بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
Khazanah Ruhani Surah Al-Ankabūt
Bab 46
Dua “Jannah”
(Kebun Surgawi) di Sebelah Kanan dan Kiri Aliran Sungai yang Dibangun Kaum
Sabā di Yaman
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam bagian
akhir Bab sebelumnya telah dibahas
mengenai makna hakiki serta falsafah dari berbagai “naungan”
serta jaminan hidup -- yang digambarkan dalam bentuk perumpamaan berupa berbagai macam nikmat-nikmat surgai dalam berbagai
Surah Al-Quran -- misalnya dalam Surah Ath-Thūr, Surah Ar-Rahmān,
dan Surah Al-Wāq’iah -- yang disediakan Allah Swt. dalam “jannah” (kebun/surga) yang dijanjikan-Nya kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS.2:26), yang telah disalah-tafsirkan dalam makna harfiah, padahal Allah Swt.
telah berfirman:
فَلَا
تَعۡلَمُ نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِیَ لَہُمۡ
مِّنۡ قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ
بِمَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ اَفَمَنۡ کَانَ مُؤۡمِنًا کَمَنۡ کَانَ فَاسِقًا ؕؔ
لَا یَسۡتَوٗنَ ﴿﴾ اَمَّا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَہُمۡ جَنّٰتُ الۡمَاۡوٰی ۫ نُزُلًۢا بِمَا
کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ فَسَقُوۡا فَمَاۡوٰىہُمُ النَّارُ ؕ کُلَّمَاۤ اَرَادُوۡۤا اَنۡ یَّخۡرُجُوۡا مِنۡہَاۤ
اُعِیۡدُوۡا فِیۡہَا وَ قِیۡلَ لَہُمۡ ذُوۡقُوۡا عَذَابَ النَّارِ الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿﴾ وَ لَنُذِیۡقَنَّہُمۡ مِّنَ
الۡعَذَابِ الۡاَدۡنٰی دُوۡنَ
الۡعَذَابِ الۡاَکۡبَرِ لَعَلَّہُمۡ
یَرۡجِعُوۡنَ ﴿﴾ وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنۡ ذُکِّرَ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ
ثُمَّ اَعۡرَضَ عَنۡہَا ؕ اِنَّا مِنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ مُنۡتَقِمُوۡنَ ﴿٪﴾
Maka tidak ada sesuatu jiwa
mengetahui apa yang tersembunyi bagi
mereka dari penyejuk mata
sebagai balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan. Maka apakah seorang yang beriman sama seperti
orang fasik? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang
yang beriman dan beramal saleh,
maka bagi mereka ada surga-surga tempat
tinggal, sebagai jamuan untuk
apa yang telah mereka kerjakan. Dan ada
pun mengenai orang-orang yang durhaka,
tempat tinggal mereka adalah Api. Setiap kali mereka berkehendak keluar darinya mereka akan dikembalikan lagi ke dalamnya,
dan akan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah
azab Api yang dahulu kamu mendustakannya.” Dan niscaya Kami akan membuat mereka merasakan azab yang lebih ringan sebelum azab
yang lebih besar, supaya mereka kembali kepada
kebenaran. Dan siapakah yang lebih
zalim daripada orang yang
diperingatkan akan Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya) kemudian berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan membalas orang-orang yang berdosa. (As-Sajdah [32]:18-23).
Sehubungan ayat فَلَا تَعۡلَمُ
نَفۡسٌ مَّاۤ اُخۡفِیَ لَہُمۡ مِّنۡ
قُرَّۃِ اَعۡیُنٍ ۚ جَزَآءًۢ بِمَا کَانُوۡا
یَعۡمَلُوۡنَ
-- “Maka tidak ada sesuatu jiwa mengetahui apa
yang tersembunyi bagi mereka dari penyejuk mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan” Waktu Nabi Besar Muhammad
saw. menggambarkan bentuk dan sifat nikmat dan kesenangan
surga, beliau saw. diriwayatkan pernah bersabda: “Tiada mata pernah melihatnya (nikmat surga itu) dan tiada pula telinga
pernah mendengarnya, tidak pula pikiran manusia dapat membayangkannya” (Bukhari, Kitab Bad’al-Khalaq).
Keberhasilan Dinasti Fir’aun
Membangun ”Jannah” (Kebun
Surgawi) di Mesir
Hadits itu menunjukkan bahwa nikmat
kehidupan ukhrawi tidak akan bersifat kebendaan.
Nikmat-nikmat itu akan merupakan penjelmaan-keruhanian
perbuatan dan tingkah-laku baik
yang telah dikerjakan orang-orang
bertakwa di alam dunia ini (QS.2:26).
Kata-kata yang dipergunakan untuk menggambarkan nikmat-nikmat itu dalam Al-Quran telah dipakai hanya dalam arti kiasan. Ayat yang sekarang pun dapat
berarti bahwa karunia dan nikmat Ilahi yang akan dilimpahkan
kepada orang-orang beriman yang bertakwa
di alam akhirat bahkan jauh lebih
baik dan jauh lebih berlimpah-limpah
dari yang dikhayalkan atau dibayangkan. Nikmat-nikmat itu akan
berada jauh di luar batas jangkauan daya
cipta manusia.
Makna ungkapan “Azab yang lebih ringan” dan “azab
yang lebih besar”, masing-masing dapat diartikan: (1)
penderitaan-penderitaan dalam kehidupan sekarang dan di akhirat; (2) kekalahan
kaum Quraisy pada Pertempuran Badar
dan kejatuhan Mekkah; (3) kemalangan
dan malapetaka lebih kecil yang menimpa orang-orang
kafir sebagai peringatan, sebelum
mereka pada akhirnya dibinasakan
dengan azab Ilahi.
Sehubungan
dengan “surga” (jannah) yang
digambarkan dengan “kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai” yang dijanjikan Allah Swt. kepada orang-orang
beriman yang beramal shaleh (QS.2:26) , dalam Bab sebelumnya Allah Swt.
berfirman mengenai Fir’aun:
وَ نَادٰی
فِرۡعَوۡنُ فِیۡ قَوۡمِہٖ قَالَ یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ
ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ
مِّنۡ ہٰذَا الَّذِیۡ ہُوَ
مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا یَکَادُ
یُبِیۡنُ ﴿﴾ فَلَوۡ لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ ﴿﴾ فَاسۡتَخَفَّ قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ کَانُوۡا قَوۡمًا
فٰسِقِیۡنَ ﴿﴾ فَلَمَّاۤ
اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿ۙ﴾ فَجَعَلۡنٰہُمۡ
سَلَفًا وَّ مَثَلًا لِّلۡاٰخِرِیۡنَ﴿٪﴾
Dan Fir’aun mengumumkan kepada kaumnya
dengan berkata: یٰقَوۡمِ اَلَیۡسَ لِیۡ مُلۡکُ مِصۡرَ وَ ہٰذِہِ الۡاَنۡہٰرُ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِیۡ ۚ اَفَلَا تُبۡصِرُوۡنَ -- "Hai kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan sungai-sungai
ini mengalir di bawah kekuasanku? Maka apakah kamu tidak melihat? اَمۡ اَنَا خَیۡرٌ مِّنۡ ہٰذَا
الَّذِیۡ ہُوَ مَہِیۡنٌ ۬ۙ وَّ لَا
یَکَادُ یُبِیۡنُ -- Atau tidakkah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan ia
(Musa) tidak dapat menjelaskan? فَلَوۡ
لَاۤ اُلۡقِیَ عَلَیۡہِ اَسۡوِرَۃٌ
مِّنۡ ذَہَبٍ اَوۡ جَآءَ مَعَہُ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ مُقۡتَرِنِیۡنَ -- mengapakah tidak dianugerahkan kepadanya gelang-gelang dari emas, atau datang bersamanya malaikat-malaikat yang berkumpul di sekelilingnya?" فَاسۡتَخَفَّ
قَوۡمَہٗ فَاَطَاعُوۡہُ ؕ اِنَّہُمۡ
کَانُوۡا قَوۡمًا فٰسِقِیۡنَ -- Demikianlah ia memperbodoh kaumnya lalu mereka
patuh kepadanya, sesungguhnya mereka
adalah kaum durhaka. فَلَمَّاۤ اٰسَفُوۡنَا انۡتَقَمۡنَا
مِنۡہُمۡ فَاَغۡرَقۡنٰہُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Maka ketika
mereka membuat Kami murka, Kami menuntut balas dari mereka dan Kami menenggelamkan mereka semua, فَجَعَلۡنٰہُمۡ سَلَفًا وَّ مَثَلًا
لِّلۡاٰخِرِیۡنَ -- lalu Kami
menjadikan mereka kisah yang lalu dan misal
bagi kaum yang akan datang (Az-Zukhruf [43]:52-57). Lihat pula
QS.44:18-32.
Buah Mensyukuri SDM (Sumber Daya Manusia) dan SDA (Sumber daya Alam)
yang Dinikmati Kaum Saba’
Keberhasilan
dinasti Fir’aun di Mesir menciptakan
“kebun-kebun surgawi” di lembah-lembah aliran sungai Nil dilakukan pula oleh kaum Saba pada zaman Nabi
Sulaiman a.s., dengan mendirikan bendungan Al-Ma’ārib (serba guna),
firman-Nya:
لَقَدۡ
کَانَ لِسَبَاٍ فِیۡ مَسۡکَنِہِمۡ اٰیَۃٌ
ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ یَّمِیۡنٍ وَّ شِمَالٍ ۬ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ
اشۡکُرُوۡا لَہٗ ؕ بَلۡدَۃٌ طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ ﴿﴾ فَاَعۡرَضُوۡا
فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ
جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ
اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ ﴿﴾ ذٰلِکَ
جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا کَفَرُوۡا ؕ وَ ہَلۡ
نُجٰزِیۡۤ اِلَّا الۡکَفُوۡرَ ﴿﴾
Sungguh bagi kaum
Saba benar-benar terdapat satu Tanda
besar di tanah air mereka, yaitu dua kebun di sebelah kanan dan di kiri sungai. Kami
berfirman: کُلُوۡا مِنۡ
رِّزۡقِ رَبِّکُمۡ وَ اشۡکُرُوۡا لَہٗ -- “Makanlah rezeki dari Rabb (Tuhan) kamu dan berterima kasihlah kepada-Nya. بَلۡدَۃٌ
طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ -- Negeri
yang indah dan Rabb (Tuhan) Yang Maha Pengampun.” فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ -- Tetapi mereka itu berpaling maka Kami
kirimkan kepada mereka banjir dahsyat yang membinasakan. وَ
بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ ذَوَاتَیۡ اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ شَیۡءٍ مِّنۡ
سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ -- Dan Kami
mengganti kedua kebun mereka itu dengan dua kebun yang berbuah buah-buahan
pahit, pohon cemara dan sedikit
pohon sidr (bidara). ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا
کَفَرُوۡا ؕ -- Demikianlah
Kami memberi balasan kepada mereka
karena mereka tidak bersyukur. وَ ہَلۡ
نُجٰزِیۡۤ اِلَّا الۡکَفُوۡرَ -- Dan tidaklah Kami membalas seperti itu kecuali
kepada orang-orang yang sangat tidak
bersyukur. (As-Sabā [34]:16-18).
Saba', sebagaimana tersebut dalam
QS.27:23, adalah sebuah kota di negeri Yaman,
terletak kira-kira tiga hari perjalanan dari Shan’a yang disebut juga Ma’arib.
Kota ini sering disebut-sebut dalam kitab
Taurat dan dalam kepustakaan Yunani, Romawi, dan Arab; lebih-lebih pula
dalam prasasti-prasasti yang terdapat
di Arabia Selatan.
Bangsa Sabā' adalah bangsa
yang sangat makmur lagi berkebudayaan tinggi, dan kepadanya Allah
Swt. telah menganugerahkan berlimpah-limpah kehidupan yang serba senang
dan sentausa. Seluruh negeri
dijadikan subur sekali tanahnya
dengan pembuatan bendungan-bendungan
dan bangunan-bangunan irigasi lainnya
serta sarat dengan kebun-kebun dan sungai-sungai buatan.
Salah satu bangunan-bangunan umum
yang didirikan guna membantu pertanian,
seperti pengempang-pengempang dan bendungan-bendungan, yang paling tersohor adalah bendung Al-Ma’ārib (Encyclopaedia of Islam, Jilid IV, hlm. 16), yang artinya
bendung “serba-guna” (ma’āribu - QS.20:19).
Tirmidzi menyebut sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Farwah
bin Malik, bahwa tatkala ditanya, adakah Saba' itu sebuah negeri ataukah
seorang perempuan, konon Nabi Besar
Muhammad saw. bersabda: “Itu bukan nama sebuah negeri atau pun nama
seorang perempuan melainkan nama seorang
laki-laki asal Yaman yang mempunyai 10 orang anak laki-laki, 6 di antaranya
menetap terus di Yaman, sedang 4 orang selebihnya pergi ke Siria dan bermukim
di sana.” (Taj-ul-‘Arus).
Keberhasilan Membangun Bendung-bendung Penampung Air
Hujan Periodik
Kata ‘arim dalam ayat: فَاَعۡرَضُوۡا
فَاَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِمۡ سَیۡلَ الۡعَرِمِ -- “tetapi mereka itu berpaling maka Kami
kirimkan kepada mereka banjir dahsyat yang membinasakan,” berarti suatu bendungan atau beberapa bendungan
yang dibangun di lembah-lembah atau di alur-alur sungai
berarus deras; atau sebuah sungai
deras yang daya desak arus airnya tidak tetahankan; atau hujan lebat (Lexicon Lane), karena pada
hakikatnya pembuatan bendung-bendung di wilayah kerajaan Saba adalah untuk menangkap
(menampung) hujan periodik yang jatuh di pegunungan
di dekatnya yang kemudian digunakan untuk mengairi
lahan di sekitar kota. Bendung Al-Ma’arib itu kira-kira 2 mil
panjangnya dan 120 kaki tingginya. Bendung itu hancur
kira-kira pada abad pertama atau kedua sebelum Masehi (Palmer).
Jadi, seperti halnya azab
Ilahi yang Allah Swt. timpakan
kepada kaum Nabi Nuh a.s., yaitu terjadi curah hujan yang luar biasa lebatnyta, demikian pula hal tersebut terjadi
pada wilayah kaum Saba, sehingga bendungan-bendungan yang dibangun di
lembah-lembah tersebut -- termasuk bendungan al-Ma’ārib -- tidak mampu
menahan derasnya aliran air yang mengalir dari pegunungan tersebut berupa banjir
bandang.
Dengan demikian, akibat ketidak-bersyukuran
kaum Saba’ suatu banjir hebat telah
menyebabkan bendung Ma’arib
-- yang menjadi andalan bangsa
Saba’ untuk kemakmuran mereka -- roboh
dan banjir dahsyat tersebut menggenangi
seluruh wilayah sehingga menyebabkan kehancuran
yang luas jangkauannya.
Akibatnya, sebuah negeri penuh dengan taman-taman asri, sungai-sungai buatan dan bangunan-bangunan
anggun yang artistic -- yang disebut بَلۡدَۃٌ
طَیِّبَۃٌ وَّ رَبٌّ غَفُوۡرٌ -- negeri
yang indah dan Rabb (Tuhan) Yang Maha Pengampun” -- telah berubah
menjadi belantara yang membentang
luas: وَ بَدَّلۡنٰہُمۡ بِجَنَّتَیۡہِمۡ جَنَّتَیۡنِ
ذَوَاتَیۡ اُکُلٍ خَمۡطٍ وَّ اَثۡلٍ وَّ
شَیۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِیۡلٍ -- dan Kami
mengganti kedua kebun mereka itu dengan dua kebun yang berbuah
buah-buahan pahit, pohon cemara
dan sedikit pohon sidr (bidara). ذٰلِکَ جَزَیۡنٰہُمۡ بِمَا
کَفَرُوۡا ؕ -- demikianlah
Kami memberi balasan kepada mereka
karena mereka tidak bersyukur. وَ ہَلۡ
نُجٰزِیۡۤ اِلَّا الۡکَفُوۡرَ -- Dan tidaklah Kami membalas seperti itu kecuali
kepada orang-orang yang sangat tidak
bersyukur. (As-Sabā [34]:16-18).
Keberhasilan Melaksanakan Perniagaan
Melalui Jalan Darat dari Saba (Yaman) ke Jalan Darat dari Saba
ke Palestina &
“Doa Buruk” Kaum Saba Melalui Perbuatan Mereka
Karunia Allah Swt. lainnya yang
dianugerahkan Allah Swt. kepada bangsa Saba’
– sebagai buah dari memanfaatkan SDM
(sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) yang mereka miliki secara tepat guna -- digambarkan dalam firman Allah Swt. selanjutnya mengenai perniagaan
melalui jalan darat -- selain melakukan hubungan perniagaan dengan
melalui jalur laut -- firman-Nya:
وَ
جَعَلۡنَا بَیۡنَہُمۡ وَ بَیۡنَ الۡقُرَی الَّتِیۡ بٰرَکۡنَا فِیۡہَا قُرًی
ظَاہِرَۃً وَّ قَدَّرۡنَا فِیۡہَا
السَّیۡرَ ؕ سِیۡرُوۡا فِیۡہَا لَیَالِیَ وَ اَیَّامًا اٰمِنِیۡنَ ﴿﴾ فَقَالُوۡا رَبَّنَا
بٰعِدۡ بَیۡنَ اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا
اَنۡفُسَہُمۡ فَجَعَلۡنٰہُمۡ اَحَادِیۡثَ وَ مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ
ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ صَبَّارٍ
شَکُوۡرٍ﴿﴾
Dan Kami telah menjadikan antara mereka dan
antara kota-kota yang telah Kami berkati di dalamnya menjadi kota-kota yang berdekatan, dan telah Kami tetapkan perhentian perjalanan di antara kota-kota
itu, Kami berfirman: سِیۡرُوۡا فِیۡہَا لَیَالِیَ وَ اَیَّامًا
اٰمِنِیۡنَ -- “Berjalanlah di dalamnya dengan aman
malam dan siang.” فَقَالُوۡا رَبَّنَا بٰعِدۡ بَیۡنَ
اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ -- Lalu
mereka berkata: “Ya Rabb (Tuhan)
kami, jauhkanlah jarak di antara
perjalanan kami,” dan mereka menzalimi
diri sendiri فَجَعَلۡنٰہُمۡ اَحَادِیۡثَ وَ مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ -- maka Kami
menjadikan mereka buah mulut (cerita) dan Kamimenghancurkan mereka sehancur-hancurnya. اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ صَبَّارٍ
شَکُوۡرٍ -- Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi setiap orang yang bersabar dan bersyukur (As-Sabā’ [34]:19-20).
Kata-kata, “Kota yang telah
Kami beri berkat,” menunjuk kepada kota
Yerusalem di Palestina, tempat kedudukan pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., yang dengan kota itu bangsa Saba' melangsungkan hubungan niaga dan mendatangkan kemakmuran.
Kata-kata, “Kami tetapkan perhentian perjalanan di antara kota-kota,”
mengandung pengertian kota-kota yang terletak begitu berdekatan satu sama lain
sehingga mudah sekali terlihat, atau kata-kata itu dapat pula berarti kota-kota
terkemuka, dan menunjukkan bahwa jalan dari Yaman ke Palestina dan Siria sangat ramai dilalui orang, aman,
dan berpenduduk cukup banyak. Menurut Williams
Muir pada waktu itu ada 70 tempat perhentian dari Hadramaut ke Ailah pada
jalan dari Yaman ke Siria. Jalan itu ramai dilalui orang
lagi aman, diapit di kedua belah tepinya oleh pohon-pohon rimbun.
Makna ayat: فَقَالُوۡا رَبَّنَا بٰعِدۡ بَیۡنَ
اَسۡفَارِنَا وَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ -- Lalu
mereka berkata: “Ya Rabb (Tuhan)
kami, jauhkanlah jarak di antara
perjalanan kami,” dan mereka menzalimi
diri sendiri,” bahwa kata-kata yang diletakkan dalam mulut orang-orang Saba'
itu bukan benar-benar mereka mengatakan
seperti itu, melainkan sesungguhnya
menggambarkan keadaan perbuatan
buruk dan zalim mereka yang
sebenarnya, yaitu ketika mereka membangkang
dan mengingkari perintah-perintah Allah
Swt., dan sebagai akibatnya mereka jadi binasa.
Jalan yang tadinya makmur dan ramai dilalui orang, kini menjadi sunyi senyap. Kata-kata “Jauhkanlah
jarak di antara perjalanan kami,” berarti bahwa banyak
kota di sepanjang jalan yang menjadi puing-puing,
sehingga jarak di antara satu perhentian dengan perhentian lainnya menjadi lebih jauh dan tidak aman.
Menjadi “Buah Tutur”
yang Buruk
Makna ayat selanjutnya: فَجَعَلۡنٰہُمۡ اَحَادِیۡثَ وَ
مَزَّقۡنٰہُمۡ کُلَّ مُمَزَّقٍ -- maka Kami
menjadikan mereka buah mulut (cerita) dan Kami menghancurkan mereka sehancur-hancurnya. اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّکُلِّ صَبَّارٍ
شَکُوۡرٍ -- sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat Tanda-tanda bagi setiap orang yang bersabar dan bersyukur. (As-Sabā’ [34]:19-20). Akibat azab Ilahi berupa banjir bandang yang dahsyat tersebut menyebabkan orang-orang Saba' menjadi hancur sama sekali sehingga tiada tanda atau bekas yang ditinggalkan
mereka. Mereka itu hanya menjadi bahan
ceritera belaka bagi para juru
dongeng (As-Sabā’ [34]:19-20).
Selanjutnya Allah Swt. berfirman
mengenai kehancuran yang menimpa kaum Sabā’ yang tidak
bersyukur kepada Allah Swt.
tersebut:
وَ لَقَدۡ
صَدَّقَ عَلَیۡہِمۡ اِبۡلِیۡسُ ظَنَّہٗ
فَاتَّبَعُوۡہُ اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ
الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ لَہٗ
عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّا
لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ
مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ ؕ وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ
﴿٪﴾
Dan sungguh
iblis benar-benar telah
menggenapi sangkaannya mengenai mereka, maka mereka
mengikutinya, اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ -- kecuali segolongan
dari orang-orang yang beriman. وَ مَا کَانَ
لَہٗ عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ -- Tetapi ia (iblis) sekali-kali tidak memiliki kekuasaan atas mereka,
اِلَّا لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ -- melainkan
supaya Kami dapat menge-tahui
orang-orang yang beriman kepa-da akhirat dari orang-orang yang dalam keraguan mengenainya, وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ -- dan
Rabb (Tuhan) engkau adalah Pemelihara atas segala sesuatu (As-Sabā’ [34]:21-22).
Orang-orang Sabā’ dengan perbuatan
durhaka mereka menggenapi sangkaan Iblis syaitan bahwa ia akan berhasil menyesatkan mereka (QS.7:12-19;
QS.17:62-66).) Penyebutan mengenai sangkaan
iblis mengenai orang-orang durhaka dan perbuatan
jahat mereka ini dapat dijumpai di dalam QS.17:63; di tempat itu syaitan disebut mengatakan bahwa ia akan
menyebabkan keturunan Adam binasa,
kecuali sedikit dari antara mereka.
Iblis dan Syaitan Selalu Menelantarkan Manusia yang Berhasil
Mereka Perdayai
Pada hakikatnya iblis atau syaitan tidak
mempunyai kekuasaan atas manusia.
Adalah karena kepercayaan yang sesat
dan perbuatannya yang buruk saja maka
manusia mendatangkan kehancuran dalam kehidupan ruhaninya, firman-Nya:
وَ
قَالَ الشَّیۡطٰنُ لَمَّا قُضِیَ
الۡاَمۡرُ اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ
فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ ؕ وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ
اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِیۡ ۚ فَلَا تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ
لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ مَاۤ اَنَا
بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ
بِمُصۡرِخِیَّ ؕ اِنِّیۡ کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ ؕ اِنَّ
الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ اَلِیۡمٌ ﴿﴾
Dan tatkala perkara itu telah diputuskan
syaitan berkata: اِنَّ اللّٰہَ وَعَدَکُمۡ وَعۡدَ
الۡحَقِّ وَ وَعَدۡتُّکُمۡ فَاَخۡلَفۡتُکُمۡ -- “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kamu suatu janji yang benar, dan aku
pun menjanjikan kepada kamu tetapi aku
telah menyalahinya, وَ مَا کَانَ لِیَ عَلَیۡکُمۡ مِّنۡ
سُلۡطٰنٍ اِلَّاۤ اَنۡ دَعَوۡتُکُمۡ فَاسۡتَجَبۡتُمۡ لِی -- dan aku
sekali-kali tidak
memiliki kekuasaan apa pun atas kamu, melainkan aku telah mengajakmu lalu kamu
telah mengabulkan ajakanku. فَلَا
تَلُوۡمُوۡنِیۡ وَ لُوۡمُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ -- Karena itu janganlah kamu mengecamku tetapi kecamlah diri kamu sendiri. مَاۤ اَنَا بِمُصۡرِخِکُمۡ وَ مَاۤ اَنۡتُمۡ بِمُصۡرِخِیَّ -- Aku sama sekali tidak dapat menolongmu dan kamu
pun sama sekali tidak dapat menolongku. اِنِّیۡ
کَفَرۡتُ بِمَاۤ اَشۡرَکۡتُمُوۡنِ مِنۡ قَبۡلُ -- Sesungguhnya aku telah mengingkari apa yang kamu
persekutukan denganku sebelumnya اِنَّ الظّٰلِمِیۡنَ لَہُمۡ عَذَابٌ
اَلِیۡمٌ -- sesungguhnya orang-orang yang zalim itu bagi mereka
ada azab yang pedih.” (Ibrahim
[14]:23).
(Bersambung)
Rujukan:
The
Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 4 Mei
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar