Jumat, 01 Mei 2015

Pengulangan Ketakabburan dan Kedengkian Iblis Kepada Adam (Khalifah Allah) di Berbagai Zaman & Nubuatan Dalam Surah Yaa Siin Mengenai Kedatangan Rasul Akhir Zaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 41

    
 Pengulangan Ketakaburan dan Kedengkian Iblis Terhadap Adam (Khalifah Allah) di Berbagai Zaman & Nubuatan Dalam Surah Yā Sīn Mengenai Kedatangan Rasul Akhir Zaman
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai janji Allah Swt. sehubungan akan dibangkitkan-Nya lagi silsilah Khilafat atas jalan (minhāj) kenabian di kalangan umat Islam,  firman-Nya:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka agamanya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.  (An-Nūr [24]:56).
        Jadi, siapa pun dan pihak mana pun  yang berusaha ingin menegakkan sistem kekhalifahan dalam Islam  atas dasar upaya mereka sendiri pasti akan mengalami kegagalan, sebab tidak ada khilafat tanpa didahului oleh kenabian, dan masalah kenabian sepenuhnya merupakan urusan  dan wewenang Allah Swt. (QS.7:35-37), firman-Nya:
وَ لَمَّا جَآءَہُمُ الۡحَقُّ  قَالُوۡا ہٰذَا سِحۡرٌ  وَّ اِنَّا بِہٖ  کٰفِرُوۡنَ ﴿﴾  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ ﴿﴾  اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ ؕ نَحۡنُ قَسَمۡنَا بَیۡنَہُمۡ  مَّعِیۡشَتَہُمۡ فِی الۡحَیٰوۃِ الدُّنۡیَا وَ رَفَعۡنَا بَعۡضَہُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ لِّیَتَّخِذَ بَعۡضُہُمۡ بَعۡضًا سُخۡرِیًّا ؕ وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ  مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ ﴿﴾
Tetapi tatkala datang kepada mereka kebenaran,   mereka berkata:  "Ini adalah sihir, dan sesungguhnya kami mengingkarinya."  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ  --  Dan mereka berkata: "Mengapakah Al-Quran ini tidak diturunkan kepada seseorang besar dari kedua kota besar itu?"  اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ  -- Apakah mereka yang  membagi-bagikan  rahmat Rabb (Tuhan) engkau? Kami-lah Yang membagi-bagikan di antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami mengangkat sebagian mereka di atas sebagian lain dalam derajat, supaya sebagian dari mereka dapat melayani yang lainnya. وَ رَحۡمَتُ رَبِّکَ خَیۡرٌ  مِّمَّا یَجۡمَعُوۡنَ  -- Dan rahmat  Rabb (Tuhan) engkau adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Az-Zukkhruf [43]:31-33).

Ketakaburan dan Kedengkian Para Pemuka Bani Israil Terhadap Thalut (Gideon)

     Kedua kota besar itu pada umumnya difahami kota-kota Mekkah dan Tha'if. Pada zaman  Nabi Besar Muhammad saw.  kota itu merupakan dua buah pusat kehidupan sosial dan politik bangsa Arab. Jadi, makna ayat:  وَ قَالُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ ہٰذَا الۡقُرۡاٰنُ عَلٰی رَجُلٍ مِّنَ الۡقَرۡیَتَیۡنِ  عَظِیۡمٍ  --  dan mereka berkata: "Mengapakah Al-Quran ini tidak diturunkan kepada seseorang besar dari kedua kota besar itu?” hal tersebut merupakan celaan  dan penghinaan kepada Nabi Besar Muhammad saw. karena seharusnya yang pantas diutus sebagai Rasul Allah  di kalangan bangsa Arab adalah salah seorang orang besar  di kota Mekkah dan Tha’if, bukannya  Nabi Besar Muhammad saw., seorang anak-yatim  dan miskin.
    Sikap takabbur dan kedengkian  para pemuka kaum Mekkah pimpinan Abu jahal tersebut sebelumnya dilakukan pula oleh para pemuka Bani Israil terhadap Thalut (Gideon) yang diangkat oleh Allah Swt. sebagai raja bagi mereka, dengan mengatakan kepada nabi mereka bahwa  salah seorang di antara mereka yang lebih pantas menjadi raja daripada Thalut  yang miskin, berikut firman-Nya kepada Nabi besar Muhammad saw.:
اَلَمۡ تَرَ  اِلَی الۡمَلَاِ مِنۡۢ بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ مِنۡۢ بَعۡدِ مُوۡسٰی ۘ اِذۡ  قَالُوۡا لِنَبِیٍّ لَّہُمُ ابۡعَثۡ لَنَا مَلِکًا نُّقَاتِلۡ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ؕ قَالَ ہَلۡ عَسَیۡتُمۡ  اِنۡ کُتِبَ عَلَیۡکُمُ الۡقِتَالُ اَلَّا تُقَاتِلُوۡا ؕ قَالُوۡا وَ مَا لَنَاۤ  اَلَّا نُقَاتِلَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ وَ قَدۡ اُخۡرِجۡنَا مِنۡ دِیَارِنَا وَ اَبۡنَآئِنَا ؕ فَلَمَّا کُتِبَ عَلَیۡہِمُ الۡقِتَالُ تَوَلَّوۡا اِلَّا قَلِیۡلًا مِّنۡہُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ عَلِیۡمٌۢ  بِالظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ  اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ مَلِکًا ؕ قَالُوۡۤا  اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً مِّنَ الۡمَالِ ؕ قَالَ  اِنَّ اللّٰہَ  اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ بَسۡطَۃً فِی الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾ وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ   مِّمَّا تَرَکَ اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لَّکُمۡ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾٪
Apakah engkau tidak  melihat mengenai para pemuka Bani Israil sesudah Musa, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: “Angkatlah bagi kami seorang raja, supaya kami dapat berperang di jalan Allah.” Ia berkata:  Mungkin saja kamu tidak akan berperang jika berperang itu diwajibkan atas kamu?” Mereka berkata: “Mengapa kami tidak akan berperang  di jalan Allah padahal sungguh  kami telah diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari anak-anak kami?” Tetapi tatkala berperang ditetapkan atas mereka,  mereka berpaling  kecuali sedikit  dari mereka, dan Allah Maha Mengetahui orang-orang  yang zalim. وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ  اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ مَلِکًا --  dan  nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut  menjadi raja bagi kamu.”    قَالُوۡۤا  اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً مِّنَ الۡمَالِ   -- Mereka berkata:  “Bagaimana ia bisa memiliki  kedaulatan atas kami, padahal kami lebih berhak memiliki kedaulatan  daripadanya, karena ia tidak pernah diberi harta yang berlimpah-ruah?”  قَالَ  اِنَّ اللّٰہَ  اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ بَسۡطَۃً فِی الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ  -- Ia berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya sebagai raja atas kamu dan me-lebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan badan.”  وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ  -- Dan  Allah memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui.  وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ   مِّمَّا تَرَکَ اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  --  Dan  nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya tanda kedaulatannya ialah bahwa akan da-tang kepada kamu suatu Tabut, yang di dalamnya mengandung keten-teraman dari Rabb (Tuhan)  kamu dan  pusaka peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dipikul oleh malaikat-malaikat, اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لَّکُمۡ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ  -- sesungguhnya dalam hal ini benar-benar ada suatu Tanda bagi kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang  beriman.” (Al-Baqarah  [2]:247-249).
         Jadi, menjawab keberatan atau protes Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap pengangkatan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah dalam firman Allah Swt. sebelumnya (Az-Zukkhruf [43]:31-33), Allah Swt. menjawab:  اَہُمۡ یَقۡسِمُوۡنَ رَحۡمَتَ رَبِّکَ  -- “apakah mereka yang  membagi-bagikan  rahmat Rabb (Tuhan) engkau?”

Pengulangan Ketakaburan dan Kedengkian Iblis Kepada Adam (Khalifah Allah)

         Ayat tersebut menyatakan penyesalan keras Allah Swt. terhadap orang-orang kafir dengan mengatakan kepada mereka bahwa sejak kapankah mereka telah menyombongkan diri mengambil peranan menjadi pembagi rahmat dan kasih-sayang Allah, atau mempunyai hak istimewa memutuskan siapa yang berhak dan siapa yang tidak berhak menerima rahmat dan kasih-sayang Allah? Dalam Surah lain Allah Swt. berfirman mengenai akan berakhirnya ketakaburan para penguasa Kristen – yakni kerajaan Romawi   -- di zaman Nabi Besar Muhammad saw.:
فَکَیۡفَ اِذَا جَمَعۡنٰہُمۡ لِیَوۡمٍ لَّا رَیۡبَ فِیۡہِ ۟ وَ وُفِّیَتۡ کُلُّ نَفۡسٍ مَّا کَسَبَتۡ وَ ہُمۡ لَا یُظۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ قُلِ اللّٰہُمَّ مٰلِکَ الۡمُلۡکِ تُؤۡتِی الۡمُلۡکَ مَنۡ تَشَآءُ وَ تَنۡزِعُ الۡمُلۡکَ مِمَّنۡ تَشَآءُ ۫ وَ تُعِزُّ مَنۡ تَشَآءُ وَ تُذِلُّ مَنۡ تَشَآءُ ؕ بِیَدِکَ الۡخَیۡرُ ؕ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ ﴿﴾  تُوۡلِجُ الَّیۡلَ فِی النَّہَارِ وَ تُوۡلِجُ النَّہَارَ فِی الَّیۡلِ ۫ وَ تُخۡرِجُ الۡحَیَّ مِنَ الۡمَیِّتِ وَ تُخۡرِجُ الۡمَیِّتَ مِنَ الۡحَیِّ ۫ وَ تَرۡزُقُ مَنۡ تَشَآءُ بِغَیۡرِ  حِسَابٍ﴿﴾
Maka bagaimanakah keadaan mereka  apabila Kami himpun mereka pada Hari yang di dalamnya tidak ada keraguan, dan tiap-tiap jiwa akan diganjar sepenuhnya untuk apa yang telah diusahakannya dan mereka  tidak akan dizalimi.    قُلِ اللّٰہُمَّ مٰلِکَ الۡمُلۡکِ تُؤۡتِی الۡمُلۡکَ مَنۡ تَشَآءُ وَ تَنۡزِعُ الۡمُلۡکَ مِمَّنۡ تَشَآءُ ۫  --Katakanlah: “Wahai  Allah, Pemilik kedaulatan, Engkau  memberikan kedaulatan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau  mencabut kedaulatan dari siapa yang Eng-kau kehendaki,  وَ تُعِزُّ مَنۡ تَشَآءُ وَ تُذِلُّ مَنۡ تَشَآءُ    --  Engkau  memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau  menghinakan siapa yang Engkau kehendaki, بِیَدِکَ الۡخَیۡرُ ؕ اِنَّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ قَدِیۡرٌ  -- di Tangan Engkau-lah segala kebaikan, sesungguhnya  Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Ali ‘Imran [3]:26-27).
     Pada hakikatnya “keberatan” yang dikemukakan orang-orang kafir mengenai kebijaksanaan Allah Swt. mengutus seorang rasul Allah   di setiap zaman kenabian (QS.7:35-37)  merupakan pengulangan  ketakaburan iblis  yang menolak “sujud” (patuh-taat) kepada Adam (Khalifah Allah), ketika Allah Swt. memerintahkan kepada para malaikat untuk “sujud” kepada Adam, karena iblis menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam  (QS.2:31-35; QS.7:12-13; QS.15:29-33; QS.17:62; QS.18:51; QS.20:117; QS.38:72-77).
   Berikut ini adalah beberapa contoh pengulangan ketakaburan dan kedengkian  iblis  kepada Adam (Khalifah Allah) di berbagai zaman kenabian, termasuk di Akhir Zaman ini:
 (1) kedengkian yang diperagakan oleh saudara-saudara  seayah Nabi Yusuf a.s. ketika mereka  menginginkan membunuh Nabi Yusuf a.s.  dan menganggap ayah mereka Nabi  Yaqub a.s.  telah keliru lebih mencintai Nabi Yusuf a.s. daripada mencintai mereka  padahal  mereka  itu baik dari dari segi umur lebih tua daripada Nabi Yusuf a.s. dan jumlah  mereka lebih banyak (QS.12:4-19).
 (2) kedengkian para pemuka Bani Israil terhadap para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, mulai Nabi Musa a.s. sampai dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  (QS.2:88-89).
 (3) kedengkian orang-orang Yahudi atau golongan Ahli Kitab kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang berasal dari kalangan Bani Isma’il, sebab menurut mereka kalau pun ada lagi rasul Allah  setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.    – yakni “Nabi yang seperti Musa   atau “Nabi itu” (Ulangan 18:18; Yohanes 1:19-28 ) atau  Ia yang datang dalam nama Tuhan” (Matius 23:37-39) atau “Roh Kebenaran” (Yohanes   16:12-13), seharusnya ia berasal dari kalangan Bani Israil, bukannya dari bangsa Arab (Bani Isma’il).
  (4) kedengkian Abu Jahal dan  para pemuka kaum Quraisy Mekkah  kepada Nabi Besar Muhammad saw., bahwa seharusnya yang pantas menjadi rasul Allah Allah seharusnya  salah  seorang pembesar kota Mekkah atau kota Tha’if, bukannya Nabi Besar Muhammad saw. (QS.43:31-33).
   (5) kedengkian iblis  kepada Adam  (Khalifah Allah) tersebut   berulang  lagi di Akhir Zaman ini ketika Allah Swt. membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s.   sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.  atau sebagai misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) atau sebagai pengutusan kedua kali  secara ruhani Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5), dengan menyatakan bahwa kalau benar Allah Swt. mengutus lagi Rasul Allah di Akhir Zaman ini maka seharusnya ia dari kalangan  bangsa Arab (Bani Isma’il) di wilayah Timur Tengah, bukannya di Hindustan.

Nubuatan Dalam Surah Yā Sīn  Mengenai Kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s.

    Terhadap keberatan tersebut Allah Swt. telah berfirman mengenai “rajulun yas’a min aqsal- madinah”  (seorang laki-laki    yang datang berlari-lari dari bagian terjauh kota itu), yang  memperingatkan para penduduk “kota” tersebut yang mendustakan  para Rasul Allah yang diutus kepada mereka (QS.36:14-22), firman-Nya:
وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی قَالَ یٰقَوۡمِ اتَّبِعُوا الۡمُرۡسَلِیۡنَ ﴿ۙ﴾  اتَّبِعُوۡا مَنۡ لَّا یَسۡـَٔلُکُمۡ اَجۡرًا وَّ ہُمۡ مُّہۡتَدُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَا لِیَ  لَاۤ  اَعۡبُدُ الَّذِیۡ فَطَرَنِیۡ وَ  اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ ﴿﴾
Dan datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki  dengan berlari-lari, ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah rasul-rasul itu. Ikutilah mereka yang tidak meminta upah dari kamu dan mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan mengapakah aku tidak menyembah Tuhan Yang menciptakan diriku  dan  Yang kepada-Nya  kamu akan dikembalikan? ” (Yā Sīn [36]:21-22).
         Kata-kata  “bagian terjauh kota itu” dalam ayat  وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی  -- “Dan datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki  dengan berlari-lari” dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam yakni Mekkah,  yaitu  Qadian di Hindustan. Dan Isyarat yang terkandung dalam kata rajulun (seorang laki-laki) dapat tertuju kepada Al-Masih Mau’ud a.s.  yang telah disebut demikian dalam suatu hadits  Nabi Besar Muhammad saw. yang terkenal  yaitu Bukhari, Kitab at-Tafsir surah Al-Jumu’ah ayat 3-4  mengenai  makna ayat  wa ākhirīna minhum, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾      وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya,  mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
   Makna ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --   “dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” bahwa Al-Quran (agama Islam) yang diajarkan Nabi Besar Muhammad saw.   bukan ditujukan hanya untuk bangsa Arab belaka   -- yang di tengah-tengah bangsa itu beliau saw. dibangkitkan  sebagaimana dikemukakan ayat 3 --  melainkan kepada seluruh bangsa bukan-Arab juga, dan bukan hanya kepada orang-orang sezaman beliau saw., melainkan juga kepada keturunan demi keturunan manusia yang akan datang hingga kiamat.

Pengutusan Kedua Kali Nabi Besar Muhammad Saw. & Al-Masih Mau’ud a.s. Diutus  di Puncak Masa Kemunduran Umat Islam

    Atau ayat ini dapat juga berarti bahwa Nabi Besar Muhammad saw. akan dibangkitkan lagi di antara kaum yang belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa hidup beliau saw..  Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadits Nabi saw. yang termasyhur, ketika menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. mengenai makna   pengutusan  lagi beliau saw. yang diisyaratkan dalam ayat: وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ   --   “dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.”  
    Abu Hurairah r.a. berkata: “Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw. ketika Surah Al-Jumu’ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada beliau  saw.  “Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?”Salman al-Farsi (Salman asal Parsi) sedang duduk di antara kami.
   Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda: “Bila iman telah terbang ke Bintang Tsuraya, seorang lelaki dari mereka ini pasti akan menemukannya.” (Bukhari).
     Hadits Nabi Besar Muhammad saw. ini menunjukkan bahwa ayat ini dikenakan kepada seorang lelaki dari keturunan Parsi.  Al-Masih Mau’ud  a.s., Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah, adalah dari keturunan Parsi. Hadits Nabi Besar Muhammad saw. lainnya menyebutkan kedatangan Al-Masih Mau’ud a.s. pada saat ketika tidak ada yang tertinggal di dalam Al-Quran kecuali kata-katanya, dan tidak ada yang tertinggal di dalam Islam selain namanya, yaitu, jiwa ajaran Islam yang sejati akan lenyap.  (Baihaqi).
  Bahkan dalam hadits tersebut beliau saw. menyatakan:   ulama-uhum syarrun man tahta adimis- sama-i -- (ulama mereka seburuk-buruk manusia di  bawah kolong  langit;   takhrujul- fitnah min afwāhihim  -- dari mulut mereka akan keluar fitnah;    wa ilayhim ta’ād  --  yang akan kembali kepada diri mereka.”
   Sabda Nabi Besar Muhammad saw.  mengenai keadaan umat Islam di masa kemunduran tersebut   sesuai dengan   firman-Nya berikut ini:
یُدَبِّرُ الۡاَمۡرَ مِنَ السَّمَآءِ  اِلَی الۡاَرۡضِ ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dia mengatur perintah dari langit sampai bumi, kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung.   (As-Sajdah [32]:6).
         Ayat ini menunjuk kepada suatu pancaroba sangat hebat, yang ditakdirkan akan menimpa Islam dalam perkembangannya yang penuh dengan perubahan itu. Islam akan melalui suatu masa kemajuan dan kesejahteraan yang mantap selama 3 abad pertama kehidupannya. Nabi Besar Muhammad saw.   diriwayatkan pernah menyinggung secara jitu mengenai kenyataan itu dalam sabda beliau saw.: “Abad terbaik ialah abad di kala aku hidup, kemudian abad berikutnya, kemudian abad sesudah itu” (Tirmidzi & Bukhari, Kitab-usy-Syahadat).
       Islam mulai mundur sesudah 3 abad pertama masa keunggulan dan keme-nangan pertama yang tiada henti-hentinya. Peristiwa kemunduran dan kemerosotannya berlangsung dalam masa 1000 tahun berikutnya. Kepada masa 1000 tahun inilah, telah diisyaratkan dengan kata-kata: ثُمَّ یَعۡرُجُ  اِلَیۡہِ  فِیۡ یَوۡمٍ کَانَ مِقۡدَارُہٗۤ اَلۡفَ سَنَۃٍ  مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ  -- “Kemudian perintah itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari, yang hitungan lamanya seribu tahun.”
         Jadi, Al-Quran dan hadits kedua-duanya sepakat bahwa ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ   --  Dan Dia akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka yang belum bertemu dengan mereka?” (Al-Jumu’ah ayat 4) ini menunjuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw.  di Akhir Zaman ini secara ruhani  dalam wujud   Al-Masih Mau’ud a.s..

Kesedihan Hati Rasul Akhir Zaman Menyaksikan Kemunduran  Umat Islam

      Dengan demikian jelaslah bahwa rasul Allah yang merasa sangat  sedih melihat kaumnya telah memperlakukan Al-Quran sebagai sesuatu yang telah ditinggalkan dalam firman-Nya berikut ini adalah Al-Masih Mau’ud a.s., sebab pada  zaman beliau itulah  kemunduran umat Islam selama seribu tahun mencapai puncaknya:  
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا  الۡقُرۡاٰنَ  مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. (Al-Furqān [25]:31).
       Ayat ini dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini., sebagaimana dikemukakan  dalam Hadits Nabi Besar Muhammad asw. sebelum ini  (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa di Akhir Zaman  inilah saat yang dimaksudkan itu.

Membendung Program Kristenisasi di Hindustan & Nubuatan Perlindungan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibunya di Hindustan

        Jadi, kembali kepada nubuatan dalam  firman Allah Swt. mengenai “rajulun yas’a”  (seorang laki-laki yang berlari-lari) yang datang dari   “bagian terjauh kota itu” dalam ayat  وَ جَآءَ مِنۡ اَقۡصَا الۡمَدِیۡنَۃِ  رَجُلٌ یَّسۡعٰی  -- “Dan datang dari bagian terjauh kota itu  seorang laki-laki  dengan berlari-lari” (QS.36:21-22), dapat diartikan suatu tempat yang jauh letaknya dari markas Islam yakni Mekkah,  yaitu  Qadian di Hindustan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 29  April   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar