بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 48
Doa
Memohon “Hasanah” (Kebaikan) di Dunia dan Akhirat “Jannah”
&
Jawaban Doa Nabi Ibrahim a.s.
Mengenai Pengenugerahan Rezeki Duniawi
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai hubungan
nasihat kepada Qarun
dalam firman-Nya:
اِنَّ
قَارُوۡنَ کَانَ مِنۡ قَوۡمِ مُوۡسٰی
فَبَغٰی عَلَیۡہِمۡ ۪ وَ اٰتَیۡنٰہُ مِنَ الۡکُنُوۡزِ مَاۤ اِنَّ مَفَاتِحَہٗ
لَتَنُوۡٓاُ بِالۡعُصۡبَۃِ اُولِی
الۡقُوَّۃِ ٭ اِذۡ قَالَ لَہٗ
قَوۡمُہٗ لَا تَفۡرَحۡ اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ ﴿﴾ وَ ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ
اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ
الۡاٰخِرَۃَ وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ
مِنَ الدُّنۡیَا وَ اَحۡسِنۡ کَمَاۤ
اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ وَ لَا
تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Qarun adalah termasuk kaum Musa tetapi ia berlaku
aniaya terhadap mereka. Dan Kami
telah memberinya khazanah-khazanah yang kunci-kuncinya sa-ngat susah diangkat oleh sejumlah orang-orang kuat. اِذۡ قَالَ لَہٗ
قَوۡمُہٗ لَا تَفۡرَحۡ اِنَّ اللّٰہَ
لَا یُحِبُّ الۡفَرِحِیۡنَ -- Ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah
engkau terlalu bersukaria, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang terlalu bersukiaria. وَ
ابۡتَغِ فِیۡمَاۤ اٰتٰىکَ اللّٰہُ الدَّارَ الۡاٰخِرَۃَ -- Dan carilah
rumah akhirat itu dalam apa yang telah Allah berikan kepada
engkau, وَ لَا تَنۡسَ نَصِیۡبَکَ مِنَ الدُّنۡیَا -- dan janganlah
engkau melupakan nasib engkau di dunia, وَ اَحۡسِنۡ
کَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰہُ اِلَیۡکَ -- dan berbuat
ihsanlah sebagaimana Allah telah
berbuat ihsan terhadap engkau, وَ لَا تَبۡغِ الۡفَسَادَ فِی الۡاَرۡضِ -- dan janganlah
engkau menimbulkan kerusakan di bumi, اِنَّ
اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡمُفۡسِدِیۡنَ -- sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash
[28]:77-78), dan hubungannya dengan doa
yang diajarkan Allah Swt. berikut ini, firman-Nya:
وَ مِنۡہُمۡ
مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی
الدُّنۡیَا حَسَنَۃً وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ
حَسَنَۃً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ نَصِیۡبٌ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ وَ
اللّٰہُ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Dan di antara mereka ada yang
mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan} kami, berilah kami segala yang baik di
dunia dan segala yang baik di
akhirat, dan peliharalah
kami dari azab Api.” Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan, dan Allah Mahacepat dalam menghisab. (Al-Baqarah
[2]:202).
Kesuksesasan Duniawi Tidak Memberi
Perlindungan Seperti “Sarang
Laba-laba”
Pendek kata, keberhasilan duniawi yang
bagaimana pun yang diraih oleh seseorang
atau pun oleh suatu bangsa,
apabila hanya untuk sekedar membanggakan
diri serta memuaskan syahwat belaka, maka mereka tidak layak disebut ذُوۡ حَظٍّ
عَظِیۡمٍ --
yang memiliki bagian besar dalam kebaikan atau yang bernasib sangat mujur atau yang bernasib sangat baik atau yang sangat
beruntung, sebab menurut Allah Swt.
“surga duniawi” mereka sangat
lemah seperti “sarang laba-laba”
ketika azab Ilahi menimpa mereka,
firman-Nya:
َ قَارُوۡنَ
وَ فِرۡعَوۡنَ وَ ہَامٰنَ ۟ وَ لَقَدۡ جَآءَہُمۡ
مُّوۡسٰی بِالۡبَیِّنٰتِ فَاسۡتَکۡبَرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ وَ مَا کَانُوۡا
سٰبِقِیۡنَ ﴿ۚۖ﴾ فَکُلًّا
اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا
بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیَظۡلِمَہُمۡ وَ لٰکِنۡ کَانُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾
Dan Kami membinasakan Qarun,
Fir’aun dan Haman. Dan sungguh Musa
benar-benar telah datang kepada mereka dengan Tanda-tanda yang nyata
tetapi mereka berlaku sombong di
bumi dan mereka sekali-kali tidak
dapat melepaskan diri dari azab Kami. Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya, di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di
antara mereka ada yang disambar oleh
petir, di antara mereka ada yang Kami benamkan di bumi,
di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan, dan Allah sekali-kali
tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka menzalimi diri mereka sendiri (Al-Ankabūt [29]:40-41).
Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman atau
azab Ilahi yang ditimpakan kepada lawan-lawan berbagai nabi Allah pada zamannya masing-masing. Azab
yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai
pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s. sebagai hujan batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab
yang menimpa Midian, kaum Nabi
Syu’aib a.s. adalah gempa bumi
(QS.7:92; QS.29:38); ledakan
(QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190).
Terakhir dari semua itu ialah azab
Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah),
dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan,
“Kami ........ tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51;
QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).
“Surga Duniawi”
Kaum-kaum Purbakala dan Qarun Sangat Lemah
Bagai “Sarang Laba-laba”
Sungguh tepat perumpamaan yang
dikemukakan Allah Swt. mengenai rapuhnya
“surga duniawi” yang bersusah-payah
dibuat oleh manusia seperti rapuhnya “sarang
laba-laba”, firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ
یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ
الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا
الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
penolong-penolong selain Allah
adalah کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ
اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ -- seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka
itu mengetahui. اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ -- Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun
yang mereka seru selain-Nya, وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan
Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. وَ تِلۡکَ
الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا
الۡعٰلِمُوۡنَ -- Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan
sekali-kali tidak ada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabūt
[29]:42-44).
Demikian juga halnya dengan nasib buruk yang menimpa Qarun, sehingga orang-orang yang sebelumnya
sangat mendambakan “keberhasilan
duniawinya” telah berbalik melaknat Qarun, firman-Nya:
فَخَسَفۡنَا
بِہٖ وَ بِدَارِہِ الۡاَرۡضَ ۟ فَمَا کَانَ لَہٗ
مِنۡ فِئَۃٍ یَّنۡصُرُوۡنَہٗ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ٭ وَ مَا کَانَ مِنَ الۡمُنۡتَصِرِیۡنَ ﴿﴾ وَ اَصۡبَحَ
الَّذِیۡنَ تَمَنَّوۡا مَکَانَہٗ بِالۡاَمۡسِ یَقُوۡلُوۡنَ وَیۡکَاَنَّ اللّٰہَ
یَبۡسُطُ الرِّزۡقَ لِمَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ وَ یَقۡدِرُ ۚ لَوۡ لَاۤ اَنۡ مَّنَّ
اللّٰہُ عَلَیۡنَا لَخَسَفَ بِنَا ؕ وَیۡکَاَنَّہٗ لَا
یُفۡلِحُ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka Kami membenamkan
dia beserta rumahnya ke dalam bumi, dan
selain Allah tidak ada baginya
satu golongan pun yang menolongnya, dan tidak pula ia termasuk orang-orang yang dapat membela diri. Dan jadilah orang-orang yang kemarin ingin mendapat kedudukannya itu berkata: “Celakalah bagimu! Sesungguhnya Allah-lah Yang melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkan. Seandainya Allah tidak menganugerahkan kemurahan-Nya
kepada kami niscaya Dia akan
membenamkan kami juga. Celakalah
bagimu! Orang-orang yang kafir
tidak akan berhasil.” (Al-Qashash
[28]:82-83).
Hukum pembalasan
dari Allah Ta’ala bekerja dengan cara ini, yaitu untuk amal-amal
yang baik ganjarannya beberapa kali
lipat lebih besar, sedangkan hukuman atas amal buruk kurang dari apa yang harus diterima atas perbuatan orang yang berdosa itu, atau paling
banyak setimpal dengan itu.
Akibat Buruk Ketidak-bersyukuran Kepada Allah Swt.
& Ketajaman Penglihatan Ruhani
“Orang-orang yang Berakal” Melihat Tanda-tanda
Allah Swt.
Azab
Ilahi yang menimpa Qarun adalah
merupakan salah satu macam dari berbagai macam azab Ilahi yang menimpa kaum-kaum
purbakala yang juga sukses dalam
menciptakan “surga duniawi” tetapi mereka tidak
bersyukur kepada Allah Swt. (Al-Ankabūt [29]:40-41). Selanjutnya
Allah Swt. berfirman:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ
الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ
ۘ لَوۡ
کَانُوۡا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ
مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾ خَلَقَ اللّٰہُ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّ فِیۡ
ذٰلِکَ لَاٰیَۃً
لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿٪﴾
Perumpamaan orang-orang yang mengambil
penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba
yang membuat rumah, dan sesungguhnya selemah-lemah
rumah pasti rumah laba-laba, seandainya mereka itu mengetahui. Sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu apa pun
yang mereka seru selain-Nya, dan Dia
Maha Perkasa, Maha Bijaksana. وَ تِلۡکَ
الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ اِلَّا
الۡعٰلِمُوۡنَ -- Dan itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami
kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali
tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. خَلَقَ اللّٰہُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ -- Allah menciptakan seluruh langit dan
bumi sesuai dengan haq, اِنَّ
فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- sesungguhnya dalam yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman. (Al-Ankabūt
[29]:42-45).
Ungkapan bilhaqqi dalam
ayat خَلَقَ اللّٰہُ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضَ بِالۡحَقِّ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لِّلۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- “Allah menciptakan seluruh langit
dan bumi sesuai dengan haq, sesungguhnya
dalam yang demikian itu benar-benar ada ada
Tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman” , berarti bahwa ada bukti yang jelas tentang rencana dan maksud yang memuaskan alam pikiran dalam penciptaan seluruh langit dan bumi,
dan bahwa suatu rencana yang mendalam
lagi lengkap bekerja di dalam segala benda langit dan bumi.
Jadi, hanya orang-orang yang “buta mata ruhaninya” -- sekali pun mereka memiliki pengetahuan
yang mendalam dalam masalah ilmu
pengetahuan dan teknologi yakni fārihīn
seperti Qarun
dan kaum-kaum purbakala -- yang tidak
mampu membaca Tanda-tanda Allah Swt. yang tersebar di seluruh langit dan bumi
tersebut serta tetap berpegang kepada kemusyrikan yaitu mempercayai keberadaan tuhan-tuhan selain Allah Swt.,
dimana tuhan-tuhan palsu
tersebut sama sekali tidak
memiliki andil apa pun dalam
penciptaan tatanan alam semesta ini, firman-Nya:
اِنَّ فِیۡ
خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ وَ اخۡتِلَافِ الَّیۡلِ وَ النَّہَارِ
لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ۚۙ الَّذِیۡنَ
یَذۡکُرُوۡنَ اللّٰہَ قِیٰمًا وَّ
قُعُوۡدًا وَّ عَلٰی جُنُوۡبِہِمۡ وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ السَّمٰوٰتِ وَ
الۡاَرۡضِ ۚ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا ۚ سُبۡحٰنَکَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ
اَخۡزَیۡتَہٗ ؕ وَ مَا لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ ﴿﴾
Sesungguhnya
dalam penciptaan seluruh langit dan bumi serta pertukaran
malam dan siang لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی الۡاَلۡبَابِ -- benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, dan sambil
berbaring atas rusuk mereka,
وَ یَتَفَکَّرُوۡنَ فِیۡ خَلۡقِ
السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ -- dan mereka
memikirkan mengenai penciptaan
seluruh langit dan bumi رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا -- seraya berkata:
“Ya Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau mencip-takan semua ini sia-sia, سُبۡحٰنَکَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -- Maha
Suci Engkau dari perbuatan sia-sia maka peliharalah kami dari azab Api. رَبَّنَاۤ
اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ -- Wahai Rabb
(Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, وَ مَا
لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ -- dan sekali-kali
tidak ada bagi orang-orang zalim
seorang penolong pun. (Ali
‘Imran [3]:191-193).
Pelajaran yang terkandung dalam penciptaan seluruh langit dan bumi dan dalam pergantian malam dan siang ialah: manusia diciptakan untuk mencapai kemajuan ruhani dan jasmani.
Bila ia berbuat amal saleh maka masa kegelapannya dan masa kesedihannya pasti akan diikuti oleh masa terang benderang dan kebahagiaan. Itulah makna lainnya dari
doa:
وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾ اُولٰٓئِکَ لَہُمۡ نَصِیۡبٌ مِّمَّا کَسَبُوۡا ؕ وَ
اللّٰہُ سَرِیۡعُ الۡحِسَابِ ﴿﴾
Dan di antara mereka ada yang
mengatakan: “Ya Rabb (Tuhan} kami, berilah kami segala yang baik di
dunia dan segala yang baik di
akhirat, dan peliharalah
kami dari azab Api.” Mereka inilah yang akan memperoleh bagian sebagai pahala dari apa yang mereka usahakan, dan Allah Mahacepat dalam menghisab. (Al-Baqarah
[2]:202).
Tujuan Mulia Diciptakan-Nya Manusia & Akhir yang Buruk Kehidupan Pecinta Duniawi
Tatanan agung yang dibayangkan mengenai kesempurnaan
tatanan alam semesta jasmani pada ayat-ayat sebelumnya, tidak mungkin terwujud tanpa suatu tujuan tertentu, dan karena seluruh alam
semesta ini telah dijadikan untuk menghidmati
manusia (QS.17:71), tentu saja kejadian manusia sendiri mempunyai tujuan yang agung dan mulia pula yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah
Swt. (QS.51:57).
Apabila orang merenungkan tentang kandungan arti keruhanian yang diserap dari gejala-gejala fisik di dalam penciptaan seluruh alam semesta dengan tatanan
sempurna yang melingkupinya itu (QS.67:1-7), ia akan sangat terkesan
dengan mendalam oleh kebijakan luhur
Sang Al-Khāliq-nya (Maha Pencipta-nya) lalu dengan serta-merta terlontar
dari dasar lubuk hatinya seruan: رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ ہٰذَا بَاطِلًا -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, sekali-kali tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. سُبۡحٰنَکَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ -- Maha
Suci Engkau dari perbuatan sia-sia, maka peliharalah kami dari azab Api.”
Bahkan perenungan orang-orang yang mata
ruhaninya berfungsi dengan baik tersebut -- yakni “orang-orang berakal” -- tersebut akan terus mi’raj berupa keyakinannya akan adanya “kobaran api neraka” di dunia ini juga,
jika mereka melakukan pelanggaran terhadap tatanan
jasmani mau pun tatanan ruhani sempurna yang telah ditetapkan Allah Swt.
dalam kehidupan ini, firman-Nya: رَبَّنَاۤ اِنَّکَ مَنۡ تُدۡخِلِ النَّارَ فَقَدۡ اَخۡزَیۡتَہٗ -- Wahai Rabb
(Tuhan) kami, sesungguhnya barangsiapa
yang Engkau masukkan ke dalam Api maka sungguh Engkau telah menghinakannya, وَ مَا
لِلظّٰلِمِیۡنَ مِنۡ اَنۡصَارٍ -- dan sekali-kali
tidak ada bagi orang-orang zalim
seorang penolong pun” (Ali ‘Imran [3]:191-193).
Mengisyaratkan kepada orang-orang yang meraih kesuksesan
duniawi tetapi mengalami akhir
kehidupan yang buruk seperti
itulah makna firman Allah Swt. berikut
ini:
فَمِنَ النَّاسِ
مَنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی
الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ
مِنۡ خَلَاقٍ
Dan di
antara manusia ada yang berkata: “Ya Rabb
(Tuhan) kami, anugerahilah kami kesenangan
hidup di dunia ini”, وَ مَا لَہٗ فِی
الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ -- dan tidak ada baginya bagian di akhirat (Al-Baqarah [2]:201).
Doa tersebut dan doa sebelumnya (QS.2:202
berkait erat dengan firman Allah Swt. mengenai masalah ibadah
haji, firman-Nya:
فَاِذَا
قَضَیۡتُمۡ مَّنَاسِکَکُمۡ فَاذۡکُرُوا اللّٰہَ
کَذِکۡرِکُمۡ اٰبَآءَکُمۡ اَوۡ اَشَدَّ ذِکۡرًا ؕ فَمِنَ النَّاسِ مَنۡ
یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی
الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی الۡاٰخِرَۃِ
مِنۡ خَلَاقٍ ﴿﴾ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا حَسَنَۃً وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ حَسَنَۃً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿﴾
Maka apabila
kamu telah menunaikan cara-cara ibadah haji kamu,
فَاذۡکُرُوا اللّٰہَ کَذِکۡرِکُمۡ
اٰبَآءَکُمۡ اَوۡ اَشَدَّ ذِکۡرًا -- maka ingatlah Allah sebagaimana kamu mengingat bapak-bapakmu atau mengingat-Nya lebih keras lagi. Dan di
antara manusia ada yang berkata: رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی الدُّنۡیَا وَ مَا لَہٗ فِی
الۡاٰخِرَۃِ مِنۡ خَلَاقٍ -- “Ya Rabb (Tuhan) kami, anugerahilah kami kesenangan hidup di dunia
ini”, dan tidak ada baginya bagian di akhirat. وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ
یَّقُوۡلُ رَبَّنَاۤ اٰتِنَا فِی
الدُّنۡیَا حَسَنَۃً وَّ فِی الۡاٰخِرَۃِ
حَسَنَۃً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ -- Dan di antara mereka ada yang mengatakan:
“Ya Rabb (Tuhan) kami, berilah kami segala yang baik di
dunia dan segala yang baik di
akhirat, dan peliharalah
kami dari azab Api.” (Al-Baqarah [2]:201-202).
Jawaban Allah Swt. Terhadap Doa Nabi Ibrahim a.s.
Ada hal yang sangat menakjubkan mengenai jawaban Allah Swt. terhadap doa-doa yang dipanjatkan Nabi Ibrahim
a.s. berkenaan dengan Baitullah (Ka’bah)
yang beliau bangun kembali bersama putra beliau, Nabi Ismail a.s., firman-Nya:
وَ اِذۡ
جَعَلۡنَا الۡبَیۡتَ مَثَابَۃً لِّلنَّاسِ
وَ اَمۡنًا ؕ وَ اتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ
اِبۡرٰہٖمَ مُصَلًّی ؕ وَ عَہِدۡنَاۤ اِلٰۤی اِبۡرٰہٖمَ وَ اِسۡمٰعِیۡلَ اَنۡ طَہِّرَا بَیۡتِیَ لِلطَّآئِفِیۡنَ وَ الۡعٰکِفِیۡنَ وَ
الرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ ﴿﴾ وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ
الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ
وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ ؕ قَالَ وَ
مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ
النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ
الۡمَصِیۡرُ ﴿﴾
Dan
ingatlah ketika Kami jadikan Rumah
(Ka’bah) itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman, dan jadikanlah
maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Isma'il: “Sucikanlah
rumah-Ku itu untuk orang-orang yang
tawaf, yang ‘itikaf, yang rukuk dan yang sujud.” Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: “Ya Rabbi (Tuhan-ku), jadikanlah
tempat ini kota yang aman, وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki
berupa buah-buahan kepada penduduknya
dari antara me-reka yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka
Aku akan memberi sedikit kesenangan kepada-nya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:126-127).
Matsabah berarti suatu tempat yang apabila orang mengunjunginya ia berhak memperoleh pahala; atau tempat yang sering
dikunjungi dan menjadi tempat berkumpul (Al-Mufradat).
Ka’bah, dan karenanya maka kota Mekkah
juga dinyatakan menjadi tempat keamanan
dan ketenteraman. Kerajaan-kerajaan
yang gagah-perkasa telah runtuh dan
daerah-daerah yang membentang luas telah menjadi belantara sejak permulaan sejarah (QS.7:5; QS.21:12; QS.22:46-47;
QS.28:58-60; QS.65:9-10), tetapi keamanan
Mekkah secara lahiriah tidak pernah
terganggu (QS.29:68; QS.106:1-6; QS.106:1-4).
|
Pusat-pusat keagamaan agama-agama lain tidak pernah
menyatakan, dan pada hakikatnya tidak pernah menikmati keamanan demikian dan kekebalan
terhadap bahaya, tetapi Mekkah senantiasa merupakan tempat yang aman dan tenteram. Tiada penakluk asing pernah memasukinya tanpa mengalami kehinaan, contohnya Abrahah, penguasa Kristen dari Yaman (QS.106:1-6), tempat
(Makkah) itu senantiasa tetap ada di tangan
mereka yang menjunjung-muliakannya.
Kaum yang memperoleh kehormatan sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) di Mekkah adalah kaum
Quraisy, tetapi ketika mereka tidak
lagi menjaga “kesucian” Ka’bah (Baitullah) dari kekotoran kemusyrikan (Al-Baqarah [2]:126-127) –
dan di masa menjelang pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. sesuai pengabulan doa Nabi Ibrahim a.s. (QS.128-130), di Ka’bah terdapat sebanyak 360 berhala sembahan para kabilah bangsa Arab -- lalu Allah Swt. membangkitkan umat Islam melalui Nabi Besar Muhammad
saw. sebagai “pemelihara” Ka’bah (Baitullah)
selanjutnya hingga saat ini, menggantikan
kaum Quraisy Mekkah, firman-Nya:
وَ اِذۡ
قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ
ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ
السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ
فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لَہُمۡ
اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ
ہُمۡ یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ
الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ ؕ اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah, jika Al-Quran ini benar-benar
kebenaran dari Engkau maka hujanilah
kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ -- Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka, وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ -- dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. وَ مَا لَہُمۡ اَلَّا یُعَذِّبَہُمُ اللّٰہُ وَ ہُمۡ
یَصُدُّوۡنَ عَنِ الۡمَسۡجِدِ الۡحَرَامِ وَ مَا کَانُوۡۤا اَوۡلِیَآءَہٗ -- Dan mengapa Allah tidak akan mengazab mereka,
sedangkan mereka menghalang-halangi orang-orang dari Masjidilharam, dan mereka sekali-kali bukanlah orang-orang yang berhak melindunginya? اِنۡ اَوۡلِیَآؤُہٗۤ اِلَّا الۡمُتَّقُوۡنَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ
لَا یَعۡلَمُوۡنَ -- Tidak lain yang
berhak melindunginya melainkan orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfāl [8]:33-35).
Kira-kira seperti kata-kata itu jugalah Abu Jahal mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa
itu dikabulkan secara harfiah. Abu
Jahal bersama beberapa pemimpin Quraisy
yang lain, terbunuh dan mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam
sebuah lubang.
Orang-orang kafir Mekkah mendapat hukuman Allah Swt. sesuai doa takabbur yang dipanjatkan Abu
jahal tersebut, setelah Nabi Besar
Muhammad saw. dipaksa oleh mereka --
melalui makar-buruk yang mereka lakukan -- sehingga beliau saw. hijrah meninggalkan
Mekkah menuju Madinah (QS.8:31; QS.9:40).
Rasul-rasul Allah berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukum-an dari langit, itulah sebabnya selama Nabi Besar
Muhammad saw. berada di Mekkah, bagaimana pun zalimnya perlakuan Abu Jahal
dan kawan-kawannya kepada beliau saw. dan umat
Islam tetapi Allah Swt. tidak menghukum mereka di Mekkah -- yang dinyatakan
sendiri oleh Allah Swt. sebagai kota yang
aman (Al-Baqarah [2]:126-127).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Mei
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar