Minggu, 03 Mei 2015

Al-Masih Mau'ud a.s. Menghadang Kesuksesan Penyebaran "Trinitas" dan "Penebusan Dosa" di Hindustan & Nubuatan Berulang Kebebasan Melakukan Ibadah Haji ke Baitullah di Mekkah





بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ


Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 43

    
 Al-Masih Mau’ud a.s. Menghadang Kesuksesan Penyebaran “Trinitas” dan “Penebusan Dosa” di Hindustan  &  Nubuatan Kebebasan Melakukan Ibadah Haji ke Baitullah di Mekkah
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai    bukti-bukti   menjadi saksi untuk menunjukkan kenyataan, bahwa  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.  sungguh-sungguh datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”, firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
        Tetapi bukti terbesar dan paling terang mengenai kedatangan beliau ke Kasymir dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib (Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi (Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa Sahib (Baginda Isa).

Kasymir,  Tempat Wafatnya dan Dikuburnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

     Menurut penuturan sejarah  yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari 1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil yang tercantum dalam Injil.  Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau digambarkan sebagai seorang nabi.
        Tambahan pula Yus Asaf  itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu” yaitu ”pengumpul" yang merupakan salah satu nama sifat Yesus, sebab tugas  beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya, sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku,  lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang sahaja" (Injil Yahya 10:16).
  Kutipan-kutipan yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai masalah ini:
"Makam itu pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh A'zhami, hlm.  82-85).      
"Yus Asaf mengembara di beberapa negeri  hingga beliau tiba di sebuah negeri  yang disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din, hlm. 258-359).
"Hikayat Kasymir itudemikian diberitahukan kepada saya — menyebut­kan seorang  nabi  yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini dituturkan orang di Kasymir  (John Noel's Article in Asia. Oct. 1930).
"Oleh sebab itu kepergian Isa a.s.   ke India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi akal atau sejarah" (Tafsir al­-Manar, jilid 6).
      Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap mengenai masalah ini  lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih di Hindustan) ditulis oleh  MIrza Ghulam Ahmad a.s.  yakni   Al-Masih Mau'ud         a.s. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30 Masehi namun Yesus masih hidup selama 20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
    Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat di mana sesudah beliau terhindar dari kematian terkutuk di atas salib,  Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s.     dan ibunda beliau  tinggal  dengan aman-sentausa dan pulang ke Rahmatullāh, daripada yang dikemukakan oleh Al-Quran  dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber air yang mengalir" yang merupakan lukisan yang sangat tepat mengenai  Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas Notovitch menamakan Kasymir "Lembah Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).

Alasan Rasul Akhir Zaman Tidak Berasal dari Wilayah Timur Tengah

       Alasan (4)   mengapa Allah Swt. membangkitkan Rasul Akhir  Zaman  tidak  di wilayah Timur Tengah melainkan di wilayah Hindustan, yaitu bahwa  dengan dilepaskan-Nya kembali Satan yakni  “naga, si ular tua”   -- dari masa pemenjaraannya 1000 tahun    (Wahyu 20:7-10; Al-Anbiya [21]:97), yakni Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau bangsa-bangsa Kristen  dari Barat    --  mereka  selain menjadikan benua Afrika sebagai  target sasaran penyebaran agama Kristen, wilayah lainnya adalah Hindustan.
        Hindustan  berhasil dikuasai oleh kerajaan Inggris setelah mereka mengalahkan penguasa bangsa  Sikh di Hindustan, yang sebelumnya  mengalahkan    kekuasaan raja-raja kerajaan Mughal yang beragama Islam, yang  juga sebelumnya menggantikan  dominasi kekuasaan raja-raja kerajaan Hindu.
        (5) Sebagaimana dikemukakan dalam alasan no (1) bahwa di wilayah Hindustan  keberadaan berbagai macam agama dan sekte agama   -- seperti agama Hindu, agama Buddha, agama Sikh, agama Islam   dan lain-lain -- semakin banyak ragamnya  setelah  Hindustan dikuasai oleh kerajaan Inggris yang kemudian menyebarkan agama Kristen, sehingga nubuatan Al-Quran mengenai kejayaan Islam yang kedua kali atas  semua agama  melalui Rasul Akhir Zaman sangat tepat, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ   -- supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10).
          (6) Walau pun dari segi politik kedatangan  bangsa Inggris ke Hindustan tersebut merugikan para penguasa Hindu, Muslim dan Sikh, tetapi dari segi kebebasan beragama, kedatangan   penguasa kerajaan Inggris di Hindustan sangat menguntungkan umat Islam,  yang sangat menderita akibat  berbagai  bentuk kezaliman yang dilakukan oleh bangsa Hindu dan Sikh, yang membuat tempat-tempat ibadah umat Islam menjadi hancur atau dijadikan kandang binatang ternak mereka.
         Akibat umat Islam Dinasti Mughal  telah kehilangan kekuasaannya di Hindustan, dan akibat  pemahaman  mengenai agama Islam (Al-Quran) yang dimiliki oleh  para pemuka umat Islam    mengalami kemunduran, sehingga  dengan kedatangan bangsa Inggris di Hindustan   tidak sedikit      kalangan umat Islam   -- termasuk para pemuka agama Islam bahkan  dari kalangan keturunan sayyid – yang kemudian beralih menjadi pemeluk   agama Kristen.
       (7) Dalam masa kemunduran umat Islam  di berbagai wilayah dunia itulah  -- termasuk di Hindustan --  Allah Swt. telah membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai  Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih Mau’ud a.s.  untuk mewujudkan takdir Allah Swt. mengenai kejayaan Islam yang kedua kali (QS.61:10).
      (8)   Demokrasi  yang dipegang-teguh penguasa Inggris di Hindustan, telah memungkinkan   Mirza Ghulam Ahmad a.s. melakukan da’wah Islam serta  mengemukakan kesempurnaan   agama Islam  (Al-Quran) dan kesucian Nabi Besar Muhammad  saw..  tidak mendapat rintangan dari pihak penguasa Inggris di Hindustan, walau pun mereka mengetahui bahwa  jihad di jalan Allah yang dilakukan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah membuat langkah-langkah para missionasis Kristen di Hindustan menjadi tersendat serta mengancam  itikad “Trinitas  dan “penebusan dosa yang mereka  sebar-luaskan di Hindustan.

Perlindungan Allah Swt. Terhadap  Al-Masih Mau’ud a.s. di Hindustan

         Seandainya  Rasul Akhir Zaman  berasal dari bangsa Arab dan lahir di salah satu wilayah Arabia  atau  di Timur Tengah, maka  dapat dipastikan bahwa  bukan saja jiwa beliau akan terus menerus dihadang kematian oleh sesama umat Islam, demikian juga tugas beliau untuk mengunggulkan agama Islam atas agama-agama lainnya (QS.61:10) tidak akan tercapai, karena umat Islam di seluruh Timur Tengah   termasuk penguasa Ottoman   (Turki)  -- sekali pun di kalangan mereka disibukkan dengan pertentangan dan perselisihan faham  --  tetapi   jika ada yang mendakwakan diri sebagai Rasul Allah pasti mereka akan bersatu padu untuk melawannya.
        Walau pun  perlawanan bersama seperti itu terjadi juga  di Hindustan,    di mana para penentang dari pihak Kristen, Muslim,  Hindu   dan Sikh melakukan berbagai “makar buruk” terhadap  Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah   yang mendakwakah bukan saja  sebagai Al-Masih Mau’ud a.s.  dan Imam Mahdi a.s. tetapi juga sebagai   Krisyna, tetapi berkat  system Demokrasi  yang dipegang-teguh oleh Pemerintahan Inggris di Hindustan yang memberi kebebasan  kepada  seluruh penduduk Hindustan mengemukakan pendapat dan keyakinan maka setiap upaya yang bersifat pemaksaan kehendak dengan cara-cara kekerasan, bahkan upaya pembunuhan  terhadap Pendiri Jemaat Ahmadiyah   --  berkat pertolongan dan karunia Allah Swt.   --   selalu gagal.
    Dengan demikian  firman Allah Swt. berkenaan perlindungan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya berlaku pula bagi Al-Masih Mau’ud a.s., firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
     Jadi, betapa sangat  menakjubkan betapa dua orang Al-Masih   -- yakni Al-Masih Musawi  a.s. dan Al-Masih Muhammadi a.s. – telah dokumpulkan oleh Allah Swt. pada tempat perlindungan yang sama yaitu di Hindustan, negeri “para Dewa.”

Alasan Syariat  Mengapa Mirza Ghulam Ahmad a.s. Tidak Melaksanakan Ibadah Haji Ke Mekkah & Nubuatan Berulang Mengenai Ibadah Haji  ke Mekkah

          Masalah  keselamatan jiwa itu pulalah yang menjadi salah satu pertimbangan yang dibenarkan oleh  syariat Islam (QS.2:197; QS.3:97-98; QS.48:26)  mengapa Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, tetapi pada masa putra beliau, Al-Hajj Mirza Basyiruddin Mamud a.s., menjadi  Khalifatul Masih  II r.a., masalah keamanan  di wilayah Timur Tengah memungkinkan bagi beliau  dan orang-orang Muslim Ahmadi  melaksanakan ibadah haji ke Mekkah hingga saat ini.
         Sebab  lainnya selain masalah  keselamatan jiwa  -- mengapa Rasul Akhir Zamam  atau Imam Mahdi a.s. tidak berasal dari wilayah Timur Tengah  --  karena  di wilayah Timur Tengah  - selain agama Islam -- hanya ada agama Yahudi, agama Kristen,   dan agama Majusi.  Di wilayah Timur Tengah tidak ada agama Hindu, Buddha, mau pun Sikh, yang pengaruhnya meluas sampai ke wilayah China, Jepang,  semenanjung Korea;  Asia Tenggara, bahkan ke wilayah Nusantara (Indonesia).
        Jadi, itulah berapa alasan yang sangat logis mengapa Allah Swt. tidak mengutus  Rasul Akhir Zaman atau  Al-Masih Mau ‘ud a.s. dan juga Imam Mahdi a.s.  berasal dari bangsa Arab atau berasal dari  wilayah Timur Tengah  melainkan di wilayah Hindustan, sesuai dengan berbagai nubuatan dalam Al-Quran dan hadits Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ  اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ  اِلٰی رَبۡوَۃٍ  ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan Kami menjadikan  Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki   lembah-lembah hijau  dan    sumber-sumber mata air yang  mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
        Namun   demikian rintangan melaksanakan ibadah hajji ke Baitullah di Mekkah  bagi orang-orang Muslim Ahmadi hanya bersifat sementara saja, sebab nubuatan Al-Quran berikut ini akan kembali berulang di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
لَقَدۡ صَدَقَ اللّٰہُ  رَسُوۡلَہُ  الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ  لَتَدۡخُلُنَّ  الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ   شَآءَ اللّٰہُ  اٰمِنِیۡنَ ۙ مُحَلِّقِیۡنَ  رُءُوۡسَکُمۡ وَ مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا  تَخَافُوۡنَ ؕ فَعَلِمَ  مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ مِنۡ  دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿﴾  ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ  لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ  شَہِیۡدًا ﴿ؕ﴾  مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا ۫ سِیۡمَاہُمۡ  فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ  مِّنۡ  اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ  فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sungguh Allah benar-benar telah menggenapi  rukya Rasul-Nya  dengan benar, niscaya kamu akan memasuki Masjidil Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepala kamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang  tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagi kamu selain itu satu ke-menangan yang dekat.    ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ  لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ  شَہِیۡدًا --  Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang benar, supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama.  Dan  cukuplah Allah sebagai saksi.     مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا  --   Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat  keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang  di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud  cmencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya,    مُحَمَّدٌ  رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ  عَلَی الۡکُفَّارِ  رُحَمَآءُ  بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ  رُکَّعًا سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ  فَضۡلًا مِّنَ  اللّٰہِ  وَ رِضۡوَانًا  --  ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat,  وَ مَثَلُہُمۡ  فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ  اَخۡرَجَ  شَطۡـَٔہٗ  فَاٰزَرَہٗ  فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ     --  dan perumpaman mereka dalam Injil adalah laksana tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh, dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya  لِیَغِیۡظَ بِہِمُ  الۡکُفَّارَ  -- supaya Dia membangkit-kan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu.  وَعَدَ اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنۡہُمۡ  مَّغۡفِرَۃً  وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا  -- Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28-30).
      Pengulangan nubuatan Al-Quran tersebut mengenai  penguasaan kota Mekkah dan pelaksanaan ibadah haji  dengan aman bagi semua orang yang berhak serta wajib melaksanakannya bagi orang-orang yang mampu, sesuai dengan firman-Nya mengenai   akan berdirinya lagi Khilafat kenabian di Akhir Zaman ini:
وَعَدَ  اللّٰہُ  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ  الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ  اَمۡنًا ؕ یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا  یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ  کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ  الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اَطِیۡعُوا الرَّسُوۡلَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿﴾  لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مُعۡجِزِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ مَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ وَ لَبِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman  dan  beramal saleh di antara kamu niscaya Dia  akan menjadikan mereka itu khalifah di bumi ini sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebe-um mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka aga-manya yang telah Dia ridhai bagi mereka,  dan niscaya Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan mereka. Mereka akan menyembah-Ku dan me-reka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa kafir sesudah itu  mereka itulah orang-orang  durhaka.  Dan dirikanlah shalat,  bayar-lah zakat, dan taatilah Rasul supaya kamu mendapat rahmat.  ﴿﴾  لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مُعۡجِزِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ مَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ وَ لَبِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ --  Janganlah engkau menyangka bahwa orang-orang kafir  akan dapat menggagalkan Kami di bumi,  dan tempat tinggal mereka adalah Api, dan sesungguhnya sangat buruk  tempat kembali itu. (An-Nūr [24]:56-58).

 Orang-orang yang “Terhijab” (Terhalang) Melihat Penampakan Allah Swt.

        Kembali kepada Surah Al-Muthaffifin mengenai   orang-orang yang “terhijab” (terhalang) dari memandang penampakkan Allah Swt. di dunia dan di akhirat   -- termasuk di Akhir Zaman ini melalui kedatangan Rasul Akhir Zaman  --  sehingga mereka di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta (QS,17:72-73; QS.20:125-129), firman-Nya: 
وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾  وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾  الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾  وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ  اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah yang engkau ketahui,  apa  sijjīn itu?  Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.  Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  --   Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ  --  Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka.  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ --  Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam.    ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ   -- Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.” (Al-Muthaffifīn [83]:9-18).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai orang-orang yang  mabrur” yakni para pelaku “kebajikan” (birr), yang memiliki “kedekatan” (qurb) dengan Allah Swt:
کَلَّاۤ  اِنَّ  کِتٰبَ الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ ﴿ؕ﴾   وَ مَاۤ  اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ ﴿ؕ﴾  کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ﴿ۙ﴾  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ ﴿ۚ﴾  یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ ﴿ۙ﴾  خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ ﴿ؕ﴾  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ ﴿ۙ﴾  عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali tidak, sesungguh-nya rekaman orang-orang yang baik  (al-abrār) itu niscaya ada di dalam ‘illiyyīn.        Dan tahukah  engkau   apa ‘illiyyūn  itu?    Yaitu sebuah Kitab tertulis.  یَّشۡہَدُہُ  الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- orang-orang didekatkan kepada Allah  akan  menyaksikannya. اِنَّ  الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ --   Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar  dalam kenikmatan,  عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ  -- Mereka duduk di atas dipan-dipan sambil memandang. تَعۡرِفُ فِیۡ  وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ  النَّعِیۡمِ  --   Engkau dapat mengenal  kesegaran nikmat itu pada wajah mereka.   یُسۡقَوۡنَ مِنۡ  رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ --  Mereka akan diberi minum dari minuman yang bermeterai. خِتٰمُہٗ  مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ  -- Meterainya kesturi. Dan  yang demikian itu mereka yang menginginkan  hendaknya menginginkannya.  وَ مِزَاجُہٗ  مِنۡ تَسۡنِیۡمٍ  --  dan  campurannya adalah tasnīm,  عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ  --  Mata air yang minum darinya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.   (Al-Muthaffifīn [83]:19-28).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar , 1 Mei   2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar