Senin, 11 Mei 2015

Doa Memohon "Hasanah" (Kebaikan) di Dunia dan Akhirat & Jawaban Doa Nabi Ibrahim a.s. Mengenai Penganugerahan Rezeki Duniawi




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 48

    
  Doa Memohon “Hasanah” (Kebaikan) di Dunia dan   Akhirat  Jannah &  Jawaban Doa Nabi Ibrahim a.s. Mengenai Pengenugerahan  Rezeki Duniawi
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai   hubungan  nasihat   kepada Qarun dalam firman-Nya:
اِنَّ قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ  مُوۡسٰی فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ  اِنَّ مَفَاتِحَہٗ  لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ  اُولِی الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Qarun  adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku aniaya terhadap mereka. Dan Kami telah memberinya khazanah-khazanah  yang kunci-kuncinya  sa-ngat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. اِذۡ  قَالَ  لَہٗ  قَوۡمُہٗ  لَا تَفۡرَحۡ  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ  -- Ketika kaumnya berkata kepadanya,  Janganlah engkau terlalu bersukaria, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu bersukiaria.   وَ ابۡتَغِ  فِیۡمَاۤ  اٰتٰىکَ اللّٰہُ  الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ     -- Dan carilah rumah akhirat  itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada engkau,  وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا  -- dan janganlah engkau melupakan nasib engkau di dunia,  وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ  اَحۡسَنَ اللّٰہُ  اِلَیۡکَ  -- dan berbuat ihsanlah sebagaimana Allah telah berbuat ihsan terhadap engkau,  وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ  -- dan janganlah engkau menimbulkan kerusakan di bumi,  اِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ  -- sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]:77-78), dan hubungannya dengan doa yang diajarkan Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
 وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً  وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً  وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ نَصِیۡبٌ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ وَ اللّٰہُ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Dan  di antara mereka ada yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan} kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan peliharalah kami dari azab Api.”   Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan, dan Allah Mahacepat dalam menghisab. (Al-Baqarah [2]:202).

Kesuksesasan Duniawi Tidak Memberi Perlindungan  Seperti “Sarang Laba-laba

       Pendek kata, keberhasilan duniawi  yang bagaimana pun  yang diraih oleh seseorang atau pun oleh suatu bangsa,   apabila  hanya untuk sekedar  membanggakan diri serta memuaskan syahwat  belaka, maka mereka  tidak layak disebut  ذُوۡ حَظٍّ عَظِیۡمٍ  -- yang memiliki  bagian besar dalam kebaikan atau    yang bernasib sangat mujur atau yang bernasib sangat baik  atau yang sangat beruntung, sebab menurut Allah Swt.  surga duniawi” mereka    sangat lemah seperti “sarang laba-laba” ketika azab Ilahi menimpa mereka, firman-Nya:
َ قَارُوۡنَ وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ  مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾  فَکُلًّا  اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ  مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ  الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیَظۡلِمَہُمۡ  وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ  یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami  membinasakan   Qarun, Fir’aun dan Haman. Dan  sungguh  Musa benar-benar telah datang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata  tetapi mereka berlaku sombong di bumi dan mereka sekali-kali tidak dapat melepaskan diri dari azab Kami.   Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya,  di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir,  di antara mereka ada  yang Kami benamkan  di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka  menzalimi  diri mereka sendiri  (Al-Ankabūt [29]:40-41).
     Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman atau azab Ilahi yang ditimpakan kepada lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing.  Azab yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s.   sebagai hujan batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s. adalah gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
       Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).

“Surga Duniawi”   Kaum-kaum Purbakala  dan    Qarun   Sangat Lemah  Bagai “Sarang Laba-laba

         Sungguh tepat perumpamaan yang dikemukakan Allah Swt. mengenai rapuhnya “surga duniawi” yang bersusah-payah dibuat oleh manusia seperti rapuhnya “sarang laba-laba”, firman-Nya:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ    -- seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah  rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui.  اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ -- Sesungguhnya Allah mengetahui  sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya,  وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  -- dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana.  وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ --   Dan  itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali  tidak  ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabūt [29]:42-44).
        Demikian juga halnya dengan nasib buruk yang menimpa Qarun, sehingga orang-orang yang sebelumnya sangat mendambakan “keberhasilan duniawinya” telah berbalik melaknat Qarun,   firman-Nya:
فَخَسَفۡنَا بِہٖ وَ بِدَارِہِ  الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا  کَانَ لَہٗ  مِنۡ فِئَۃٍ  یَّنۡصُرُوۡنَہٗ  مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا  کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ اَصۡبَحَ الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ لَوۡ لَاۤ  اَنۡ مَّنَّ  اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ  لَا  یُفۡلِحُ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka  Kami membenamkan dia   beserta rumahnya ke dalam bumi,  dan  selain Allah tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya, dan tidak pula ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri.  Dan jadilah orang-orang yang kemarin ingin mendapat kedudukannya itu   berkata: “Celakalah bagimu! Sesungguhnya Allah-lah Yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkan. Seandainya Allah tidak menganugerahkan kemurahan-Nya kepada kami niscaya Dia akan membenamkan kami juga.  Celakalah bagimu! Orang-orang yang kafir tidak akan berhasil.” (Al-Qashash [28]:82-83).
        Hukum pembalasan dari Allah Ta’ala bekerja dengan cara ini, yaitu  untuk amal-amal yang baik ganjarannya beberapa kali lipat lebih besar, sedangkan  hukuman atas amal buruk kurang dari apa yang harus diterima atas perbuatan orang yang berdosa itu, atau paling banyak setimpal dengan itu. 

Akibat Buruk  Ketidak-bersyukuran Kepada Allah Swt. & Ketajaman Penglihatan Ruhani  “Orang-orang yang Berakal” Melihat Tanda-tanda Allah Swt.

       Azab Ilahi yang menimpa Qarun   adalah  merupakan salah satu macam dari berbagai macam azab Ilahi yang menimpa kaum-kaum purbakala yang juga sukses dalam menciptakan “surga duniawi” tetapi  mereka tidak bersyukur kepada Allah Swt. (Al-Ankabūt [29]:40-41). Selanjutnya Allah Swt. berfirman:
مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾  اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾  خَلَقَ اللّٰہُ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui  sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ  -- Dan  itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali  tidak  ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.  خَلَقَ اللّٰہُ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ  --  Allah menciptakan seluruh langit dan bumi sesuai dengan haq,  اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ   --  sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi  orang-orang yang beriman. (Al-Ankabūt [29]:42-45).
          Ungkapan bilhaqqi  dalam ayat  خَلَقَ اللّٰہُ  السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیَۃً   لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ --  Allah menciptakan seluruh langit dan bumi sesuai dengan haq, sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada ada  Tanda-tanda  bagi  orang-orang yang beriman” , berarti bahwa ada bukti yang jelas tentang rencana dan maksud  yang memuaskan alam pikiran  dalam penciptaan seluruh langit dan bumi, dan bahwa suatu rencana yang mendalam lagi lengkap bekerja di dalam segala benda langit dan bumi.
       Jadi, hanya orang-orang yang “buta mata ruhaninya    -- sekali pun mereka memiliki  pengetahuan yang mendalam dalam masalah  ilmu pengetahuan dan teknologi  yakni fārihīn  seperti  Qarun dan kaum-kaum purbakala   -- yang tidak mampu membaca Tanda-tanda  Allah Swt. yang tersebar di seluruh langit  dan bumi tersebut  serta  tetap berpegang kepada kemusyrikan yaitu mempercayai keberadaan tuhan-tuhan selain Allah Swt., dimana tuhan-tuhan palsu tersebut  sama sekali  tidak memiliki andil  apa pun dalam penciptaan  tatanan alam semesta ini, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ  قِیٰمًا وَّ قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta   pertukaran malam dan siang لَاٰیٰتٍ  لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ  --  benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,  yaitu  orang-orang yang  mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil  berbaring atas rusuk mereka,  وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ  -- dan mereka memikirkan mengenai penciptaan seluruh langit dan bumi  رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا -- seraya berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau mencip-takan  semua ini  sia-sia,  سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  -- Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api.  رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ    --  Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya,  وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ  -- dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun. (Ali ‘Imran [3]:191-193).
         Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan seluruh  langit dan bumi dan dalam pergantian malam dan siang ialah: manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani. Bila ia berbuat amal saleh maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan. Itulah makna lainnya dari doa:
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً  وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً  وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ نَصِیۡبٌ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ وَ اللّٰہُ  سَرِیۡعُ  الۡحِسَابِ ﴿﴾
Dan  di antara mereka ada yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan} kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan peliharalah kami dari azab Api.”   Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan, dan Allah Mahacepat dalam menghisab. (Al-Baqarah [2]:202).

Tujuan Mulia Diciptakan-Nya Manusia & Akhir yang Buruk Kehidupan Pecinta   Duniawi

      Tatanan agung yang dibayangkan  mengenai kesempurnaan tatanan  alam semesta jasmani pada ayat-ayat sebelumnya,  tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam semesta ini telah dijadikan untuk menghidmati manusia (QS.17:71),  tentu saja kejadian manusia sendiri mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula  yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah Swt. (QS.51:57).
        Apabila orang merenungkan tentang kandungan arti keruhanian yang diserap dari gejala-gejala fisik di dalam penciptaan seluruh alam semesta  dengan tatanan sempurna yang melingkupinya itu (QS.67:1-7), ia akan sangat  terkesan dengan mendalam oleh kebijakan luhur Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) lalu dengan serta-merta terlontar dari dasar lubuk hatinya seruan:   رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا -- “Ya  Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan  semua ini sia-sia. سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ  -- Maha Suci Engkau dari perbuatan sia-sia, maka peliharalah kami dari azab Api.”
       Bahkan perenungan  orang-orang  yang mata ruhaninya berfungsi dengan baik tersebut  -- yakni “orang-orang berakal”    -- tersebut akan terus mi’raj   berupa keyakinannya akan adanya “kobaran api neraka” di dunia ini juga, jika mereka melakukan pelanggaran terhadap tatanan jasmani mau pun tatanan ruhani  sempurna yang telah ditetapkan Allah Swt. dalam kehidupan ini, firman-Nya: رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ    --  Wahai Rabb (Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya,  وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ  -- dan sekali-kali tidak ada bagi orang-orang zalim seorang penolong pun”  (Ali ‘Imran [3]:191-193).
       Mengisyaratkan kepada  orang-orang yang  meraih kesuksesan duniawi tetapi mengalami akhir kehidupan yang buruk seperti itulah   makna firman Allah Swt. berikut ini:
فَمِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  مِنۡ خَلَاقٍ
Dan  di antara manusia ada yang berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, anugerahilah kami kesenangan hidup  di dunia ini”,  وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  مِنۡ خَلَاقٍ  -- dan tidak ada baginya  bagian di akhirat  (Al-Baqarah [2]:201).
          Doa tersebut dan doa sebelumnya (QS.2:202  berkait erat dengan  firman Allah Swt. mengenai  masalah ibadah haji, firman-Nya:
فَاِذَا قَضَیۡتُمۡ مَّنَاسِکَکُمۡ فَاذۡکُرُوا اللّٰہَ  کَذِکۡرِکُمۡ اٰبَآءَکُمۡ اَوۡ اَشَدَّ ذِکۡرًا ؕ فَمِنَ النَّاسِ مَنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  مِنۡ خَلَاقٍ ﴿﴾ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً  وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً  وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Maka apabila  kamu telah  menunaikan  cara-cara ibadah haji kamu,  فَاذۡکُرُوا اللّٰہَ  کَذِکۡرِکُمۡ اٰبَآءَکُمۡ اَوۡ اَشَدَّ ذِکۡرًا --  maka  ingatlah  Allah sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu atau mengingat-Nya  lebih keras  lagi.     Dan  di antara manusia ada yang berkata: رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ  مِنۡ خَلَاقٍ  --  “Ya  Rabb (Tuhan) kami, anugerahilah kami kesenangan hidup  di dunia ini”, dan tidak ada baginya  bagian di akhirat.  وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ  اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً  وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً  وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ  --   Dan  di antara mereka ada yang mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan) kami, berilah kami segala yang baik di dunia dan segala yang baik di akhirat, dan peliharalah kami dari azab Api.” (Al-Baqarah [2]:201-202).

Jawaban Allah Swt. Terhadap Doa Nabi Ibrahim a.s.

       Ada hal yang sangat menakjubkan mengenai jawaban Allah Swt. terhadap doa-doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim a.s. berkenaan dengan Baitullah (Ka’bah) yang beliau  bangun kembali bersama putra beliau, Nabi Ismail a.s., firman-Nya:
وَ اِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ  وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ  لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ الرُّکَّعِ  السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ  اِبۡرٰہٖمُ  رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Kami jadikan Rumah (Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan  jadikanlah maqam  Ibrahim sebagai tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah rumah-Ku itu untuk orang-orang yang tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.”   Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbi (Tuhan-ku),  jadikanlah tempat ini kota yang aman,  وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya dari antara me-reka yang beriman  kepada  Allah dan Hari Kemudian.”  قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ  اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ  -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun  maka Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian  akan Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”  (Al-Baqarah [2]:126-127).
    Matsabah berarti suatu tempat yang apabila orang mengunjunginya ia berhak memperoleh pahala; atau tempat yang sering dikunjungi dan menjadi tempat berkumpul (Al-Mufradat).
     Ka’bah, dan karenanya maka kota Mekkah juga dinyatakan menjadi tempat keamanan dan ketenteraman. Kerajaan-kerajaan yang gagah-perkasa telah runtuh dan daerah-daerah yang membentang luas telah menjadi belantara sejak permulaan sejarah (QS.7:5; QS.21:12; QS.22:46-47; QS.28:58-60; QS.65:9-10), tetapi keamanan Mekkah secara lahiriah tidak pernah terganggu (QS.29:68; QS.106:1-6; QS.106:1-4).
        Pusat-pusat keagamaan agama-agama lain tidak pernah menyatakan, dan pada hakikatnya tidak pernah menikmati keamanan demikian dan kekebalan terhadap bahaya, tetapi Mekkah senantiasa merupakan tempat yang aman dan tenteram. Tiada penakluk asing pernah memasukinya tanpa mengalami kehinaan, contohnya Abrahah,  penguasa Kristen dari Yaman (QS.106:1-6), tempat (Makkah) itu senantiasa tetap ada di tangan mereka yang menjunjung-muliakannya.
       Kaum yang memperoleh kehormatan sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) di Mekkah adalah kaum Quraisy, tetapi ketika mereka tidak lagi menjaga “kesucian” Ka’bah (Baitullah) dari kekotoran kemusyrikan (Al-Baqarah [2]:126-127) – dan  di masa menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.  sesuai pengabulan  doa Nabi Ibrahim a.s. (QS.128-130), di Ka’bah terdapat sebanyak 360 berhala sembahan   para kabilah bangsa Arab   -- lalu Allah Swt. membangkitkan umat Islam melalui Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) selanjutnya hingga saat ini, menggantikan  kaum Quraisy Mekkah,  firman-Nya:
وَ  اِذۡ  قَالُوا اللّٰہُمَّ  اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika  Al-Quran ini  benar-benar   kebenaran dari Engkau  maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”  وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیُعَذِّبَہُمۡ  وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ  -- Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka, وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ  --  dan  Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan  mereka  meminta ampun.  وَ مَا لَہُمۡ  اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ  وَ ہُمۡ  یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ    --  Dan  mengapa  Allah tidak akan mengazab mereka, sedangkan  mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya? اِنۡ  اَوۡلِیَآؤُہٗۤ  اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَہُمۡ  لَا  یَعۡلَمُوۡنَ  --   Tidak lain  yang berhak melindunginya  melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.  (Al-Anfāl [8]:33-35).
          Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy yang lain, terbunuh dan mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
        Orang-orang kafir Mekkah mendapat hukuman Allah Swt. sesuai doa takabbur yang dipanjatkan  Abu jahal tersebut, setelah  Nabi Besar Muhammad saw. dipaksa oleh mereka -- melalui makar-buruk  yang mereka lakukan  -- sehingga beliau saw. hijrah  meninggalkan Mekkah  menuju Madinah (QS.8:31; QS.9:40).
          Rasul-rasul  Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukum-an dari langit, itulah sebabnya selama Nabi Besar Muhammad saw. berada di Mekkah, bagaimana pun zalimnya perlakuan Abu Jahal dan kawan-kawannya kepada beliau saw. dan umat Islam tetapi Allah Swt. tidak menghukum mereka di Mekkah   -- yang dinyatakan sendiri oleh Allah Swt. sebagai kota yang aman   (Al-Baqarah [2]:126-127).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar