بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 53
Hakikat Mengapa
Para Penentang Rasul Allah
Diumpamakan Keledai yang Memikul Buku-buku Tebal di Punggungnya
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai ayat اِنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا یُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَہُمۡ لِیَصُدُّوۡا عَنۡ
سَبِیۡلِ اللّٰہِ
-- “sesungguhnya orang-orang kafir membelanjakan harta
mereka guna menghalang-halangi manusia
dari jalan Allah” (Al-Anfāl
[8]:36), ayat tersebut mengandung nubuatan bahwa kekayaan
yang dibelanjakan oleh orang kafir dalam peperangan melawan Islam,
akan terbukti menjadi sumber kesedihan
dan duka cita bagi mereka.
Mengapa demikian? Sebab upaya-upaya
mereka untuk memusnahkan Islam
akan mengalami kegagalan dan anak-cucu mereka sendiri kelak akan menerima Islam lalu menafkahkan harta kekayaannya untuk memajukan perjuangan Islam. Itulah yang terjadi keturunan para penentang
Nabi Besar Muhammad saw., salah satu
contohnya adalah Khalid bin Walid r.a., yang nyaris membuat Nabi Besar Muhammad saw.
terbunuh dalam Perang Uhud, dan Amr bin ‘As r.a. yang menjadi penakluk Mesir.
Menyemburnya “Emas Hitam”
(Minyak Bumi) di Timur Tengah
yang Menimbulkan Pertumpahan Darah
Jawaban
Allah Swt. atas doa Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini: وَ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّ
اجۡعَلۡ ہٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا -- Dan
ingatlah ketika Ibrahim
berkata: “Ya Rabbi (Tuhan-ku), jadikanlah
tempat ini kota yang aman, وَّ ارۡزُقۡ اَہۡلَہٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡہُمۡ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ -- dan berikanlah rezeki
berupa buah-buahan kepada penduduknya
dari antara mereka yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian.” قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka
Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:127), kembali terjadi
di Akhir Zaman saat ini.
Apa sebabnya? Karena walau pun pada
kenyataannya hasil penjualan “emas hitam”
(minyak bumi) oleh negara-negara Muslim
di Timur Tengah telah membuat para penguasa negeri-negeri di Timur Tengah
menjadi sangat kaya-raya, tetapi karena tidak dimanfaatkan untuk mengkhidmati sasama makhluk yang nasibnya
belum beruntung, -- dan bahkan digunakan untuk menyerang sesama Muslim
yang dianggap membahayakan kedudukan
mereka -- maka pasti firman Allah Swt.
kepada Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini akan berlaku bagi mereka: قَالَ وَ مَنۡ کَفَرَ فَاُمَتِّعُہٗ قَلِیۡلًا ثُمَّ اَضۡطَرُّہٗۤ اِلٰی عَذَابِ النَّارِ ؕ وَ بِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Dia berfirman: “Dan orang yang kafir pun maka
Aku akan memberi sedikit kesenangan kepadanya kemudian akan
Aku paksa ia masuk ke dalam azab Api, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al-Baqarah [2]:127),
Jadi, berbagai kobaran api
yang selama ini terjadi di wilayah Timur Tengah
-- termasuk serangan yang akhir-akhir ini dilakukan pasukan koalisi pimpinan kerajaan Saudi Arabia terhadap Yaman merupakan bukti akibat
disia-siakannya rezeki duniawi yang untuk itu Nabi Ibrahim a.s. telah berdoa kepada Allah Swt.
Dari semua bentuk kezaliman
yang dilakukan terhadap sesama Muslim
tersebut -- yang akan
berujung dengan hilangnya kekuasaan
mereka -- yaitu sebagaimana kezaliman
yang terjadi di masa pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. oleh
Abu jahal dan para pemimpin kafir Quraisy lainnya, adalah
berbagai makar-buruk yang selama ini terus menerus dilakukan terhadap Jemaat Muslim Ahmadiyah, yang atas perintah Allah Swt. yang didirikan oleh Al-Masih Mau’ud a.s. guna mewujudkan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ
دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama,
walaupun orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).
Akibat Buruk Melakukan Pendustaan dan Kezaliman
Terhadap Nabi Nuh a.s,
Insya
Allah, dalam waktu yang tidak terlalu lama umat manusia akan menyaksikan
banyaknya “bahtera-bahtera” buatan manusia yang saat ini yang sedang “oleng” -- jika mereka tidak
segera menghentikan kezaliman yang
mereka lakukan terhadap sesama Muslim -- maka
“bahtera-bahtera” buatan manusia
tersebut jika para “nakhodanya” tidak
segera bertaubat kepada Allah Swt. -- akan “tenggelam”, karena digunakan oleh para nakhodanya untuk melakukan “makar buruk” terhadap “Bahtera
Nuh” Akhir Zaman yakni Jemaat Muslim Ahmadiyah, yang dibangun
atas perintah Allah Swt. kepada Al-Masih
Mau’ud a.s., berikut firman-Nya
mengenai Nabi Nuh a.s. dan “bahtera”
(perahu) yang beliau buat :
کَذَّبَتۡ
قَبۡلَہُمۡ قَوۡمُ نُوۡحٍ فَکَذَّبُوۡا عَبۡدَنَا وَ قَالُوۡا
مَجۡنُوۡنٌ وَّ ازۡدُجِرَ ﴿﴾ فَدَعَا رَبَّہٗۤ
اَنِّیۡ مَغۡلُوۡبٌ فَانۡتَصِرۡ ﴿﴾ فَفَتَحۡنَاۤ
اَبۡوَابَ السَّمَآءِ
بِمَآءٍ مُّنۡہَمِرٍ ﴿۫ۖ﴾ وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا فَالۡتَقَی
الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ
قُدِرَ ﴿ۚ﴾ وَ حَمَلۡنٰہُ
عَلٰی ذَاتِ اَلۡوَاحٍ وَّ دُسُرٍ
﴿ۙ﴾ تَجۡرِیۡ
بِاَعۡیُنِنَا ۚ جَزَآءً لِّمَنۡ
کَانَ کُفِرَ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
تَّرَکۡنٰہَاۤ اٰیَۃً فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾ فَکَیۡفَ کَانَ عَذَابِیۡ وَ
نُذُرِ ﴿﴾ وَ لَقَدۡ
یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ ﴿﴾
Sebelum
mereka pun kaum Nuh telah mendustakan, lalu mereka
mendustakan hamba Kami dan mereka berkata: مَجۡنُوۡنٌ وَّ ازۡدُجِرَ -- “Ia orang
gila dan terusir.” فَدَعَا رَبَّہٗۤ اَنِّیۡ
مَغۡلُوۡبٌ فَانۡتَصِر -- Maka ia berdoa kepada Rabb-nya (Tuhan-nya): “Sesungguhnya aku dikalahkan, maka tolonglah
aku.” فَفَتَحۡنَاۤ اَبۡوَابَ السَّمَآءِ بِمَآءٍ
مُّنۡہَمِرٍ -- Maka Kami
membukakan pintu-pintu awan dengan air
yang tercurah deras. وَّ فَجَّرۡنَا الۡاَرۡضَ عُیُوۡنًا
فَالۡتَقَی الۡمَآءُ عَلٰۤی اَمۡرٍ قَدۡ
قُدِرَ -- maka Kami
memancarkan sumber-sumber air di bumi
lalu kedua air itu bertemu
untuk suatu perintah yang telah
ditentukan. وَ حَمَلۡنٰہُ
عَلٰی ذَاتِ اَلۡوَاحٍ وَّ دُسُرٍ -- Dan Kami
mengangkut dia di atas sesuatu yang terbuat
dari papan dan paku, تَجۡرِیۡ بِاَعۡیُنِنَا ۚ جَزَآءً لِّمَنۡ کَانَ کُفِرَ
-- yang berlayar di bawah pengawasan Kami sebagai ganjaran bagi orang yang senantiasa
diingkari. Dan
sungguh Kami benar-benar telah meninggalkan peristiwa itu sebagai
Tanda, maka apakah ada yang mengambil peringatan? Maka betapa
dahsyatnya azab-Ku dan peringatan-Ku! وَ لَقَدۡ یَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّکۡرِ
فَہَلۡ مِنۡ مُّدَّکِرٍ
-- Dan sesungguhnya Kami telah mempermudah Al-Quran untuk diingat, maka apakah ada orang yang mengambil peringatan? (Al-Qamar [54]:10-18).
Firman-Nya
lagi:
حَتّٰۤی اِذَا
جَآءَ اَمۡرُنَا وَ فَارَ التَّنُّوۡرُ ۙ قُلۡنَا احۡمِلۡ فِیۡہَا مِنۡ کُلٍّ
زَوۡجَیۡنِ اثۡنَیۡنِ وَ اَہۡلَکَ اِلَّا مَنۡ سَبَقَ عَلَیۡہِ الۡقَوۡلُ وَ مَنۡ
اٰمَنَ ؕ وَ مَاۤ اٰمَنَ مَعَہٗۤ
اِلَّا قَلِیۡلٌ ﴿﴾ وَ قَالَ ارۡکَبُوۡا
فِیۡہَا بِسۡمِ اللّٰہِ مَجۡؔرٖىہَا وَ مُرۡسٰىہَا ؕ اِنَّ رَبِّیۡ لَغَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ ﴿﴾ وَ ہِیَ تَجۡرِیۡ بِہِمۡ فِیۡ مَوۡجٍ
کَالۡجِبَالِ ۟ وَ نَادٰی نُوۡحُۨ ابۡنَہٗ وَ کَانَ فِیۡ مَعۡزِلٍ یّٰـبُنَیَّ ارۡکَبۡ مَّعَنَا وَ لَا
تَکُنۡ مَّعَ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ
سَاٰوِیۡۤ اِلٰی جَبَلٍ
یَّعۡصِمُنِیۡ مِنَ الۡمَآءِ ؕ قَالَ لَا
عَاصِمَ الۡیَوۡمَ مِنۡ
اَمۡرِ اللّٰہِ اِلَّا مَنۡ
رَّحِمَ ۚ وَ حَالَ بَیۡنَہُمَا الۡمَوۡجُ
فَکَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِیۡنَ ﴿﴾ وَ قِیۡلَ یٰۤاَرۡضُ
ابۡلَعِیۡ مَآءَکِ وَ یٰسَمَآءُ اَقۡلِعِیۡ وَ غِیۡضَ الۡمَآءُ وَ قُضِیَ الۡاَمۡرُ وَ اسۡتَوَتۡ عَلَی
الۡجُوۡدِیِّ وَ قِیۡلَ بُعۡدًا
لِّلۡقَوۡمِ الظّٰلِمِیۡنَ﴿﴾
Hingga
apabila datang perintah Kami dan sumber mata air telah menyembur Kami berfirman: ”Naikkanlah ke atas bahtera itu sepasang dari setiap jenis
jantan dan betina, dan keluarga engkau, kecuali orang yang telah terdahulu
ditetapkan keputusan terhadapnya, dan mereka yang telah beriman. Dan sama
sekali tidak ada yang beriman kepadanya kecuali sedikit jumlahnya. وَ قَالَ
ارۡکَبُوۡا فِیۡہَا بِسۡمِ اللّٰہِ مَجۡؔرٖىہَا وَ مُرۡسٰىہَا -- Dan ia (Nuh) berkata: “Naiklah
ke atasnya, dengan nama Allah
berlayarnya dan berlabuhnya, اِنَّ رَبِّیۡ لَغَفُوۡرٌ
رَّحِیۡمٌ -- sesungguhnya Rabb-ku (Tuhan-ku) Maha
Pengampun, Maha Penyayang.” وَ ہِیَ تَجۡرِیۡ بِہِمۡ فِیۡ مَوۡجٍ کَالۡجِبَالِ -- Dan
bahtera itu melaju dengan membawa mereka di tengah ombak seperti
gunung, وَ نَادٰی نُوۡحُۨ
ابۡنَہٗ وَ کَانَ فِیۡ مَعۡزِلٍ
یّٰـبُنَیَّ ارۡکَبۡ مَّعَنَا -- dan Nuh
berseru kepada anaknya yang senantiasa berada di tempat terpisah: “Hai anakku,
naiklah beserta kami وَ لَا تَکُنۡ مَّعَ الۡکٰفِرِیۡنَ -- dan janganlah
engkau termasuk orang-orang kafir.” قَالَ
سَاٰوِیۡۤ اِلٰی جَبَلٍ
یَّعۡصِمُنِیۡ مِنَ الۡمَآءِ Ia menjawab: “Aku segera akan mencari sendiri perlindungan ke sebuah gunung yang akan menjagaku dari air itu.” قَالَ لَا
عَاصِمَ الۡیَوۡمَ مِنۡ
اَمۡرِ اللّٰہِ اِلَّا مَنۡ
رَّحِمَ -- Ia, Nuh berkata: “Tidak ada tempat berlindung pada hari ini bagi seorang pun
dari perintah Allah, kecuali bagi orang yang Dia kasihani.” وَ حَالَ بَیۡنَہُمَا الۡمَوۡجُ
فَکَانَ مِنَ الۡمُغۡرَقِیۡنَ -- Lalu ombak menjadi penghalang di antara
keduanya maka jadilah ia termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. وَ قِیۡلَ یٰۤاَرۡضُ ابۡلَعِیۡ مَآءَکِ وَ یٰسَمَآءُ اَقۡلِعِیۡ وَ غِیۡضَ
الۡمَآء -- Dan difirmankan: “Hai bumi,
telanlah airmu, dan hai langit, hentikanlah hujan.” Maka air pun surut وَ قُضِیَ
الۡاَمۡرُ وَ اسۡتَوَتۡ عَلَی الۡجُوۡدِیِّ
-- dan perintah
itu selesai, dan bahtera itu pun berlabuh di atas Al-Judi. وَ قِیۡلَ بُعۡدًا لِّلۡقَوۡمِ
الظّٰلِمِیۡنَ -- dan
dikatakan: “Kebinasaanlah bagi orang-orang yang zalim!” (Hūd [11]:41-45).
Uraian tentang akibat buruk melakukan pendustaan terhadap Nabi Nuh a.s. tersebut telah dijelaskan
secara terinci dalam Bab 32 dan beberapa Bab
berikutnya.
Nubuatan Penggantian
“Pemelihara” (Pengkhidmat) Haramain & Perumpamaan Keledai yang Memikul
Setumpuk Buku-buku Tebal
Jadi, sebagaimana yang terjadi pada masa kebangkitan (pengutusan) Nabi Besar
Muhammad saw. yang pertama di kota
Mekkah di wilayah Timur Tengah, demikian
pula pada masa kebangkitan
(pengutusan) beliau saw. yang kedua kali secara
ruhani dalam wujud Al-Masih Mau’ud
a.s. maka nubuatan mengenai
nasib para “pemelihara” Ka’bah (Baitullah) tersebut akan kembali terulang di Akhir Zaman ini (QS.62:3-5), firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ فِی
الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا
مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ
اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ
ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan
kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا
یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang
belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Selanjutnya Allah Swt. memperingatkan umat Islam --
terutama para pemuka agama Islam -- agar tidak seperti para pemikul amanat Taurat
yang
karena tidak melaksanakan
ajarannya sehingga Allah Swt. mengumpamakan
mereka sebagai “keledai yang memikul buku-buku tebal”,
firman-Nya:
مَثَلُ
الَّذِیۡنَ حُمِّلُوا
التَّوۡرٰىۃَ ثُمَّ لَمۡ یَحۡمِلُوۡہَا کَمَثَلِ الۡحِمَارِ یَحۡمِلُ اَسۡفَارًا ؕ بِئۡسَ
مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا
بِاٰیٰتِ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ لَا
یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾
Misal
orang-orang yang dipikulkan kepada
mereka Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya, adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab.
Sangat buruk misal kaum yang mendustakan Tanda-tanda Allah. Dan Allah tidak akan memberi petun-juk kaum
yang zalim. (Al-Jumu’ah [62]:6).
Berikut firman-Nya mengenai keburukan golongan Ahli Kitab yang selalu mendustakan rasul-rasul Allah yang dibangkitkan
di kalangan mereka, sehingga ketika Allah Swt. menubuatkan kedatangan “nabi
yang seperti Musa” – yakni Nabi Besar Muhammad saw. (Ulangan 18:18; QS.46:11) – mereka pun mendustakannya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ اٰتَیۡنَا
مُوۡسَی الۡکِتٰبَ وَ قَفَّیۡنَا مِنۡۢ بَعۡدِہٖ بِالرُّسُلِ ۫ وَ اٰتَیۡنَا
عِیۡسَی ابۡنَ مَرۡیَمَ الۡبَیِّنٰتِ وَ اَیَّدۡنٰہُ بِرُوۡحِ الۡقُدُسِ ؕ
اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ ۚ فَفَرِیۡقًا
کَذَّبۡتُمۡ ۫ وَ فَرِیۡقًا تَقۡتُلُوۡنَ
﴿﴾ وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا ۚۖ فَلَمَّا جَآءَہُمۡ مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ
۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
بِئۡسَمَا اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ
اَنۡفُسَہُمۡ اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ مِنۡ فَضۡلِہٖ
عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ ۚ فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ
عَلٰی غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ ﴿﴾
Dan sungguh
Kami benar-benar telah berikan Alkitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di
belakangnya, dan Kami berikan kepada Isa Ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan juga
Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus. اَفَکُلَّمَا جَآءَکُمۡ رَسُوۡلٌۢ بِمَا لَا تَہۡوٰۤی اَنۡفُسُکُمُ
اسۡتَکۡبَرۡتُمۡ -- Maka
apakah patut setiap datang kepada
kamu seorang rasul dengan membawa apa yang tidak disukai oleh dirimu kamu berlaku
takabur, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian
lainnya kamu bunuh? وَ قَالُوۡا قُلُوۡبُنَا غُلۡفٌ ؕ بَلۡ لَّعَنَہُمُ اللّٰہُ
بِکُفۡرِہِمۡ فَقَلِیۡلًا مَّا
یُؤۡمِنُوۡنَ -- Dan mereka berkata: ”Hati kami tertutup.” Tidak, bahkan Allah
telah mengutuk mereka karena kekafiran mereka maka sedikit
sekali apa yang mereka imani. وَ لَمَّا
جَآءَہُمۡ کِتٰبٌ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰہِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَہُمۡ ۙ وَ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ یَسۡتَفۡتِحُوۡنَ
عَلَی الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا -- Dan
tatkala datang kepada mereka sebuah
Kitab yakni Al-Quran dari Allah menggenapi apa yang ada pada
mereka, sedangkan sebelum itu mereka
senantiasa memohon kemenangan atas orang-orang kafir, فَلَمَّا جَآءَہُمۡ
مَّا عَرَفُوۡا کَفَرُوۡا بِہٖ ۫ فَلَعۡنَۃُ اللّٰہِ عَلَی الۡکٰفِرِیۡنَ -- tetapi tatkala datang kepada mereka apa yang mereka kenali itu lalu mereka kafir kepadanya
maka laknat Allah atas
orang-orang kafir. بِئۡسَمَا
اشۡتَرَوۡا بِہٖۤ اَنۡفُسَہُمۡ
اَنۡ یَّکۡفُرُوۡا بِمَاۤ اَنۡزَلَ
اللّٰہُ بَغۡیًا اَنۡ یُّنَزِّلَ اللّٰہُ
مِنۡ فَضۡلِہٖ عَلٰی مَنۡ یَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِہٖ -- Sangat
buruk hal yang dengan itu mereka telah
menjual dirinya yakni mereka kafir
kepada apa yang diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, فَبَآءُوۡ بِغَضَبٍ عَلٰی
غَضَبٍ ؕ وَ لِلۡکٰفِرِیۡنَ عَذَابٌ
مُّہِیۡنٌ -- lalu mereka
ditimpa kemurkaan demi kemurkaan, dan bagi
orang-orang kafir ada azab yang menghinakan. (Al-Baqarah [2]:88-91).
Bangsa “Pilihan
Tuhan” yang Menjadi Bangsa yang Dimurkai Allah Swt.
Ayat 90
berarti bahwa orang-orang Yahudi biasa membukakan kepada orang-orang musyrik Arab -- turunan Bani Isma’il -- kenyataan
bahwa ada nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab Suci mereka tentang
kedatangan seorang Nabi Allah yang akan menyebarkan
kebenaran ke seluruh dunia (Ulangan
18:18 dan 28:1-2). Tetapi ketika Nabi Allah
itu yakni Nabi Besar Muhammad saw. sungguh-sungguh muncul, sekali pun orang-orang dari antara mereka yang telah
melihat Tanda-tanda dari Allah swt. menjadi sempurna dalam diri beliau saw., mereka berpaling
dari beliau saw..
Atau mungkin pula artinya, bahwa
sebelum diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. orang-orang
Yahudi biasa mendoa dengan khusuk
kepada Allah Swt. agar membangkitkan seorang nabi yang akan
menyebabkan agama yang benar itu menang terhadap agama-agama palsu (Hisyam,
1, 150).
Tetapi ketika Nabi
Allah yang untuknya mereka terus-terus
mendoa itu sungguh-sungguh datang
dan keunggulan haq (kebenaran) di
atas kepalsuan mulai nampak, lalu mereka mendustakannya
dan sebagai akibat penolakan mereka itu maka laknat Allah Swt. telah menimpa
mereka, sehingga “bangsa pilihan
Tuhan” tersebut telah berubah menjadi “bangsa
yang dimurkai” Allah Swt.
sebagaimana tercantum dalam Surah Al-Fatihah ayat 6- 7, firman-Nya:
اِہۡدِ نَا الصِّرَاطَ
الۡمُسۡتَقِیۡمَ ۙ﴿﴾ صِرَاطَ
الَّذِیۡنَ اَنۡعَمۡتَ عَلَیۡہِمۡ ۙ۬ غَیۡرِ الۡمَغۡضُوۡبِ عَلَیۡہِمۡ وَ لَا الضَّآلِّیۡنَ ٪﴿﴾
Tunjukilah kami jalan
yang lurus, yaitu
jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 15 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar