s. di Akhir Zaman ini yang akan menantang
mereka yang menyebut diri ‘ulama Islam -- yang menurut sabda Nabi Besar Muhammad
saw. akan memiliki persamaan dengan Yahudi dan Nashrani -- yang mendustakan pendakwaan
beliau serta menjatuhkan berbagai macam fatwa buruk dan zalim mengenai Pendiri Jemaat
Muslim Ahmadiyah tersebut.
Al-Masih Mau’ud a.s. atas perintah Allah Swt. dan sesuai dengan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw. pun telah
melakukan mubahalah, yaitu pertandingan
doa, dan di dalam mubahalah
itu diminta supaya kutukan Ilahi
menimpa mereka yang mengada-adakan dusta
terhadap Allah Swt., walau pun segala macam hujjah
tak terbantahkan telah beliau dikemukakan kepada mereka, firman-Nya:
اَلۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ فَلَا تَکُنۡ مِّنَ
الۡمُمۡتَرِیۡنَ ﴿﴾ فَمَنۡ حَآجَّکَ
فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ
اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا
وَ اَنۡفُسَکُمۡ ۟ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ اللّٰہِ عَلَی
الۡکٰذِبِیۡنَ ﴿﴾ اِنَّ ہٰذَا لَہُوَ
الۡقَصَصُ الۡحَقُّ ۚ وَ مَا مِنۡ
اِلٰہٍ اِلَّا اللّٰہُ ؕ وَ اِنَّ
اللّٰہَ لَہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا
فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ
بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿٪﴾
Kebenaran ini dari Rabb (Tuhan) engkau maka
janganlah engkau termasuk orang-orang
yang ragu. فَمَنۡ حَآجَّکَ فِیۡہِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا جَآءَکَ مِنَ الۡعِلۡمِ -- Tetapi barangsiapa
membantah engkau mengenainya setelah datang
kepada engkau ilmu, فَقُلۡ تَعَالَوۡا نَدۡعُ اَبۡنَآءَنَا وَ اَبۡنَآءَکُمۡ وَ نِسَآءَنَا
وَ نِسَآءَکُمۡ وَ اَنۡفُسَنَا وَ اَنۡفُسَکُم -- maka katakanlah: “Marilah kita panggil anak-anak laki-laki kami dan anak-anak laki-lakimu, dan perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuanmu, dan orang-orang kami dan orang-orang kamu, ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَلۡ لَّعۡنَتَ
اللّٰہِ عَلَی الۡکٰذِبِیۡنَ -- kemudian kita berdoa supaya laknat Allah menimpa orang-orang yang
berdusta.” Sesungguhnya ini
benar-benar kisah yang haq, dan sekali-kali tidak ada Tuhan yang
patut disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya Allah,
Dia benar-benar Maha Perkasa,
Maha Bijaksana. فَاِنۡ تَوَلَّوۡا
فَاِنَّ اللّٰہَ عَلِیۡمٌۢ
بِالۡمُفۡسِدِیۡنَ -- Lalu jika
mereka berpaling maka ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan. (Ali ‘Imran [62]:61-64).
Pembahasan ajaran Kristen yang digarap oleh Surah Ali ‘Imran telah berakhir
dalam ayat 62 ini. Rujukan itu, seperti
telah disebut di atas, tertuju kepada suatu perutusan orang-orang Kristen dari Najran,
terdiri atas 40 orang dipimpin oleh kepala
kabilah mereka ‘Abd-al-Masih,
yang terkenal dengan nama Al-’Āqib.
Mereka menjumpai Nabi Besar Muhammad
saw. di masjid beliau saw. di
Madinah, dan pertukaran pikiran
tentang akidah yang dinamakan mereka ketuhanan Isa berlangsung beberapa lama.
Toleransi Beragama yang Dicontohkan
Nabi Besar Muhammad Saw.
Ketika masalahnya telah dibahas secukupnya tetapi para anggota delegasi Kristen ternyata masih tetap berpegang pada ajaran mereka, maka Nabi Besar Muhammad saw. mematuhi perintah Ilahi yang tercantum dalam ayat ini, sebagai langkah penghabisan mengajak mereka
untuk ikut serta dengan beliau saw. dalam semacam adu kekuatan doa dan yang secara teknis disebut mubahalah,
yakni menyeru agar kutukan Allah Swt.
menimpa penganut kepercayaan palsu. Tetapi
karena orang-orang Kristen itu tidak
merasa yakin mengenai dasar kepercayaan mereka maka mereka menolak menerima tantangan itu, dengan demikian secara tidak langsung mengakhiri kepalsuan akidah mereka (Zurqani).
Secara sambil lalu baiklah disebutkan bahwa
sewaktu berlangsung tukar pikiran
dengan delegasi Kristen dari Najran
itu, Nabi Besar Muhammad saw. mengizinkan
mereka melakukan sembahyang di masjid beliau dengan cara mereka
sendiri, dan mereka melakukan dengan menghadap ke timur, suatu sikap toleransi keagamaan yang tiada
taranya, dalam sejarah agama (Zurqani).
Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. – sebagaimana petunjuk Allah Swt. dalam Al-Quran -- tidak pernah melakukan tindak
kekerasan dan paksaan dalam
masalah agama dan kepercayaaan (QS.2:257; QS.10:100; QS.11:119; QS.18:30;
QS.76:4), firman-Nya:
وَ اِنۡ اَحَدٌ مِّنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ
اسۡتَجَارَکَ فَاَجِرۡہُ حَتّٰی یَسۡمَعَ کَلٰمَ اللّٰہِ
ثُمَّ اَبۡلِغۡہُ مَاۡمَنَہٗ ؕ ذٰلِکَ بِاَنَّہُمۡ
قَوۡمٌ لَّا یَعۡلَمُوۡنَ ٪﴿﴾
Dan jika salah seorang di antara orang-orang musyrik
meminta perlindungan kepada engkau, berilah
dia perlindungan hingga dia dapat
mendengar firman Allah, kemudian bila tidak cenderung untuk beriman sampaikanlah
dia ke tempatnya yang aman, hal itu karena
mereka kaum yang tidak mengetahui. (At-Taubah [9]:6).
Ayat ini dengan jelas
membuktikan kenyataan bahwa perang
terhadap kaum musyrik dilancarkan,
bukan dengan tujuan memaksa mereka memeluk Islam, sebab menurut ayat itu, bahkan di masa berlakunya
keadaan perang pun, orang-orang musyrik diizinkan
datang ke perkemahan atau markas orang-orang Islam, jika mereka ingin menyelidiki kebenaran.
Kemudian, setelah kebenaran
itu diajarkan kepada mereka dan mereka telah mengenal ajaran Islam, mereka harus diantarkan ke tempat keamanan mereka, seandainya mereka tidak merasa cenderung untuk memeluk
Islam. Di hadapan ajaran-ajaran
yang begitu jelas benar-benar sangatlah tidak adil melancarkan tuduhan bahwa Islam tidak
toleran atau mempergunakan kekerasan atau membiarkan kekerasan dipakai sebagai alat tablighnya.
Ketika Dalil Bathil Tak
Mempan Lagi Menghadapi Al-Haqq (Kebenaran) Maka Fitnah dan Kekerasan
Pun Diobral
Dalam melaksanakan petunjuk Allah Swt. untuk melakukan mubahalah (tanding doa) sebagaimana dilakukian oleh Nabi Besar
Muhammad saw., demikian pula Al-Masih
Mau’ud a.s. -- yakni Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah -- pun selain menablighkan kesempurnaan ajaran Islam serta kesucian akhlak an ruhani Nabi
Besar Muhammad saw. melalui dialog, ceramah dan tulisan, juga menantang
pihak-pihak yang mendustakan pendakwaan beliau sebagai Al-Masih Mau’ud a.s. untuk melakukan mubahalah.
Orang-orang yang karena ketakaburannya dan kejahilannya
-- baik secara langsung mau pun secara tidak langsung -- melayani
tantangan mubahalah (tanding doa)
dari Pendiri Jemaat Muslim
Ahmadiyah tersebut, maka sesuai Sunnatullah, mereka mengalami nasib tragis berupa kehinaan
maupun kematian, firman-Nya:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ
اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. کَتَبَ اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ
اَنَا وَ رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ
اللّٰہَ قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Allah telah
menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21-22).
Dari kalangan Non-Muslim yang menjadi bukti kebenaran firman Allah Swt. tersebut di Hindustan contohnya adalah Pandit Lekh Ram, mengalami pembunuhan
yang misterius akibat tikaman pisau di
rumahnya yang dijaga ketat, sesuai
dengan jangka waktu yang disebutkan
oleh Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Demikian
pula Pendeta DR. Martin Clark di Hindustan, dan
Alexander Doui dari Amerika Serikat, yang mendakwakan
sebagai Elia serta mendirikan kota yang dinamainya Zion, keduanya mengalami kehinaan. Begitu pula penentang keras
dari kalangan Muslim pun tidak sedikit yang mengalami nasib tragis.
Perlu
diketahui, bahwa orang-orang yang melayani tantangan mubahalah yang disampaikan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada
umumnya umurnya jauh lebih muda
serta kesehatan mereka jauh lebih prima daripada Pendiri Jemaat
Muslim Ahmadiyah, yang menurut sabda
Nabi Besar Muhammad saw. bahwa Al-Masih
Mau’ud a.s. akan mengenakan dua kain
kuning, artinya beliau menyandang
dua macam penyakit yakni vertigo
dan diabetes.
Namun demikian, sekali pun beliau mengalami kedua penyakit yang sangat membahayakan jiwa tersebut, tetapi Al-Masih
Mau’ud a.s. bukan saja senantiasa unggul dalam melakukan mubahalah (tanding doa) tersebut, bahkan
beliau telah menulis lebih sekitar 86
buku yang berisi pembelaan beliau terhadap kesempurnaan Al-Quran dan kesucian Nabi Besar Muhammad saw. yang tak
terbantahkan, disamping melakukan ceramah dan perdebatan secara langsung dengan pihak-pihak yang menentang pendakwaan beliau dan kesempurnaan Islam (Al-Quran) serta kesucian Nabi Besar Muhammad saw. yang tak terbantahkan.
Menghadapi kenyataan yang pahit tersebut, tidak ada cara lain yang dilakukan
oleh pihak para penentang Al-Masih Mau’ud
a.s. kecuali melontarkan berbagai fitnah
keji, di antaranya menyebarkan fitnah
bahwa Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah
tersebut meninggalnya di WC di
Lahore, padahal kenyataannya tidak
demikian, karena beliau wafat di tempat tidur setelah mengalami serangan diabetes kronis yang
menyebabkan beliau terpaksa sering pergi ke
kamar mandi.
Mustahil
Seorang Pendusta Mendapat Pemberitahuan Tentang Kewafatan Dirinya Melalui Wahyu Ilahi
Mengenai kewafatannya tersebut, sebelumnya Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah telah menulis dalam bukunya yang terakhir
yaitu Al-Washiyat, yang di dalamnya dimuat wahyu-wahyu
Ilahi yang beliau terima dari
Allah Swt. yang memberitahukan semakin mendekatnya
saat-saat kewafatan beliau dan akan terbentuknya silsilah Khilafat setelah kewafatan beliau.
Karena itu sungguh sangat jahil dan zalim pihak-pihak yang menyebarkan fitnah dusta bahwa beliau wafat di WC. Pada dasarnya tuduhan dusta tersebut disebarkan guna
menutupi aib-aib mereka sendiri
karena tidak berdaya membantah kebenaran dalil-dalil
pendakwaan
beliau sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih
Mau’ud a.s., yang mendapat tugas dari Allah Swt. untuk menjadi pelopor mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini tanpa kekerasan
mau pun paksaan, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 17 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar