Rabu, 06 Mei 2015

Dua "Jannah" (kebun Surgawi) di Sebelah Kanan dan Kiri Aliran Sungai yang Dibangun Kaum Saba di Yaman




بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ



Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt


Bab 46

   
Dua “Jannah” (Kebun Surgawi)   di Sebelah Kanan dan Kiri Aliran Sungai  yang Dibangun Kaum Sabā di Yaman  
 
 Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah dibahas  mengenai makna hakiki serta falsafah dari berbagai  naungan” serta jaminan hidup  -- yang digambarkan dalam bentuk perumpamaan  berupa berbagai macam nikmat-nikmat surgai dalam berbagai  Surah Al-Quran -- misalnya dalam Surah Ath-Thūr, Surah Ar-Rahmān, dan  Surah Al-Wāq’iah -- yang disediakan Allah Swt. dalam “jannah” (kebun/surga) yang dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), yang telah disalah-tafsirkan  dalam makna harfiah,  padahal Allah Swt. telah berfirman:
فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  اَفَمَنۡ کَانَ مُؤۡمِنًا کَمَنۡ کَانَ فَاسِقًا ؕؔ لَا  یَسۡتَوٗنَ ﴿﴾؃ اَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ جَنّٰتُ الۡمَاۡوٰی ۫ نُزُلًۢا بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾  وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ فَسَقُوۡا فَمَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ کُلَّمَاۤ  اَرَادُوۡۤا اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَاۤ اُعِیۡدُوۡا فِیۡہَا وَ قِیۡلَ لَہُمۡ ذُوۡقُوۡا عَذَابَ النَّارِ الَّذِیۡ  کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾   وَ لَنُذِیۡقَنَّہُمۡ مِّنَ الۡعَذَابِ الۡاَدۡنٰی  دُوۡنَ الۡعَذَابِ  الۡاَکۡبَرِ  لَعَلَّہُمۡ  یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾  وَ مَنۡ  اَظۡلَمُ مِمَّنۡ ذُکِّرَ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ثُمَّ اَعۡرَضَ عَنۡہَا ؕ اِنَّا مِنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُنۡتَقِمُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.  Maka apakah seorang yang beriman sama seperti orang fasik? Mereka tidak samaAdapun  orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka ada surga-surga tempat tinggal, sebagai jamuan untuk apa yang telah mereka kerjakan Dan ada pun mengenai orang-orang yang durhaka, tempat tinggal mereka adalah Api.  Setiap kali mereka berkehendak keluar darinya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya, dan akan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah azab Api yang dahulu kamu mendustakannya.”  Dan niscaya  Kami akan membuat mereka merasakan azab yang lebih ringan sebelum azab  yang lebih besar, supaya mereka kembali  kepada kebenaran. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang diperingatkan akan Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya) kemudian berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berdosa (As-Sajdah [32]:18-23).
        Sehubungan ayat فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ  اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ  بِمَا  کَانُوۡا  یَعۡمَلُوۡنَ  --  Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai  balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan” Waktu  Nabi Besar Muhammad saw.  menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).

Keberhasilan Dinasti  Fir’aun  Membangun ”Jannah” (Kebun Surgawi) di  Mesir

      Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan. Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian perbuatan dan tingkah-laku baik yang telah dikerjakan orang-orang bertakwa di alam dunia ini (QS.2:26).
     Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan. Ayat yang sekarang pun dapat berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang beriman  yang bertakwa di alam akhirat bahkan jauh lebih baik dan jauh lebih berlimpah-limpah dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan berada jauh di luar batas jangkauan daya cipta manusia. 
        Makna ungkapan  “Azab yang lebih ringan” dan “azab yang lebih besar”, masing-masing dapat diartikan: (1) penderitaan-penderitaan dalam kehidupan sekarang dan di akhirat; (2) kekalahan kaum Quraisy pada Pertempuran Badar dan kejatuhan Mekkah; (3) kemalangan dan malapetaka lebih kecil yang menimpa orang-orang kafir sebagai peringatan, sebelum mereka pada akhirnya dibinasakan dengan azab Ilahi.
      Sehubungan  dengan  surga  (jannah) yang digambarkan  dengan “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai” yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang beriman yang beramal shaleh (QS.2:26) , dalam Bab sebelumnya Allah Swt. berfirman mengenai Fir’aun:
وَ نَادٰی فِرۡعَوۡنُ فِیۡ  قَوۡمِہٖ  قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾  اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ ﴿﴾  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾  فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya dengan berkata:  یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ  الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ  تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا  تُبۡصِرُوۡنَ  --  "Hai kaumku,  bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat?   اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ  مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ  مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ  یُبِیۡنُ  -- Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang   yang hina ini  dan ia (Musa) tidak dapat menjelaskan?  فَلَوۡ لَاۤ  اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ  اَسۡوِرَۃٌ  مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ  مَعَہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ  مُقۡتَرِنِیۡنَ --   mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya  malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?"  فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ  فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ  --  Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka patuh kepadanya, sesungguhnya mereka adalah kaum durhaka.  فَلَمَّاۤ  اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ  اَجۡمَعِیۡنَ  --   Maka ketika mereka membuat Kami murka,  Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua,   فَجَعَلۡنٰہُمۡ  سَلَفًا وَّ  مَثَلًا  لِّلۡاٰخِرِیۡنَ   -- lalu  Kami menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal bagi kaum yang akan datang  (Az-Zukhruf [43]:52-57). Lihat pula QS.44:18-32.

Buah Mensyukuri SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber daya Alam) yang Dinikmati Kaum Saba’

         Keberhasilan dinasti Fir’aun di Mesir menciptakan “kebun-kebun surgawi” di lembah-lembah aliran sungai Nil   dilakukan pula oleh kaum Saba  pada zaman Nabi Sulaiman a.s., dengan mendirikan bendungan Al-Ma’ārib  (serba guna),  firman-Nya: 
لَقَدۡ کَانَ لِسَبَاٍ  فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ   وَّ  رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ  اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ  بِمَا کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ   اِلَّا الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh  bagi kaum Saba benar-benar terdapat satu Tanda besar di tanah air mereka, yaitu dua kebun  di sebelah kanan dan di kiri sungai.  Kami berfirman:  کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ  --  “Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan) kamu dan berterima kasihlah kepada-Nya.  بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ   وَّ  رَبٌّ غَفُوۡرٌ  -- Negeri yang indah dan  Rabb (Tuhan) Yang  Maha Pengampun.”   فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ  -- Tetapi mereka itu berpaling maka Kami kirimkan kepada mereka banjir dahsyat yang membinasakan.  وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ  اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ  --  Dan Kami mengganti kedua kebun mereka itu dengan dua kebun yang   berbuah buah-buahan pahit, pohon cemara dan sedikit pohon sidr (bidara).   ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ  بِمَا کَفَرُوۡا ؕ   -- Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena mereka tidak bersyukur.  وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ   اِلَّا الۡکَفُوۡرَ  -- Dan tidaklah Kami membalas seperti itu kecuali kepada orang-orang yang sangat tidak bersyukur. (As-Sabā [34]:16-18).
       Saba', sebagaimana tersebut dalam QS.27:23, adalah sebuah kota di negeri Yaman, terletak kira-kira tiga hari perjalanan dari Shan’a yang disebut juga Ma’arib. Kota ini sering disebut-sebut dalam kitab Taurat dan dalam kepustakaan Yunani, Romawi, dan Arab; lebih-lebih pula dalam prasasti-prasasti yang terdapat di Arabia Selatan.
        Bangsa Sabā' adalah bangsa yang sangat makmur lagi berkebudayaan tinggi, dan kepadanya Allah Swt. telah menganugerahkan berlimpah-limpah kehidupan yang serba senang dan sentausa. Seluruh negeri dijadikan subur sekali tanahnya dengan pembuatan bendungan-bendungan dan bangunan-bangunan irigasi lainnya serta sarat dengan kebun-kebun dan sungai-sungai buatan.
       Salah satu  bangunan-bangunan umum yang didirikan guna membantu pertanian, seperti pengempang-pengempang dan bendungan-bendungan,  yang paling tersohor adalah  bendung  Al-Ma’ārib (Encyclopaedia of Islam, Jilid IV, hlm. 16), yang artinya bendung  “serba-guna” (ma’āribu - QS.20:19).
        Tirmidzi menyebut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Farwah bin Malik, bahwa tatkala ditanya, adakah Saba' itu sebuah negeri ataukah seorang perempuan, konon  Nabi Besar Muhammad saw.  bersabda: “Itu bukan nama sebuah negeri atau pun nama seorang perempuan  melainkan nama seorang laki-laki asal Yaman yang mempunyai 10 orang anak laki-laki, 6 di antaranya menetap terus di Yaman, sedang 4 orang selebihnya pergi ke Siria dan bermukim di sana.” (Taj-ul-‘Arus).

Keberhasilan Membangun Bendung-bendung  Penampung Air Hujan Periodik  

        Kata  ‘arim dalam ayat:  فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ  -- “tetapi mereka itu berpaling maka Kami kirimkan kepada mereka banjir dahsyat yang membinasakan,”  berarti suatu bendungan atau beberapa bendungan yang dibangun  di lembah-lembah atau di alur-alur sungai berarus deras; atau sebuah sungai deras yang daya desak arus airnya tidak tetahankan; atau hujan lebat (Lexicon Lane), karena pada hakikatnya pembuatan bendung-bendung  di wilayah kerajaan Saba  adalah  untuk menangkap  (menampung) hujan periodik yang jatuh di pegunungan di dekatnya yang kemudian digunakan untuk mengairi lahan di sekitar kota. Bendung  Al-Ma’arib itu kira-kira 2 mil panjangnya dan 120 kaki tingginya. Bendung  itu hancur kira-kira pada abad pertama atau kedua sebelum Masehi (Palmer).
        Jadi,  seperti halnya  azab Ilahi yang Allah Swt.  timpakan kepada kaum Nabi Nuh a.s., yaitu   terjadi curah hujan yang luar biasa lebatnyta, demikian pula hal tersebut terjadi pada wilayah kaum Saba, sehingga     bendungan-bendungan yang dibangun di lembah-lembah  tersebut   -- termasuk bendungan al-Ma’ārib  -- tidak mampu menahan derasnya aliran air yang mengalir dari pegunungan tersebut  berupa banjir bandang.
      Dengan demikian,  akibat ketidak-bersyukuran kaum Saba’ suatu banjir hebat telah menyebabkan bendung  Ma’arib   -- yang menjadi andalan bangsa Saba’ untuk kemakmuran mereka  -- roboh dan banjir dahsyat tersebut menggenangi seluruh wilayah sehingga menyebabkan kehancuran yang luas jangkauannya.
       Akibatnya,   sebuah negeri penuh dengan taman-taman asri, sungai-sungai buatan dan bangunan-bangunan anggun yang artistic    -- yang disebut  بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ   وَّ  رَبٌّ غَفُوۡرٌ  -- negeri yang indah dan  Rabb (Tuhan) Yang  Maha Pengampun   --  telah berubah menjadi belantara yang membentang luas: وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ  اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ  --  dan Kami mengganti kedua kebun mereka itu dengan dua kebun yang   berbuah buah-buahan pahit, pohon cemara dan sedikit pohon sidr (bidara).   ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ  بِمَا کَفَرُوۡا ؕ   -- demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena mereka tidak bersyukur.  وَ ہَلۡ نُجٰزِیۡۤ   اِلَّا الۡکَفُوۡرَ  -- Dan tidaklah Kami membalas seperti itu kecuali kepada orang-orang yang sangat tidak bersyukur. (As-Sabā [34]:16-18).

Keberhasilan Melaksanakan  Perniagaan Melalui Jalan Darat dari Saba (Yaman) ke Jalan Darat  dari  Saba ke Palestina  &  Doa Buruk” Kaum Saba Melalui Perbuatan Mereka

          Karunia Allah Swt. lainnya yang dianugerahkan Allah Swt. kepada bangsa Saba’ – sebagai buah dari memanfaatkan SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam)  yang mereka miliki   secara tepat guna  -- digambarkan dalam  firman Allah Swt.  selanjutnya mengenai  perniagaan melalui jalan darat    -- selain melakukan hubungan perniagaan  dengan melalui jalur laut   -- firman-Nya:
وَ جَعَلۡنَا بَیۡنَہُمۡ وَ بَیۡنَ الۡقُرَی الَّتِیۡ بٰرَکۡنَا فِیۡہَا قُرًی ظَاہِرَۃً  وَّ قَدَّرۡنَا فِیۡہَا السَّیۡرَ ؕ سِیۡرُوۡا فِیۡہَا لَیَالِیَ وَ اَیَّامًا  اٰمِنِیۡنَ ﴿﴾ فَقَالُوۡا رَبَّنَا بٰعِدۡ بَیۡنَ  اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ    فَجَعَلۡنٰہُمۡ  اَحَادِیۡثَ وَ مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ ؕ اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ  صَبَّارٍ  شَکُوۡرٍ﴿﴾
Dan Kami telah menjadikan antara mereka dan antara kota-kota yang telah Kami  berkati di dalamnya menjadi kota-kota yang berdekatan, dan telah Kami tetapkan perhentian perjalanan di antara kota-kota itu,  Kami berfirman:  سِیۡرُوۡا فِیۡہَا لَیَالِیَ وَ اَیَّامًا  اٰمِنِیۡنَ  --  Berjalanlah di dalamnya dengan aman malam dan siang.” فَقَالُوۡا رَبَّنَا بٰعِدۡ بَیۡنَ  اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ      --  Lalu mereka berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, jauhkanlah jarak di antara perjalanan kami,” dan mereka menzalimi diri sendiri فَجَعَلۡنٰہُمۡ  اَحَادِیۡثَ وَ مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ   -- maka Kami menjadikan mereka buah mulut (cerita) dan Kamimenghancurkan mereka sehancur-hancurnya. اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ  صَبَّارٍ  شَکُوۡرٍ -- Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi setiap orang yang bersabar dan bersyukur    (As-Sabā’ [34]:19-20).
        Kata-kata, “Kota yang telah Kami beri berkat,” menunjuk kepada kota  Yerusalem di Palestina, tempat kedudukan pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., yang dengan kota itu bangsa Saba' melangsungkan hubungan niaga dan mendatangkan kemakmuran.
   Kata-kata, “Kami tetapkan perhentian perjalanan di antara kota-kota,” mengandung pengertian kota-kota yang terletak begitu berdekatan satu sama lain sehingga mudah sekali terlihat, atau kata-kata itu dapat pula berarti  kota-kota terkemuka, dan menunjukkan bahwa jalan dari Yaman ke Palestina dan Siria sangat ramai dilalui orang, aman, dan berpenduduk cukup banyak. Menurut Williams Muir pada waktu itu ada 70 tempat perhentian dari Hadramaut ke Ailah pada jalan dari Yaman ke Siria. Jalan itu ramai dilalui orang lagi aman, diapit di kedua belah tepinya oleh pohon-pohon rimbun.
         Makna ayat: فَقَالُوۡا رَبَّنَا بٰعِدۡ بَیۡنَ  اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ      --  Lalu mereka berkata: “Ya Rabb (Tuhan) kami, jauhkanlah jarak di antara perjalanan kami,” dan mereka menzalimi diri sendiri,” bahwa kata-kata yang diletakkan dalam mulut orang-orang Saba' itu bukan benar-benar mereka mengatakan  seperti itu,  melainkan sesungguhnya menggambarkan keadaan   perbuatan buruk dan zalim mereka yang sebenarnya, yaitu ketika mereka membangkang dan mengingkari perintah-perintah Allah  Swt., dan sebagai akibatnya mereka jadi binasa.
         Jalan yang tadinya makmur dan ramai dilalui orang, kini menjadi sunyi senyap. Kata-kata “Jauhkanlah jarak di antara perjalanan kami,” berarti  bahwa  banyak kota di sepanjang jalan yang menjadi puing-puing, sehingga jarak di antara satu perhentian dengan perhentian lainnya menjadi lebih jauh dan tidak aman.

Menjadi “Buah Tutur” yang Buruk

       Makna ayat selanjutnya: فَجَعَلۡنٰہُمۡ  اَحَادِیۡثَ وَ مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ   -- maka Kami menjadikan mereka buah mulut (cerita) dan Kami menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. اِنَّ  فِیۡ  ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ  صَبَّارٍ  شَکُوۡرٍ --      sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi setiap orang yang bersabar dan bersyukur.   (As-Sabā’ [34]:19-20). Akibat azab Ilahi berupa banjir bandang yang dahsyat tersebut  menyebabkan orang-orang Saba' menjadi hancur sama sekali sehingga tiada tanda atau bekas yang ditinggalkan mereka. Mereka itu hanya menjadi bahan ceritera belaka bagi para juru dongeng  (As-Sabā’ [34]:19-20).
       Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai kehancuran  yang menimpa kaum Sabā’ yang tidak bersyukur kepada Allah  Swt. tersebut:
وَ لَقَدۡ صَدَّقَ عَلَیۡہِمۡ  اِبۡلِیۡسُ ظَنَّہٗ فَاتَّبَعُوۡہُ  اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ لَہٗ  عَلَیۡہِمۡ  مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ  مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ ؕ وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ ﴿٪﴾
Dan  sungguh  iblis benar-benar telah menggenapi sangkaannya mengenai mereka,  maka  mereka mengikutinya,  اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ --  kecuali segolongan dari orang-orang yang beriman.   وَ مَا کَانَ لَہٗ  عَلَیۡہِمۡ  مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  --  Tetapi ia (iblis) sekali-kali tidak memiliki kekuasaan atas mereka,  اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ  مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ --  melainkan supaya Kami dapat menge-tahui orang-orang yang beriman kepa-da akhirat dari orang-orang yang   dalam keraguan mengenainya, وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ  --  dan Rabb (Tuhan) engkau adalah Pemelihara atas segala sesuatu  (As-Sabā’ [34]:21-22).
          Orang-orang Sabā’ dengan perbuatan durhaka mereka menggenapi sangkaan  Iblis syaitan bahwa ia akan berhasil menyesatkan mereka (QS.7:12-19; QS.17:62-66).) Penyebutan mengenai sangkaan iblis  mengenai orang-orang durhaka dan perbuatan jahat mereka ini dapat dijumpai di dalam QS.17:63; di tempat itu syaitan disebut mengatakan bahwa ia akan menyebabkan keturunan Adam binasa, kecuali sedikit dari antara mereka.

Iblis dan Syaitan Selalu Menelantarkan Manusia yang Berhasil Mereka Perdayai

      Pada hakikatnya iblis atau syaitan tidak mempunyai kekuasaan atas manusia. Adalah karena kepercayaan yang sesat dan perbuatannya yang buruk saja maka  manusia mendatangkan kehancuran dalam kehidupan ruhaninya, firman-Nya:
وَ قَالَ  الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan syaitan berkata: اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ   -- “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku telah menyalahinya, وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ  اِلَّاۤ  اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِی  --  dan aku  sekali-kali tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu telah mengabulkan ajakanku. فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ   --  Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. مَاۤ  اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ  اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ --  Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sama sekali tidak dapat menolongku. اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ  -- Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu persekutukan denganku sebelumnya  اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ  عَذَابٌ اَلِیۡمٌ   -- sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka ada azab yang pedih.” (Ibrahim [14]:23).

 (Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4  Mei    2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar