بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 43
Al-Masih Mau’ud a.s. Menghadang
Kesuksesan Penyebaran “Trinitas” dan “Penebusan Dosa” di Hindustan & Nubuatan Kebebasan Melakukan Ibadah Haji ke Baitullah di Mekkah
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam
bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai bukti-bukti
menjadi saksi
untuk menunjukkan kenyataan, bahwa Nabi Isa
Ibnu Maryam a.s. sungguh-sungguh
datang ke Kasymir dan orang-orang Kasymir adalah keturunan "Sepuluh Suku Bani Israil yang Hilang”,
firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber mata air yang
mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
Tetapi bukti terbesar dan paling terang
mengenai kedatangan beliau ke Kasymir
dan telah tinggal dan wafat di sana adalah adanya kuburan beliau di kampung Khanyar, Srinagar, Kasymir. Kuburan yang disebut Rauzabal
itu. dikenal dengan berbagai sebutan, yaitu: kuburan Yus Asaf, kuburan Nabi Sahib
(Baginda Nabi), kuburan Syahzadah Nabi
(Nabi Pangeran), dan bahkan kuburan Isa
Sahib (Baginda Isa).
Kasymir, Tempat Wafatnya
dan Dikuburnya Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s.
Menurut penuturan sejarah yang telah terbukti sahnya, Yus Asaf datang ke Kasymir lebih dari
1900 tahun lampau dan mengajar dengan memakai tamsil dan mempergunakan banyak tamsil-tamsil
yang tercantum dalam Injil. Dalam sebagian buku sejarah tertentu. beliau
digambarkan sebagai seorang nabi.
Tambahan pula Yus Asaf itu suatu nama dalam Bible, yang berarti "Yasu”
yaitu ”pengumpul" yang merupakan
salah satu nama sifat Yesus, sebab
tugas beliau adalah mengumpulkan suku-suku Bani
Israil yang telah hilang ke pangkuan Majikannya,
sebagaimana beliau sendiri katakan: "Ada
lagi padaKu domba lain yang bukan masuk kandang domba ini, maka sekalian itu
juga wajib Aku bawa, dan domba-domba itu kelak mendengar akan seruanku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala
seorang sahaja" (Injil Yahya
10:16).
Kutipan-kutipan
yang bernilai sejarah seperti berikut memberi juga sedikit penjelasan mengenai
masalah ini:
"Makam itu
pada umumnya dikenal sebagai makam seorang nabi. Beliau seorang pangeran yang
datang ke Kasymir dari sebuah negeri asing dan giat dalam mengajar orang-orang
Kasymir, Namanya Yus Asaf (Tarikh
A'zhami, hlm. 82-85).
"Yus Asaf
mengembara di beberapa negeri hingga
beliau tiba di sebuah negeri yang
disebut Kasymir. Beliau menjelajah seluruh negeri tersebut dan tinggal di sana
hingga beliau wafat" (Ikmal-ad-Din,
hlm. 258-359).
"Hikayat
Kasymir itu — demikian diberitahukan
kepada saya — menyebutkan seorang nabi
yang tinggal di sana dan memberikan pelajaran seperti dilakukan oleh
Yesus dengan tamsil-tamsil dan kisah-kisah pendek, yang sampai saat ini
dituturkan orang di Kasymir” (John Noel's Article in Asia.
Oct. 1930).
"Oleh sebab
itu kepergian Isa a.s. ke
India dan wafat di Srinagar tidak bertentangan dengan kebenaran, baik dari segi
akal atau sejarah" (Tafsir
al-Manar, jilid 6).
Tetapi kupasan yang lebih baik dan lebih lengkap
mengenai masalah ini lihat buku "Masih Hindustan Mein" (Al-Masih
di Hindustan) ditulis oleh MIrza Ghulam Ahmad a.s. yakni Al-Masih Mau'ud a.s. Lihat pula buku terkenal bernama "Nazarene Gospel Restored” yang
pengarangnya berpendapat bahwa sekalipun secara resmi disalibkan pada tahun 30
Masehi namun Yesus masih hidup selama
20 tahun sesudah kebangkitannya kembali.
Tidak mungkin ada lukisan lebih bagus mengenai tempat
di mana sesudah beliau terhindar dari kematian
terkutuk di atas salib, Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan
ibunda beliau tinggal dengan aman-sentausa
dan pulang ke Rahmatullāh, daripada
yang dikemukakan oleh Al-Quran dalam kata-kata "dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau dan sumber-sumber
air yang mengalir" yang merupakan lukisan
yang sangat tepat mengenai Lembah Kasymir yang indah itu. Nicholas
Notovitch menamakan Kasymir "Lembah
Kebahagiaan Abadi", firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber mata air yang
mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
Alasan Rasul Akhir Zaman Tidak Berasal dari Wilayah Timur Tengah
Alasan (4) mengapa Allah Swt. membangkitkan Rasul Akhir
Zaman tidak di wilayah Timur Tengah melainkan di wilayah Hindustan, yaitu bahwa dengan
dilepaskan-Nya kembali Satan
yakni “naga, si ular tua” -- dari masa pemenjaraannya 1000 tahun (Wahyu 20:7-10; Al-Anbiya [21]:97), yakni
Gog (Ya’juj) dan Magog (Ma’juj) atau bangsa-bangsa
Kristen dari Barat --
mereka selain menjadikan benua Afrika sebagai target sasaran penyebaran agama Kristen, wilayah lainnya adalah Hindustan.
Hindustan berhasil dikuasai oleh kerajaan Inggris setelah mereka mengalahkan penguasa bangsa Sikh
di Hindustan, yang sebelumnya mengalahkan kekuasaan raja-raja kerajaan Mughal yang beragama Islam,
yang juga sebelumnya menggantikan dominasi kekuasaan raja-raja kerajaan Hindu.
(5) Sebagaimana dikemukakan dalam
alasan no (1) bahwa di wilayah Hindustan keberadaan berbagai macam agama dan sekte agama -- seperti agama Hindu, agama Buddha,
agama Sikh, agama Islam
dan lain-lain -- semakin banyak
ragamnya setelah Hindustan
dikuasai oleh kerajaan Inggris yang
kemudian menyebarkan agama Kristen,
sehingga nubuatan Al-Quran mengenai kejayaan Islam yang kedua kali atas semua
agama melalui Rasul Akhir Zaman sangat tepat, firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ -- supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf
[61]:10).
(6) Walau pun dari segi politik kedatangan bangsa
Inggris ke Hindustan tersebut merugikan para penguasa Hindu, Muslim dan Sikh, tetapi
dari segi kebebasan beragama,
kedatangan penguasa kerajaan Inggris di Hindustan sangat menguntungkan umat Islam, yang sangat menderita akibat berbagai
bentuk kezaliman yang
dilakukan oleh bangsa Hindu dan Sikh, yang membuat tempat-tempat ibadah umat Islam menjadi hancur atau dijadikan kandang binatang ternak mereka.
Akibat umat Islam Dinasti Mughal telah kehilangan
kekuasaannya di Hindustan, dan
akibat pemahaman mengenai agama Islam (Al-Quran) yang dimiliki
oleh para pemuka umat Islam mengalami kemunduran, sehingga dengan kedatangan bangsa Inggris di Hindustan
tidak sedikit kalangan umat
Islam -- termasuk para pemuka agama Islam bahkan dari kalangan keturunan sayyid – yang kemudian beralih menjadi pemeluk agama Kristen.
(7) Dalam masa kemunduran umat Islam di berbagai wilayah dunia itulah -- termasuk di Hindustan -- Allah Swt.
telah membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi a.s. dan Al-Masih
Mau’ud a.s. untuk mewujudkan takdir Allah Swt. mengenai kejayaan
Islam yang kedua kali (QS.61:10).
(8) Demokrasi yang dipegang-teguh penguasa Inggris di
Hindustan, telah memungkinkan Mirza
Ghulam Ahmad a.s. melakukan da’wah
Islam serta mengemukakan
kesempurnaan agama
Islam (Al-Quran) dan kesucian Nabi Besar Muhammad saw..
tidak mendapat rintangan dari
pihak penguasa Inggris di Hindustan,
walau pun mereka mengetahui bahwa jihad di jalan Allah yang dilakukan oleh
Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah membuat
langkah-langkah para missionasis Kristen di Hindustan menjadi tersendat
serta mengancam itikad “Trinitas” dan “penebusan
dosa” yang mereka sebar-luaskan di Hindustan.
Perlindungan Allah Swt. Terhadap
Al-Masih Mau’ud a.s. di
Hindustan
Seandainya
Rasul Akhir Zaman berasal dari bangsa Arab dan lahir di salah satu wilayah Arabia atau di Timur
Tengah, maka dapat dipastikan
bahwa bukan saja jiwa beliau akan terus menerus dihadang
kematian oleh sesama umat Islam, demikian juga tugas beliau untuk mengunggulkan
agama Islam atas agama-agama lainnya (QS.61:10) tidak akan tercapai, karena umat Islam di seluruh Timur Tengah termasuk penguasa Ottoman (Turki)
-- sekali pun di kalangan mereka disibukkan dengan pertentangan dan perselisihan
faham -- tetapi
jika ada yang mendakwakan diri
sebagai Rasul Allah pasti mereka akan
bersatu padu untuk melawannya.
Walau pun perlawanan bersama seperti itu terjadi juga di Hindustan,
di
mana para penentang dari pihak Kristen, Muslim, Hindu dan Sikh
melakukan berbagai “makar buruk”
terhadap Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah yang
mendakwakah bukan saja sebagai Al-Masih
Mau’ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. tetapi juga sebagai Krisyna, tetapi berkat system
Demokrasi yang dipegang-teguh oleh Pemerintahan Inggris di Hindustan yang
memberi kebebasan kepada
seluruh penduduk Hindustan
mengemukakan pendapat dan keyakinan maka setiap upaya yang bersifat pemaksaan kehendak dengan
cara-cara kekerasan, bahkan upaya pembunuhan terhadap Pendiri
Jemaat Ahmadiyah -- berkat pertolongan
dan karunia Allah Swt. --
selalu gagal.
Dengan demikian firman Allah Swt. berkenaan perlindungan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunya berlaku pula bagi Al-Masih
Mau’ud a.s., firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber mata air yang
mengalir (Al-Mukminūn [32]:51).
Jadi, betapa sangat menakjubkan betapa dua orang Al-Masih -- yakni Al-Masih
Musawi a.s. dan Al-Masih Muhammadi a.s. – telah dokumpulkan oleh Allah Swt. pada
tempat perlindungan yang sama yaitu
di Hindustan,
negeri “para Dewa.”
Alasan
Syariat Mengapa Mirza Ghulam Ahmad a.s. Tidak
Melaksanakan Ibadah Haji Ke Mekkah
& Nubuatan Berulang Mengenai Ibadah Haji ke Mekkah
Masalah
keselamatan jiwa itu pulalah
yang menjadi salah satu pertimbangan
yang dibenarkan oleh syariat Islam (QS.2:197; QS.3:97-98;
QS.48:26) mengapa Mirza
Ghulam Ahmad a.s. tidak melaksanakan ibadah
haji ke Mekkah, tetapi pada masa putra beliau, Al-Hajj Mirza Basyiruddin Mamud a.s., menjadi Khalifatul
Masih II r.a., masalah keamanan
di wilayah Timur Tengah
memungkinkan bagi beliau dan orang-orang
Muslim Ahmadi melaksanakan ibadah haji ke Mekkah hingga saat ini.
Sebab lainnya selain masalah keselamatan
jiwa -- mengapa Rasul Akhir Zamam atau Imam
Mahdi a.s. tidak berasal dari wilayah Timur Tengah -- karena di wilayah Timur Tengah - selain agama
Islam -- hanya ada agama Yahudi,
agama Kristen, dan agama Majusi. Di wilayah Timur Tengah tidak ada agama Hindu, Buddha, mau pun Sikh,
yang pengaruhnya meluas sampai ke
wilayah China, Jepang, semenanjung
Korea; Asia Tenggara, bahkan ke wilayah Nusantara (Indonesia).
Jadi, itulah berapa alasan
yang sangat logis mengapa Allah Swt.
tidak mengutus Rasul Akhir Zaman atau Al-Masih
Mau ‘ud a.s. dan juga Imam
Mahdi a.s. berasal dari bangsa Arab atau berasal dari wilayah Timur
Tengah melainkan di wilayah Hindustan, sesuai dengan berbagai nubuatan dalam Al-Quran dan hadits Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا ابۡنَ مَرۡیَمَ وَ اُمَّہٗۤ
اٰیَۃً وَّ اٰوَیۡنٰہُمَاۤ اِلٰی
رَبۡوَۃٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَّ مَعِیۡنٍ ﴿٪﴾
Dan
Kami menjadikan Ibnu Maryam dan ibunya suatu Tanda, dan Kami
melindungi keduanya ke suatu dataran yang tinggi yang memiliki lembah-lembah hijau
dan sumber-sumber
mata air yang mengalir (Al-Mukminūn
[32]:51).
Namun
demikian rintangan melaksanakan
ibadah hajji ke Baitullah di
Mekkah bagi orang-orang Muslim Ahmadi hanya bersifat sementara saja, sebab nubuatan
Al-Quran berikut ini akan kembali berulang di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
لَقَدۡ
صَدَقَ اللّٰہُ رَسُوۡلَہُ الرُّءۡیَا بِالۡحَقِّ ۚ لَتَدۡخُلُنَّ
الۡمَسۡجِدَ الۡحَرَامَ اِنۡ
شَآءَ اللّٰہُ اٰمِنِیۡنَ ۙ
مُحَلِّقِیۡنَ رُءُوۡسَکُمۡ وَ
مُقَصِّرِیۡنَ ۙ لَا تَخَافُوۡنَ ؕ
فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُوۡا فَجَعَلَ
مِنۡ دُوۡنِ ذٰلِکَ فَتۡحًا قَرِیۡبًا ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ
اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ
عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا ﴿ؕ﴾ مُحَمَّدٌ
رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا ۫
سِیۡمَاہُمۡ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ مِّنۡ
اَثَرِ السُّجُوۡدِ ؕ ذٰلِکَ مَثَلُہُمۡ
فِی التَّوۡرٰىۃِ ۚۖۛ وَ مَثَلُہُمۡ
فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ
اَخۡرَجَ شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ
فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ لِیَغِیۡظَ بِہِمُ الۡکُفَّارَ ؕ وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا ﴿٪﴾
Sungguh
Allah benar-benar telah menggenapi rukya Rasul-Nya dengan benar,
niscaya kamu akan memasuki Masjidil
Haram dengan aman jika Allah menghendaki, dengan mencukur habis rambut kepala kamu atau memotong pendek tanpa kamu merasa takut. Tetapi Dia mengetahui apa yang tidak kamu ketahui, maka Dia telah menjadikan bagi kamu selain itu
satu ke-menangan yang dekat. ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ
رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰۦ وَ دِیۡنِ
الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ شَہِیۡدًا -- Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang benar, supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama. Dan
cukuplah Allah sebagai
saksi. مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا -- Muhammad itu adalah Rasul Allah, dan orang-orang besertanya sangat keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang di
antara mereka, engkau melihat mereka
rukuk serta sujud cmencari
karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, مُحَمَّدٌ رَّسُوۡلُ اللّٰہِ ؕ وَ الَّذِیۡنَ مَعَہٗۤ
اَشِدَّآءُ عَلَی الۡکُفَّارِ رُحَمَآءُ
بَیۡنَہُمۡ تَرٰىہُمۡ رُکَّعًا
سُجَّدًا یَّبۡتَغُوۡنَ فَضۡلًا مِّنَ
اللّٰہِ وَ رِضۡوَانًا -- ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada
wajah mereka dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam Taurat, وَ مَثَلُہُمۡ فِی الۡاِنۡجِیۡلِ ۚ۟ۛ کَزَرۡعٍ اَخۡرَجَ
شَطۡـَٔہٗ فَاٰزَرَہٗ فَاسۡتَغۡلَظَ فَاسۡتَوٰی عَلٰی سُوۡقِہٖ
یُعۡجِبُ الزُّرَّاعَ -- dan perumpaman
mereka dalam Injil adalah laksana
tanaman yang mengeluarkan tunasnya, kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi
kokoh, dan berdiri mantap pada
batangnya, menyenangkan
penanam-penanamnya لِیَغِیۡظَ
بِہِمُ الۡکُفَّارَ
-- supaya Dia membangkit-kan
amarah orang-orang kafir dengan perantaraan
itu. وَعَدَ اللّٰہُ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
مِنۡہُمۡ مَّغۡفِرَۃً وَّ اَجۡرًا عَظِیۡمًا
-- Allah telah menjanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar. (Al-Fath [48]:28-30).
Pengulangan nubuatan Al-Quran tersebut mengenai
penguasaan kota Mekkah dan pelaksanaan ibadah haji dengan aman
bagi semua orang yang berhak serta wajib melaksanakannya bagi orang-orang yang mampu, sesuai dengan firman-Nya mengenai akan berdirinya lagi Khilafat kenabian di Akhir
Zaman ini:
وَعَدَ اللّٰہُ
الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡکُمۡ وَ
عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَیَسۡتَخۡلِفَنَّہُمۡ فِی الۡاَرۡضِ کَمَا اسۡتَخۡلَفَ
الَّذِیۡنَ مِنۡ قَبۡلِہِمۡ ۪ وَ لَیُمَکِّنَنَّ لَہُمۡ دِیۡنَہُمُ الَّذِی ارۡتَضٰی لَہُمۡ وَ لَیُبَدِّلَنَّہُمۡ
مِّنۡۢ بَعۡدِ خَوۡفِہِمۡ اَمۡنًا ؕ
یَعۡبُدُوۡنَنِیۡ لَا یُشۡرِکُوۡنَ بِیۡ
شَیۡئًا ؕ وَ مَنۡ کَفَرَ بَعۡدَ ذٰلِکَ
فَاُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡفٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ اٰتُوا الزَّکٰوۃَ وَ اَطِیۡعُوا
الرَّسُوۡلَ لَعَلَّکُمۡ تُرۡحَمُوۡنَ ﴿﴾ لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مُعۡجِزِیۡنَ
فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ مَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ وَ لَبِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ ﴿٪﴾
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
dan beramal saleh di antara kamu niscaya
Dia akan menjadikan mereka itu khalifah
di bumi ini sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebe-um mereka khalifah, dan niscaya Dia akan meneguhkan bagi mereka
aga-manya yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya
Dia akan mengubah keadaan mereka dengan ke-amanan sesudah ketakutan
mereka. Mereka akan menyembah-Ku
dan me-reka tidak akan mempersekutukan
sesuatu dengan-Ku, dan barangsiapa
kafir sesudah itu mereka itulah orang-orang
durhaka. Dan
dirikanlah shalat, bayar-lah zakat, dan taatilah Rasul
supaya kamu mendapat rahmat. ﴿﴾ لَا تَحۡسَبَنَّ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مُعۡجِزِیۡنَ فِی الۡاَرۡضِ ۚ وَ
مَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ وَ لَبِئۡسَ الۡمَصِیۡرُ -- Janganlah engkau
menyangka bahwa orang-orang
kafir akan dapat menggagalkan Kami
di bumi, dan tempat tinggal mereka adalah Api, dan sesungguhnya sangat buruk tempat
kembali itu. (An-Nūr [24]:56-58).
Orang-orang yang “Terhijab” (Terhalang)
Melihat Penampakan Allah Swt.
Kembali kepada Surah Al-Muthaffifin mengenai
orang-orang yang “terhijab”
(terhalang) dari memandang penampakkan
Allah Swt. di dunia dan di akhirat
-- termasuk di Akhir Zaman ini
melalui kedatangan Rasul Akhir Zaman -- sehingga mereka di akhirat akan dibangkitkan dalam keadaan buta (QS,17:72-73; QS.20:125-129), firman-Nya:
وَ مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا سِجِّیۡنٌ ؕ﴿﴾ کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ؕ﴿﴾ وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ اِنَّہُمۡ
لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾
ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Dan apakah
yang engkau ketahui, apa sijjīn
itu? Yaitu sebuah kitab tertulis. Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan, yaitu
orang-orang yang mendustakan Hari
Pembalasan. Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak,
bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi
karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ
لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali
tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat
Rabb (Tuhan) mereka.
ثُمَّ اِنَّہُمۡ
لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ -- Kemudian sesungguhnya mereka
pasti masuk ke dalam Jahannam. ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ -- Kemudian
dikatakan: “Inilah apa yang
senantiasa kamu dustakan.”
(Al-Muthaffifīn
[83]:9-18).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai orang-orang yang “mabrur”
yakni para pelaku “kebajikan” (birr),
yang memiliki “kedekatan” (qurb)
dengan Allah Swt:
کَلَّاۤ اِنَّ کِتٰبَ
الۡاَبۡرَارِ لَفِیۡ عِلِّیِّیۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ
مَاۤ اَدۡرٰىکَ مَا عِلِّیُّوۡنَ ﴿ؕ﴾ کِتٰبٌ مَّرۡقُوۡمٌ ﴿ۙ﴾ یَّشۡہَدُہُ
الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
اِنَّ الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ
نَعِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَلَی
الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ ﴿ۙ﴾
تَعۡرِفُ فِیۡ وُجُوۡہِہِمۡ
نَضۡرَۃَ النَّعِیۡمِ ﴿ۚ﴾ یُسۡقَوۡنَ مِنۡ رَّحِیۡقٍ مَّخۡتُوۡمٍ ﴿ۙ﴾ خِتٰمُہٗ
مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ ﴿ؕ﴾ وَ مِزَاجُہٗ مِنۡ
تَسۡنِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Sekali-kali
tidak, sesungguh-nya rekaman orang-orang
yang baik (al-abrār) itu niscaya ada di
dalam ‘illiyyīn. Dan
tahukah engkau apa
‘illiyyūn itu? Yaitu sebuah
Kitab tertulis. یَّشۡہَدُہُ
الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- orang-orang
didekatkan kepada Allah akan menyaksikannya.
اِنَّ
الۡاَبۡرَارَ لَفِیۡ نَعِیۡمٍ -- Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan benar-benar dalam kenikmatan,
عَلَی الۡاَرَآئِکِ یَنۡظُرُوۡنَ
-- Mereka duduk di atas
dipan-dipan sambil memandang. تَعۡرِفُ فِیۡ
وُجُوۡہِہِمۡ نَضۡرَۃَ النَّعِیۡمِ -- Engkau dapat mengenal kesegaran nikmat
itu pada wajah mereka. یُسۡقَوۡنَ مِنۡ رَّحِیۡقٍ
مَّخۡتُوۡمٍ -- Mereka akan diberi minum dari minuman yang bermeterai. خِتٰمُہٗ
مِسۡکٌ ؕ وَ فِیۡ ذٰلِکَ فَلۡیَتَنَافَسِ الۡمُتَنَافِسُوۡنَ -- Meterainya
kesturi. Dan yang demikian itu mereka yang
menginginkan hendaknya menginginkannya. وَ مِزَاجُہٗ مِنۡ
تَسۡنِیۡمٍ -- dan campurannya
adalah tasnīm, عَیۡنًا یَّشۡرَبُ بِہَا الۡمُقَرَّبُوۡنَ -- Mata air yang minum darinya orang-orang
yang didekatkan kepada Allah.
(Al-Muthaffifīn [83]:19-28).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar , 1 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar